JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 98 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
Komparasi Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Berdasarkan Status Sertifikasi
Haryati Octaviani Bempah
*, Nurhayati Abbas
2, Ismail Djakaria
3123 Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo, Jl. Prof. Dr. Ing B. J. Habibie, Tilongkabila, Bone Bolango, Gorontalo 96554
INFO ARTIKEL ABSTRAK
* Penulis Korespondensi.
Email:
[email protected] Diterima:
9 Januari 2023 Disetujui:
14 April 2023 Online 19 April 2023 Format Sitasi:
H. O. Bempah, N. Abbas, and I. Djakaria,
“Komparasi Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Berdasarkan Status Sertifikasi,” Jambura J.
Math. Educ., vol. 4, no. 1, pp. 98-109, 2023
Lisensi:
JMathEdu is licensed under a Creative Commons Attribution- NonCommercial 4.0 International License Copyright © 2023 Jambura Journal of Mathematics Education
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kompetensi profesional guru matematika SMP se kota dan Kabupaten Gorontalo yang telah tersertifikasi dan belum tersertifikasi ditinjau dari motivasi mengajar. Penelitian ini merupakan suatu kajian studi ex post facto dengan menggunakan desain penelitian treatment by level 2 x 2. Penelitian dilaksanakan di SMP se Kota dan Kabupaten Gorontalo pada semester ganjil tahun ajaran 2022-2023. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru matematika SMP se kota dan Kabupaten Gorontalo berjumlah 143 guru yang terdiri dari 84 guru tersertifikasi dan 59 guru belumt tersertifikasi. Dengan menggunakan rumus alokasi proporsional diperoleh sampel berjumlah 105 orang yang terdiri dari 62 guru tersertifikasid an 43 guru belum tersertifikasi.
Data penelitian diperoleh dari instrumen tes kompetensi profesional guru yang berbentuk pilihan ganda dan angket motivasi mengajar.
Analisis data menggunakan Analisis Varians Dua Jalur untuk menguji hipotesis penelitian dan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Scheffe. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kompetensi Profesional Guru yang telah tersertifikasi lebih tingi dari guru yang belum tersertifikasi. (2) Terdapat pengaruh interaksi antara status sertifikasi dan motivasi mengajar terhadap kompetensi profesional guru. (3) Pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar tinggi, kompetensi profesional guru yang tersertifikasi lebih tinggi daripada guru yang belum tersertifikasi. (4) Pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar rendah, kompetensi profesional guru yang tersertifikasi lebih rendah daripada guru yang belum tersertifikasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kesadaran diri, kegiatan pelatihan yang lebih berorientasi pada peningkatan kompetensi pedagogik, dan tidak adanya kegiatan evaluasi kepada guru pasca sertifikasi.
Kata kunci: Status Sertifikasi; Motivasi Mengajar; Kompetensi Profesional Guru.
ABSTRACT
This study aims to determine whether there are differences in the professional competency of certified and non-certified junior high school math teachers in Gorontalo City and District regarding teaching motivation. This research is an ex post facto study using a treatment by level 2 x 2 research design. The research was conducted in junior high schools throughout the City and District of Gorontalo in the odd semester of the 2022-2023 school year.
Research data were obtained from teacher professional competency test instruments in multiple choice and teaching motivation questionnaires. Data analysis used Two Way Analysis of Variance to test the research hypothesis and further tests were carried out using the Scheffe test. The study results
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 99 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023 show that: (1) The professional competence of certified teachers is higher than uncertified teachers. (2) There is an interaction effect between certification status and teaching motivation on the professional competence of teachers. (3) In the group of teachers who have high motivation to teach, the professional competence of certified teachers is higher than teachers who are not certified.
(4) In the group of teachers who have low motivation to teach, the professional competence of certified teachers is lower than teachers who are not certified.
This condition is influenced by several factors such as self-awareness, training activities that are more oriented towards increasing pedagogical competence, and the absence of evaluation activities for post-certification teachers.
Keywords: Certification Status; Teaching Motivation; Teacher Professional Competence.
