• Tidak ada hasil yang ditemukan

komparasi estetik seni graffiti jinx8501

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "komparasi estetik seni graffiti jinx8501"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPARASI ESTETIK SENI GRAFFITI JINX8501 DARI TAHUN 2010-2018 DI KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh Shazrie Sukur NIM 10541 0861 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA 2019

(2)

2

(3)

3

(4)

4

(5)

5

(6)

6 MOTTO

“Saya tidak tahu kemana saya pergi, tapi saya dalam perjalanan”

“Perjalanan tidak selalu indah, tidak selalu nyaman, terkadang terasa sakit bahkan menghancurkan hati.Tapi tidak apa-apa, perjalanan akan mengubahmu”.

(7)

7 ABSTRAK

Shazrie Sukur, 2019. Komparasi Estetik Seni Graffiti Jinx8501 Dari Tahun 2010- 2018 Di Kota Makassar. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Baetal Mukaddas dan Pembimbing II Muh. Faisal.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis komparasi estetik dan fungsional pada karya seni graffiti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018 di Kota Makassar.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis deskriptif kualitatif, dengan didukung teori Estetika Bentuk dari Dr. A.A.M Djelantik dan teori Estetika Fungsional dari Edmund Burke Feldman sebagai rujukan analisis.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karya seni graffiti yang diciptakan Jinx850 mulanya berawal dari suatu ketertarikannya pada seni dalam bentuk tulisan. Karya yang dihasilkan Jinx850 ini dari awal tahun 2010 sudah menunjukan bahwa seniman sangat berbakat dan memiliki keterampilan yang baik. Walaupun dalam tinjauan bobot karya yang dimiliki Jinx850 sebagian besar tidak memiliki gagasan, pesan, maupun suasana dalam karya, namun Jinx850 lebih menonjolkan visual artistik dalam karyanya. Seni graffiti Jinx850 berfungsi hanya sebagai hobi atau kegemarannya semata, yang dibuat hanya sebagai konsumsi pribadi dan masyarakat umum tanpa menjadikan karya seninya sebagai wadah atau alat.

Kata Kunci: graffiti, komparasi estetik

(8)

8

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Wa syukurillah, rasa syukur saya panjatkan kepada Allh SWT, karena berkat karunia-Nya lah sehingga skripsi jang berjudul “Komparasi Estetik Seni Graffiti JINX8501 dari Tahun 2010-2018 di Kota Makassar” dapat terselesaikan sebagai persyaratan kelulusan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Salawat serta salam saya tuturkan kepada baginda Muhammad SAW yang telah menadi suri tauladan yang baik bagi umat Islam dan menghantarkan ummatnya sampai pintu surga, semoga saya termasuk dalam golongan yang terselamatkan kelak.

Penyususnan skripsi ini yang dibuat pada tahun 2019 ini dapat terselesaikan dan tidak terlepas dari peran dan dukungan yang baik dari berbagai pihak. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. sebagai pembimbing I Dan Dr. Muh Faisal, S.Pd., M.Pd.

sebagai pembimbing II yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini, mulai dari perancangan proposal penelitian hingga laporan hasil penelitian.

Dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, serta waktu yang di luangkan, beliau menyempatkan untuk membimbing, maka dari itu saya mengucapkan terimakasih.

Ucapan terimakasih juga saya tuturkan kepada:

1. Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., M.M. selaku Rektor di Universitas Muhammadiah Makassar, yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk penyusunan skripsi ini.

2. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D. selaku Dekan FKIP di Universitas Muhammadiah Makassar, yang telah memberikan ijin dalam setiap kegiatan mulai dari perijinan penelitian lapangan hingga perijinan seminar.

3. Dr. Andi Baetal Mukaddas, S.Pd., M.Sn. Selaku Ketua Prodi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Muhammadiah Makassar, yang telah membatu proses bimbingan hingga persetujuan penelitian dan seminar sehingga pembuatan skripsi ini dapat terselesaikan dengan cepat.

(9)

9

4. Makmun, S.Pd., M.Pd. selaku Sekretaris Prodi Pendidikan Seni Rupa di Universitas Muhammadiah Makassar, yang telah banyak membantu dalam hal perijinan persuratan serta ikut serta dalam menguji dalam seminar proposal.

5. Staf TU yang memiliki peran besar dalam pembuatan segala persuratan serta memberi pengarahan dalam prosedur persuratan.

6. Sukur dan Jusniati Selaku kedua orang tua yang saya cintai, yang tidak pernah hentinya memberi doa, nasehat, dan dorongan, sehingga membuat saya sadar dan cepat menyelesaikan studi.

7. Wanita yang kucintai Nur Hikmah Yanti, S.Pd. yang sering membantu dan mennyemangati saya dalam proses pengerjaan skripsi serta rasa rindu yang besar terhadapnya menjadi alasan kuat untuk menyelesaikan studi ini.

8. Kedua anak ku yang tercinta Shariza Aurellia Putri dan Sulistiana tanggung jawab yang saya miliki terhadap mereka serta rasa rindu yang besar menjadi alasan kuat untuk menyelesaikan skripsi ini

9. Teman seangkatan pendidikan seni rupa angkatan 2015 yang telah menemani semalam proses perkuliahan dan menjadi motivasi saya untuk selalu melangkah lebih awal dari langkah kecil mereka.

Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan saya berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Makassar, 12 September 2019 Penulis

Shazrie Sukur

(10)

10 DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

SURAT PERNYATAAN... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 6

A. Kajian Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan ... 6

1. Kajian Teori ... 6

1.1 Komparasi ... 6

1.2 Grafiti ... 7

a) Definisi Graffiti ... 7

b) Sejarah Perkembangan Graffiti ... 8

c) Graffiti dan Lingkungan Kota ... 15

d) Jenis-jenis Graffiti ... 17

e) Fungsi Graffiti ... 25

1.3 Kajian Estetika pada Seni Graffiti ... 26

(11)

11

a) Definisi Estetika ... 26

b) Unsur-unsur Estetika dengan menggunakan teori A.A.M Djelantik ... 28

c) Fungsi Seni dengan menggunakan Teori Edmund Burke Feldman ... 28

d) Unsur-unsur Estetika yang Terdapat pada Seni Graffiti .. 29

e) Prinsip-prinsip Estetika yang Terdapat pada Seni Graffiti .. ... 34

f) Unsur-unsur Seni Rupa pada Seni Graffiti ... 36

g) Aspek-aspek yang Dinilai dalam Karya Seni Graffiti ... 41

1.4 Biografi Jinx8501... 41

2. Kajian Penelitian Relevan ... 44

B. Kerangka Pikir ... 45

BAB III METODE PENELITIAN... 47

A. Jenis Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 47

1. Jenis Penelitian... 47

2. Lokasi Penelitian ... 47

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 48

1. Subjek Penelitian ... 48

2. Objek Penelitian ... 48

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 48

1. Variabel Penelitian ... 48

2. Desain Penelitian ... 49

D. Definisi Operasional Variabel ... 50

E. Teknik Pengumpulan Data ... 51

1. Observasi... 51

2. Wawancara ... 52

3. Dokumentasi ... 53

F. Teknik Analisis Data... 54

1. Pengumpulan Data ... 54

2. Reduksi Data ... 54

(12)

12

3. Penyajian Data ... 55

4. Penarikan Kesimpulan ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 57

A. Hasil Penelitian ... 57

1. Analisis Karya Jinx8501 ... 57

a. Karya graffiti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2010 ... ... 57

b. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2011 .. ... 61

c. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2012 .. ... 67

d. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2013 .. ... 76

e. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2014 .. ... 84

f. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2015 .. ... 92

g. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2016 .. ... 101

h. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2017 .. ... 110

i. Karya Grafitti Piece, Throw up dan Tagging pada tahun 2018 .. ... 119

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 129

A. Simpulan ... 129

B. Saran ... 130

DAFTAR PUSTAKA ... 132 LAMPIRAN

(13)

13

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1………15

Gambar 2………15

Gambar 3………18

Gambar 4………19

Gambar 5………20

Gambar 6………21

Gambar 7………22

Gambar 8………22

Gambar 9………23

Gambar 10………..24

Gambar 11………..24

Gambar 12………..…46

Gambar 13………..47

Gambar 14………..50

Gambar 15………..56

Gambar 16………..57

Gambar 17………..58

Gambar 18………..60

Gambar 19………..61

Gambar 20………..61

Gambar 21………..62

Gambar 22………..64

Gambar 23………..65

Gambar 24………..66

(14)

