• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa L.)

PADA PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN KASCING

SKRIPSI

DELI REZKIYANI SAGALA 060301047

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SELADA (Lactuca sativa L.)

PADA PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN KASCING

SKRIPSI

DELI REZKIYANI SAGALA 060301047

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Penelitian : Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing

Nama : Deli Rezkiyani Sagala

NIM : 060301047

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Ketua

Ir. Rosita Sipayung, MP. NIP.131 459 302

Anggota

(4)

ABSTRAK

DELI REZKIYANI SAGALA. Pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing. Dibawah

bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.

Selada merupakan tanaman sayuran komersil yang sangat digemari di masa sekarang. Budidaya kailan secara organik diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. Pemberian pupuk organik cair dan kascing diharapkan dapat mensuplai kebutuhan hara yang dibutuhkan selada. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk organik cair daan kascing pada pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan mulai bulan Februari 2010 hingga bulan April 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan, faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 1cc/L air (P1), 2 cc/L air (P2), 3 cc/L air (P3) dengan 3 ulangan, sedangkan faktor kedua adalah pemberian kascing dengan dosis 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) dan 900 g/kg ultisol (K3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada semua parameter, yaitu tinggi tanamn, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil. Pemberian kascing dengan berbagai taraf berpengaruh nyata pada semua parameter. Sedangkan Interaksi antara berbagai media tanam dan pupuk organik cair berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 1, 2, dan 3 MSPT dan parameter jumlah klorofil 5 MSPT.

(5)

ABSTRACT

DELI REZKIYANI SAGALA. Growth and production of Lettuce (Lactuca sativa L.) with liquid organic fertilizer and vermicompost. Supervised by

ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.

Lettuce is a favorite commercial vegetable now. Lettuce agriculture by using organic system were expected can make lessening of using chemist unsure. By using liquid organic fertilizer and vermicompost was expected can be supply requirement of hara in a plant need must . The research aimed to studied the influence of using liquid organic fertilizer and vermicompost to growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). Research was done in farmville at agriculture faculty, university of north sumatera, Medan which started in February 2010 until April 2010. Method of this research is randomized block design factorial with two factor,the first is using liquid organic fertilizer at consentration 1 cc/L water(P1), 2 cc/L water(P2), 3 cc/L water (P3) with 3 replications. And the second factor is addition vermicompost with dose 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) and 900 g/kg ultisol (K3)

Results of research showed that using liquid organic fertilizer is not influence significantly at all of parameters, that is high of plant, stem diameters, fresh weight which consumsed, fresh weight root and amount of klorofil. Using vermicompost with various doses influence significantly at all of parameters . Interaction of 2 treatment influence significantly at high of plant at 1, 2, 3 weeks after planting removal and the amount of klorofil at 5 weeks after planting removal .

(6)

RIWAYAT HIDUP

Deli Rezkiyani Sagala lahir di Sumberjo, Rantauprapat pada tanggal 11 Februari 1988, putri kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. M. Sagala, AMK dan Ibu Hj. L. Butar-butar SPd.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 118320 Perk. Berangir Rantauprapat pada tahun 2000, kemudian melanjutkan pendidikan

ke SLTPN 1 A. K. Batu, Rantauprapat, selesai pada tahun 2003. Pada tahun 2006 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Negeri 3 Ranutau Utara, kemudian lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis memilih program studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala berkat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul ” Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Pemberian Pupuk Cair Organik dan Kascing” berhasil selesai dengan baik dan tepat waktu. Skripsi disusun sebagai satu syarat untuk medapat gelar sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ayahanda H. M. Sagala, AMK dan ibunda tercinta Hj. L. Butar-butar, SPd. atas semangat, dukungan, doa dan kasih sayangnya kepada penulis, penulis juga berterima kasih kepada nenek dan kakak terbaik, dr. Hj. Devi Andayani Sagala dan kedua adik tersayang Deni Sukmana Sagala dan Deri Putriyani Sagala, dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendukung dan mendoakan keberhasilan penulis selama ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Ir Rosita Sipayung,MP dan Bapak Ir. Asil Barus,MP selaku komisi pembimbing yang telah banyak mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

(8)

Penulis berharap semoga penelitian ini berguna sebagai dasar penelitian-penelitian selanjutnya dan dapat menyumbangkan pengetahuan bagi kemajuan dunia pendidikan dan semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2010

(9)

vi Tempat dan Waktu Penelitian ... 12

Bahan dan Alat Penelitian... 12

Metode Penelitian ... 13

Pengendalian Hama dan Penyakit... 16

(10)

Tinggi tanaman(cm) ... 17

Diameter Batang (cm) ... 17

Bobot Basah Akar (gram)... 17

Bobot Segar Layak Konsumsi (gram) ... 17

Jumlah Klorofil (unit/6mm3) ... 17

Panen ... 18

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 19

Pembahasan...27

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 36

Saran... 36 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1. Tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing

pada berbagai taraf pada umur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah pindah

tanam (MSPT) ... 21 2. Diameter batang (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing

berbagai taraf ... 23 3. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing

berbagai taraf ... 24 4. Bobot basah layak konsumsi (g) pada pemberian pupuk organik cair

dan kascing berbagai taraf ... 25 5. Jumlah klorofil (unit/6mm3) pada pada pemberian pupuk organik cair