1. Pendahuluan
Tujuan umum pengajaran matematika SMP yang tercantum pada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) yaitu sebagai berikut: (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan didalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang ; (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan [1]. Guru menempati kedudukan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan tersebut karena sebagai subjek pendidikan, guru sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Guru merupakan sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku, dan salah satu faktor penentu tercapainya tujuan pendidikan karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik untuk memberikan bimbingan dan menghasilkan lulusan yang diharapkan. Studi yang dilakukan Heyneman dan Loxley di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai input yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru. Lengkapnya hasil studi itu adalah di 16 negara sedang berkembang, guru memberi kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%, sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18%, dan sarana fisik 26%. Di 13 negara industri, kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22%, dan sarana fisik 19% [2]. Oleh sebab itu, sebagai tenaga profesional guru harus selalu mengembangkan kompetensinya karena guru sangat berperan untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik didik sehingga memperoleh hasil belajar yang baik.
Undang-undang nomor 14 tahun 2005 pasal 10 ayat 1 menyebutkan bahwa guru profesional memiliki empat kompetensi yang harus dimiliki, salah satunya yaitu kompetensi profesional [3]. Kompetensi profesional guru merupakan pengetahuan yang luas serta dalam tentang subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar [4]. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Husain, dkk pada tahun 2022 menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kompetensi profesional guru dan hasil belajar siswa [5]. Hal yang sama juga diperoleh dalam hasil studi Daryati yang menunjukkan bahwa terdapat pwngaruh yang signifikan antara kompetensi profesional guru dengan hasil belajar siswa. Semakin baik kompetensi profesional guru maka akan semakin baik pula hasil belajar siswa [6].
Salah satu implementasi dari undang-undang tersebut adalah pelaksanaan program sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diharapkan dapat
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 100 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen atau bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai tenaga professional [7]. Program ini secara operasional dilakukan dalam tiga bentuk yaitu: (1) Pendidikan Profesi, (2) Penilaian Portofolio, dan (3) Pendidikan dan latihan Profesi Guru yang disingkat PLPG. Guru matematika merupakan salah satu sasaran dari kebijakan pemerintah untuk dilakukan sertifikasi sehingga dengan disertifikasinya guru-guru matematika diharapkan akan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di semua tingkatan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Kota dan Kabupaten Gorontalo, sejumlah 102 guru matematika atau 60% dari jumlah seluruh guru matematika yang telah tersertifikasi, yang diharapkan dengan adanya kualifikasi tersebut akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang merujuk kepada meningkatnya hasil belajar matematika siswa. Guru yang tersertifikasi diharapkan dapat terus mengembangakan kompetensinya sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan, khususnya hasil belajar siswa.
Fakta di lapangan mengindikasikan rendahnya kompetensi profesional guru yang ditunjukkan oleh rendahnya hasil Ujian Nasional mata pelajaran Matematika, rendahnya persentasi siswa yang mencapai standar kriteria ketuntasan belajar minimum (KKBM), serta rendahnya nilai kompetensi profesional guru pada uji kompetensi guru tahun 2015. Berdasarkan data yang dihimpun dari Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Provinsi Gorontalo terkait dua kompetensi yang diujikan dalam UKG tersebut, menunjukkan nilai rata-rata kompetensi profesional untuk guru matematika SMP se kota Gorontalo sebesar 54,96 dan kabupaten Gorontalo sebesar 56,62. Sedangkan nilai rata-rata kompetensi pedagogik untuk guru kota Gorontalo sebesar 58,18 dan kabupaten Gorontalo sebesar 57,53. Hasil ujian matematika di atas turut menarik perhatian para stakeholders pendidikan yang memberikan respon kurang baik kepada para guru selaku tenaga pendidik yang melakukan proses transfer knowledge. Program-program yang selama ini diorientasikan kepada para guru, seperti program sertifikasi guru dipandang kurang berhasil meningkatkan kompetensi guru, khususnya kompetensi profesional yang berimbas pada rendahnya mutu pendidikan, khususnya hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan karena karakteristik yang dimiliki guru khususnya kompetensi profesional guru merupakan faktor yang paling menentukan hasil belajar siswa [8].
