• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of Komparasi Pendapatan Petani Sebelum Dan Setelah Perubahan Tarif Cukai Hasil Tembakau (Kasus Di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "View of Komparasi Pendapatan Petani Sebelum Dan Setelah Perubahan Tarif Cukai Hasil Tembakau (Kasus Di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Available online: https://ejurnalunsam.id/index.php/jagris

33

Komparasi Pendapatan Petani Sebelum Dan Setelah Perubahan Tarif Cukai Hasil Tembakau (Kasus Di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung)

Fadlian Yudha Imam Shofiyuddin 1, Dewi Hastuti2, Shofia Nur Awami3*, Renan Subantoro4

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Semarang e-mail:shofifaperta@unwahas.ac.id

Diterima: Mei 2023, Disetujui: Juni 2023, Diterbitkan: Juni 2023

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata pendapatan petani tembakau sebelum dan setelah perubahan tarif cukai hasil tembakau. Penelitian menggunakan metode dasar deskriptif dan penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling. Jumlah responden dalam penelitian ini berjumlah 43 responden petani tembakau. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan kuesioner. Analisis data yang digunakan adalah analisis biaya, penerimaan, pendapatan selanjutnya dikomparasikan menggunakan uji-t berpasangan (paired t-test). Hasil penelitian menunjukkan rata-rata total biaya usahatani tembakau pada tahun 2019 mencapai Rp 19.184.782,7 dengan rata-rata total produksi tembakau mencapai 1.168 Kg dengan harga jual Rp 85.298/Kg, sehingga diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp 99.655.234,65 dan rata-rata pendapatan usahatani tembakau pada tahun 2019 mencapai Rp 80.860.902. Sedangkan rata-rata total biaya pada tahun 2020 mencapai Rp 19.399.188,7 dengan rata-rata total produksi tembakau pada tahun 2020 mencapai 1.197 Kg didapatkan rata-rata harga jual sebesar Rp 62.686/Kg diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp 75.024.992,97 dan rata-rata pendapatan usahatani tembakau tahun 2020 mencapai Rp 55.533.276. Hasil dari uji-t berpasangan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara pendapatan rata-rata petani tembakau selama panen sebelum dan setelah perubahan tarif cukai tembakau.

Kata Kunci:

Tembakau; Tarif Cukai; Penerimaan; Pendapatan; Komparasi

Abstract

This study aims to determine the average income of tobacco farmers before and after the implementation of change in tobacco tax. The study used a descriptive basic method and the determination of the sampling location was carried out intentionally (purposive sampling). The number of respondents in this study amounted to 43 respondents. Data were collected by means of interviews, observations and questionnaires. The analytical method used in this research is the total cost, revenue, income and income comparison using a paired t-test. The results showed that the average total cost of tobacco farming in 2019 reached Rp 19.184.782,7 with the average total tobacco production in 2019 reaching 1.168 Kg, an average selling price of Rp 85.298/Kg, obtained average revenue of Rp 99.655.234,65 and the average tobacco farming income in 2019 reached Rp 80.860.902.

While the average total cost in 2020 reached Rp 19.399.188,7 with the average total tobacco production in 2020 reaching 1.197 Kg, the average selling price was Rp 62.686/Kg the average revenue was Rp 75.024.992,97 and the average tobacco farming income in 2020 reached Rp 55.533.276. The results of the paired t-test show that the average income of tobacco farming in the 2019 and 2020 planting seasons using a paired t-test that there is a significant difference between the average income of tobacco farmers during the harvest period before and after the implementation of change in tobacco tax.

Keywords:

Tobacco; Excise Rates; Revenue; Income; Comparison

(2)

Pendahuluan

Komoditi sektor pertanian yang cukup penting di Kabupaten Temanggung, salah satunya adalah tembakau. Sektor pertanian tembakau dapat menyediakan lapangan pekerjaan mulai dari budidaya tembakau hingga produk olahan tembakau seperti rokok. Budidaya tembakau memberikan kontribusi 69% dari total pendapatan rumah tangga, serta pendapatan rata-rata per musim tanam Rp 16.035.123 atau sekitar Rp 2.672.520 per bulan di Desa Katekan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung (Agustina, 2021).

