• Tidak ada hasil yang ditemukan

komposisi fitoplankton di muara kambang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "komposisi fitoplankton di muara kambang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI MUARA KAMBANG PASAR BARU LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

E - JURNAL

ELSA KARTIKA NOFRITA NIM. 11010102

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

KOMPOSISI FITOPLANKTON DI MUARA KAMBANG PASAR BARU LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG

KABUPATEN PESISIR SELATAN

Elsa Kartika Nofrita, Erismar Amri, M.Si1, Abizar, M.Si1 Program Studi Pendidikan Biologi (STKIP) PGRI Sumatera Barat

Email: [email protected] ABSTRACT

Phytoplankton are microscopic plants that live suspended in the water and able to photosynthesize. In the process of photosynthesis phytoplankton need a sunshine. The aim of this study is to determine the genus and the composition of phytoplankton and chemical physics factors aquatic environments in Muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. This research was conducted on September 2015 in Muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. The type of this research is a survey descriptive. The sample was taken directly at 3 stations. The determination of station by purposive sampling. Station I was near the boat pier, the station II near a pile of garbage, and the station III in place undisturbed by human activity.

This research showed that in 3 station found sixteen genus, namely Oscillatoria, Spirulina, Oedogenium, Cladophora, Cosmarium, Closterium, Pediastrum, Botryococcus, Scenedesmus, Pandorina, Nitzchia, Navicula, Gyrosigma, Cymbella, Chaetoceros, Meloisira.

Keywords: Phytoplankton, Muara Kambang PENDAHULUAN

Fitoplankton merupakan komponen yang sangat penting keberadaannya di suatu perairan, baik air tawar maupun air laut.

Fitoplankton adalah tumbuhan renik yang hidup melayang di perairan dan mampu berfotosintesis. Dalam proses fotosintesis fitoplankton membutuhkan cahaya matahari (Nybakken, 1992).

Menurut Djuhanda (1980) keberadaan fitoplankton dalam lingkungan perairan mempunyai arti yang cukup penting, karena merupakan komponen utama dalam siklus rantai makanan dan salah satu indikator dalam memantau kelestarian badan perairan.

Fitoplankton merupakan tumbuhan renik mulai dari ganggang bersel satu sampai dengan ganggang bersel banyak. Fitoplankton mempunyai peranan penting dalam ekosistem air karena fitoplankton dapat merubah energi matahari menjadi energi yang tersimpan dalam jaringan tubuh. Dengan demikian fitoplankton merupakan rantai makanan pertama dalam penyediaan bagi kehidupan di dalam air.

Muara Kambang yang terdapat di Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Muara kambang ini memiliki kedalaman ± 4m. Muara ini sering didatangi untuk memancing ikan, dan ada juga yang membuang sampah rumah tangga.

Sampah organik dapat mempercepat laju pertumbuhan fitoplankton dan sampah anorganik seperti sampah-sampah plastik akan menghalangi penetrasi cahaya dan pertukaran udara dari atmosfer. Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap fitoplankton, karena proses fotosintesis oleh fitoplankton akan terhambat dan menyebabkan terputusnya rantai makanan yang bersumber dari fitoplankton. Muara tersebut juga terdapat dermaga, dengan adanya dermaga secara langsung adanya tumpahan minyak yang akan menyebabkan terganggunya kelangsungan hidup bagi organisme yang ada di dalamnya misalnya fitoplankton, karena akan mempengaruhi intensitas cahaya yang dibutuhkan fitoplankton untuk dapat melakukan fotosintesis.

(4)

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilakukan pada bulan September 2015 di muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Identifikasi dilakukan di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat dengan menggunakan buku acuan Planktonologi (Sachlan, 1974), Diatoms Of Malayan Fresh Water In The Gardens Gulletin Singapore (Prowse, 1962), Plankton a Practical Guide (Newell and Newell, 1967) dan Alga of Western Great lake Area (Presscott, 1978). Metode yang digunakan adalah metode Direct Count atau menghitung jumlah individu dari masing- masing stasiun.dan pengukuran faktor fisika kimia di Laboratorium UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Gunung Pangilun.

Penentuan Stasiun Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey deskriptif.

Pengambilan sampel dilakukan secara langsung ke lapangan dengan menentukan tiga stasiun penelitian. Penetapan stasiun dilakukan secara proposive sampling yaitu stasiun I berada di dekat dermaga kapal, stasiun II berada didekat tumpukan sampah, stasiun III yaitu berada di tempat yang tidak terganggu oleh aktivitas manusia.