Kompetensi profesional guru banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah motivasi, sikap guru, kinerja guru, tingkat kesejahteraan guru, sarana dan prasarana pendukung kerja guru, loyalitas terhadap institusi, kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja, iklim kerja dan lain-lain [9]. Motivasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kompetensi profesional guru. Peningkatan kompetensi profesional guru akan maksimal jika didukung oleh motivasi yang tinggi khususnya motivasi mengajar [10]. Guru dengan motivasi mengajar yang tinggi dapat menyelenggarakan pembelajaran pembelajaran efektif yang berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil penelitian Sukmandari [11] menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif motivasi guru terhadap kompetensi profesional guru.
Terdapat perbedaan bentuk instrumen yang digunakan untuk menguji kompetensi profesional guru. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kompetensi profesional guru matematika SMP
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 101 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
se kota dan Kabupaten Gorontalo yang telah tersertifikasi dan belum tersertifikasi ditinjau dari motivasi mengajar.
2. Metode
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex post facto atau dikenal juga sebagai penelitian kausal komparatif yang merupakan penyelidikan sistematis dimana peneliti tidak mengendalikan variabel bebas secara langsung karena eksistensi dari variabel tersebut telah terjadi [12]. Desain penelitian adalah treatment by level design 2x2.
Tabel 1. Desain penelitian
Keterangan :
A1B1 = Kelompok guru tersertifikasi yang memiliki motivasi mengajar tinggi A1B2 = Kelompok guru tersertifikasi yang memiliki motivasi mengajar rendah A2B1 = Kelompok guru belum tersertifikasi yang memiliki motivasi mengajar tinggi A2B2 = Kelompok guru belum tersertifikasi yang memiliki motivasi mengajar rendah
Adapun populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru matematika SMP se kota Gorontalo dan kabupaten gorontalo berjumlah 143 guru yang terdiri dari 84 guru tersertifikasi (33 guru matematika SMP kota Gorontalo dan 51 guru matematika SMP Kabupaten Gorontalo) dan 59 guru yang belum tersertifikasi (12 guru matematika SMP kota Gorontalo dan 47 guru matematika SMP Kabupaten Gorontalo). Dalam pengambilan sampel, jumlah anggota sampel ditentukan melalui rumus Yaname dan Slovin [13], yaitu sebagai berikut:
(1)
Keterangan :
n = Jumlah anggota sampel N = Jumlah Populasi
d2 = Presisi yang ditetapkan Presisi yang ditetapkan 5%, maka :
orang
Jumlah anggota sampel berstrata dilakukan dengan cara pengambilan sampel secara proportional random sampling yaitu menggnakan rumus alokasi proporsional, yaitu:
(2)
Keterangan :
= Jumlah anggota sampel menurut stratum n = Jumlah anggota sampel seluruhnya
= Jumlah anggota populasi menurut stratum N = Jumlah anggota populasi seluruhnya
Status Sertifikasi Guru (A) Motivasi Mengajar (B)
Guru Tersertifikasi
(A1)
Guru Belum Tersertifikasi
(A2)
Tinggi (B1) A1B1 A2B1
Rendah (B2) A1B2 A2B2
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 102 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
Maka jumlah anggota sampel berdasarkan status sertifikasi adalah : Jumlah sampel guru tersertifikasi orang Jumlah sampel guru belum tersertifikasi orang
Selain itu, untuk menentukan jumlah anggota sampel dari masing-masing kota dan kabupaten Gorontalo juga menggunakan rumus alokasi proporsional di atas, yaitu sebagai berikut :
1) Guru Matematika Tersertifikasi Kota Gorontalo
orang Kabupaten Gorontalo orang
2) Guru Matematika belum tersertifikasi Kota Gorontalo
orang Kabupaten Gorontalo orang