14

Gambar 25………..67

Gambar 26………..68

Gambar 27………..68

Gambar 28………..69

Gambar 29………..70

Gambar 30………..72

Gambar 31………..73

Gambar 32………..74

Gambar 33………..75

Gambar 34………..76

Gambar 35………..76

Gambar 36………..77

Gambar 37………..77

Gambar 38………..79

Gambar 39………..80

Gambar 40………..81

Gambar 41………..82

Gambar 42………..83

Gambar 43………..84

Gambar 44………..84

Gambar 45………..85

Gambar 46………..85

Gambar 47………..87

Gambar 48………..88

Gambar 49………..89

Gambar 50………..90

Gambar 51………..91

(15)

15

Gambar 52………..92

Gambar 53………..92

Gambar 54………..93

Gambar 55………..93

Gambar 56………..95

Gambar 57………..96

Gambar 58………..97

Gambar 59………..98

Gambar 60………..99

Gambar 61………100

Gambar 62………101

Gambar 63………101

Gambar 64………102

Gambar 65………104

Gambar 66………105

Gambar 67………106

Gambar 68………107

Gambar 69………108

Gambar 70………109

Gambar 71………110

Gambar 72………110

Gambar 73………111

Gambar 74………113

Gambar 75………114

Gambar 76………115

Gambar 77………116

Gambar 78………117

(16)

16

Gambar 79………118

Gambar 80………119

Gambar 81………119

Gambar 82………120

Gambar 83………122

Gambar 84………123

Gambar 85………124

Gambar 86………125

Gambar 87………126

Gambar 88………139

Gambar 89………139

Gambar 90………140

Gambar 91………140

Gambar 92………141

Gambar 93………142

Gambar 94………142

Gambar 95………142

Gambar 96………143

Gambar 97………143

Gambar 98………143

Gambar 99....………144

Gambar 100..………144

Gambar 101…..………144

Gambar 102..………145

Gambar 103..………145

(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Observasi………...………….56 2. Pedoman Wawancara………59 3. Pedoman Dokumentasi………..60

(18)

18 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Menyusuri jalanan di Kota Makassar, mata akan dijamu dengan goresan cat warna-warni di berbagai ruang publik di sudut-sudut kota. Semprotan cat yang membentuk karakter imajinatif, wajah manusia yang beragam ekspresi, kata kata yang di bentuk dan di perindah menggunakan gaya senimannya, dan juga semprotan cat yang tidak beraturan yang di marka-marka rambu lalu lintas halte, rolling door, toko dan juga dinding-dinding polos di sudut kota.

Grafitti acapkali di labeli dengan tindakan vandal sebab aksinya yang sering liar dan juga semena-mena menggambar di ruang publik. Makna yang terkandung dalam graffiti, juga sering kali tidak mudah di tangkap, ini di karenakan bahasa graffiti yang cenderung sulit dibaca dan juga motif yang beragam. Alonso (1998) menjabarkan taksonomi graffiti di New York berdasaran tujuan pembuatannya yang mencakup : a) existential, b) tagging, c) piecing, d) political dan e) gang.

Kelima Taksonomi tersebut dapat di jumpai pada karya karya graffiti di Indonesia maupun di Kota Makassar. Banyak juga seniman graffiti menngunakan nickname mereka di karya mereka dan ada juga yang menggunakan karakter imajinatif, wajah realis dan juga kaligrafi dalam karya mereka.

Grafitti pada era Globalisasi seperti sekarang ini, sudah terkenal dan terekspos dimana-mana dan menjadi subkultur baru di wilayah urban. Tidak

(19)

19

hanya di ibu kota Indonesia saja, di beberapa kota lainnya di Indonesia juga termasuk Makassar, Graffiti berkembang pesat di beberapa tahun terakhir. Graffiti di Ibu kota Jakarta di tandai dengan acara Street Dealin yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2011. Acara ini merupakan acara selebrasi kultur graffiti di indonesia. Selain itu, Kota Makassar juga mempunyai City Supreme yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012 dan masih berlanjut sampai sekarang.

Indonesia telah banyak melahirkan nama-nama writers yang besar dan disegani. Begitu juga Kota Makassar, dari tahun 2000-an hingga 2018, banyak sekali writers yang muncul di makassar dan menghiasi makassar dengan karya karya mereka. Banyak yang menggeluti bidang ini karena ingin senang-senang, ikut-ikutan dan ada juga yang memang hobi menggambar.

Banyak sekali kejadian kejadian kesenian yang terjadi di Kota Makassar khususnya dalam hal Graffiti, tetapi sangat jarang sekali adanya mengarsipan dan juga adanya penulisan tentang karya mereka. Sehingga kita juga tidak tahu proses seseorang writers dalam berkarya dan bagaimana proses estetik yang terjadi dalam diri mereka dan karya mereka. Tidak banyak yang ingin meneliti dan merekam kejadian dan peristiwa street art di makassar dan alih-alih hanya merekam kejadian seni rupa konvensional. Semua Peristiwa dan kejadian kesenian di Kota Makassar sebenarnya harus di catat dan di rekam sebaik mungkin agar bisa menjadi bahan bacaan sejarah seni rupa untuk generasi mendatang.

(20)

20

Di Kota Makassar, seorang writers dengan nickname Jinx8501 yang aktif berkarya dari tahun 2010 hingga sekarang tetap menghiasi malam-malamnya dengan menggambar di jalanan di Kota Makassar. Dia sering di undang di beberapa event graffiti skala nasional dan menggambar bareng dengan beberapa writers dari kota lain. Di setiap hari-hari senggangnya ia menggambar, kadang dengan teman-teman dan kadang juga menggambar sendiri. Kadang menggambar piece dan kadang juga hanya tagging. Dalam Kurun waktu dari tahun 2010 hingga 2018 ada banyak karya yang ia buat di beberapa sudut Kota Makassar. Ia sangat proggresif dalam berkarya dalam beberapa tahun terakhir, tetapi ada beberapa hal yang tidak kita ketahui dalam proses pengkaryaan yang terjadi pada Jinx8501.

Dimana kita tidak tahu sejauh mana progress pengkaryaannya dan perbedaan karya lamanya dan karyanya yang sekarang. Karya manakah yang lebih baik dari segi estetik dari beberapa tahun tersebut.

Di Indonesia, di berbagai daerah khususnya di Kota Makassar, grafitti sedang marak menjadi media ekspresif di kalangan kawula muda. Ini merupakan media baru untuk mereka untuk menyalurkan bakat kreatif dan kesenian mereka dan ada juga yang menjadikan graffiti sebagai hobi dan ada juga yang menjadikan graffiti sebagai wadah yang mempunyai tujuan kearah profit peribadi maupun komunitas.

Atas dasar kenyataan tersebut, hal inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti, sehingga penulis mengangkat judul: “Komparasi Estetik Seni Grafitti Jinx8501 dari Tahun 2010-2018 di Kota Makassar”

(21)

21 B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Komparasi estetik pada Karya Seni Grafitti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018 di Kota Makassar?

2. Bagaimana Komparasi fungsional pada Karya Seni Grafitti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018 di Kota Makassar?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis komparasi estetik pada Karya seni graffiti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018 di Kota Makassar

2. Untuk menganalisis komparasi fungsional pada Karya Seni Grafitti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018 di Kota Makassar

D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam Seni Grafitti

b. Bahan acuan bagi penelitian lainnya yang berkaitan dengan Seni Grafitti

2. Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Sarana untuk mendapatkan ilmu seni jalanan yang memang susah sekali di dapatkan literaturnya.

b. Bagi Sekolah dan Guru

(22)

22

Sebagai tambahan dan asupan ilmu buat guru-guru dan juga buat sekolah tentang perkembangan seni jalanan di Kota Makassar.

c. Bagi Pemerintah

Penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui Perkembangan seni jalanan di kota makassar.