Analisis Data 1. Kerapatan (K)

N = Keterangan:

N = jumlah plankton per liter air c = jumlah sub sampel yang

diambil (L)

= jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel

L = volume sampel air yang diambil (L)

(Micheal, 1994) 2. Kerapatan relatif (KR)

KR =

x100%

3. Frekuensi (F) F =

4. Frekunsi relatif (FR) FR =

5. Indeks Kesamaan (Similaritas) Sorensen L =

Keterangan:

I = Indeks Similaritas (kesamaan) J = Jumlah genus yang sama pada dua lokasi

a = Jumlah genus pada lokasi a b = Jumlah genus pada lokasi b

(Suin, 2002) 6. Indek diversitas Shannon-wiener (H’)

H' = Keterangan:

H’ = indeks diversitas

Pi = proporsi dari seluruh genus ni = jumlah individu setiap genus N = jumlah individu seluruh genus S = jumlah genus

(Fachrul, 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi Fitoplankton di Muara

Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan didapatkan hasil sebagai berikut:

(5)

Tabel 1. Klasifikasi fitoplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian

Classis Ordo Familia Genus

1.Cyanophyceae Oscillatoriales Oscillatoriaceae 1.Oscillatoria 2.Spirulina 2.Chlorophyceae Oedogonales Oedogoniaceae 3.Oedogonium

Cladophorales Cladophoraceae 4.Cladophora Zygnematales Desmidiaceae 5.Cosmarium

6.Closterium Chlorococcales Hydrodictyaceae 7.Pediastrum

Dictyosphaeriaceae 8.Botryococcus Scenedesmaceae 9.Scenedesmus

Volvocales Volvocaceae 10.Pandorina

3.Bacillaryophyceae Pennales Nitzschiaceae 11.Nitzschia Naviculaceae 12.Navicula

13.Gyrosigma Cymbellaceae 14.Cymbella Centrales Chaetoceros 15.Chaetoceros

Meloisiraceae 16.Meloisira Dari Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa

hasil yang telah didapat yaitu: 16 genus (3 classis, 8 ordo dan 13 familia). Classis yang ditemukan pada penelitian ini diantaranya:

Cyanophyceae, Chlorophyceae, dan Bacillaryophycea.

Jumlah rata-rata fitoplankton yang ditemukan pada stasiun I yaitu 63,33 individu/liter, stasiun II sebanyak 81,32 individu/liter dan pada stasiun III yaitu 45,98 individu/liter. Jumlah rata-rata fitoplankton diantara ketiga stasiun tersebut yang tertinggi stasiun II yaitu sebanyak 81,32 individu/liter.

Stasiun II ini berada didekat tumpukan sampah, tingginya rata-rata fitoplankton pada stasiun ini karena faktor lingkungan pada perairan tersebut mendukung kehidupan fitoplankton. Hal ini diperkuat dengan hasil pengukuran faktor fisika kimia lingkungan yaitu pengukuran DO 2,36 (mg/L). Kisaran oksigen yang ideal yang dibutuhkan makhluk hidup diperairan adalah 5 - 7 (Kordi,1996).

(6)

Tabel 2. Komposisi fitoplankton yang ditemukan di lokasi penelitian

No Genus Stasiun I Stasiun II Stasiun III

K KR F FR PiLnPi K KR F FR PiLnPi K KR F FR PiLnPi

1. Oscilatoria 14,25 30,00 1,00 13,05 -0,3612 9,50 15,57 1,00 10,35 -0,2896 11,50 33,33 1,00 15,01 -0,3662

2. Spirulina 0,25 0,53 0,33 4,30 -0,0276 0,25 0,41 0,33 3,41 -0,0225 0,25 0,72 0,33 4,95 -0,0357

3. Oedogonium 5,75 12,10 1,00 13,05 -0,2556 6,00 9,84 1,00 10,35 -0,2281 1,00 2,89 0,33 4,95 -0,1026

4. Cladophora 10,00 21,05 0,67 8,74 -0,3280 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000 0,25 0,72 0,33 4,95 -0,0357