Adapun penetapan jumlah guru pada setiap sel didasarkan pada skor motivasi mengajar yang telah diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Penetapan menjadi dua tingkatan yaitu motivasi mengajar tinggi (33% atas) dan motivasi mengajar rendah (33% dari bawah). Sehingga jumlah sampel untuk kelompok guru tersertifikasi adalah 33% dari 62 guru atau 20 orang guru yang termasuk pada kelompok motivasi mengajar tinggi dan 20 orang guru termasuk pada kelompok motivasi mengajar rendah. Sedangkan untuk guru yang belum tersertifikasi diperoleh 33% dari 43 guru atau 14 guru yang termasuk pada kelompok motivasi mengajar tinggi dan 14 orang guru termasuk pada kelompok motivasi mengajar rendah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tes berbentuk pilihan ganda untuk mengumpulkan data tentang kompetensi profesional guru dan angket motivasi mengajar. Tes kompetensi profesional berjumlah 73 butir soal pilihan ganda yang sebelumnya telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Soal yang diujikan dalam tes tersebut memenuhi indikator kompetensi profesional guru, yaitu 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu, 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Sedangkan angket motivasi mengajar berjumlah 38 butir pernyataan yang juga telah teruji validitas dan reliabilitasnya serta memenuhi indikator motivasi mengajar yang terdiri dari dua dimensi yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Indikator pada dimensi intrinsik yaitu a) adanya hasrat dan keinginan berhasil dalam belajar dan mengajar, b) adanya harapan dan cita-cita masa depan, c) tanggung jawab guru dalam melaksanakan tugas, dan d) mempunyai antusias yang tinggi dalam mengajar. Sedangkan indikator dari dimensi motivasi ekstrinsik adalah : a) adanya penghargaan dalam mengajar, b) adanya kegiatan yang menarik dalam lingkungan sekolah, dan c) adanya lingkungan mengajar yang kondusif. Tujuan dari pemberian tes dan angket ini adalah untuk menjawab hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Uji ANOVA Dua Jalur (Two
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 103 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
Way ANOVA) untuk menguji hipotesis 1 dan 2 , dan uji lanjut (uji-Scheffe) untuk menguji hipotesis 3 dan 4.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Uji Hipotesis
Hasil perhitungan ANAVA 2 jalur ini secara ringkas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Rangkuman hasil perhitungan ANAVA data kompetensi profesional guru Sumber Variansi Jumlah
Kuadrat (JK)
Derajat Kebebasan
(dk)
Rata-rata Jumlah Kuadrat
(RK)
Status Sertifikasi
(A) 1 4,23 3,99
Motivasi
Mengajar (B) 1 68,96 3,99 Interaksi Status
Sertifikasi dan Motivasi Mengajar (AB)
1 7,92 3,99
Kekeliruan
Dalam Sel (d) 2140,4 64 33,44
Sumber: Hasil pengolahan data
Hipotesis penelitian yang diuji adalah :
1. Kompetensi profesional guru matematika SMP se-kota dan Kabupaten yang telah tersertifikasi lebih tinggi dari guru matematika yang belum tersertifikasi.
2. Terdapat pengaruh interaksi antara status sertifikasi dengan motivasi mengajar terhadap kompetensi profesional guru matematika.
Uji hipotesis dilakukan dengan kriteria jika nilai diperoleh lebih besar dari
pada taraf signifikan maka diterima, pada keadaan lain tolak . Hasil uji hipotesis melalui ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kompetensi profesional guru matematika SMP yang telah tersertifikasi dan belum tersertifikasi. Kompetensi profesional guru matematika yang telah tersertifikasi lebih tinggi dari guru yang belum tersertifikasi. Hal ini diperoleh dari dari hasil perhitungan dengan menggunakan uji F diperoleh yang lebih besar dari nilai
pada taraf signifikan dengan derajat kebebasan pembilang = 1 dan derajat kebebasan penyebut = 60. Karena maka tolak dan terima .
2. Terdapat pengaruh interaksi antara status sertifikasi dengan motivasi mengajar terhadap kompetensi profesional guru matematika SMP. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang ternyata lebih besar dari nilai pada taraf
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 104 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
signifikansi . Sehingga nilai yang berarti diterima dan ditolak.