Soetriono (2018) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani tembakau adalah biaya bibit, biaya pupuk, biaya pestisida, biaya tenaga kerja, jumlah/volume produksi, harga jual tembakau dan dummy teknologi. Tembakau yang dibudidayakan adalah tembakau Besuki Na-Oogst di Kabupaten Jember.

Sementara itu, Astuti (2021), dari sisi pertanian ada beberapa faktor yang mempengaruhi produksi tembakau antaralain: variabel luas lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah bibit dan jumlah pupuk ZA. Berdasarkan tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi dalam budidaya tembakau, efisiensi produksi belum tercapai.

Dalam produksi rokok, tingginya produksi rokok kretek didukung oleh roadmap Industri Produk Tembakau Indonesia 2007-2020 yang membuka peluang peningkatan produksi rokok hingga 12% selama 15 tahun ke depan (Hurt et all, 2012). Penghapusan cukai pada produk hasil tembakau dilakukan sebagai upaya membatasi peredaran rokok di masyarakat, karena konsumsi rokok sangat tinggi dan berdampak buruk bagi kesehatan. Himbauan dan kebijakan untuk mengendalikan penggunaan tembakau, yang dapat dilakukan pemerintah yaitu mengeluarkan UU No. 39 tahun 2007 tentang cukai .

Per tanggal 1 Januari 2020, pemerintah secara resmi mengubah tarif cukai tembakau.

Hal ini tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 152 tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 146 tahun 2017 tentang Cukai Hasil Tembakau. Perubahan tarif cukai hasil tembakau antara lain kenaikan sebesar 23,29% untuk Sigaret Kretek Mesin (SKM), Sigaret Putih Mesin (SPM) naik 29,95%, dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) atau Sigaret Putih Tangan naik 12,84%. Hal semacam ini tentunya memberikan dampak secara langsung maupun tidak langsung ke beberapa pihak mulai dari petani tembakau, industri pabrik rokok bahkan sampai ke tingkatan konsumen rokok.

Masyarakat di daerah Temanggung yang berada di lereng Sindoro-Sumbing, terutama yang berada diwilayah tengah dan Selatan Kabupaten Temanggung serta bermatapencaharian sebagai petani tembakau, sangat bergantung kepada kondisi iklim dan cuaca dalam budidaya tembakau. Sementara pada wilayah Utara Kabupaten

How to Cite: Shofiyuddin, F.Y.I., D. Hastuti., S.N. Awami., R. Subantoro. (2022). Komparasi Pendapatan Petani Sebelum Dan Setelah Perubahan Tarif Cukai Hasil Tembakau (Kasus Di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung). Jurnal Penelitian Agrisamudra.

10(1): 33-41

DOI: 10.33059/jpas.v10i1.8298

(3)

35

Temanggung, komoditas yang diunggulkan adalah kopi dan cengkeh. Berdasarkan data BPS produksi perkebunan tembakau di Jawa Tengah pada tahun 2018 total produksi mencapai 11.363.52 ton, Kabupaten Temanggung tercatat sebagai penghasil tembakau tertinggi di Provinsi Jawa Tengah.

Warga masyarakat Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung kebanyakan bermatapencaharian sebagai petani dan khususnya petani tembakau.

Berdasarkan pembahasan tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini diantaranya:

tingkat pendapatan petani tembakau di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung sebelum dan sesudah perubahan tarif cukai hasil tembakau, dan apakah ada perbedaan rata-rata pendapatan sebelum dan sesudah perubahan tarif cukai.

Metode Penelitian

Metode dasar penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Responden yang terlibat sebanyak 43 petani tembakau. Penelitian ini menggunakan data primer. Penelitian ini menggunakan analisis data diantaranya analisis biaya, penerimaan dan pendapatan serta menggunakan uji-t berpasangan (paired t-test) untuk analisis komparasinya.

