Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1335); Beberapa upaya telah dilakukan untuk mendukung terlaksananya transformasi sistem pelayanan kesehatan, antara lain melalui pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu penyesuaian baik sistem pelaksanaan akreditasi maupun perbaikan standar akreditasi puskesmas. melalui Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 Tahun 2022 tentang Puskesmas, Klinik, Laboratorium Kesehatan, dan Unit Transfusi Darah, Praktik Kedokteran Mandiri, dan Praktik Kedokteran Gigi Mandiri.
BAB I KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN PUSKESMAS (KMP)
Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi, bagi Puskesmas perlu dibentuk struktur organisasi yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Uraian tugas kepala puskesmas dan kepala tata usaha ditetapkan oleh kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sarana (gedung), prasarana, peralatan, keselamatan dan keamanan lingkungan dikelola dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan (MFK) sesuai ketentuan hukum dan diuji dengan memperhatikan manajemen risiko.
Kepala puskesmas dan petugas keuangan melaksanakan pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. A.
BAB II PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM) YANG BERORIENTASI PADA UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF
Perencanaan pelayanan UKM Puskesmas disusun secara terpadu berdasarkan wilayah kerja Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor sesuai dengan analisis kebutuhan dan harapan masyarakat, data penilaian kinerja (pencapaian indikator kinerja). Penanggung jawab UKM, koordinator pelayanan dan pelaksana kegiatan UKM memastikan kemudahan akses bagi sasaran dan masyarakat terhadap pelaksanaan layanan UKM. Penjadwalan pelaksanaan pelayanan UKM Puskesmas disepakati bersama dengan memperhatikan masukan dari sasaran, masyarakat, kelompok masyarakat, lintas program dan lintas sektor yang dilaksanakan sesuai dengan rencana.
Mobilisasi dan pelaksanaan pelayanan UKM dilakukan dan dikoordinasikan dengan melibatkan lintas program dan sektor terkait. Pelaporan kepada pengelola puskesmas setempat dapat dilakukan secara tertulis atau disampaikan langsung melalui pertemuan seperti mini workshop bulanan, rapat tinjauan manajemen dan forum lainnya D,W). Pelaporan kepada Pengelola Puskesmas dapat dilakukan secara tertulis atau disampaikan langsung melalui pertemuan seperti mini workshop bulanan, rapat tinjauan manajemen dan forum lainnya. D).
Pelaporan kepada kepala puskesmas dapat dilakukan secara tertulis atau disampaikan langsung melalui pertemuan-pertemuan seperti mini workshop bulanan, rapat tinjauan manajemen dan forum lainnya. R, D). Pengawasan, pengendalian dan evaluasi kinerja pelayanan UKM Puskesmas dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM. Pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja pelayanan UKM dilakukan dalam bentuk pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan UKM dengan menggunakan indikator kinerja pelayanan UKM.
Kepala Puskesmas dan penanggung jawab Puskesmas UKM mengawasi pelaksanaan pelayanan Puskesmas UKM, yang dapat dilaksanakan secara terjadwal atau sewaktu-waktu. Pengelola Puskesmas dan penanggung jawab UKM berupaya meningkatkan hasil penilaian pelayanan UKM.
BAB III PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN PERSEORANGAN (UKP), LABORATORIUM, DAN KEFARMASIAN
Pemberian pelayanan klinis mulai dari penerimaan pasien dilaksanakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan pasien, serta memperhatikan hak dan kewajiban pasien. Penyelenggaraan perawatan dan edukasi pasien/keluarga dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun, berpedoman pada kebijakan dan prosedur serta sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kursus studi dapat diselesaikan secara individu atau, jika perlu, dilakukan oleh tim kesehatan interprofesional yang terdiri dari dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan penyedia layanan kesehatan lainnya tergantung pada kebutuhan pasien.