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal

1. Deskripsi Tanaman... 39

2. Bagan Penelitian... 40

3. Jadwal Kegiatan ... 41

4. Analisis Kascing dan Ultisol ... 42

5. Data Tinggi Tanaman 1 MSPT ... 43

6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MSPT... 43

7. Data Tinggi Tanaman 2 MSPT ... 44

8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MSPT... 44

9. Data Tinggi Tanaman 3 MSPT ... 45

10.Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MSPT... 45

11.Data Tinggi Tanaman 4 MSPT ... 46

12.Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT... 46

13.Data Tinggi Tanaman 5 MSPT ... 47

14.Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 5 MSPT... 47

15.Data Diameter Batang ...48

16.Daftar Sidik Ragam Diameter Batang... 48

17.Data Bobot Basah Akar ... 49

18.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar ... 49

19.Data Bobot Basah Layak Konsumsi ... 50

20.Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Layak Konsumsi ... 50

(13)

23.Data Jumlah Klorofil 9 MSPT ... 52

24.Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil 5 MSPT... 52

25.Foto Penelitian ... 53

(14)

ABSTRAK

DELI REZKIYANI SAGALA. Pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair dan Kascing. Dibawah

bimbingan ROSITA SIPAYUNG dan ASIL BARUS.

Selada merupakan tanaman sayuran komersil yang sangat digemari di masa sekarang. Budidaya kailan secara organik diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia. Pemberian pupuk organik cair dan kascing diharapkan dapat mensuplai kebutuhan hara yang dibutuhkan selada. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian pupuk organik cair daan kascing pada pertumbuhan dan Produksi selada (Lactuca sativa L.). Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan mulai bulan Februari 2010 hingga bulan April 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan, faktor pertama adalah pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi 1cc/L air (P1), 2 cc/L air (P2), 3 cc/L air (P3) dengan 3 ulangan, sedangkan faktor kedua adalah pemberian kascing dengan dosis 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) dan 900 g/kg ultisol (K3).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata pada semua parameter, yaitu tinggi tanamn, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil. Pemberian kascing dengan berbagai taraf berpengaruh nyata pada semua parameter. Sedangkan Interaksi antara berbagai media tanam dan pupuk organik cair berpengaruh nyata pada tinggi tanaman 1, 2, dan 3 MSPT dan parameter jumlah klorofil 5 MSPT.

(15)

ABSTRACT

DELI REZKIYANI SAGALA. Growth and production of Lettuce (Lactuca sativa L.) with liquid organic fertilizer and vermicompost. Supervised by

ROSITA SIPAYUNG and ASIL BARUS.

Lettuce is a favorite commercial vegetable now. Lettuce agriculture by using organic system were expected can make lessening of using chemist unsure. By using liquid organic fertilizer and vermicompost was expected can be supply requirement of hara in a plant need must . The research aimed to studied the influence of using liquid organic fertilizer and vermicompost to growth and production of lettuce (Lactuca sativa L.). Research was done in farmville at agriculture faculty, university of north sumatera, Medan which started in February 2010 until April 2010. Method of this research is randomized block design factorial with two factor,the first is using liquid organic fertilizer at consentration 1 cc/L water(P1), 2 cc/L water(P2), 3 cc/L water (P3) with 3 replications. And the second factor is addition vermicompost with dose 0 g/kg ultisol (K0), 300 g/kg ultisol (K1), 600 g/kg ultisol (K2) and 900 g/kg ultisol (K3)

Results of research showed that using liquid organic fertilizer is not influence significantly at all of parameters, that is high of plant, stem diameters, fresh weight which consumsed, fresh weight root and amount of klorofil. Using vermicompost with various doses influence significantly at all of parameters . Interaction of 2 treatment influence significantly at high of plant at 1, 2, 3 weeks after planting removal and the amount of klorofil at 5 weeks after planting removal .

(16)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Selada termasuk kelompok tanaman sayuran daun yang dikenal di masyarakat. Jenis sayuran ini mengandung zat-zat gizi khususnya vitamin dan mineral yang lengkap untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat. Selada sebagai bahan makanan bisa dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan yang dimakan bersama dengan bahan makanan lain. (Wicaksono, 2008).

Selada yang mulai dibudidayakan dan dikembangkan saat ini adalah jenis butterhead lettuce atau selada krop. Disebut selada krop karena daunnya akan

bertangkup dan membentuk krop pada saat dewasa. Bagian krop inilah yang akan dipanen dan dikonsumsi sebagai sayur atau lalap. Tanaman pada saat muda memiliki daun yang bergelombang, tetapi selanjutnya akan membentuk krop (Pranowo, 2009).

Selada merupakan sayuran yang biasa dikomsumsi segar, oleh sebab itu, penerapan teknologi ramah lingkungan semakin penting artinya dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Untuk itu diperlukan kesadaran petani dan berbagai pihak yang bergelut dalam sektor pertanian akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan. Pertanian organik kemudian dipercaya mejadi salah satu alternatifnya.

(17)

Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik yang telah mengalami penghacuran sehingga menjadi tersedia bagi tanaman.