Pembatasan masalah penelitian ini diantaranya, pendapatan petani tembakau dihitung dalam dua kali produksi, sebelum dan sesudah berlakunya perubahan tarif cukai hasil tembakau (Peraturan Menteri Keuangan No 152 Tahun 2019) pada masa panen tahun 2019 pada masa panen tahun 2020.

Hasil dan Pembahasan

Karakteristik Responden Petani Tembakau

Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo memiliki luas wilayah 171.610 meter persegi, yang terbagi dalam tanah tegalan 159.500 ha dan tanah pekarangan 11.500 ha dan tanah lain- lain 610 ha. Desa Tlilir terletak di ketinggian 905 meter dari permukaan laut. Kegiatan bertani dan bercocok tanam merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat desa setempat. Gambaran karakteristik responden petani tembakau Desa Tlilir berdasarkan sebaran umur, tingkat Pendidikan yang ditempuh, serta lama mengusahatanikan tembakau, terperinci dalam Tabel 1.

Tabel 1. Karakteristik Responden Petani Tembakau Berdasarkan Umur, Tingkat Pendidikan dan Lama/Pengalaman Mengusahatanikan

Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

21-30 1 2,33

31-40 15 34,88

41-50 17 39,53

51-60 10 23,26

Jumlah 43 100

Pendidikan (Tingkat) Jumlah (Orang) Persentase (%)

SD 9 20,93

SMP 15 34,88

SMA 19 44,19

Jumlah 43 100

Lama Usaha (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

0-5 tahun 11 25,58

6-10 tahun 27 62,79

Diatas 10 tahun 5 11,63

Jumlah 43 100

Sumber: Analisis Data Primer, 2021

(4)

Biaya total usahatani tembakau adalah pengeluaran total yang dipergunakan untuk usahatani tembakau, diperoleh dari penjumlahan biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan petani untuk proses budidaya tembakau dalam satu musim tanam. Biaya tetap meliputi pajak atau pembayaran sewa tanah dan penyusutan alat pertanian usahatani tembakau seperti cangkul, mesin perajang, alat penjemur tembakau (rigen) dan alat penyemprot (sprayer). Sedangkan biaya variabel dalam budidaya tembakau antara lain adalah biaya pupuk, pestisida, keranjang panen, biaya tenaga kerja dari kegiatan pengolahan lahan sampai pasca panen dan biaya transportasi.

Rata-rata total biaya usahatani tembakau di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo pada masa panen 2019 dan 2020 seperti yang tertera dalam Tabel 2, dengan rata-rata luasan lahan yang sama. Total biaya usahatani tembakau yang dikeluarkan petani dengan luasan lahan diusahakan (LLD) 5.337m2, pada masa panen 2020 sebesar Rp 19.399.188,7 lebih tinggi dibandingkan rata-rata biaya total pada masa panen 2019, yaitu sebesar Rp 19.184.782,7. Hal ini selaras dengan Putri (2013), bahwa total biaya budidaya tembakau Maesan 2, adalah sebesar Rp. 15.206.142,51 per musim tanam per Ha. Total biaya tersebut terdiri dari 8,7 persen biaya tetap dan 91,3 persen biaya variabel.

Penerimaan Usahatani Tembakau

Penerimaan yang diperoleh petani dari hasil budidaya tembakau adalah hasil kali antara jumlah produksi tembakau yang dihasilkan selama satu musim tanam dengan harga jual tembakau. Petani tembakau di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo pada masa panen 2019 memperoleh produksi tembakau sebesar 1.168 Kg dengan harga jual rata-rata mencapai Rp 85.298/kg dan rata-rata penerimaan pada masa panen 2019 sebesar Rp 100.045.684. Sementara pada masa panen 2020, rata-rata produksi tembakau mencapai 1.197 Kg dengan harga jual rata-rata Rp 62.686/kg dan penerimaan rata-rata Rp 74.932.465. Hal tersebut terperinci dalam Tabel 3.