5. Cosmerium 1,25 2,63 0,33 4,30 -0,0957 1,50 2,46 0,67 6,93 -0,0911 0,25 0,72 0,33 4,95 -0,0357

6. Closterium 1,00 2,10 0,33 4,30 -0,0813 7,75 12,71 1,00 10,35 -0,2621 0,75 2,17 0,33 4,95 -0,0832

7. Pediastrum 0,50 1,05 0,67 8,74 -0,0479 5,00 8,19 1,00 10,35 -0,2050 3,00 8,69 0,67 10,06 -0,2124 8. Botryococcus 0,75 1,58 0,33 4,30 -0,0655 0,25 0,41 0,33 3,41 -0,0225 0,75 2,17 0,67 10,06 -0,0832 9. Scenedesmus 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000 0,75 1,23 0,67 6,93 -0,0541 6,00 17,39 0,67 10,06 -0,3042

10. Pandorina 5,00 10,53 0,33 4,30 -0,2370 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000

11. Nitzchia 1,00 2,10 0,67 8,74 -0,0813 2,50 4,09 0,67 6,93 -0,1309 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000

12. Navicula 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000 1,75 2,87 0,33 3,41 -0,1019 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000

13. Gyrosigma 0,75 1,58 0,67 8,74 -0,0655 12,75 20,90 1,00 10,35 -0,3272 3,00 8,69 1,00 15,01 -0,2124

14. Cymbella 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000 0,50 0,82 0,33 3,41 -0,0394 0,00 0,00 0,00 0,00 0,0000

15. Chaetoceros 2,50 5,26 0,33 4,30 -0,1550 0,25 0,41 0,33 3,41 -0,0225 3,25 9,42 0,33 4,95 -0,2225 16. Meloisira 4,50 9,47 1,00 13,05 -0,2233 12,25 20,08 1,00 10,35 -0,3224 4,50 13,04 0,67 10,06 -0,2657 Jumlah 47,50 99,98 7,66 99,91 -2,0249 61,00 99,99 9,66 99,94 -2,1193 34,50 99,95 6,66 99,96 -1,9595

Indeks Diversitas 2,0249 2,1193 1,9595

Keterangan:

K = Kerapatan (Individu/liter) KR = Kerapatan relatif (%) F= Frekuensi FR= Frekuensi relatif (%) PiLnPi= Indeks Diversitas

(7)

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa kerapatan yang tertinggi terdapat pada stasiun I sebanyak 14,25 individu/liter yaitu pada Oscillatoria.

Menurut Sachlan (1974) Oscilatoria termasuk kelas Cyanophyceae yang mana memiliki sifat khas yaitu dapat hidup di berbagai kondisi perairan, sedangkan kerapatan yang terendah ditemukan pada genus Spirulina, dan Botryococcus, sebanyak 0,25 individu/liter. Hal ini disebabkan oleh faktor lingkungan pada perairan tersebut , kondisi ini diperkuat dari hasil pengukuran salinitas 4,38 ppt. Menurut Kordi (1996) hanya sedikit biota yang tumbuh dengan baik pada salinitas lebih rendah < 30 ppt, bahkan beberapa biota hidup pada salinitas yang berbeda.

Kerapatan relatif yang tertinggi pada stasiun III terdapat pada genus Oscilatoria yaitu 33,33%. Hal ini didukung oleh hasil pengukuran CO2 bebas yaitu 13,2 (mg/l) sehingga memungkinkan banyaknya genus yang ditemukan karena CO2 bebas rendah dibandingkan dengan stasiun II dan I. Tinggi rendahnya kandungan CO2 pada perairan dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota perairan (Wardoyono, 1984 dalam Genisfa 2015). Sedangkan kerapatan relatif yang terendah terdapat pada genus Spirulina, Botryococcus, dan Chaetoceros.

Frekuensi yang tertinggi terdapat pada genus Oscilatoria, Oedogonium, Closterium, Pediastrum, Meloisira, dan Gyrosigma, sebanyak 1,00 individu/liter. Tingginya frekuensi pada genus ini disebabkan oleh kondisi lingkungan mendukung kehidupannya sehingga genus ini tersebar merata cendrung mengelompok dalam perairan. Menurut Pennak (1978 dalam Genisfa 2015) bahwa genus yang mempunyai frekuensi yang tertinggi merupakan genus fitoplankton tersebut umum ditemukan dalam perairan. Sedangkan frekuensi yang terendah ditemukan pada genus Oedogonium, Closterium, Cosmerium, Cladophora, Botryococcus, Spirulina, Chaetoceros, Navicula, dan Cymbella. Menurut Rimper (2002) dalam Fitri (2011) peningkatan dan pertumbuhan populasi fitoplankton pada perairan berhubungan dengan ketersediaan nutrient dan cahaya.