Kascing adalah kotoran cacing tanah yang bercampur dengan tanah dan bahan lainnya yang merupakan pupuk organik yang kaya akan unsur hara dan kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik lain, karena mengandung lebih banyak mikroorganisme, bahan organik, dan anorganik dalam bentuk tersedia bagi tanaman serta mengandung enzim yang membantu perombakan bahan organik (Sudirja, Muhammad dan Santi, 2005).

Selain kascing, pupuk organik cair juga dapat diberikan untuk memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, karena selain pupuk ini memiliki kandungan unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung beberapa hormon pertumbuhan tanaman seperti auksin dan sitokinin serta tidak ditemukannya bakteri pathogen.

Melihat uraian di atas dan berbagai kelebihan dari kascing dan pupuk organik cair, saya tertarik untuk mencoba mengaplikasikannya pada pertanaman selada secara organik.

Tujuan Penelitian

Untuk menguji pertumbuhan dan produksi selada (Lactuca sativa L.) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing.

Hipotesis Penelitian

(18)

Kegunaan Penelitian

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Haryanto, Suhartini dan Rahayu (1996), klasifikasi tanaman selada adalah sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Divisio :Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Lactuca

Spesies : Lactuca sativa L.

Tanaman selada memiliki sistem perakaran tunggang dan serabut. Akar serabut menempel pada batang, tumbuh menyebar, ke semua arah pada kedalaman 20-50 cm atau lebih. Sebagian besar unsur hara yang dibutuhkan tanaman diserap oleh akar serabut. Sedangkan akar tunggangnya tumbuh lurus ke pusat bumi (Rukmana, 1994).

(20)

manis. Daun selada umumnya memiliki ukuran panjang 20-25 cm dan lebar 15 cm (Wicaksono, 2008).

Tanaman selada memiliki batang sejati. Batang selada krop sangat pendek dibanding dengan selada daun dan selada batang. Batangnya hampir tidak terlihat dan terletak pada bagian dasar yang berada di dalam tanah. Diameter batang selada krop juga lebih kecil yaitu berkisar antara 2-3 cm dibanding dengan selada batang yang diameternya 5,6-7 cm dan selada daun yang diameternya 2-3 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Bunga selada berbentuk dompolan (inflorescence). Tangkai bunga bercabang banyak dan setiap cabang akan membentuk anak cabang. Pada dasar bunga terdapat daun - daun kecil, namun semakin ke atas daun tersebut tidak muncul. Bunganya berwarna kuning. Setiap krop panjangnya antara 3-4 cm yang dilindungi oleh beberapa lapis daun pelindung yang dinamakan volucre. Setiap krop mengandung sekitar 10-25 floret atau anak bunga yang mekarnya serentak (Ashari, 1995).

(21)

Syarat Tumbuh

Iklim

Selada dapat tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah. Namun, hampir semua tanaman selada lebih baik diusahakan di dataran tinggi. Pada penanaman di dataran tinggi, selada cepat berbunga. Suhu optimum bagi pertumbuhannya adalah 15-20o C (Sunarjono, 2003).

Tanaman ini umumnya ditanam pada penghujung musim penghujan, karena termasuk tanaman yang tidak tahan kehujanan. Pada musim kemarau tanaman ini memerlukan penyiraman yang cukup teratur. Selain tidak tahan terhadap hujan, tanaman selada juga tidak tahan terhadap sinar matahari yang terlalu panas (Suprayitno ,1996).

Daerah - daerah yang dapat ditanami selada terletak pada ketinggian 5-2.200 meter di atas permukaan laut. Selada krop biasanya membentuk krop bila ditanam di dataran tinggi, tapi ada beberapa varietas selada krop yang dapat membentuk krop di dataran rendah seperti varietas great lakes dan Brando (Haryanto dkk, 1996).

Tanah

Selada tumbuh baik pada tanah yang subur dan banyak mengandung humus. Tanah yang banyak mengandung pasir dan lumpur baik sekali untuk pertumbuhannya. Meskipun demikian tanah jenis lain seperti lempung berdebu

(22)

Tingkat kemasaman tanah (pH) yang ideal untuk pertumbuhan selada adalah berkisar antara 6,5-7. Pada tanah yang terlalu asam, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena keracunan Mg dan Fe (Suprayitno, 1996).

Pupuk Organik Cair

Pupuk organik cair adalah pupuk yang terbuat dari sari tumbuhan alami berbentuk cair. Salah satu contoh merek dagang pupuk organik cair adalah “hormon tanaman unggul”. Pupuk ini berwarna putih kelabu. Kelebihan pupuk ini adalah meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan virus dan bakteri. Selain itu, pupuk ini juga dapat membantu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan tanaman melebihi pertumbuhan standar. Hal ini disebabkan karena, selain mengandung unsur hara yang lengkap, pupuk ini juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman. Pupuk juga mempercepat keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya (http://www.kaskus.com, 2009).

Kualitas pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul terbukti dalam meningkatkan hasil produksi padi. Itu terlihat dari uji coba di Desa Parakan Kecamatan Ciomas. Hasilnya, padi yang menggunakan pupuk cair ini mampu menghasilkan produksi gabah dua kali lipat (http://www.kaskus.com, 2009).

(23)

Kascing

Kascing atau vermikompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil perombakan bahan-bahan organik yang dilakukan oleh cacing tanah. Kascing merupakan campuran kotoran cacing tanah dengan sisa media atau pakan dalam budidaya cacing tanah. Oleh karena itu, kascing merupakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan dengan kompos lain (Mashur, 2001).