Tabel 2. Penerimaan Budidaya Tembakau Per Musim Tanam

Uraian Masa Panen 2019 Masa Panen 2020

Total Rata-Rata Total Rata-Rata

Luas Lahan Diusahakan

(m2) 229.488 5.337 229.488 5.337

Hasil Produksi (Kg) 50.238 1.168 51.464 1.197

Harga Jual (Rp) 3.667.800 85.298 2.695.500 62.686

Penerimaan (Rp) 4.301.964.433 100.045.684 3.222.096.000 74.932.465 Sumber: Analisis Data Primer, 2021

Berdasarkan Tabel 3, bahwa harga jual rata-rata tembakau pada masa panen 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 22.612 dengan persentase 26,51% dan rata-rata penerimaan petani tembakau pada masa panen 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 25.113.219,4 dengan persentase 25,10% sedangkan pada masa panen 2020 rata-rata produksi mengalami peningkatan sebesar 29 Kg dengan persentase 2,42%. Faktor yang paling mempengaruhi penerimaan petani tembakau adalah harga jual tembakau.

Pendapatan Budidaya Tembakau

Pendapatan petani tembakau pada masa panen 2019 dan 2020 dapat dilihat pada Tabel 4. Pendapatan masa panen 2019 mencapai Rp 80.860.902, sedangkan pada masa panen

(5)

37

2020 pendapatan petani tembakau mencapai Rp 55.533.276. Berdasar data tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata pendapatan petani tembakau di Desa Tlilir pada masa panen 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 25.327.625.

Tabel 3. Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tembakau

Uraian Masa Panen 2019 Masa Panen 2020

Luas Lahan (m2) 5.337 5.337

Total Penerimaan (Rp) 100.045.684 74.932.465

Total Biaya (Rp) 19.184.783 19.399.189

Rata-Rata Pendapatan (Rp) 80.860.902 55.533.276

Sumber: Analisis Data Primer, 2021

Sementara itu, Murti (2019) menyatakan bahwa rata-rata penerimaan usahatani tembakau Kelompok Taruna Tani Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo pada musim tanam tahun sebelumnya yaitu untuk tahun 2018 sebesar Rp. 47.564.525,46 dari penjualan tembakau kering. Hasil produksi tembakau sebesar 769,58 kg/MT/m2 dengan rata-rata harga sebesar Rp. 61.805,56/kg. Rata-rata pendapatan bersih usahatani tembakau sebesar Rp. 22.055.376,06/MT dengan luasan lahan 7.902,78 m2. Harga jual tembakau sangat fluktuatif, harga jual dari satu musim tanam ke musim tanam berikutnya mudah mengalami perubahan. Selain mempengaruhi penerimaan, hal itu juga mempengaruhi pendapatan petani tembakau. Hal ini sesuai dengan Ihsannudin (2010) bahwa perubahan harga berisiko pada harga komoditas pertanian dan besaran pembiayaan yang mempengaruhi pendapatan petani. Selain itu, menurut Soetriono (2018), harga jual tembakau menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan budidaya tembakau Besuki Na-Oogst. Harga jual tembakau di wilayah Kecamatan Tlogomulyo pada musim tanam 2018 sekitar Rp. 61.805,56/kg (Murti, 2019), sementara di tahun 2019 Rp. 85.298/Kg, dan di tahun 2020 sebesar Rp. 62.686/

Kg.

Putri (2022) juga menyebutkan penerimaan dan pendapatan dari budidaya tembakau dua (2) varietas yaitu varietas Srumpung dan Kasturi, berturut-turut sebesar Rp.

17.250.000 dan Rp. 13.541.549, dan varietas Kasturi sebesar Rp. 13.562.500 dan Rp.

9.570.167. Produksi tembakau varietas Srumpung sebesar 690 Kg dan 543 kg varietas Kasturi per luasan lahan diusahakan dengan harga jual rata-rata Rp. 25.000 per kg.

Menurut Rahman dan Widodo (2015), tidak hanya industri rokok yang terkena dampak atas perubahan tarif cukai tembakau, petani tembakau juga terdampak meskipun tidak secara langsung (indirect effect). Keputusan industri rokok untuk mengurangi serapan tembakau diduga menyebabkan fluktuasi harga tembakau.