Adanya kebermaknaan interaksi di antara variabel-variabel penelitian maka dilakukan perhitungan uji lanjut. Mengingat jumlah sampel (n) pada setiap kelompok berbeda, maka uji lanjut yang digunakan adalah uji-Scheffe. Hasil perhitungan uji lanjut dengan menggunakan uji- Scheffe untuk kedua kelompok subjek yang dibandingkan tersebut untuk menguji hipotesis ketiga dan keempat. Uji hipotesis dilakukan dengan kriteria jika nilai diperoleh lebih besar dari pada taraf signifikan maka diterima, pada keadaan lain tolak Dari hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Kompetensi profesional guru matematika SMP yang memiliki motivasi mengajar tinggi antara guru yang telah tersertifikasi lebih tinggi dari guru yang belum tersertifikasi bagi kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar tinggi. Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji-scheffe diperoleh nilai dan nilai pada . Sehingga nilai yang berarti diterima dan ditolak. Hal ini juga dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata untuk kompetensi profesional guru matematika SMP yang tersertifikasi dan memiliki motivasi mengajar tinggi tinggi sebesar yang lebih tinggi dari kelompok guru yang belum tersertifikasi sebesar . Temuan ini membenarkan hipotesis ketiga yang diajukan.
2. Kompetensi profesional guru matematika SMP yang mempunyai motivasi mengajar rendah yang telah tersertifikasi lebih rendah daripada guru yang belum tersertifikasi. Dari hasil pengujian dengan menggunakan uji-Scheffee diperoleh nilai dan nilai pada . Karena maka dittolak dan diterima. Perbedaan ini juga dapat dilihat pada perolehan nilai rata-rata untuk kompetensi profesional guru matematika SMP yang tersertifikasi dan memiliki motivasi mengajar rendah sebesar 37,32 yang lebih rendah dari kelompok guru yang belum tersertifikasi sebesar 38,94. Temuan ini membenarkan hipotesis keempat yang diajukan.
3.2 Pembahasan
Fakta penelitian melalui hasil pengujian hipotesis pertama dengan menggunakan ANAVA dua jalur menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kompetensi profesional guru matematika SMP se kota dan kabupaten Gorontalo yang telah tersertifikasi dengan yang belum tersertifikasi. Hal ini dapat dilihat melalui perhitungan rata-rata skor kompetensi profesional guru matematika SMP yang telah tersertifikasi lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi profesional guru matematika SMP yang belum tersertifikasi. Dengan demikian kompetensi profesional guru matematika SMP di kota dan kabupaten Gorontalo yang telah tersertifikasi lebih tinggi dari guru yang belum tersertifikasi. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Chairan M. Nur [14] yang menyatakan bahwa terdapat terdapat pengaruh signifikan antara sertifikasi terhadap kompetensi profesional guru.
Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen [15].
Sertifikat pendidik diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Pada hakikatnya sertifikasi guru bertujuan untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kesejahteraannya
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 105 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
yang berujung pada peningkatan kualitas pendidikan secara berkelanjutan. Sertifikasi guru yang menuntut keprofesionalan guru dalam menjalankan tugas sebagai pengajar seharusnya membuat guru harus terus berupaya meningkatkan kompetensi diri untuk bisa menyelenggarakan pengajaran yang efektif dan efisien, melalui peningkatan kompetensi dirinya. Hal ini disebabkan karena salah satu syarat sertifikasi guru mewajibkan adanya kualifikasi dan kompetensi tertentu.
Kompetensi guru dalam hal ini kompetensi profesional akan berbanding lurus dengan hak yang diterima sebagai penghargaan dari pemerintah. Jika dibandingkan dengan guru yang belum tersertifikasi, guru matematika yang telah tersertifikasi telah melewati serangkaian proses seleksi, pendidikan dan pelatihan serta uji kompetensi sehingga memperoleh gelar sebagai guru profesional, baik melalui jalur portofolio, PLPG, maupun pendidikan profesi guru [16].
Berbeda dengan guru yang belum tersertifikasi, kompetensi profesional dalam hal penguasaan terhadap materi matematika yang dimilikinya masih merupakan kompetensi saat menempuh perkuliahan di bangku kuliah dan saat mengikuti berbagai kegiatan yang secara khusus mengenai pendalaman materi matematika. Hal ini disebabkan karena kegiatan yang secara spesifik membahas tentang materi matematika jarang dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan seperti pada MGMP lebih didominasi oleh materi yang sifatnya lebih menunjang kompetensi pedagogik dibanding kompetensi profesional. Sedangkan pada proses sertifikasi yang telah dilalui oleh guru matematika tersertifikasi, kegiatan yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru dibimbing langsung oleh personal yang ahli dalam mata pelajaran Matematika dari LPTK penyelenggara seritifkasi guru.