Kascing mempunyai kelebihan dari pupuk organik lainnya, karena selain mempunyai hampir semua unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman, kascing juga mengandung unsur makro yang lebih tinggi, dan kascing juga mampu menetralkan pH tanah (Liptan, 2001).

Kascing kaya akan N yang berasal dari perombakan bahan organik yang kaya N dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan N dalam bentuk kascing selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya nitrogen (Isroi, 2007)

(24)

dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya (Mashur, 2001).

Selain mengandung hampir semua unsur hara yang dibituhkan oleh tanaman dalam jumlah yang tersedia, kascing juga mengandung hormon tumbuh tanaman. Hormon tersebut akan memacu pertumbuhan tanaman, akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun (Yuwono, 2006).

Pemberian kascing pada tanaman selada dapat meningkatkan hasil. Dengan menambahkan kascing dengan dosis yang sesuai, maka lebar daun, tinggi

tanaman, jumlah daun dan berat bobot basah selada akan meningkat sekitar 100 %. Selain itu, pemberian kascing juga memperlihatkan pertumbuhan akar

yang baik sebab pemberian kascing dapat memperbaiki struktur tanah sehingga pertumbuhan akar selada baik (Nurmawati dan Anang, 2000).

(25)

melaporkan bahwa kascing berpengaruh nyata terhadap struktur dan kesuburan tanah (Anas, 1990 dalam Sudirja dkk, 2005).

Pestisida Organik

Pestisida organik cair adalah pestisida yang terbuat dari sari tumbuhan alami berbentuk cair. Pestisida ini tidak mengandung bahan-bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan. Ada berbagai merek dagang dari pestisida organik, salah satunya adalah Multicomp. Pestisida organik ini dapat membasmi organisme pengganggu tanaman seperti, ulat, jamur, tungau dan kutu,secara kontak dan lambung. Keunggulan menggunakan pestisida organik selain tanaman bebas dari organisme pengganggu tanaman adalah ekonomis, ramah lingkungan karena tidak meninggalkan residu pestisida sehingga aman bagi lingkungan, karena terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat-zat yang dapat menekan pertumbuhan organisme pengganggu tanaman seperti tembakau. Adapun kandungan dari pestisida organik ini adalah katorisida 12%, rotenone 4,29%, nikotin 0,86%, kamporlins 0,0227%.

Ultisol

(26)

Tanah ultisol biasanya memiliki kesuburan yang rendah untuk pertanian, karena ultisol memiliki kapasitas tukar kation yang rendah, dan ber-pH masam, namun apabila dikelola dengan baik, dan iklim yang memungkinkan maka tanah

ultisol juga dapat menjadi lahan pertanaian yang dapat menghasilkan (Foth, 1984).

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang

(27)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga April 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian adalah benih tanaman selada (Lactuca sativa L.) sebagai objek pengamatan, pupuk organik cair ’Hormon Tanaman Unggul’ dan kascing sebagai perlakuan, pestisida organik untuk melindungi tanaman dari hama dan penyakit, pasir untuk memudahkan penebaran benih pada saat melakukan persemaian, polibek sebagai tempat penanaman, topsoil dan kascing sebagi media tanam persemaian, tanah ultisol sebagai media tanam, plastik untuk tempat sampel tanah dan sebagai wadah selada pada saat panen, pacak plot dan blok, air untuk menyiram, untuk membedakan perlakuan, dan berbagai bahan lain yang mendukung penelitian ini.

(28)

membersihkan akar dan mengukur volume selada, dan alat lain yang membantu dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu :

1. Pupuk organik cair dengan 3 taraf perlakuan yaitu: P1 = 1 cc / Liter air

P2 = 2 cc / Liter air P3 = 3 cc / Liter air

2. Kascing dengan 3 taraf perlakuan yaitu: K0 = 0 gram/ kg tanah

K1 = 300 gram/ kg tanah K2 = 600 gram/ kg tanah K3 = 900 gram/ kg tanah Sehingga diperoleh 12 kombinasi yaitu:

P1K0 P1K1 P1K2 P1K3

P2K0 P2K1 P2K2 P2K3

P3K0 P3K1 P3K2 P3K3

(29)

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai

Yijk = hasil pengamatan pada unit percobaan dalam blok ke-i dengan perlakuan dosis pemberian pupuk cair organik pada taraf ke-j dan kascing pada taraf ke-k

= Nilai tengah

i

= Efek dari blok ke-i

j

 = Efek dari perlakuan pupuk cair organik pada taraf ke-j

k

 = Efek dari perlakuan kascing pada taraf ke-k

jk

)

( = efek interaksi antara perlakuan pupuk cair organik Hantu pada taraf ke-j dan kascing pada taraf ke-k pada blok ke-i

ijk

(30)

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan

Persiapan lahan meliputi sanitasi lahan dan pembuatan parit serta plot yang dilakukan dua minggu sebelum tanam dengan membuat plot berukuran 1x1 meter. Selain itu, juga dibuat naungan untuk persemaian benih selada dengan

ketinggian lebih kurang satu meter yang menghadap ke timur dan yang menghadap ke bagian barat lebih kurang 60 centimeter.