Pelayanan anestesi lokal di Puskesmas dilaksanakan sesuai dengan standar dan peraturan perundang-undangan a) Pada pelayanan rawat jalan atau rawat inap di Puskesmas, khususnya pelayanan gawat darurat, pelayanan gigi dan keluarga berencana, terkadang prosedur memerlukan anestesi lokal. Apabila pasien meminta rujukan ke fasilitas kesehatan lain, rujukan dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi pasien ke fasilitas pelayanan lain yang diatur dengan kebijakan dan prosedur yang jelas. A. Penyelenggaraan pelayanan rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan serta mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
Penanganan arsip dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan a) Rekam medis merupakan sumber informasi utama mengenai perawatan dan perkembangan pasien, sehingga menjadi media komunikasi yang penting. File jurnal, data dan informasi dapat dimusnahkan setelah melebihi periode penyimpanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, kecuali untuk ringkasan pemulangan dan persetujuan prosedur medis. Oleh karena itu, jenis dan jumlah obat dan bahan habis pakai medis (BMHP) harus tersedia sesuai kebutuhan pelayanan.
BAB IV PROGRAM PRIORITAS NASIONAL (PPN)
Analisis kinerja indikator dilakukan dengan menggunakan metode analisis sesuai dengan pedoman dan pedoman yang berlaku, misalnya dengan mengacu pada metode analisis situasi yang terdapat dalam Buku Pedoman Pengelolaan Puskesmas. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan antenatal, pelayanan kesehatan pasca melahirkan, serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir dengan disertai pemantauan dan evaluasi sesuai peraturan perundang-undangan. . satu. Pelayanan kesehatan neonatal penting diberikan pada saat bayi berusia 0-28 hari. m) Pelayanan bayi baru lahir meliputi pelayanan sesuai dengan standar kuantitas dan standar kualitas.
Analisis pencapaian indikator dilakukan dengan menggunakan metode analisis sesuai pedoman/pedoman yang berlaku, misalnya dengan mengacu pada metode analisis kondisi yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Puskesmas. Analisis pencapaian indikator dilakukan dengan menggunakan metode analisis sesuai dengan . pedoman/panduan yang berlaku, misalnya dengan mengacu pada metode analisis kondisi yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Puskesmas h) Pencatatan dan pelaporan pelayanan imunisasi, baik manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai prosedur dengan format laporan yang telah ditetapkan yang mencakup cakupan indikator kinerja imunisasi, stok dan penggunaan vaksin, serta logistik lainnya, serta status peralatan rantai vaksinasi dan KIPI. Analisis terhadap pencapaian indikator dilakukan dengan menggunakan metode analisis sesuai pedoman/pedoman yang berlaku, misalnya dengan mengacu pada metode analisis kondisi yang terdapat dalam Pedoman Pengelolaan Puskesmas j) Rencana program pengendalian TBC disusun dengan mengutamakan promosi. dan upaya preventif. berdasarkan hasil analisis permasalahan pengendalian tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas dengan keterlibatan lintas program yang terintegrasi dengan RUK dan RPK pelayanan UKM dan UKP, laboratorium dan farmasi. k) Pencatatan dan pelaporan pelayanan pengendalian tuberkulosis baik secara manual maupun elektronik dilakukan secara komprehensif, akurat, tepat waktu dan sesuai prosedur.
Puskesmas melaksanakan pengendalian penyakit tidak menular utama antara lain hipertensi, diabetes melitus, kanker payudara dan serviks, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), serta Program Refer Back (PRB) penyakit tidak menular (NCD). dan penyakit katastropik lainnya sesuai kompetensi tingkat dasar, serta penanggulangan faktor risiko PTM melalui Pelayanan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Pandu PTM) sesuai Algoritma Pandu. Dilakukan di FKTP dan posbindu oleh pimpinan atau tenaga kesehatan; h) Pendidikan diberikan sesuai kebutuhan. Analisis hasil indikator dilakukan dengan menggunakan metode analisis sesuai pedoman dan pedoman yang berlaku, misalnya dengan mengacu pada metode analisis situasi yang terdapat dalam Buku Pedoman Pengelolaan Puskesmas. . j) Pencatatan dan pelaporan pelayanan pengendalian penyakit tidak menular dan faktor risikonya, baik secara manual maupun elektronik, dilakukan secara lengkap, akurat, tepat waktu dan sesuai prosedur.