(23)

23 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Teori dan Kajian Penelitian yang Relevan

1. Kajian Teori 1.1 Komparasi

Komparasi berasal dari bahasa Inggris “Comparation”, yang artinya perbandingan (Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,1990:

450). Arswani Sujud dalam Suharsimi Arikunto (2006: 247) mengemukakan bahwa “Penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja”. Pendapat serupa dikemukakan oleh Winarno Surakhmad (2004:143) dalam bukunya Pengantar Pengetahuan Ilmiah mengatakan bahwa Komparasi adalah Penyelidikan yang berusaha mencari pemecahan melalui analisis tentang hubungan sebab akibat, yaitu memilih faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan faktor lain. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Studi Komparasi adalah suatu bentuk penelitian yang membandingkan antara variabel-variabel yang saling

(24)

24

berhubungan dengan menemukan perbedaan-perbedaan ataupun persamaannya. (Sari 2009:8)

1.2 Grafitti

a) Definisi Grafitti

Grafitti berasal dari Bahasa Italia “grafitto-grafitti” (bentuk plural/jamak) yang di definisikan sebagai coretan atau gambar yang digoreskan pada dinding atau permukaan apa saja. Dalam Dunia seni rupa, istilah ini di ambil dari kata “grafitto” yang merupakan nama teknik menggores pada keramik sebelum dibakar dan membuat desain pada suatu permukaan dengan benda tajam atau kapur (biasanya digunakan saat membuat mural atau fresco). Selain itu, grafitto juga dianggap graphien (Yunani) yang berarti menulis. (Barry 2008:31)

Menurut Alex Alonso Dalam Makalahnya Urban Grafitti on City Landscape. Department of Georgraphy. University of Southen California (1998) menjelaskan arti graffiti sebagai berikut, “The word graffiti means “little scratchings” and it comes from the Italian graffiare, which means to scratch.” Jadi kata Grafitti mempunyai makna “Goresan Kecil” dan ia berasal dari kata Italia graffiare, yang berarti goresan.

Graffiti adalah kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya cat semprot kaleng.

Walaupun dengan skill dan peralatan yang masih sederhana, konsep

(25)

25

tulisan dan dinding menjadi media paling aman untuk mengekspresikan pendapat secara diam-diam pada saat itu.

Grafitti adalah seni yang di ekspresikan oleh seniman lewat media tembok beton atau media dinding kayu serta beton yang dapat di lukis dalam bentuk huruf,gambar yang mempunyai makna tertentu sebagai curahan hati yang membuat nya di tuangkan dalam bentuk tulisan dan gambar sedemikian rupa yang biasanya memakai cat pilox sebagai cairan pewarna atau juga memakai compressor.

Seni graffiti merupakan kegiatan seni rupa yang menggunakan komposisi warna, garis, bentuk dan volume yang menampilkan suatu keindahan yang bertujuan untuk menyampaikan pesan secara non verbal kepada masyarakat luas melalui seni lukis. Kata grafiti berasal dari bahasa latin yaitu Graphium yang artinya adalah Tulisan. Sejarah seni grafiti dimulai sejak zaman dulu, digunakan sebagai media komunikasi dan sarana mistisme dan spiritualisme (pemujaan). Grafiti juga digunakan sebagai sarana propaganda untuk menyindir dan menunjukkan ketidakpuasaan kepada pemerintah saat zaman Romawi.

(Budyastomo 2018:147)

b) Sejarah Perkembangan Grafitti 1) Sejarah Grafitti Dunia

Graffiti telah ada sejak adanya umat manusia. Gambar semacam Graffiti sudah ada di Gua Lascaux, Perancis. Gambar tersebut diukir di dinding gua dengan tulang atau batu, tetapi

(26)

26

manusia purba pada waktu itu juga sudah mengetahui teknik stensil dan teknik semprot. Mereka meniup bubuk berwarna melalui tulang berongga untuk membuat siluet. Di Yunani kuno, ditemukan potongan-potongan tanah liat yang diatasnya terdapat ukiran-ukiran berupa catatan-catatan. Sementara itu, penggalian di Pompeii banyak memberi pengetahuan mengenai macam-macam Graffiti, termasuk slogan dan cara menggambar.

Pada tahun 1904, majalah pertama yang fokus membahas Graffiti diluncurkan: Anthropophyteia. Selama perang dunia kedua, Nazi menggunakan tulisan di dinding sebagai alat propaganda untuk membangkitkan kebencian terhadap Yahudi dan pembangkang. Bagaimanapun, Graffiti juga penting untuk gerakan perlawanan sebagai media untuk mengumumkan pembangkangan kepada masyarakat umum. Satu contoh “The White Rose”, sekelompok nonkonformis Jerman yang mengatakan melawan Hitler dan rezimnya pada tahun 1942 melalui surat selebaran dan menggambar slogan, sampai mereka ditangkap pada tahun 1943. (Ganz 2004:8)

Pada saat pemberontakan mahasiswa di tahun 1960-an dan 1970-an, para pengunjuk rasa membuat kata-kata bangkangan mereka dengan di tulis di poster dan tulisan yang dilukis, siswa Perancis seringkali menggunakan teknik pochoir (kata Perancis untuk stensil graffiti), pendahulu gerakan stensil masa kini.

(27)

27

Grafitti hari ini berkembang dari akhir tahun 1970-an di New York dan Philadelphia, di mana artis seperti Taki 183, Julio 204, Cat 161 dan Cornbread melukis nama mereka di dinding atau di stasiun kereta bawah tanah di sekitar Manhattan.

Riasan unik dari Kota New York (di mana perkampungan kumuh Harlem dan dunia glamor Broadway berdiri berdampingan) tampaknya telah menjadi tempat lahirnya seniman grafiti pertama, mereka menyatukan berbagai budaya dan isu-isu kelas dalam satu tempat. Lingkungan tersebut memicu sebuah pertempuran artistik terhadap pialang kekuasaan dalam masyarakat, memisahkan diri dari kemiskinan dan ghetto (kota yang ditempati golongan minoritas). Cornbrad, misalnya, menjadi terkenal dengan menyemprotkan „tag‟-nya (tanda tangan mencolok seorang seniman grafiti) pada seekor gajah di kebun binatang. Melalui pelopor ini, Graffiti Amerika lahir dan menjadi pelopor Graffiti seluruh dunia

Awalnya seniman grafiti sering menggunakan nama asli atau nama panggilan mereka, namun mereka mulai memakai nama samaran mereka. Banyaknya jumlah seniman graffiti baru membuat mereka ingin memakai nama samaran agar karya mereka menonjol dan menarik di seluruh kota. Tag semakin besar dan lebih besar sampai 'pieces' pertama (kependekan dari masterpieces) muncul di kereta Api New York. Banyak seniman

(28)

28

mencari pengakuan, baik dengan cara melukiskan kereta dengan pieces terbaik mereka. Sementara itu, Stensil dan seniman jalanan, ingin berkomunikasi dengan pelintas dan juga ingin membentuk lingkungan mereka sendiri tanpa kendala.

Seen, Lee, Dondi (RIP), Stayhigh 149, Zephyr, Blade dan Iz the Wiz menjadi pahlawan melalui kuantitas dan kualitas karya mereka. Seniman Grafitti ini awalnya menargetkan kereta api sebagai tempat menuangkan karya graffiti mereka, karena mereka sering bepergian ke seluruh kota dan dilihat oleh jutaan orang. Menjelang pertengahan-1980-an, tidak ada satu pun gerbong kereta api yang belum pernah di gambar grafitti.

Semua ini berubah sekitar tahun 1986, ketika otoritas New York mengambil langkah-langkah untuk melindungi properti mereka dari grafiti dengan memasang pagar di sekitar pekarangan stasiun dan membersihkan kereta secara teratur.

Ketika para seniman Grafitti New York berpergian, fenomena grafiti menyebar ke seluruh Amerika Serikat, dan tak lama kemudian kereta api menjadi sasaran di Eropa. Pada saat yang sama, pameran pertama berlangsung di Amsterdam dan Antwerpen. Pieces mulai muncul di hampir setiap kota Eropa dari awal 1980-an, meskipun gerakan Graffiti sebelumnya telah berkembang di Amsterdam dan Madrid yang berasal dari Punk.