Persemaian

Sebelum ditanam, benih selada disemaikan dahulu agar diperoleh bibit tanaman yang baik dan seragam. Untuk menghindari benih saling berlekatan, maka digunakan pasir, agar benih lebih mudah ditebarkan. Persemain dilakukan dua minggu sebelum tanam. Media persemaian berupa campuran kascing dan top soil.

Persiapan media

Persiapan media meliputi penyediaan tanah ultisol dan kascing yang dilakukan satu minggu sebelum tanam. Kemudian, media tanam dicampur menurut perlakuan dan dimasukkan pada polibek yang berukuran lima kilogram.

Penanaman

(31)

Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari dengan cara menyiramnya sampai tanah dalam kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan gembor.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman rusak atau mati dan dilakukan paling lama satu minggu setelah pindah tanam ke lapangan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan dengan menyemprotkan pupuk organik cair sesuai dosis perlakuan. Pemupukan mulai dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu setelah pindah tanam ke lapangan dengan interval satu minggu.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan pestisida organik dengan interval satu minggu, dilakukan mulai satu minggu setelah pindah tanam dengan interval satu minggu.

Penyiangan

(32)

Pengamatan parameter

Tinggi Tanaman (cm)

Pengamatan tinggi tanaman selada dilakukan dengan mengukur panjang mulai dari pangkal batang yang berada di permukaan tanah sampai bagian tanaman tertinggi, pengamatan dilakukan satu minggu setelah pindah tanam dengan interval satu minggu.

Diameter Batang (cm)

Pengamatan diameter batang selada dilakukan dengan mengukur diameter batang dua centimeter di atas leher batang, dengan menggunakan jangka sorong. Pengamatan dilakukan pada saat panen.

Bobot Basah Akar (gram)

Pengamatan bobot basah selada dilakukan dengan menimbang akar, penimbangan dilakukan pada saat panen dengan membersihkan akar dari tanah terlebih dahulu. Bobot Basah Layak Konsumsi (gram)

Pengamatan bobot basah layak konsumsi dilakukan dengan menimbang selada yang telah dibersihkan dari daun-daun yang tua, penimbangan dilakukan pada saat panen.

Jumlah Klorofil (unit/6mm3)

(33)

Panen

(34)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemberian pupuk organik cair dan kascing tidak bepengaruh terhadap pembentukan krop pada selada. Hal ini mungkin disebabkan karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai, karena selada ditanam di dataran rendah yang suhunya relatif tinggi, padahal untuk membentuk krop selada membutuhkan suhu yang sejuk. Selada yang ditanam adalah varietas Brando, varietas yang dapat membentuk krop di dataran rendah tetapi akan lebih optimal bila ditanamn di dataran tinggi. Selada tidak membentuk krop mungkin diakibatkan karena penanaman dilakukan pada saat musim kemarau sehingga suhu tinggi.

Selada yang ditanaman hanya membentuk semi krop. Hal ini mungkin disebabkan selada tidak mampu memenuhi kebutuhan hara yang cukup serta keadaan lingkungan yang kurang sesuai dalam pembentukan krop, sebab pada saat proses pembentukan terjadi, unsur hara dan kondisi lingkungan harus benar-benar sesuai. Proses pembentukam krop pada selada terjadi karena pertumbuhan daun selada yang pesat, tetapi tidak diimbangi dengan perkembangan daun, sehingga daun akan bertumpang tindih dan lama kelamaan akan membengkok kemudian terbentuklah krop. Proses pembentukan krop sangat dipengaruhi oleh iklim dan kesuburan tanah.

(35)

dipanen dapat disimpan paling lama 4 hari, lebih cepat dibanding dengan yang tertulis di deskripsi. Hal ini mungkin disebabkan karena selada tidak membentu kkrop, sehingga daunnya lebih tipis dari krop, karena daunnya tipis, maka selada mudah layu.

Dari hasil uji statistik berdasarkan sidik ragam pemberian kascing pada berbagai taraf berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1, 2, 3,4 dan 5 minggu setelah pindah tanam, diameter batang, bobot basah produksi layak konsumsi, bobot basah akar, dan jumlah klorofil. Sedangkan pada pemberian pupuk organik cair tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah produksi layak konsumsi, bobot basah akar, dan jumlah klorofil.

Tinggi Tanaman (cm)

Dari data pengamatan tinggi tanaman dan sidik ragam (Lampiran 5 sampai 14) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada

(36)

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf pada umur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah pindah tanam (MSPT)

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %

(37)

Pada saat selada berumur 2 MSPT rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2K3 yaitu sebasar 11.51 cm dan berturut-turut diikuti oleh P3K2 (10.66 cm), P1K1 (10.60 cm), P2K2 (10.07 cm), P3K1 (9.99 cm), P3K3 (9.59 cm), P1K2 (9.42 cm), P1K0 (9.29 cm) P2K1 (9.07 cm), P1K3 (8.91 cm), P2K0 (8.16 cm) dan tinggi tanaman yang terendah adalah perlakuan P3K0 dengan tinggi 8.15 cm.

