Komposisi Nutrisi Organik pada Budidaya Tanaman Selada (Lactuca Sativa L.) Dengan Sistem Akuaponik
Composition of Organic Nutrients in the Cultivation of Lettuce (Lactuca Sativa L.) with Aquaponic System
Budy Wiryono1*, Earlyna2, Baiq Monica3
1,2,3 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram
*Korespodensi: [email protected]
Abstrak
Ketersediaan lahan untuk budidaya tanaman diwilayah perkotaan sangat sangat terbatas sehingga memberikan dampak pada mahalnya harga pangan terutama komoditas hortikultura dan hewan. Larutan unsur hara atau nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman pada budidaya sistem akuaponik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaan komposisi nutrisi organik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman selada pada sistem akuaponik. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pengamatan langsung di Desa Rarang Lombok Timur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian nutrisi terhadap tanaman selada yang berbeda pada sistem akuaponik berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada perlakuan P2 (24,78), jumlah daun P2 (19,00), berangkasan basah P2 (96,40), dan berangkasan kering P2 (791), sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian nutrisi menggunakan Ab Mix berpengaruh nyata terhadap parameter yang diuji.
Kata Kunci: selada, akuaponik, nutrisi, organik
Abstract
The availability of land for crop cultivation in urban areas is very limited, which has an impact on the high price of food, especially horticultural and animal commodities. Nutrient solution as a source of water and mineral supply is a very important factor for the growth and quality of plant yields in aquaponic system cultivation. The purpose of this study was to determine the differences in the composition of organic nutrients on the growth and production of lettuce plants in aquaponic systems. This research used experimental method with direct observation in Rarang Village, East Lombok. The results showed that the provision of nutrients to different lettuce plants in the aquaponic system had a significant effect on the parameters of plant height in the P2 treatment (24.78), the number of leaves P2 (19.00), wet stems P2 (96.40), and dry stems P2 (791), so it can be concluded that the provision of nutrients using Ab Mix has a significant effect on the parameters tested.
Keywords: lettuce, aquaponics, nutrition, organic
PENDAHULUAN
Ketersediaan lahan budidaya tanaman diwilayah perkotaan sangat terbatas sehingga memberikan dampak pada mahalnya harga pangan terutama komoditas hortikultura dan hewan.
Alternatif yang dapat dilakukan dengan adanya keterbatasan lahan budidaya adalah melakukan intensifikasi lahan dengan menerapkan teknik budidaya sistem akuaponik. Penerapan sistem akuponik dapat mengurangi masalah keterbatasan lahan produktif, karena sistem ini tidak menggunakan lahan dan tanah untuk budidaya tanaman (Distan, 2018).
Metode akuaponik merupakan kombinasi antara budidaya hidroponik dengan budidaya ikan yang juga sama-sama menggunakan air sebagai media hidup tanaman. Akuaponik memanfaatkan
secara terus menerus air dari pemeliharaan ikan ke tanaman dan selanjutnya dikembalikan lagi ke kolam ikan. Inti dasar dari teknologi sistem ini adalah penyediaan air yang optimum untuk masing- masing komoditas dengan memanfaatkan sistem resirkulasi (Agustina, 2009). Komoditas yang disarankan tentunya komoditas yang berumur pendek dan bernilai ekonomi.
Salah satu komoditas yang dipilih untuk dibudidayakan menggunakan metode akuaponik adalah tanaman selada. Tanaman selada termasuk ke dalam tanaman semusim yang dapat dibudidayakan di daerah dingin, lembab baik dataran tinggi maupun rendah. Pertumbuhan dan hasil tanaman selada salah satunya dipengaruhi oleh asupan nutrisi atau unsur hara yang diterima baik unsur hara makro maupun mikro. Tanaman memerlukan unsur-unsur tertentu untuk membentuk tubuhnya dan memenuhi semua kegiatan hidupnya, unsur-unsur tersebut diserap oleh tanaman dan mempunyai guna tertentu. Selain itu, jika nutrisi tanaman terpenuhi maka tanaman tersebut menjadi sehat dan tumbuh subur (Supriati dan Herliana, 2014).
Larutan unsur hara atau nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman pada budidaya sistem akuaponik. Namun permberian larutan nutrisi pada tanaman sistem akuaponik ini harus diperhatikan jenisnya dan diperlukan pengontrolan yang tepat. Pemberian kadar nutrisi yang tidak sebanding dengan kebutuhan tanaman mengakibatkan tanaman kerdil, daun menguning, dan gugur sehingga tanaman tidak saling menaungi satu sama lain dan luas daun rendah (Zulkarnaen,2013).