(29)

29

Namun, gerakan Grafitti eropah benar-benar berkembang dengan adanya musik Hip-Hop. Mayoritas grafiti di eropah didasarkan pada model Amerika, yang tetap paling populer hingga saat ini. Dengan hip-hop, Graffiti memasuki hampir setiap negara yang dipengaruhi Barat dan Barat dan kemudian berusaha untuk melangkah lebih jauh, Kemudian Grafitti menyebar ke Asia dan America selatan, tetapi budaya grafiti mereka sekarang tumbuh pada tingkat yang fenomenal dan telah mencapai standar tinggi , khususnya di Amerika Selatan. (Ganz 2004:8)

2) Sejarah Grafitti Indonesia

Di Indonesia, goresan gambar tertua di temukan di dinding gua Pattae kere, yang terletak di daerah Maros, Sulawesi Selatan (Kebudayaan Toala, Mesolitikum, c.4000 tahun lalu). Gambar pada gua itu sangat berbeda dari gambar hiasan dinding buatan jaman purba yang biasanya bertujuan untuk memperindah tempat tinggal manusia yang didiaminya. Gambar tersebut bermakna lebih dalam, yaitu mengandung pesan pengharapan.

Terlepas dari tujuan pembuatannya, jika di perhatikan dari cara atau teknik membuatnya (goresan) gambar pada gua itu dapat dikategorikan termasuk graffiti.

Dari pengamatan yang dilakukan pada tulisan di gua Jati Jajar diperkirakan bahwa maksud orang pertama membuat

(30)

30

goresan tersebut adalah agar keberadaannya pernah berkunjung ketempat itu diketahui. Namun tanpa disadari, tindakan itu ternyata menular dan ditiru oleh orang-orang yang berkunjung sesudahnya, dengan menuliskan nama mereka di atas namayang terdahulu. Penularan ini tentu saja tanpa disadari oleh pembuat yang pertama karena terjadi begitu saja. Hampir serupa dengan kejadian di atas, pola penularan atau peniruan yang sama juga terjadi dalam perkembangan graffiti dimasa sekarang.

Gerakan membuat graffiti secara massal pernah terjadi di Indonesia. Gerakan tersebut terjadi bukan bertujuan untuk mengembangkan kesenian, melainkan untuk mengobarkan semangat juang rakyat mengusir penjajah belanda pada tahun 1945. Pada waktu itu, hampir semua sudut kota di Indonesia dipenuhi graffiti yang berisi pesan-pesan yang mampu mengobarkan semangat berjuang. Beberapa seniman yang tergabung dalam Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI), bahu-membahu bersama para pejuang lain untuk mengangkat senjata sekaligus berkarya.

Di masa perjuangan kemerdekaan tahun 1945, penempelan poster-poster maupun gambar mural pada tembok luar ruang dilakukan dengan tujuan untuk menyampaikan propaganda perjuangan agar dapat dipahami dan diterima masyarakat luas.

Selain seniman Persagi, poster-poster juga dibuat oleh Pusat

(31)

31

Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) yang didirikan pada tahun 1945 oleh Djajengasmoro dan beberapa temannya. Kelompok ini mebuat sejumlah poster dan spanduk dengan keyakinan bahwa “Cat, pensil dan kertas akan bersama-sama dengan pelor- pelor dan kata-kata diplomasi mengusir sisa-sisa penjajahan.

Dimasa awal Kemerdekaan Republik Indonesia, Pemerintahan Soekarno berkali-kali mengalami pergantian Undang-Undang Dasar, Sistem Politik, dan susunan cabinet.

Pergantian-pergantian ini kadang memicu timbulnya aksi penolakan, atau sebaliknya dukungan, dari organisasi politik maupun militer. Dalam aksi tersebut, digunakanlah poster sebagai media yang berisi ajakan atau propaganda yang ditujukan kepada masyarakat. Poster-poster tersebut ditempelkan pada tembok-tembok kota, terutama di tempat yang dianggap strategis. Hal ini dilakukan agar mampu menarik perhatian umum sehingga pesan yang dikandungnya bisa disampaikan dengan lebih efektif. Hal yang sama dilakukan pada masa Orde Baru. Penempatan karya di ruang publik, berupa poster dan baliho berukuran raksasa, dilakukan untuk menyampaikan pesan propaganda politik atau pesan pembangunan yang ditetapkan pemerintah kepada masyakat luas. (Barry 2008:31)

(32)

32

Gambar 1

Graffiti pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia 1945.

Foto diambil dari: Barry, Syamsul. 2008.Jalan Seni Jalanan Yogyakarta, Yogyakarta :Studium

Gambar 2

Graffiti saat reformasi 1998.

Foto diambil dari: Barry, Syamsul. 2008.Jalan Seni Jalanan Yogyakarta, Yogyakarta :Studium

c) Grafitti dan Lingkungan Kota

McCormick, et al (2010) secara khusus mengulas tentang graffiti, layaknya sebuah karya visual kuat akan pesan-pesan yang

(33)

33

ingin disampaikan. Kehadirannya di ruang publik memungkinkan pesan menjadi lebih cepat tersampaikan. Masyarakat tidak perlu lagi meluangkan waktu untuk mengunjungi galeri seni untuk dapat menikmati sekaligus berinteraksi dengan karya seni. Seni dan karyanya telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat kota.

(McCormick, et al, 2010).

Bussard, Ward, dan Yee (1999) pernah menulis tentang fenomena kehidupan masyarakat kota, bahwa persoalan keseharian yang dalam esai Charles Baudelaire (1863), The Painter of Modern Life, menjadi insiprasi bagi para pelukis impresionis untuk melukis subjek-subjek modern; subjek-subjek modern dalam wujud persoalan keseharian yang terjadi di sepanjang jalan di kota Paris, jembatan, dan kafe pinggir jalan Melalui karyanya, seniman graffiti dapat menyampaikan berbagai pesan, di antaranya: pernyataan diri (self statement), pernyataan kelompok (group/community statement), identitas sebuah kelompok, ajakan atau imbauan, dan tentunya pesan yang mengandung protes sosial. Pesan-pesan tersebut dengan mudah diterima dan berinteraksi dengan audiens. Proses interaksi antara karya (graffiti) dengan audiens bersifat variatif, berdasarkan latar belakang budaya dan pendidikan audiens.

Graffiti sebagai bagian dari keseharian masyarakat kota, tidak terlepas dengan kedekatan antara pemegang kekuasaan (pusat) dengan para senimannya (warga kota). Sejumlah kebijakan yang

(34)

34

bersifat sektoral maupun global menjadi sebuah isu yang mendorong respons dari para senimannya. Kebijakan yang dibuat pemegang kekuasaan tidak selalu dapat mewakili kepentingan tiap lapisan masyarakat. Sudah pasti tentunya ada beberapa pihak yang diuntungkan juga dirugikan dengan kebijakan tersebut.

Persoalan yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat kerap muncul akibat dari keputusan dan kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Tidak jarang sebuah keputusan justru melahirkan persoalan baru dalam kehidupan sosial masyarakat.

Bagi mereka para seniman kota, khususnya seniman graffiti, persoalan tersebut menjadi sebuah pemicu bagi mereka untuk berkarya. Tentu saja masih banyak persoalan di perkotaan yang bersentuhan langsung dengan para seniman graffiti, yang menjadi pemicu mereka untuk bersuara. Karya mereka menjadi representasi dari suara dan kegelisahan mereka sebagai seniman sekaligus bagian dari masyarakat kota. (Darisman 2014:751)

d) Jenis-jenis Grafitti

Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, graffiti telanjur menjadi ancaman bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau geng. Selain dilakukan di ruang kosong, graffiti pun

(35)

35

sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah. (Rismawan 2011:76)

Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa graffiti adalah kegiatan ilegal. Ada banyak jenis dalam seni graffiti, Adapun jenis graffiti diantaranya adalah:

1) Tagging

Tagging adalah salah satu jenis gaya yang paling dasar dalam graffiti. Bisa dibilang semua graffiti writer mempunyai gaya tagging yang berbeda-beda. Tagging pertama kali dipopulerkan oleh seseorang yang bernama Demetrius atau yang lebih dikenal dengan nama Taki183 di setiap penjuru kota New York pada tahun 1960. (Mulyadi 2016:9)

Gambar 3 Tagging.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016.

Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi

(36)

36

dan Modernisasi di Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

2) Throw up

Throw up adalah seni menggambar graffiti dengan cepat, biasanya seorang seniman graffiti tidak menuliskan nama lengkapnya dalam sebuah throw up. Istilah throw up tercipta dari fakta bahwa “bomb” atau sebuah karya graffiti dimuntahkan atau dibuat di tembok, kereta api, bis kota, dll dengan sangat cepat.

Contoh seniman graffiti yang sangat terkenal dengan throw up nya adalah Nekst, Steel, Ja, Cope2, Vizie, Revok. (Mulyadi 2016:10)

Gambar 4 Throw Up.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

3) Blockbuster

(37)

37

Blockbuster adalah salah satu jenis graffiti dimana seorang seniman atau kelompok graffiti menuliskan nama mereka di tembok, kereta api, dll dengan ukuran yang sangat besar dan menutupi seluruh media. Istilah ini diambil dari jenis bom yang

memiliki kerusakan yang sangat besar. Contoh seniman atau kelompok graffiti yang terkenal dengan karya blockbuster nya adalah 1UP, Nekst, Tats. (Mulyadi 2016:10)

Gambar 5 Blockbuster.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

4) Piece

Diambil dari kata masterpiece yang berarti mahakarya Pieces merupakan karya besar sang seniman sebenarnya. Setiap seniman graffiti memiliki piece, adalah dalam membuat sebuah piece dibutuhkan waktu yang lebih lama dari pada membuat tag dan throw up karena melibatkan banyak warna dan teknik-teknik

(38)

38

dalam menggambar dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi.

(Wardah Amilah Yani 2016:332)

Gambar 6

Piece oleh Valium, 2012

Foto diambil dari: Yani,Wardah Amilah. 2016. Analisis Garis dan Warna Graffiti Darbotz pada Pameran Monster Inside Us,

Surabaya :Universitas Negeri Surabaya 5) Oldschool piece

Gaya graffiti ini adalah gaya graffiti pertama yang muncul dan popular di kota New York pada tahun 1980-an. Gaya graffiti ini mempunyai ciri-ciri dimana bentuk tulisan yang mempunyai bentuk yang sangat simple dan mudah terbaca, berbeda dengan kebanyakan graffiti yang kita lihat sekarang. Contoh seniman graffiti yang mempopulerkan gaya ini Cope2.(Mulyadi 2016:11)

(39)

39

Gambar 7 Oldschool Piece.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

6) Wildstyle piece

Gaya graffiti ini mulai popular di tahun 1990-an, dengan komposisi warna dan bentuk yang rumit sehingga sangat tidak termudah terbaca oleh kebanyakan orang membuat gaya graffiti ini sangat menarik dan popular. (Mulyadi 2016:11)

Gambar 8 Wildstyle Piece.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia 7) Character

(40)

40

Gaya graffiti ini kebanyakan menyajikan alter ego dari sang seniman graffiti. Mereka membuat sebuah karakter yang menggambarkan fisik dan kepribadian mereka. Gaya graffiti ini masih sangat popular hingga sekarang. Contoh seniman graffiti yang mempopulerkan Tuyuloveme. (Mulyadi 2016:12)

Gambar 9 Character.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

8) Abstract

Gaya graffiti ini pertama kali dipopulerkan oleh Futura2000 seorang seniman graffiti asal New York. Dengan karakteristik yang sangat berbeda dari konsep graffiti pada asalnya. Gaya graffiti ini banyak menginspirasi munculnya beberaapa seniman graffiti di masa sekarang yang membuat abstract graffiti. Contohnya Sliks.

(Mulyadi 2016:13)

(41)

41

Gambar 10 Abstract.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

9) Calligraffiti

Calligraffiti berasal dari kata calligraphy dan juga graffiti.

Gaya ini banyak terinspirasi dari huruf Arab, Mesir dan juga China.

Alat yang digunakan oleh seniman calligraffiti juga adalah kuas bukan menggunakan aerosol atau cat semprot seperti graffiti yang lain. Contoh seniman yang mempopulerkan sliks. (Mulyadi 2016:13)

Gambar 11 Calligraffiti.

Foto diambil dari: Mulyadi,Rizky Akbar. 2016. Perancangan Buku Fotografi Street Art antara Tradisi dan Modernisasi di

Kota Yogyakarta, Yogyakarta :Institut Seni Indonesia

(42)

42 e) Fungsi Grafitti

Fungsi Grafitti Menurut Rismawan (2011) diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Bahasa rahasia kelompok tertentu.

b. Sarana ekspresi ketidakpuasan terhadap keadaan sosial.

c. Sarana pemberontakan.

d. Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial.

(Rismawan 2011:82)

Menurut fungsinya, graffiti juga memiliki fungsi tertentu. Jadi graffiti ditulis tidak sembarangan saja tanpa fungsi yang jelas.

Menurut Samuel (2011) bahwa graffiti berfungsi untuk: 1) Pesan simbolik tentang tertib lalu lintas, 2) Pesan simbolik tentang persatuan, 3) Pesan simbolik tentang semangat dan hiburan, 4) Pesan simbolik tentang pembangunan, dan 5) Pesan simbolik tentang penghijauan, lingkungan, narkoba dan seks bebas.

Di sisi lain, Amanda (2010) menemukan bahwa fungsi dari graffiti ada tujuh yaitu: 1) graffiti sebagai alat untuk melakukan sesuatu atau instrumental, 2) mempengaruhi lawan bicara, 3) berfungsi untuk membuat pertanyaan atau representation, 4) memelihara hubungan sosial atau interaksi, 5) mengekspresikan perasaan atau personal, 6) memperoleh pengetahuan atau heuristic, 7) melahirkan sesuatu gagasan atau imajinatif.

(43)

43

Roymonda (2008) mengatakan bahwa ada tiga jenis register dari graffiti yang dikategorikan berdasarkan kelas kata. Register berada dalam bentuk kata benda, kata sifat dan kata kerja.

Sedangkan fungsi graffiti adalah: 1) menyebarkan popularitas, 2) meminta orang untuk melakukan kebaikan, 3) merayakan peristiwa, 4) mengakui perasaan koruptor itu, 5) memotivasi orang, 6) iklan toko, dan 7) memberikan hadiah perpisahan. Dalam hal gaya seni graffiti dapat disimpulkan bahwa gaya seni graffiti di Surakarta adalah bubble, 3D, suku, blockbuster dan wack. (Irwan 2016:6) 1.3 Kajian Estetika Pada Seni Graffiti

Dalam Penelitian ini Penulis menggunakan Teori Dr. A.A.M Djelantik pada Teori Estetika Bentuk dan menggunkan Teori Edmund Burke Feldman pada Teori Estetika Fungsional.

a) Definisi Estetika

Secara etimologis, istilah “estetika” berasal dari kata sifat dalam Bahasa yunani, aisthetikos, yang artinya „berkenaan dengan persepsi‟.

Bentuk kata bendanya adalah aesthesis, yang artinya „persepsi indrawi‟.

Sementara bentuk kata kerja orang pertamanya adalah aisthanomai, yakni „saya mempersepsi‟. Pengertian „indrawi‟ disini sangat luas,

mencakup penglihatan, pendengaran sekaligus juga perasaan.

(Suryajaya 2016:1)

Ilmu Estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan, mempelajari semua aspek dari apa

(44)

44

yang kita sebut keindahan (Djelantik 2001: 7). Secara ringkas dapat digolongkan hal-hal yang termasuk ke dalam kategori indah yaitu keindahan alami dan keindahan yang diciptakan dan diwujudkan oleh manusia. Sedangkan menurut Agus Sachari, Estetika adalah filsafat yang membahas esensi daritotalitas kehidupan estetik dan artistik yang sejalan dengan zaman (2002:3). Ilmu Estetika memiliki 2 aspek, yaitu:

1) Aspek Ilmiah (scientific aspect)

Dalam aspek ilmiahnya ilmu estetika, penelitiannya menggunakan cara-cara kerja (metodologi) yang sama dengan ilmu pengetahuan lain pada umumnya, yang terdiri dari:

a. Observasi (pengamatan) b. Eksperimen (percobaan) c. Analisa (pembahasan)

2) Aspek Filosofis (philosophical aspect)

Dalam aspek filosofisnya ilmu estetika memakai metodologi yang agak berlainan. Disamping observasi dan analisa melakukan komparasi (perbandingan), analogi (menonjolkan unsur persamaan), asosiasi (pengkaitan), sintesis (penggabungan), dan konklusi (penyimpulan). Aspek filosofi ilmu estetika dapat juga dinamakan aspek subyektif, karena langsung berkaitan dengan kepribadian, pendirian, dan falsafah dari pengamat yang bersangkutan yang menggunakan norma-norma filosofis perorangan. (Tiofany 2016:8)

(45)

45

b) Unsur Unsur Estetika dengan Menggunakan Teori A.M Djelantik

Menurut A.M. Djelantik, unsur-unsur dari estetika ada tiga yaitu:

1. Wujud/rupa (appereance): Menyangkut bentuk (unsur yang mendasar) dan susunan atau struktur.

2. Bobot/isi (content/substance): Menyangkut apa yang dilihat dan dirasakan sebagai makna dari wujud, seperti suasana (mood), gagasan (idea) dan ibarat/pesan.