Produksi tembakau dari petani masih tinggi, namun hal ini tidak diimbangi oleh total serapan tembakau yang cenderung menurun. Hal demikian yang kemudian berakibat pada menurunnya rata-rata pendapatan petani tembakau.

Perbandingan Pendapatan Usahatani Tembakau

Guna membandingkan rata-rata pendapatan petani tembakau yaitu dengan menggunakan uji -t berpasangan (Paired t-test) dengan SPSS 25. Dengan menggunakan analisis ini, dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara rata- rata pendapatan petani tembakau untuk panen 2019 dan 2020.

(6)

Tabel 4. Perbandingan Pendapatan Petani Tembakau di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung Masa Panen 2019 dan 2020 Masa

panen Mean Perbedaan Mean t hitung t

Tabel Sig. (2-

tailed) Hasil Korelasi 2019 80.860.901,70 25.327.625,302 8,699 2,018 0,000 -,190 2020 55.533.276,40

Sumber: Analisis Data Primer, 2021

Berdasarkan hasil perhitungan t-test, pendapatan petani tembakau sebelum dan setelah berlakunya perubahan tarif cukai hasil tembakau maka diperoleh nilai t- hitungnya yaitu sebesar 8,699 serta bernilai positif. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan nilai rata-rata pendapatan petani, dimana rata-rata pendapatan petani tembakau sebelum perubahan tarif cukai hasil tembakau lebih tinggi dibandingkan rata-rata pendapatan petani tembakau setelah perubahan tarif cukai hasil tembakau.

Adanya perbedaan antara rata-rata pendapatan petani tembakau sebelum dan setelah perubahan tarif cukai hasil tembakau disebabkan oleh faktor yang paling dominan yaitu harga jual tembakau, petani tembakau sebagai produsen tidak bisa berbuat banyak ketika penentuan harga jual tembakau dikarenakan yang berperan sebagai penentu harga jual tembakau adalah industri rokok lewat grader. Hal ini sesuai dengan penelitian Kosen (2012) bahwa grader menetapkan harga riil tembakau di tingkat petani, sehingga petani tidak memiliki daya tawar untuk menentukan harga jual tembakau. Senada dengan pernyataan Fauziyah (2010) petani tembakau hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) sedangkan untuk pembuat harga (price maker) dipegang industri rokok. Perubahan harga komoditas tembakau sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah tentang perubahan cukai hasil tembakau.

Kenaikan pajak hasil olahan tembakau berpengaruh pada tingkat serapan tembakau oleh perusahaan rokok yang bersifat fluktuatif. Hal ini dikarenakan perusahaan rokok akan terlebih dahulu memperkirakan kondisi permintaan pasar rokok dan kenaikan cukai pada tahun yang akan datang.

Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok hingga 50% antara 2015 2020, menurut data MUC Tax Research yang dikutip CNBC Indonesia, pada Senin (16/9/2019). Pada 2015, pemerintah menaikkan cukai rokok sebesar 8,72%. Pada tahun 2016, 2017, dan 2018, masing-masing sebesar 11,19%, 10,54% dan 10,04%. Pada tahun 2019, pemerintah tidak menaikkan cukai rokok. Namun pada 2020 diputuskan untuk menaikkan cukai rokok sebesar 23%, sehingga kenaikan dari tahun 2015 ke tahun 2020 sebesar 63,49%

(Chandra, 2019).

Perubahan cukai hasil tembakau beberapa tahun terakhir ini dampaknya sangat dirasakan oleh petani tembakau khususnya di Desa Tlilir Kecamatan Tlogomulyo yang terkenal menjadi salah satu daerah produsen tembakau Srintil di Kabupaten Temanggung. Pada tahun 2017 produksi tembakau di Desa Tlilirdengan Grade D-E bisa mencapai harga Rp70.000/Kg sampai dengan Rp.150.000/Kg bahkan tembakau dengan kualitas sangat baik bisa mencapai harga Rp 300.000/Kg. Sedangkan akibat perubahan tarif cukai hasil tembakau pada tahun 2018 tembakau dengan Grade yang

(7)

39

sama mengalami penurunan harga dibandingkan pada tahun 2017. Harga tembakau pada tahun 2018 berkisar antara Rp 60.000/Kg sampai Rp 130.000/Kg.