Hasil pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa terdapat pengaruh interaksi antara status sertifikasi dan motivasi mengajar terhadap kompetensi profesional guru matematika. Adanya predikat sebagai guru profesional yang tersemat pada guru matematika yang telah tersertfikasi akan menjadikan guru tersebut senantiasa berupaya meningkatkan kompetensinya khususnya kompetensi profesional yang akan diimplementasikan dalam transfer pengetahuan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas predikat dan penghargaan yang telah diberikan kepadanya sebagai guru tersertifikasi, sehingga membedakannya dengan guru yang belum tersertifikasi. Kompetensi profesional yang baik dari seorang guru matematika yang tersertifikasi akan berdampak pada kualitas pembelajaran, diantaranya yaitu hasil belajar siswa. semakin baik kompetensi profesional guru, maka semakin pula proses pembelajaran di kelas. Hal ini didukung dengan hasil penelitian Tsabitah [17] yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada kompetensi profesional terhadap kualitas pembelajaran dengan besaran pengaruh sebesar 49,3%.
Selain status sertifikasi, hal lain yang dapat mempengaruhi kompetensi profesional adalah motivasi mengajar. Motivasi mengajar guru dibutuhkan agar upaya peningkatan kompetensi profesional guru dapat terlaksana sebagaimana mestinya.
Walaupun guru telah tersertifikasi namun motivasi mengajarnya cenderung rendah maka dapat mempengaruhi kompetensi profesionalnya. Begitu pula dengan guru yang belum tersertifikasi. Walaupun belum menerima sertifikat pendidik, namun jika guru tersebut memiliki motivasi mengajar yang tinggi maka guru akan senantiasa mengupayakan hal terbaik agar dapat memberikan layanan pendidikan terbaik
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 106 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
kepada peserta didik dan akan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru. Hal ini disebabkan karena motivasi mengajar merupakan dorongan yang muncul dari dalam atau luar diri seorang guru dalam melakukan sesuatu untuk proses belajar mengajar, termasuk dengan meningkatkan kompetensi profesional [18].
Hal ini didukung dengan pendapat yang dikemukakan oleh Badrus [19] bahwa dalam kegiatan pembelajaran sangat diperlukan adanya motivasi mengajar. Adanya motivasi mengajar yang tinggi akan membuat guru merasakan bahwa menjadi guru adalah panggilan jiwa yang mengandung komitmen meningkatkan mutu pendidikan, adanya tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan dan menerima hasil yang sesuai dengan prestasi kerja, dan membuka kesempatan mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat untuk meningkatkan kompetensinya. Hal-hal ini cenderung menjadi faktor-faktor yang mendorong bahkan menjadi penghambat pengembangan kompetensi profesional guru matematika. Muchrozi [20] dalam penelitiannya menyebutkan bahwa motivasi kerja guru berpengaruh positif dan signifikan terhadap kompetensi profesional guru dimana motivasi kerja guru memberikan kontribusi bagi sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi profesional guru dengan melaksanakan efektivitas proses belajar mengajar (PBM) yang tinggi dan prestasi siswa yang meningkat.
Bagi guru matematika yang telah tersertifikasi mempunyai predikat sebagai guru profesional akan menjadikan guru tersebut lebih termotivasi untuk senantiasa berupaya meningkatkan kompetensinya khususnya kompetensi profesional yang akan diimplementasikan dalam transfer pengetahuan kepada peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban atas predikat dan penghargaan yang telah diberikan kepadanya sebagai guru tersertifikasi, sehingga membedakannya dengan guru yang belum tersertifikasi. Bagi guru yang belum tersertifikasi, walaupun memiliki motivasi mengajar yang tinggi namun interaksinya dengan kegiatan yang berkenaan dengan pengembangan kompetensi guru jauh lebih rendah dari guru yang tersertifikasi. Jadi guru yang telah tersertifikasi lebih dapat memaksimalkan pencapaian kompetensi profesionalnya pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar tinggi.