3. Penampilan/penyajian (presentation): Menyangkut cara penyajian karya kepada pemerhati atau penikmat. Penampilan sangat dipengaruhi oleh bakat (talent), keterampilan (skill), dan sarana/media (medium). (Djelantik 1999:17)

c) Fungsi Seni dengan Menggunakan Teori Edmund Burke Feldman

Fungsi Seni menurut Feldman yang membagi fungsi seni menjadi tiga: 1) Fungsi personal, 2) Fungsi sosial, 3) Fungsi fisik. Fungsi personal adalah seni sebagai suatu alat atau bahasa untuk mengekspresikan perasaan dan ide-ide, berkaitan dengan situasi yang mendasar, hubungan spiritual dan ekspresi estetis. Fungsi sosial seni adalah bahwa karya seni itu memiliki fungsi sosial apabila karya seni itu mencari atau cenderung memengaruhi perilaku kolektif orang banyak, karya seni itu diciptakan untuk dilihat atau dipakai, digunakan khususnya dalam situasi-situasi umum, karya seni itu mengekspresikan

(46)

46

atau menjelaskan aspek-aspek tentang eksistensi sosial atau kolektif sebagai lawan dari bermacam-macam pengalaman personal maupun individu. Fungsi fisik seni adalah suatu ciptaan objek-objek yang dapat berfungsi sebagai wadah atau alat. (Feldman 1967: 2-3)

d) Unsur-Unsur Estetika yang terdapat pada Seni Grafitti

Seperti yang kita ketahui A.A.M Djelantik telah membagikan unsur-unsur estetika ada 3 iaitu 1) Wujud, 2) Bobot, dan 3) Penyajian.

Wujud adalah kenyataan yang nampak secara konkrit (berarti dapat di persepsi dengan mata dan telinga) maupun kenyataan yang tidak nampak secara konkrit, yakni abstract, yang hanya bisa di bayangkan seperti suatu yang diceritakan atau dibaca dalam buku. (Djelantik 1999:19)

Adapun Unsur-unsur Estetika Menurut A.A.M Djelantik dalam bukunya Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (1999) adalah :

1) Wujud

Dalam semua jenis kesenian, visual atau akustis, baik yang kongkrit maupun yang abstrak, wujud dari apa yang di tampilkan dan dapat dinikmati oleh kita, mengandung dua unsur yang mendasar iaitu bentuk (Form) dan tatanan (Structure). (Djelantik 1999:20)

Adapun unsur-unsur yang yang ada dalam bentuk adalah:

a. Titik

Titik adalah bentuk sederhana. Titik sendiri tidak mempunyai ukuran atau dimensi. Titik tersendiri belum memiliki arti tertentu.

(47)

47

Kumpulan dari beberapa titik akan mempunyai arti dengan menempatkan titik-titik itu secara tertentu.

b. Garis

Garis sebagai bentuk mengandung arti yang lebih daripada titik; karena adanya bentuk sendiri, garis menimbulkan kesan tertentu pada sang pengamat.

c. Bidang

Bila sebuah garis diteruskan melalui belokan atau paling sedikitnya dua buah siku sampai kembali lagi pada titik tolaknya, wilayah yang dibatasi di tengah garis tersebut menjadikan suatu bidang. Bidang mempunyai dua ukuran, lebar dan panjang, yang disebut dua dimensi.

d. Ruang

Kumpulan dari beberapa bidang akan terbentuk ruang, ruang yang mempunyai tiga dimensi: panjang,lebar dan tinggi.

e. Sinar

Dalam seni lukis permainan terang gelap di atas kanvas memberi bayangan yang memberikan kesan relief dangkal atau dalam serta kesan-kesan lain seperti kesan jarak, suasana, ritme, intensitas; yang tidak terbatas jumlahnya.

(48)

48 f. Warna

Warna-warni yang dapat kita lihat terbagi atas:

Warna primer,atau tulen, yakni warna-warni yang tidak bisa dibuat dengan memakai warna lainnya. Warna primer ini adalah:

merah, kuning dan biru.

Warna Sekunder, warna tahap kedua, yakni warna-warni yang dapat dibuat dengan campuran antara dua warna primer.

Warna Tersier, warna tahap ketiga, dibuat dengan warna sekunder dicampur dengan warna primer yang bukan komplemen dari warna itu.

Semua warna mempunyai sifat-sifat sesuai penangkapan mata kita, sifat-sifat itu adalah:

1. Corak (hue)

Hal ini menyatakan jenis warna itu sendiri, misalnya

“merah”, “biru”.

2. Nada (tone)

Hal ini menunjukkan pada kualitas tua atau muda dari warna itu; misalnya “merah-muda, merah-tua”.

3. Cerah, kekuatan (intensity)

Hal ini ditentukan oleh taraf kejenuhan zat warna yang berada dalam warna itu. Lebih banyak warna yang dilarutkan, lebih jenuh larutannya dan lebih cerah warnanya, begitu juga sebaliknya.

(49)

49 4. Kesan suhu (Temperature)

Masing-masing warna memberi kesan suhu tersendiri.

Warna merah memberi rasa panas, warna hijau,biru, dan ungu memberi kesan dingin.

5. Suasana (mood)

Secara langsung setiap warna bisa berpengaruh dengan memciptakan rasa khas pada manusia. Walaupun perasaan suasana itu juga tergantung dari sensitivitas sang pengamat sendiri.

6. Kesan-Jarak (distance)

Disamping kekuatan asalnya, masing-masing warna memberi kesan-jarak. Pada umumnya benda yang diberi warna lebih kuat, lebih cerah, memberi kesan berada lebih dekat dengan penonton daripada yang berwarna lemah atau luntur.

(Djelantik 1999:20) 2) Bobot

Isi atau bobot dari benda atau peristiwa kesenian meliputi bukan hanya yang dilihat semata-mata teteapi juga apa yang dirasakan atau dihayati sebagai makna dari wujud kesenian itu.

Bobot kesenian mempunyai tiga aspek:

a. Suasana (mood)

Paling jelas tercipta dalam seni music dan seni kerawitan.

Dijumpai pula dalam penciptaan segala macam suasana untuk

(50)

50

memperkuat kesan-kesan yang dibawakan oleh para pelaku dalam film, drama, tari-tarian atau drama gong. Juga dalam kesenian lain seperti seni sastra, seni lukis dan seni patung, suasana dapat ditonjolkan sebagai unsur-unsur yang utama dalam bobot karya seni tersebut.

b. Gagasan (idea)

Dengan ini dimaksudkan hasil pemikiran atau konsep, pendapat atau pandangan sesuatu. Dalam kesenian tidak ada suatu cerita yang tidak mengandung bobot; yakni ide atau gagasan yang perlu disampaikan kepada penikmatnya. Bagaimanapun sederhana ceritanya, tentu ada bobotnya. Pada umumnya bukan cerita semata yang dipentingkan tetapi bobot, makna dari cerita itu.

c. Ibarat, pesan (message)

Disini melalui kesenian kita menganjurkan kepada sang pengamat atau lebih sering kepada khalayak ramai. Hal ini meliputi juga propaganda, misalnya anjuran kepada Keluarga Berencana, himabauan untuk membantu Palang Merah. Paling nampak hal ini dilihat dalam seni iklan. (Djelantik 1999:59) 3) Penyajian

Dengan penampilan dimaksudkan cara bagaimana kesenian itu disajikan, disuguhkan kepada yang menikmatinya, sang pengamat.