Kenaikan cukai hasil tembakau mengakibatkan biaya produksi perusahaan rokok akan ikut naik. Guna menekan biaya produksi, perusahaan rokok melakukan beberapa cara diantaranya menaikkan harga rokok dan menurunkan harga tembakau. Langkah ini diambil industri rokok dikarenakan ketika industri rokok menurunkan harga beli tembakau dari petani tetapi tidak menaikkan harga rokok akan menyebabkan penurunan harga tembakau sangat banyak dan dikhawatirkan petani akan menjual tembakau nya ke produsen rokok pesaing atau bahkan produsen rokok ilegal. Hal ini berlaku juga ketika industri rokok menaikkan harga rokok tetapi tidak menurunkan harga beli tembakau yang mengakibatkan harga rokok naik sangat tinggi dan kemungkinan besar akan menyebabkan konsumen rokok beralih ke merk rokok lain dan merek rokok tanpa cukai karena harganya yang lebih murah. Menurunnya kuantitas produksi rokok akan berimbas pada rendahnya daya serap tembakau lokal yang berarti bahwa tidak adanya kepastian bagi petani tembakau akan dibelinya tembakau dari petani oleh perusahaan rokok melalui grader. Hal ini sesuai dengan Pratama (2020) bahwa kenaikan cukai hasil tembakau akan mempengaruhi tata niaga tembakau yakni Industri Hasil Tembakau (IHT), khususnya pada produksi sigaret/rokok. Efek tambahannya adalah dapat mengurangi volume produksi tembakau yang direncanakan oleh produsen/perusahaan rokok. Sehingga, akibatnya adalah berkurangnya penyerapan tembakau. Sependapat dengan Buana (2013) bahwa tingkat kesejahteraan petani tembakau, konsumen tembakau, produsen rokok kretek dan konsumen rokok kretek bisa turun jika cukai tembakau dinaikkan. Berdasarkan hasil penelitian ini, pendapatan petani tembakau pada musim panen tahun 2020 mengalami penurunan 31.3% dibandingkan dengan pendapatan pada musim panen tahun 2019.

Simpulan

Beberapa kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, antara lain :

Rata-rata biaya total yang dikeluarkan petani tembakau pada musim tanam 2019 mencapai Rp 19.184.782,7, rata-rata penerimaan mencapai Rp 99.655.234,65 dan rata- rata pendapatan mencapai Rp 80.860.902 sedangkan rata-rata biaya total yang dikeluarkan petani tembakau pada musim tanam 2020 mencapai Rp 19.399.188,7, rata- rata penerimaan mencapai Rp 75.024.992,97 dan rata-rata pendapatan mencapai Rp 55.533.276.

Hasil uji t berpasangan (paired t-test) ternyata ada perbedaan pendapatan yang signifikan antara rata-rata pendapatan petani tembakau pada masa panen sebelum perubahan tarif cukai hasil tembakau dan pada masa panen setelah perubahan tarif cukai hasil tembakau.

Sumber Pustaka

Agustina, T.P.G., Santoso, S.I., dan Mukson. 2021. Kontribusi Usahatani Tembakau Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani Di Desa Katekan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA). Vol. 5, No. 3. Hal: 819-827.

(8)

Astuti, D. E. W., Supardi, S., Awami, S. N., & Hastuti, D. (2021). Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tembakau (Nicotiana tabacum) Di Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang. Jurnal SEA (Social Economic Agricultural) Volume 10, No.

01, Juni.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2019. Produksi Tanaman Perkebunan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Tanaman di Provinsi Jawa Tengah (ton), 2018, Semarang.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Temanggung. Kecamatan Tlogomulyo Dalam Angka 2020, 2020, Temanggung.