Pada guru matematika yang telah tersertifikasi, peningkatan kompetensi profesional guru sangat bergantung pada motivasi guru itu sendiri. Hal ini disebabkan karena guru tersertifikasi telah memperoleh tunjangan profesi sebagai bentuk penghargaan terhadap dirinya yang jika tidak ditunjang dengan adanya motivasi mengajar yang tinggi maka guru tersebut akan merasa cukup dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak terdorong untuk melakukan hal-hal terbaik lainnya dalam proses pembelajaran termasuk mengupgrade kompetensi profesionalnya. Selain itu, terdapat kecenderungan melaksanakan tugas sekedar menunaikan tuntuntan atau menggugurkan kewajiban.
guru sertifikasi yang belum mampu menjadi profesional dalam proses belajar mengajar kebanyakan adalah guru yang hanya memprioritaskan sertifikasi dan peningkatan karir sehingga mengakibatkan penurunan produktivitas dan kinerjanya setelah program sertifikasi dilakukan [21]. Berdasarkan wawancara tidak terstruktur yang dilakukan bersama perwakilan guru yang tergolong dalam kelompok guru yang memiliki motivasi rendah, diperoleh hasil bahwa guru yang telah tersertifikasi tidak termotivasi untuk mempelajari materi lainnya karena dianggap tidak relevan dengan materi yang akan diajarkan sesuai dengan poembagian tugas mengajar dari kepala sekolah, serta tidak termotivasi dalam mengikuti atau mencari pelatihan yang dapat
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 107 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
meningkatkan kompetensi profesionalnya. Status sertifikasi yang tersemat pada dirinya dianggap sudah cukup untuk melabeli dirinya sebagai seorang yang berkompeten. Lain halnya dengan guru matematika yang tidak tersertifikasi, walaupun memiliki motivasi mengajar yang rendah namun masih memiliki target yang mendorongnya untuk memenuhi berbagai persyaratan agar dapat tersertifikasi, yang salah satunya mempersyaratkan adanya kompetensi profesional yang baik. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang menjadi sebab kompetensi profesional guru yang belum tersertifikasi dan memiliki motivasi mengajar rendah lebih tinggi dari guru yang belum tersertifikasi. Guru yang tidak tersertifikasi akan mempersiapkan berbagai hal agar penyelenggaraan pembelajaran berlangsung dengan baik sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesionalnya. Dengan demikian guru yang belum tersertifikasi lebih mampu memaksimalkan pencapaian kompetensi profesional guru pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar rendah dibandingkan dengan guru yang telah tersertifikasi.
Lima belas tahun berselang sejak program sertifikasi guru dijalankan, kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan bagi guru yang telah tersetifikasi belum terlaksana secara maksimal. Kegiatan monitoring pasca sertifikasi bertujuan untuk memastikan tujuan pemberian sertifikasi guru berjalan efektif, efisien dan berdaya saing, terutama kompetensi guru yang diharapkan meningkat setelah program sertifikasi. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Anggranei [22] bahwa perlu diadakan supervisi dan evaluasi terhadap guru yang tersertifikasi karena tidak adanya perbedaan keilmuan maupun sikap dan perilaku pendidik antara guru yang sudah bersrtifikat pendidik maupun yang belum. Namun faktor evaluasi pasca sertifikasi perlu ditelusuri lebih lanjut melalui kajian secara ilmiah untuk penelitian selanjutnya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1) Kompetensi profesional guru matematika SMP se kota dan kabupaten Gorontalo yang telah tersertifikasi lebih tinggi daripada guru matematika yang belum tersertifikasi; 2) Terdapat pengaruh interaksi antara status sertifikasi dan motivasi mengajar terhadap kompternsi profesional guru matematika; 3) Kompetensi profesional guru matematika tersertifikasi lebih tinggi dari guru matematika yang belum tersertifikasi pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar tinggi; 4) Kompetensi profesional guru matematika tersertifikasi lebih rendah dari guru matematika yang belum tersertifikasi pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi lebih rendahnya kompetensi profesional guru tersertifikasi pada kelompok guru yang memiliki motivasi mengajar rendah adalah belum maksimalnya kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan bagi guru yang telah tersertifikasi. Namun faktor evaluasi pasca sertifikasi perlu ditelusuri lebih lanjut melalui kajian secara ilmiah untuk penelitian selanjutnya.