Pada umur 3 MSPT, rataan tinggi tanaman selada mencapai nilai tertinggi pada perlakuan P2K3 yaitu sebesar 17.16 cm dan berturut-turut diikuti oleh P3K2 (16.68 cm), P1K1 (16.59 cm), P2K2 (15.9 cm), P3K1 (15.83 cm), P3K3 (15.81 cm), P1K3 (15.16 cm), P1K2 (15.02 cm), P2K1 (14.51 cm), P1K0 (13.96 cm), P2K0 (13.01 cm), dan tinggi tanaman terendah P3K0 sebesar 12.78 cm.

Pada saat umur selada mencapai 4 MSPT, rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada pemberian kascing sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) yaitu sebesar 21.50cm, lalu berturut-turut dikuti oleh pemberian kascing sebanyak 300 g g/kg ultisol (K1) sebesar 20.69 cm, 600 g/kg ultisol (K2) dengan tinggi 19.62 cm, dan 0 g/kg ultisol (K0) 16.62 cm sebagai tinggi tanaman terendah.

(38)

Diameter Batang (cm)

Dari data pengamatan diameter batang dan sidik ragam (lampiran 15 dan 16) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman

selada juga berpengaruh tidak nyata terhadap diameter batang selada pada umur 9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada selada memberikan pengaruh nyata terhadap diameter batang selada pada umur 9 MSPT. Data rataan diameter batang selada dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Diameter batang (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf

Keterangan : Angk –angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rataan diameter tinggi tanaman tertinggi terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) yaitu sebesar 2.21 cm, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing sebanyak 600 g/kg ultisol (K2) dengan diameter sebesar 2.15 cm, 300 g/kg ultisol (K1) sebesar 1.84 cm dan diameter batang terendah terdapat pada pemberian kascing sebanyak 0 g/kg ultisol (K0) dengan diameter 1.1 cm.

Bobot Basah Akar (g)

Dari data pengamatan bobot basah akar dan sidik ragam (lampiran 17 dan 18) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada tanaman

(39)

9 MSPT. Tetapi pemberian kascing dengan berbagai taraf pada selada memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah akar selada pada umur 9 MSPT. Data rataan bobot basah akar selada dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah akar selada tertinggi terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 300 g/kg ultisol (K1) yaitu

sebesar 19.01 g, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing sebanyak 900 g/kg ultisol (K3) dengan berat sebesar 18.12 g, 600 g/kg ultisol (K2) sebesar

16 g dan bobot basah akar terendah terdapat pada pemberian kascing sebanyak 0 g/kg ultisol (K0) dengan berat akar sebesar 11.49 g.

Bobot Basah Layak Konsumsi (g)

(40)

Tabel 4. Bobot basah layak konsumsi (g) pada pemberian pupuk organik cair dan

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah layak konsumsi selada tertinggi terdapat pada selada yang diberi kascing sebanyak 300 g/kg ultisol (K1) yaitu sebesar 138.67 g, lalu berturut-turut diikuti oleh pemberian kascing sebanyak 600 g/kg ultisol (K2) dengan berat sebesar 127.21 g, 900 g/kg ultisol (K3) sebesar 122.63 g dan bobot basah layak jual terendah terdapat pada pemberian kascing sebanyak 0 g/kg ultisol (K0) dengan berat sebesar 53.01 g. Jumlah Klorofil (unit/6mm3)

Dari data pengamatan jumlah klorofil dan sidik ragam (lampiran 21 sampai 24) terlihat bahwa pemberian pupuk organik cair pada

(41)

Tabel 5. Jumlah klorofil (unit/6mm3) pada pada pemberian pupuk organik cair dan

Keterangan : Angka–angka yang diikuti oleh notasi yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak berganda Duncan dengan taraf 5 %

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pada saat selada berumur 5 MSPT, rataan

tertinggi jumlah klorofil selada terdapat pada perlakuan P2K3 yaitu sebesar 36.18 unit/6mm3 lalu berturut-turut diikuti oleh P3K2 (35.73 unit/6mm3), P3K3

(35.63 unit/6mm3), P1K2 (34.21 unit/6mm3), P2K2 (32.78 unit/6mm3), P1K3 (31.97 unit/6mm3), P3K1 (30.51 unit/6mm3), P1K1 (30.42 unit/6mm3), P2K0 (27.33 unit/6mm3), P2K1 (27.15 unit/6mm3), P1K0 (24.46 unit/6mm3) dan jumlah klorofil terendah terdapat pada P3K0 24.34 unit/6mm3.

(42)

Pembahasan

Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair

Data dan hasil analisis statistik bahwa pemberian pupuk organik cair Hormon Tanaman Unggul pada tanaman selada berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi dan jumlah klorofil.

Pupuk organik cair ini juga tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pembentukan krop pada selada karena krop tidak terbentuk. Sebagian Selada hanya membentuk semi krop. Hal ini mungkin disebabkan selada tidak mampu memenuhi kebutuhan hara yang cukup serta keadaan lingkungan yang kurang sesuai dalam pembentukan krop, sebab pada saat proses pembentukan terjadi, unsur hara dan kondisi lingkungan harus benar-benar sesuai. Proses pembentukam krop pada selada terjadi karena pertumbuhan daun selada yang pesat tidak diimbangi dengan perkembangan daun, sehingga daun akan bertumpang tindih dan lama kelamaan akan membengkok kemudian terbentuklah krop. Proses pembentukan krop sangat dipengaruhi oleh iklim dan kesuburan tanah.