Buana, A S. 2013. Pengaruh Kenaikan Tarif Cukai Rokok Kretek Terhadap Harga, Penawaran dan Permintaan Komoditas Rokok Kretek dan Komoditas Tembakau serta Kesejahteraan Masyarakat. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Chandra, G, A. (2019, September 19). Catat! 5 Tahun, Jokowi Sudah Naikkan Cukai Rokok di Atas 50%. CNBC Indonesia. Retreived April 26, 2022, from https://www.cnbcindonesia.com/

Fauziyah, E. (2010). Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tembakau (Suatu Kajian dengan Menggunakan Fungsi Produksi Frontier Stokhastik). Skripsi. Jurusan Agribisnis.

Fakultas Pertanian. Universitas Trunojoyo.

Hurt RD, Ebbert JO, dkk. 2012. Roadmap to a tobacco epidemic: Transnational tobacco companies invade Indonesia. Tob Control. Doi:10.1136/tc.2010.036814.

Ihsannudin. 2010. Risiko usahatani tembakau di Kabupaten Magelang. Embryo.

Kementerian Keuangan. (2017). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.

146/PMK.010/2017 tentang Tarif Cukai Tembakau. 1–24.

Http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2017/146~PMK.010~2017Per.pdf Kementerian Keuangan. (2019). Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

152 /PMK.010/2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.010/2017 Tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

Www.jdih.kemenkeu.go.id

Kosen, Suwarta. 2012. Bunga Rampai Fakta Tembakau dan Permasalahannya di Indonesia Tahun 2012 Bab 2. Tobacco Control Support Center, Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia, Kementerian Kesehatan: Jakarta

Murti, S. A., Santoso, S. I., & Budiraharjo, K. (2019). Analisis Profitabilitas Usahatani Tembakau di Kelompok Tani Taruna Tani Desa Legoksari Kecamatan Tlogomulyo Kabupaten Temanggung. SOCA: Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian, 13(3), 366–379.

https://doi.org/https://doi.org/10.24843/SOCA.2019.v13.i03.p07

Pemerintah Republik Indonesia. 2007. UU No. 39 tahun 2007 Tentang Cukai, Jakarta.

Pratama, I. W. B. E. (2020). Analisis Kebijakan Kenaikan Cukai Hasil Tembakau (CHT) Terhadap Tata Niaga Tembakau. Ekonomi Dan Bisnis, 20(April), 8–16.

Putri, E.A., Suwandari, A., dan Ridjal, J.A. 2015. Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Biaya Usahatani Tembakau Maesan 2 Di Kabupaten Bondowoso. JSEP Vol. 8 No.1 Maret. Pp. 64- 69.

Putri, Miranti K., Awami, S. N, Wijaya, I. P. Eka, dan Subantoro, R. (2022). Analisis Komparatif Kelayakan Usahatani Tembakau Varietas Srumpung dan Kasturi di Kecamatan Sulang Kabupaten Rembang. Prosiding Seminar Nasional Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Vol 6, No. 1. Pp 566-574.

Rahman, M., & Widodo, S. (2015). Dampak Kebijakan Anti Tembakau Terhadap Strategi Nafkah Petani Tembakau Madura (Studi Kasus Desa Panaguan Kecamatan Proppo Pamekasan). Media Trend, 10(2), 114–124.

(9)

41

Soetriono., Sihahani, E., Zulan, F.A., Inayatin, N., Permatasari, N., dan Zuniana, Q.

(2018). Agribisnis Tembakau Besuki Na-Oogst Tinjauan Ekonomi Pertanian.

Intimedia. Malang

Referensi

Dokumen terkait

Jadi, dengan rata rata penerimaan usahatani tembakau sebesar Rp 11.250.000 total biaya tembakau sebesar Rp 3.296.950 maka tingkat efisiensi pendapatan usahatani tembakau

Pengertian akuntansi aktivitas menurut Amin Widjaja 1992: 27 dalam Femala 2007 adalah: “Bahwa sistem ABC tidak hanya memberikan kalkulasi biaya produk yang lebih akurat, tetapi juga