Referensi
[1] Wirdayat, S. R., Imamuddin, M., Pd, M., & Kamal, M. "Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) pada Siswa Kelas VII SMP N 3 Tigo Nagari," Journal for
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 108 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
Research in Mathematics Learnin., vol. 2, no. 2, pp. 165-170, Jun. 2019.
[2] Ratnawati. "Pengaruh Manajemen Pembelajaran terhadap Kinerja Guru dalam Mewujudkan Prestasi Belajar Siswa," Jurnal Khazanah Akademia,vol. 02, no. 01, pp. 63-73, 2018.
[3] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005.
[4] Agusta, Kurniati, "Hubungan Kompetensi Profesional Guru Dengan Hasil Belajar Siswa," Vox Edukasi, vol. 5, no. 2, pp. 66-70, Nov. 2018.
[5] R. Husain, H. Otoni, A. Cakranegara, M. Nugraha, and U. Hernaeny, "The effect of Teacher Professional Competence and Learning Facilities on Student Achievement," Jurnal Pendidikan Al-Ishlah, vol. 14, no. 2, pp. 2489-2498, Jun. 2022.
[6] N, Daryati, "Pengaruh Kompetensi Profesional Dan Motivasi Berprestasi Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematik," JPPP (Jurnal Penelitian dan Penilaian Pendidikan), vol.1, no. 1, pp. 123-137, June, 2016.
[7] M. Jamaliah and U. Cahyaningsih, "Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa," in Seminar Nasional Pendidikan FKIP UNMA, 2020, pp.
434-440.
[8] M. Arfah and S.A. Muhidin, "Hubungan kompetensi profesional guru dengan hasil belajar siswa SMK bidang keahlian bisnis dan manajemen di kota Bandung," Jurnal Pendidikan dan Manajemen Perkantoran, vol. 3, no. 2, pp. 182-189, Jul. 2018.
[9] Pahlurronji., “Pengaruh Sikap Guru terhadap Pekerjaan dan Pengalaman Diklat Terhadap Kompetensi Profesional Guru IPS SMP di Kabupaten Jepara,”
Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2010,
[10] M. Kunter, "Motivation as an aspect of professional competence: Research findings on teacher enthusiasm," In Cognitive Activation in the Mathematics Classroom and Professional Competence of Teachers: Results from the COACTIV Project, pp. 273–289, US: Springer, 2013.
[12] A. Ibrahim, Metodologi Penelitian, Makassar: Gunadarma Ilmu, 2017.
[13] Riduwan and Akdon, Rumus dan Data dalam Analisis Statistika, Bandung:
Alfabeta, 2015.
[14] C. Nur, "Pengaruh Sertifikasi Terhadap Kompetensi Profesional Guru Sekolah Menengah Atas di Aceh Jaya, Jurnal Mudarrisuna, vol. 10, no, 1, pp. 60-74, Mar.
2020.
[15] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005.
[16] S. Rustad, et al., Buku 2 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi Guru Di Rayon LPTK. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012.
[17] N. Tsabitah and N. Fitria, "Pengaruh Kompetensi Profesional guru Terhadap Kualitas Pembelajran di Raudhatul Athfal Tangerang," Jurnal AUDHI, vol. 1, no.1, pp. 10-22, Jul. 2018.
[18] S. Tinamba, "Pengaruh Pengalaman Diklat Dan Motivasi Mengajar Terhadap Penguasaan Materi Matematika Guru Smp Negeri Di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku," Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, vol.
JMathEdu | Jambura J. Math. Educ. 109 Volume 4 | Nomor 1 | Maret 2023
1, no. 1, Feb. 2016.
[19] M. Badrus, "Pengaruh Motivasi Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam: Studi Di Sma Mardi Utomo Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri," Jurnal Pendidikan dan Studi Keislaman, vol. 8, no. 2, pp. 143-152, Aug. 2018
[20] D. Pravitasari, "Profesionalitas Guru Sertifikasi Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Ibtidaiyah," Jurnal Ilmu Pendidikan Al-Ikhtibar, vol. 5, no. 2, pp.
644-656, Dec. 2018.
[21] F. Anggranei, F. "Realitas kompetensi guru pasca sertifikasi," Scientific Journal Of Reflection: Economic, Accounting, Management And Business, vol. 3, no. 4, pp. 331–
340, Oct. 2020.