Pemilihan budidaya tanaman selada menggunakan akuaponik didasarkan pada kemudahan dalam perawatan, lebih efisien, dan lebih mudah mengontrol gangguan hama, penggunaan tenaga kerja yang tidak banyak, dan memiliki standarisasi serta nutrisi air yang selalu tersedia serta ramah lingkungan. Penggunaan lahan yang sempit dan hemat air memungkinkan untuk diterapkannya teknik akuaponik sebagai bagian dari tata kota di komplek-komplek perumahan diperkotaan. Sehingga sistem tanam sayur-sayuran organik dengan teknik akuaponik menjadi alternative untuk bercocok tanam sayur maupun buah-buahan dan budidaya ikan pada lahan sempit/terbatas (Lakitan, 2010).
BAHAN DAN METODE
Penelitian menggunakan metode eksperimental dengan pengamatan dilapangan.
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2023 di Desa Rarang Kecamatan Terara Kabupaten Lombok Timur. Alat yang digunakan dalam penelitian ini; bambu, kayu, meteran, botol aqua 1/5 liter, gelas plastik, pompa akuarium, gergaji, selang waterpas ¼ , nampan, pipa ½, kuas, dan pipa diameter 3, dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih tanaman selada, nutrisi AB Mix, nutrisi kalium,sekam, kapas dan cat putih. Tahap penelitian dimulai dengan penyiapan alat dan bahan, perakitan akuaponik, persemaian benih, pemindahan bibit, pemberian nutrisi organik, pengamatan, dan panen. Parameter pengamatan yang digunakan adalah parameter obserfatif, yakni dengan memantau tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar, berat brangkasan basah tanaman selada dan berat brangkasan kering tanaman selada. Analisis data dengan pendekatan statistik menggunakan Analisa Keragaman (ANOVA), dan bila antara perlakuan berbeda nyata maka dilakukan dengan uji beda nyata juju (BNJ) pada taraf 5% dengan alat bantu menggunakan program SPSS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis ANOVA perbedaan pemberian komposisi nutrisi organik terhadap parameter pertumbuhan tanaman selada menunjukkan perbedaan nyata pada sebagian besar parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berangkasan basah, dan berangkasan kering, tetapi tidak berbeda nyata untuk parameter jumlah akar. Hasil analisis statistik awal ANOVA dan uji lanjut BNJ ditampilkan pada tabel berikut ini.
Tabel 1. Hasil Analisis Keragaman (ANOVA)
Parameter F Hitung F Tabel Signifikan
Tinggi Tanaman 5,032 4,256 S
Panjang Akar 0,267 4,256 NS
Jumlah Daun 7,197 4,256 S
Berangkasan Basah 8,410 4,256 S
Berangkasan Kering 15,674 4,256 S
Keterangan: S = Significant (berbeda nyata), NS = Non Significant (tidak berbeda nyata).
Berdasarkan hasil analisis statistik maka terdapat 4 (empat) parameter yang berbeda nyata, sehingga maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji BNJ dengan hasil ditampilkan pada tabel 2 berikut ini;
Tabel 2. Hasil Uji Lanjut BNJ
Perlakuan Tinggi Tanaman Jumlah Daun Berangkasan Basah Berangkasan Kering
P1 21,625ab 14,500a 59,422a 4,080a
P2 24,775b 19,000b 96,400b 7,912b
P3 20,450a 13,250a 56,040a 4,155a
BNJ 0,340 0,140 0,090 0,010
Keterangan : P1 (nutrisi ikan lele), P2 (nutrisi ikan lele+Ab Mix 40ml), P3 (nutrisi ikan lele + kalium 40ml), angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5%
Dari hasil analisis pemberian nutrisi sangat berpengaruh pada perkembangan tinggi tanaman. Selain faktor nutrisi yang diberikan, faktor lingkungan dan genetika, intensitas cahaya matahari yang diterima oleh tumbuhan juga berpengaruh terhadap perkembangan tinggi tanaman.
Hal ini didukung oleh pendapat Sutedjo (2010) yang menyatakan bahwa apabila tanaman diberikan nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan berkurangnya perkembangan vegetatif dan dapat menyebabkan penghambatan perkembangan akar sehingga dapat mengganggu serapan nutrisi tanaman, meskipun tanaman tersebut tidak menunjukkan gejala defisiensi secara visual.
Jumlah daun tanaman sangat dipengaruhi oleh pemberian nutrisi yang cukup mengandung unsur hara makro dan mikro secara seimbang. Daun merupakan organ tanaman tempat fotosintesis makanan untuk kebutuhan tanaman maupun sebagai cadangan makanan. Daun memiliki klorofil yang berperan dalam melakukan fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun, maka tempat untuk melakukan proses fotosintesis juga semakin banyak.