Untuk penampilan kesenian tiga unsur yang berperan:

(51)

51 a. Bakat (talent)

Bakat adalah potensi kemampuan khas yang dimilik oleh seseorang, yang didapatkan berkat keturunannya. Secara biologis keturunan itu ditentukan oleh kehadiran unsur-unsur genetik, yang disebut gen yang terletak pada kromosom dalam masing- masing sel dari tubuh makhluk. Orang yang mempunyai bakat melukis akan lebih mudah menghasilkan karya lukisan yang bermutu dari yang tidak mempunyai bakat.

b. Keterampilan (skill)

Keterampilan adalah kemahiran dalam pelaksanaan sesuatu yang dicapai dengan latihan. Taraf kemahiran tergantung dari cara melatih dan ketekunannya melatih diri.

c. Sarana atau Media (medium atau vehicle)

Busana, make up dan sebagainya. Yang tergolong wanaha instrinsik sangat mempengaruhi kesenian yang ditampilkan, Disamping itu akan disinggung tentang faktor-faktor sarana yang mempengaruhi atas penampilan karya kesenian itu, yang lebih banyak menyangkut wahan ekstrinsik. (Djelantik 1999:73)

e) Prinsip-Prinsip Estetika yang terdapat pada Seni Graffiti

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa seni graffiti adalah bagian dari seni lukis, Dalam berkarya seni graffiti perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam penyusunan unsur-unsur visual agar karya tersebut memiliki struktur visual yang menarik.

(52)

52

Struktur visual yang dijelaskan oleh A.A.M Djelantik adalah keutuhan (Unity). Dengan keutuhan dimaksudkan bahwa karya yang indah menunjukkan dalam keseluruhannya sifat yang utuh,yang tidak ada cacatnya, berarti tidak ada yang kurang dan tidak ada yang berlebihan.

Ada tiga macam kondisi (Keadaan yang dibuat khusus) yang berpotensi atau bersifat memperkuat keutuhannya, adalah:

1. Simetri (symetry)

Simetri atau kesitakupan adalah ciri atau kondisi dari suatu kesatuan, dimana kesatuan itu bila dibagi-bagi dengan suatu tengah garis yang vertical(tegak lurus), menjadi dua bagian yang sama besarnya, bentuk dan wujudnya.

2. Ritme (rhytm)

Dalam suatu karya seni, ritme atau irama merupakan kondisi yang menunjukkan kehadiran seseuatu yang terjadi berulang-ulang secara teratur. Keteraturan ini bisa mengenai jaraknya yang sama, seperti dalam seni kerawitan, alam semesta telah memberi banyak contoh-contoh yang nyata mengandung warna yang bersifat ritme.

3. Harmoni atau Keselarasan

Dengan harmoni dimaksudkan adanya keselarasan antara bagian-bagian atau komponen yang disusun untuk menjadi kesatuan bagian-bagian itu tidak ada yang saling bertentangan, semua cocok dan terpadu. Tidak ada yang bertentangan dari segi bentuknya,

(53)

53

ukurannya, jaraknya warna-warninya dan tujuannya. (Djelantik 1999:42)

f) Unsur-Unsur Seni Rupa yang terdapat pada Seni Grafitti

Graffiti merupakan bagian dari seni lukis menggunakan media tembok. Pelukisan seni graffiti menggunakan komposisi warna, garis, volume, tulisan dan gambar. Melukis graffiti di tembok selalu disertai bahasa unik dan menarik untuk merespon penikmat atau pembaca graffiti tersebut. Ungkapan pada graffiti memiliki bentuk, makna, serta fungsi berbeda. Bahasa pada seni graffiti di tembok mengandung pesan untuk disampaikan penulis graffiti tersebut. (Prastya 2014:2)

Seperti yang dijelaskan diatas Grafitti merupakan bagian dari seni lukis yang berarti graffiti juga merupakan bagian dari seni rupa, dimana seni rupa mempunyai unsur-unsur dalam pembuatan karya seni rupa.

Unsur-unsur rupa ialah garis (line), bentuk (shape), warna (colour), dan gelap terang atau nada (light-dark, tone). (Feldman 1967:225-255).

Berikut adalah penjelasan dari penggunaan unsur-unsur seni rupa tersebut;

1. Line (Garis)

Ada perbedaan diantara garis dan garis (dalam hal yang umum). Garis adalah jalur yang terbuat dari instrumen/benda seperti

(54)

54

pulpen, pensil, crayon dan batangan. Dalam geometris, “Garis adalah gabungan dari banyak titik”.

Definisi ini memberi arti bahwa garis adalah kesatuan yang dinamis; garis juga mnyiratkan tindakan karena tindakan sangat dibutuhkan dalam membuat garis. Garis dalam hal umum bisa juga diartikan sebagai arah, orientasi, gerak, dan juga energi. Efek dari gerak tersebut dicapai dari beberapa bentuk, yang mana tidak ada satupun yang kurus, tajam dan linear. Tetapi semuanya secara kolektif menyiratkan ke arah. Dalam Bahasa lain, Garis adalah tanda aktual yang terbuat dari semua mode umum ekspresi visual.

(Feldman 1967:225) 2. Shape (Wujud/Raut)

Menurut filosof di moliere play, The Marriage Play, Wujud adalah “manifestasi fisik terluar untuk menggerakkan benda” yang mana bentuk adalah “manifestasi fisik terluar dari objek yang tidak bernyawa. Seseorang berbicara bentuk dari sebuah topi tetapi tidak wujudnya. Seseorang berbicara wujud dari wanita tetapi referensi tentang bentuknya sangat kurang layak. Jelasnya, Perbedaan dari wujud dan bentuk bergantung dari objeknya hidup atau tidak. Bentuk yang merupakan kelanjutan dari garis, terlihat mengambil prioritas dari warna dan juga tekstur dalam persepsi kami dari fenomena visual. (Feldman 1967:233)

(55)

55

Dari segi perwujudannya, raut dapat dibedakan menjadi raut geometris, raut organis, raut bersudut banyak, dan raut tak beraturan.

Raut geometris adalah raut yang berkontur atau dibatasi oleh garis lurus atau lengkung yang mekanis, seperti bangun yang terdapat dalam geometri atau ilmu ukur. Raut organis atau biomorfis merupakan raut yang bertepi lengkung bebas, sedangkan raut yang bersudut banyak memiliki banyak sudut berkontur garis zigzag. Raut tak beraturan mungkin karena tarikan tangan bebas, terjadi secara kebetulan, atau melalui proses khusus yang mungkin sulit dikendalikan. Raut yang terdapat pada karya lukis penulis kebanyakan adalah raut organis, karena obyek-obyek yang dipilih adalah benda-benda yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas. Sedangkan raut geometris terdapat pada bentuk gedung- gedung dan beberapa obyek yang berbentuk lingkaran. (Majid 2016:6)

3. Light and Dark (Gelap terang)

Seniman menggunakan kegelapan sebagai alat positif dimana mereka berkerja dengan baying-banyang untuk menunjukkan cahaya. Kertas terlihat seperti cahaya karena fungsi kontras dengan area hitam yang di lukiskan oleh seniman. Tanpa sedikit kontras kita akan mempunyai sensasi dari cahaya tapi tidak bisa memperlihatkan garis dan bentuk. (Feldman 1967:240)

(56)

56 4. Color (Warna)

Beberapa sistem warna berhubungan dengan persepsi fisiologi lebih daripada estetika atau persepsi psikologi. Yang lain mungkin berkembang dari kebutuhan industry untuk mengkalsifikasi dan mendeskripsikan perwarna, pigmen dan benda berwarna. Dalam beberapa level, seniman menggunakan warna, pigmen tepatnya lebih intuitif dari dasar ilmiah. Ada terminologi dasar tentang warna dalam penelitian ilmiah dan klasifikasi teoritik yang memfasilitasi tulisan tentang itu dan mengizinkan referensi warna kepada sifat warna yang menurut kami akan membentuk emosi estetik. Berikut merupakan beberapa istilah yang digunakan untuk menggabungkan warna:

a. Hue

Hue adalah identitas sebuah warna, supaya untuk membedakan semua warna dan agar bisa dikenali dengan jelas.

b. Value

Value berarti nilai. Value adalah tingkat kecerahan sebuah warna karena setiap warna memancarkan kecerahan berbeda. Ada warna yang tampak cerah dan ada juga yang tampak gelap.

c. Intensity

Intensity merupakan tingkat kecerahan atau kemuraman suatu warna. Warna yang cerah adalah warna yang mempunyai tingkat kecerahan yang tinggi begitu juga sebaliknya.