(43)

Hal ini mungkin disebabkan karena dosis pupuk organik cair yang diberikan masih belum dapat memenuhi kebutuhan hidup selada. Adapun dosis yang diberikan masing-masing sebesar 1 cc/l air, 2 cc/l air dan 3 cc/l air. Karena dosis yang diberikan tersebut masih belum bisa memenuhi kebutuhan selada, maka pemberian pupuk organik tersebut tidak berpengaruh nyata.

Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Kascing

Data dan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kascing pada berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap semua parameter selada yaitu tinggi tanaman pada 1 sampai 5 MSPT, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil. Pemberian dosis yang terbaik dapat dilihat pada Tabel 1 sampai 5.

Pemberian kascing pada selada berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman mulai umur 1 sampai 5 MSPT. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi tinggi tanaman selada pada umur 1 MSPT terdapat pada dosis kascing K3 yaitu sebesar 7.03 cm, lalu berturut-turut diikuti oleh K2 sebesar 7.02 cm, K1 sebesar 6.77 cm dan tinggi tanaman yang terendah adalah dosis K0 5.79 cm.

Pada saat selada berumur 2 MSPT rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada dosis kascing K2 yaitu sebesar 10.05 cm, lalu berturut-turut diikuti oleh K3 sebesar 10.00 cm, K1 9.88 cm dan rataan tinggi tanaman terendah K0 sebesar 8.53 cm.

(44)

Pada saat umur selada mencapai 4 MSPT, rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada dosis K3 yaitu sebesar , lalu berturut-turut dikuti oleh K1 sebesar 20.69 cm, K2 dengan tinggi 19.62 cm, dan K0 16.62 cm sebagai tinggi tanaman terendah.

Pada Tabel 1 juga dapat dilihat bahwa pada saat umur selada mencapai 5 MSPT, rataan tertinggi tinggi tanaman terdapat pada dosis K3 yaitu sebesar 24.43 cm, lalu berturut-turut diikuti K1 sebesar 23.96 cm, K2 sebesar 22.88 cm, dan tinggi tanaman terendah terdapat pada dosis K0 yaitu 19.70 cm.

Data-data di atas membuktikan bahwa pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Hal ini karena kascing mengandung unsur hara yang lengkap dan tersedia dalam jumlah yang cukup sehingga dapat memenuhi kebutuhan selada. Selain itu kascing juga mengandung hormon pertumbuhan tanaman yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Hal ini diperkuat oleh literatur Yuwono (2006) yang menyatakan bahwa selain mengandung hampir semua unsur hara yang dibituhkan oleh tanaman dalam jumlah yang tersedia, kascing juga mengandung hormon tumbuh tanaman. Hormon tersebut akan memacu pertumbuhan tanaman, akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun.

(45)

Hal di atas membuktikan bahwa pemberian kascing berpengaruh nyata terhadap diameter batang. Hal ini karena kascing tidak hanya memiliki jumlah unsur hara yang mencukupi, tetapi juga tersedia bagi tanaman. Dengan adanya jumlah hara yang banyak dalam bentuk tersedia bagi tanaman akan memudahkan akar dalam menyerap hara sehingga kebutuhan hara tanaman akan terpenuhi dan proses pertumbuhan tidak mengalami hambatan. Hal ini didukung oleh pernyataan Mashur (2001) yang menyatakan bahwa tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk tersedia. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak tersedia menjadi bentuk tersedia, yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam kascing, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.

Pemberian kascing juga berpengaruh nyata pada parameter bobot basah akar yang dapat dilihat pada tabel 3. Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa rataan bobot basah akar selada tertinggi terdapat pada dosis K1 yaitu sebesar 19.01 g, lalu berturut-turut diikuti oleh K3 dengan berat sebesar 18.12 g, K2 sebesar 16 g dan bobot basah akar terendah terdapat pada K0 dengan berat akar sebesar 11.49 g.

(46)

Nurmawati dan Anang (2000) yang menyatakan bahwa pemberian kascing juga memperlihatkan pertumbuhan akar yang baik sebab pemberian kascing dapat memperbaiki struktur tanah sehingga pertumbuhan akar selada baik.

Pada parameter bobot basah layak konsumsi, pemberian kascing juga berpengaruh nyata. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5 yang menunjukkan bahwa rataan bobot basah layak konsumsi selada tertinggi terdapat pada K1 yaitu sebesar 138.67 g, lalu berturut-turut diikuti K2 dengan berat sebesar 127.21 g, K3 sebesar 122.63 g dan bobot basah layak jual terendah terdapat pada K0 dengan berat sebesar 53.01 g.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan memberi kascing akan berpengaruh nyata terhadap bobot basah layak konsumsi. Pada selada, bagian yang dikonsumsi adalah daun, oleh sebab itu, kebutuhan selada akan nitrogen harus terpenuhi agar memperoleh hasil yang optimal, karena nitrogen sangat dibutuhkan selada pada proses pembentukan organ-organ vegetatif khususnnya daun dan keadaan ini akan dapat dipenuhi dengan menambahkan kascing karena kascing mengandung banyak nitrogen yang sangat dibutuhkan selada. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Isroi (2007) yang menyatakan bahwa kascing kaya akan nitrogen yang berasal dari perombakan bahan organik yang kaya nitrogen dan ekskresi mikroba yang bercampur dengan tanah dalam sistem pencernaan cacing tanah. Peningkatan kandungan nitrogen dalam bentuk kascing selain disebabkan adanya proses mineralisasi bahan organik dari cacing tanah yang telah mati, juga oleh urin yang dihasilkan dan ekskresi mukus dari tubuhnya yang kaya akan nitrogen.