Frekuensi relatif yang tertinggi ditemukan pada genus Oscillatoria dan Gyrosigma yaitu terdapat pada stasiun III sebanyak 15,01%, hal

ini dapat dilihat dari pengukuran faktor fisika yang diukur yaitu DO 2,03 (mg/L). Dimana kisaran oksigen yang ideal yang dibutuhkan makhluk hidup diperairan adalah 5 - 7 (Kordi,1996). Namun pada kenyataan yang ditemukan pada stasiun ini fitoplankton seperti genus Oscillatoria dan Gyrosigma dapat hidup dengan hasil DO yang rendah. Sedangkan frekuensi yang terendah ditemukan pada genus Botryococcus, Navicula, Spirulina, Chaetoceros, dan Cymbella yang umum ditemukan pada stasiun II, yang terdapat di dekat tumpukan sampah. Hal ini didukung oleh hasil pengukuran CO2 bebas yaitu 17,6 ppm. Menurut (Swingle 1986 dalam Genisfa 2015) bahwa kandungan CO2 bebas kurang dari 10 ppm adalah normal, CO2 bebas besar dari 12 ppm dapat menyebabkan beberapa organisme mati dan kandungan 300 ppm hampir semua organisme mati.

Dari komposisi fitoplankton dapat dilihat bahwa indeks diversitas (H') yang didapatkan pada ketiga stasiun berbeda. Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun II yaitu 2,1193 dan indeks diversitas yang terendah pada stasiun III yaitu 1,9595. Indeks diversitas 2,1193 - 1,9595, pada muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamtan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan ini menandakan bahwa muara kambang tercemar ringan. Menurut Fachrul (2007) indeks diversitas komunitas > 2,0 termasuk derajat pencemaran tidak tercemar, 1,6 - 2,0 termasuk derajat pencemaran tercemar ringan, indeks diversitas 1,0 - 1,5 termasuk pencemaran sedang dan indeks diversitas < 1,0 termasuk tercemar berat. Indeks diversitas dari ketiga stasiun adalah kondisi lingkungan muara Kambang masih mendukung kehidupan fitoplankton.

Indeks Similaritas Sorensen (ISS) fitoplankton di Muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan berkisar antara 81,48 - 88%.

Indeks Similaritas yang tertinggi yaitu 88% pada stasiun I dan III sedangkan yang terendah yaitu 81,48% pada stasiun I dan II. Berdasarkan pengelompokkan tersebut diketahui bahwa fitoplankton antara stasiun I dengan III 88%

kondisi habitat serta strukturnya bisa dikatakan sama atau mirip.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Komposisi fitoplankton yang ditemukan di muara Kambang yaitu sebanyak 16 genus (3 classis, 10 ordo dan 13 familia).

2. Kerapatan yang tertinggi diantara ketiga stasiun terdapat yaitu sebanyak 61,00 ind/liter dan kerapatan yang terendah yaitu sebanyak : 34,50 ind/liter.

3. Parameter fisika kimia di muara kambang masih berada pada kisaran toleransi untuk kehidupan fitoplankton.

4. Untuk penelitian selanjutnya disarankan agar meneliti tentang jenis-jenis fitoplankton di Muara Kambang Pasar Baru Lakitan Kecamatan Lengayang.

DAFTAR PUSTAKA

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit Pada Manusia, ITB, Bandung.

Fachrul, 2007. Metode Sampling Bioekologi.

Jakarta : Bumi Aksara

Fitri, Tengku, Wike. 2011. Komposisi dan Sebaran Fitoplankton Di Perairan Muara Sungai Way Belau, Bandar Lampung. Maspari Journal 03 (2011) 69-77.

Genisfa, M. 2015. Komposisi fitoplankton di danau tandikek taman satwa kandi kota sawah lunto. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

Kordi, K. M. Ghufron H. 1996. Parameter Kualitas Karya Anda, Surabaya.

Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta.

Newell and Newell. 1967. Marine Plankton a Pratical Guide. University of London Nybakken, J W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia, Jakarta.

Prowse. 1962. Diatoms of Malayan fresh water in the gardens gulletin Singapore.

Vol. XIX, part 1 1962.

Presscott, G. W 1978. Algae of Western Great Lake Area. W. M. C. Brown. Co.

Publisher. London.

Sachlan, M. 1974. Planktonologi. Corespondensi cours center. Jakarta.

Suin, N. M 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas: Padang

Referensi

Dokumen terkait

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis kuantitatif berdasarkan dengan kumpulan kelimpahan foraminifera bentonik kecil dengan menghitung jumlah individu serta