(57)

57 d. Local Color

Local color adalah warna yang mengidentifikasi suatu benda.

Seperti mesin api yang berwarna merah dan langit berwarna biru.

e. Complementary

Warna complementary adalah warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna dan apabila di gabungkan akan menjadi warna abu-abu.

f. Analogues

Analog adalah warna-warna yang tidak kontras dan komplementer. Warna analog adalah warna yang berdekatan dalam lingkaran warna, contohnya warna merah dan biru.

g. Warm and cool

Warna hangat adalah warna yang mengandung warna merah/terang. Warna dingin adalah warna yang mengandung warna biru/putih/redup. (Feldman 1967:247)

Herman Von Helmholtz dan James Clerk Maxwell pada sekitar tahun 1790 mengemukakan teori warna pertama kali yang didasarkan pada teori warna cahaya. Warna-warna pokok warna cahaya adalah merah, hijau, dan biru. Warna-warna pokok disebut warna primer, yakni warna yang bebas dari unsur lain. Hasil percampurannya disebut warna sekunder yakni warna kedua, dan warna tersier yakni warna ketiga sebagai hasil percampuran yang mengandung ketiga warna pokok (Majid 2016:7)

(58)

58

Graffiti lebih menekankan pada stilisasi rangkaian huruf dan biasanya dikerjakan dengan teknik cat semprot/airbrush. (Chandra 2013:46)

g) Aspek-aspek yang dinilai dalam karya Seni Graffiti

Aspek aspek yang dinilai dalam seni graffiti adalah sebagai berikut:

1. Penilaian Estetik

Dalam Penilaian Estetik, Peneliti menggunakan Teori Estetika A.A.M Djelantik guna menganalisa unsur-unsur estetik dalam karya seni graffiti Jinx8501.

2. Penilaian Fungsional

Dalam Penilaian Fungsional, Peneliti menggunakan Teori Edmund Burke Feldman guna menganalisa unsur-unsur fungsional dalam karya seni graffiti Jinx8501.

1.4 Biografi Jinx8501

Jinx8501 merupakan nickname yang dari seorang seniman graffiti yang bernama Muhammad Farid Prasetya Bhakti yang lahir di Ujung Pandang pada tanggal 21 januari 1992. Ia memsuki dunia akedemis pada tahun 1997 di TK Putra 1 kemudian melanjutkan studi pendidikan sekolah dasar pada tahun 1999 di Sekolah Dasar Negeri Mangkura 2 seterusnya melanjutkan studi sekolah menengah pertamanya di SMPN 3 Makassar pada tahun 2004 dan kemudian melanjutkan ke SMAN 2 makassar pada tahun 2007, setelah itu ia melanjutkan kuliahnya di Telkom University

(59)

59

Bandung pada tahun 2010. Jinx8501 mulai menyukai gambar pada saat ia masih berada di SMP dan kemudian melakukan gambar tembok pada saat ia masih berada di SMA dan mulai mengetahui grafitti pada saat ia menemukan seorang seniman grafitti yang bernama Kamil pada saat ia telah lulus SMA. Ia mulai banyak mengenal grafitti pada saat ia kuliah di Bandung. Pada saat itu ia juga memasuki sebuah kelompok grafitti yang biasa disebut dengan istilah kru dalam skena grafitti. Kru grafitti yang ia ikuti adalah JMK (jtwon midnight killer), RC (rufemcrew) dan W2M (we want more) Ada banyak acara event yang telah ia ikuti dalam negeri dan juga luar negeri, adapun acara yang telah ia ikuti adalah:

1. city supreme 2012 2. city supreme 2013

3. Just writing my name makassar by montana (JWMN) (2014) 4. city supreme 2015

5. boom yeah, bandung (2015) 6. city supreme 2016

7. street dealin X (2016) 8. click burnz, cirebon ( 2016)

9. projam city connection, bandung (2016) 10. street stage 1, bandung (2016)

11. street flick 1, bandung (2016)

12. projam city connection, bandung (2016) 13. jsw anniversary, jakarta (2016)

(60)

60

14. grayscale vibes vol. 1, bandung (2016) 15. owl eyes, bandung (2015)

16. city supreme 2017

17. ironwall 33, jakarta (2017) 18. street stage 2, bandung (2017) 19. rain city strike#6, bogor (2017)

20. pressure drops by montana x wadezig, bandung (2017) 21. street flick 2, bandung (2017)

22. datang bulan vol 3, sukabumi (2017) 23. only one opening, tangerang (2017) 24. under 5 minutes, bandung (2017) 25. kurang jauh pt.1, bandung (2017) 26. behind the wall, bandung (2017) 27. tepang sono#3, bandung (2017) 28. city supreme 2018

29. street dealin XI (2018)

30. write something, surabaya (2018) 31. rituwalls by ritusstore, makassar (2018)

32. monochrome spraydaily by montana, italy (2018) 33. the other side exibhition, jakarta (2018)

34. city supreme 2019

(61)

61 2. Kajian Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian yang dilakukan oleh Wardah Amilah Yani (2016) yang berjudul “Analisis Garis dan Warna Grafitti Darbotz Pada Pameran Monster Inside Us”. Hasil analisis yang dilakukan pada ketujuh karya di pameran “Monster Inside Us” menyatakan Darbotz menampilkan unsur garis yang didominasi dengan garis lurus, garis lengkung dan garis tak beraturan. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti adalah terletak pada terletak pada karya seni graffiti seniman graffiti. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui garis dan warna yang digunakan seniman graffiti darbotz pada karyanya, sedangkan peneliti sendiri meneliti tentang perbedaan estetik karya seniman graffiti Jinx8501 dari tahun ke tahun.

b. Penelitian yang relevan telah dilakukan oleh Moch Fawzi (2016) yang berjudul “Analisis Karya Seni Grafitti Sleepy”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam setiap karyanya, Sleepy merupakan writer/pelaku graffiti yang sangat detail dalam memperhatikan setiap karyanya, hal ini terlihat dalam karya-karyanya yang Begitu rapih dalam setiap sudut karyanya. Mulai dari pengunaan fill, line, shadow, Outline dan lighting sehingga karyanya terlihat sangat solid. Dalam hal eksplorasi karya Sleepy cenderung berkiblat pada karya graffiti wildstyle, yang mana bentuk dan warna dan permainan huruf yang rumit terlihat sekali kesamaan dengan graffiti pada era

(62)

62

perkembangannya. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti terletak pada objek yang saya teliti yaitu karya seniman graffiti.

Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya untuk mengetahui gaya dan karakteristik karya seniman graffiti sleepy sedangkan peneliti sendiri meneliti tentang perbedaan estetik karya seniman graffiti Jinx8501 dari tahun ke tahun.

B. Kerangka Pikir

Selama ini, belum ada pencatatan tentang perubahan estetik pada karya- karya seniman graffiti di Kota Makassar khususnya Jinx8501. Tidak adanya pencatatan sehingga tidak ada informasi dari tahun 2010 hingga tahun 2018 karyanya semakin baik atau tidak. Sehingga perlunya ada sebuah penelitian yang meneliti tentang hal tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menegetahui komparasi estetik karya karya seni graffiti Jinx8501 dari tahun 2010 hingga 2018. Untuk lebih jelasnya dibuat kerangka pikir yang dapat dilihat pada skema berikut ini:

Gambar

Gambar 3  Tagging.
Gambar 5  Blockbuster.
Gambar 7  Oldschool Piece.
Gambar 9  Character.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan Berdasarkan penilain resiko terhadap pathogen dan inang yang telah ditetapkan pemerintah melalui KEPMEN KP 17/2021, terdapat 15 patogen yang terdiri dari 10 virus, 4