BAB V PENINGKATAN MUTU PUSKESMAS (PMP)
Agar upaya peningkatan mutu di Puskesmas dapat dikelola dengan baik dan sesuai dengan visi, misi, tujuan dan nilai, maka ditunjuk Penanggung Jawab Mutu yang dalam pelaksanaan tugasnya dibantu oleh Tim Mutu Puskesmas yang terdiri dari koordinator, seperti koordinator keselamatan pasien (KP), Pengendalian Penyakit Menular (PPI), Manajemen Resiko (MR), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dan sebagainya, sesuai dengan yang dijelaskan dalam Panduan TKM Balai Masyarakat Kesehatan. c) Persyaratan pengangkatan dan kompetensi Penanggung Jawab Mutu ditetapkan oleh pemilik Puskesmas. Program peningkatan kualitas harus diperbarui secara berkala dan dikomunikasikan kepada program dan sektor terkait. g) Kepala Puskesmas memfasilitasi, mengalokasikan dan menyediakan sumber daya yang diperlukan bagi program peningkatan mutu sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia di Puskesmas. Permasalahan di tingkat Puskesmas yang ditetapkan sesuai dengan permasalahan kesehatan di wilayah kerjanya adalah tingginya prevalensi penyakit tuberkulosis, sehingga dilakukan upaya untuk meningkatkan kegiatan UKP dalam kaitannya dengan pemberian pelayanan klinis untuk mengatasi penyakit tersebut. masalah tuberkulosis. untuk meningkatkan kinerja pelayanan UKM untuk menurunkan prevalensi tuberkulosis dan diperlukan dukungan manajemen untuk mengatasi masalah tuberkulosis.
Nilai kritis hasil pemeriksaan penunjang yang jelas-jelas berada di luar batas angka normal, hendaknya ditetapkan dan segera dilaporkan oleh tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam pelayanan penunjang kepada dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien, sesuai dengan ketentuan waktu yang ditetapkan. Komunitas kesehatan. Pemusatan menggunakan metode membaca (tulis, baca lagi dan konfirmasi). . i) Untuk meningkatkan kompetensi dalam melaksanakan komunikasi yang efektif perlu adanya pendidikan terhadap pegawai. Jeda dilakukan di lokasi di mana prosedur akan dilakukan, segera sebelum prosedur dimulai dan mencakup seluruh tim yang akan melakukan prosedur bedah atau invasif. himpunan (R, O, W, S). Hal ini juga menentukan siapa yang melakukan pelaporan, batas waktu pelaporan, investigasi dan tindak lanjutnya. h) Pelaporan insiden keselamatan pasien dilaporkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (R,D,W).
Oleh karena itu, Puskesmas harus menetapkan kriteria risiko untuk menghadapi dampak tersebut, yang dituangkan dalam bentuk peraturan mengenai penilaian risiko dan pengendalian infeksi (infection control risk assesment/ICRA). , W). Alat pelindung diri yang dimaksud meliputi penutup kepala (topi), masker, kaca mata pelindung (face shield), sarung tangan, baju pelindung, sepatu pelindung yang baik dan benar digunakan oleh petugas Puskesmas dan digunakan sesuai indikasi dalam memberikan pelayanan pasien. Tindakan pencegahan ini mencakup penggunaan APD oleh petugas yang mengelola linen dan kebersihan tangan sesuai dengan prinsip IPC, khususnya untuk linen infeksius.
Pembersihan ruangan yang benar setiap hari selama pasien dirawat di Puskesmas dan pembersihan kembali setelah pasien pulang hendaknya dilakukan sesuai dengan standar atau pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi. d) Untuk mencegah penularan penyakit melalui udara, perlu dilakukan identifikasi pasien berisiko dengan menyediakan masker, menempatkan pasien di tempat atau kelompok tersendiri, dan mengajarkan etika batuk. e) Untuk mencegah penularan melalui udara, prosedur dan SOP manajemen pasien ditetapkan sesuai peraturan.
PENUTUP