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah daun pada perlakuan P2 paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini didukung oleh pendapat Abidin (1984) peningkatan jumlah daun tanaman juga sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan tidak terhambatnya tanaman dalam proses fotosintesis.
Berat berangkasan basah terdiri dari daun, tangkai daun dan batang. Berat berangkasan basah tanaman merupakan berat tanaman yang masih segar dan diperoleh dengan cara ditimbang sebelum layu, karena ditimbang setelah layu akan mengurangi kadar air terhadap tanaman selada itu sendiri. Hasil analisis menunjukkan bahwa peningkatan berangkasan terjadi pada perlakuan P2. Menurut Lakitan (2010), pemberian nutrisi organik dalam konsentrasi yang sesuai dapat meningkatkan morfogenesis tanaman, tetapi apabila nutrisi organik diberikan dalam konsentrasi yang berlebihan maka akan menjadi penghambat bagi pertumbuhan morfogenesis tanaman. Pertumbuhan tanaman dapat didefenisikan sebagai bertambah besarnya tanaman yang diikuti oleh peningkatan bobot kering. Proses pertumbuhan tanaman terdiri dari pembelahan sel kemudian diikuti oleh pembesaran sel dan terakhir adalah diferensiasi sel (Darmawan dan Baharsjah, 2010).
Suhu yang digunakan untuk mengeringkan tanaman selada menggunakan oven yaitu sekitar 60. Pengeringan dilakukan selama 48 jam. Setelah di oven berangkasan kering tersebut dimasukkan ke dalam exicator selama 15 menit setelah itu ditimbang kembali. Hasil analisis menunjukkan perbedaan nyata dan hasil berangkasan tertinggi terdapat pada P2. Menurut Salisburry dan Ross (1996) berat kering tanaman merupakan akibat dari pertumbuhan dan hasil bersih proses asimilasi O2 sepanjang pertumbuhan tanaman serta mencerminkan status nutrisi tanaman yang sangat bergantung pada laju fotosintesis. Perkembangan tanaman merupakan suatu kombinasi dari sejumlah proses yang komplek yaitu pertumbuhan dan diferensiasi yang mengarah pada akumulasi berat kering. Hal juga terjadi pada perlakuan P2, sehingga menyebabkan perbedaan nyata dan menunjukkan berat berangkasan kering tertinggi.
Pada perlakuan yang dilakukan ditemukan bahwa komposisi ideal untuk meningkatkan produksi selada pada sistem akuaponik menggunakan nutrisi ikan lele dicampur dengan Ab Mix 40ml. Selada yang dibudidayakan secara akuaponik harus mendapatkan dosis nutrisi AB Mix yang tepat. Pada dosis yang rendah mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan kurang stabil, sedangkan pada dosis yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan tanaman mengalami plasmolysis, yaitu keluarnya cairan sel karena tertarik oleh larutan hara yang lebih pekat (Furoidah dan Wahyuni,2017).
KESIMPULAN
Pemberian nutrisi organik yang berbeda dengan sistem akuaponik terhadap tanaman selada berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun, berat berangkasan basah, dan berat berangkasan kering, tetapi tidak berpengaruh nyata pada panjang akar. Komposisi nutrisi terbaik terdapat pada perlakuan P2 (nutrisi ikan lele dengan AB Mix 40ml).
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. (2009). “Dasar Nutrisi Tanaman”.Jakarta:Rineka Cipta.
Darmawan, J. & J. S. Baharsjah. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tanaman. SITC. Jakarta.
Distan. (2018). Pengaruh konsentrasi pupuk daun dan beberapa macam larutans nutrisi terhadap
Furoidah, N & Wahyuni ES. (2017). “Peningkatan Hasil Sayuran Lokal.Kabupaten Lumajang Di Lahan Terbatas”. AGRITEK.17(2):7-20.
Lakitan, B 2010. “Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan”.Jakarta:Raja Grafindo Persada.
Salishburry, F.B. & C.W. Ross. (1996). Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. (Diterjemahkan oleh Diah R.
Lukman dan Sumaryono). ITB Bandung.
Supriati, S.R., & Herliana. (2014). “15 Sayuran Organik Dalam Pot”. Jakarta:Penebar Swadaya.148 hlm.
Sutedjo. (2010). “Pupuk Dan Cara Pemupukan”. Jakarta: Rineka Cipta.
Zulkarnaen. (2013).”Budidaya Sayuran Tropis”.Jakarta:Bumi Aksara.