(47)

ini dapat dilihat pada Tabel 5 yang menyatakan bahwa pada saat selada berumur 5 MSPT, rataan tertinggi jumlah klorofil selada terdapat pada dosis K3 yaitu sebesar 34.59 unit/6mm3 dan berturut-turut diikuti oleh K2 34.24 unit/6mm3,

K1 29.36 unit/6mm3 dan jumlah klorofil terendah terdapat pada K0 25.38 unit/6mm3.

Sedangkan pada saat selada berumur 9 MSPT, rataan tertinggi jumlah klorofil selada terdapat pada K3 yaitu sebesar 32.34 unit/6mm3, dan berturut-turut diikuti oleh K2, dengan jumlah klorofil sebanyak 30.31 unit/6mm3, K1 dengan jumlah klorofil sebanyak 28.96 unit/6mm3, dan jumlah klorofil terendah terdapat pada K0 dengan jumlah klorofil sebanyak 25.65 unit/6mm3.

(48)

pertumbuhan tanaman, akar tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting-ranting baru pada batang dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun .

Pertumbuhan dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Interaksi Pemberian Pupuk Organik Cair dan Pemberian Kascing

Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan kascing pada selada berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 1, 2 dan 3 MSPT dan pada parameter jumlah klorofil 5 MSPT. Hal ini dapat dilihat dari tabel 1 dan tabel 5.

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa rataan tertinggi tinggi tanaman selada pada umur 1 MSPT terdapat pada perlakuan P2K3 yaitu sebesar 8.2 cm, lalu berturut-turut diikuti oleh P3K2 (7.51 cm), P1K1 (7.42 cm), P2K2 (7.23 cm),

P3K3 (7.2 cm), P3K1 (6.59 cm), P1K0 (6.43 cm), P1K2 (6.32 cm), P2K1 (6.30 cm), P1K3 (5.7 cm), P2K0 (5.65 cm) dan tinggi tanaman yang

terendah adalah perlakuan P3K0 5.29 cm.

Pada saat selada berumur 2 MSPT rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan P2K3 yaitu sebasar 11.51 cm dan berturut-turut diikuti oleh P3K2 (10.66 cm), P1K1 (10.60 cm), P2K2 (10.07 cm), P3K1 (9.99 cm), P3K3 (9.59 cm), P1K2 (9.42 cm), P1K0 (9.29 cm) P2K1 (9.07 cm), P1K3 (8.91 cm), P2K0 (8.16 cm) dan tinggi tanaman yang terendah adalah perlakuan P3K0 dengan tinggi 8.15 cm.

Pada umur 3 MSPT, rataan tinggi tanaman selada mencapai nilai tertinggi

(49)

P3K3 (15.81 cm), P1K3 (15.16 cm), P1K2 (15.02 cm), P2K1 (14.51 cm), P1K0 (13.96 cm), P2K0 (13.01 cm), dan tinggi tanaman terendah P3K0 sebesar

12.78 cm.

(50)

juga mempercepat keluarnya bunga, mempercepat masa panen sehingga panen lebih cepat dari biasanya.

Namun interaksi antara pemberian pupuk organik cair dan kascing berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman pada 4 dan 5 MSPT, parameter diamataer batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi, dan jumlah klorofil pada 9 MSPT. Hal ini dapat dilihat pada tabel 1, 2, 3, 4 dan 5. Hal ini mungkin disebabkan karena pengaruh kascing lebih besar bagi tanaman daripada pupuk organik cair, sehingga pengaruh pupuk organik cair tertutupi. Hal ini didukung oleh pernyataan Sutedjo dan Kartasapoetra (2006) yang menyatakan bahwa bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, sehingga akan menghasilkan hubungan

(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pemberian pupuk organik cair berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tanaman, diameter batang, bobot basah akar, bobot basah layak konsumsi dan jumlah klorofil.

2. Pemberian kascing pada berbagai taraf berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

3. Interaksi antara pupuk organik cair dan kascing berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman 1, 2, dan 3 MSPT dan jumlah klorofil 5 MSPT. 4. Perlakuan yang memberikan hasil terbaik terhadap bobot basah layak

konsumsi (produksi) secara statistika adalah P2K1 yaitu 162. 24 gram. Saran

1. Disarankan pemberian pupuk cair pada dosis 2 cc/L air dan untuk pemberian kascing disarankan menggunakan dosis 300 g/kg ultisol

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anas, I. 1990. Metode Penelitian Cacing Tanah dan Nematoda. PAU-IPB. Bogor.  

Ariyani, F. 1996. Pertumbuhan dan Hasil Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) dengan Perlakuan MVA dan Pupuk Organik Kascing pada Tanah Ultisol. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.

Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Brady, N dan Buckman H. 1982. Ilmu Tanah. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Foth, H. 1984. Fundamentals of Soil Science, Seventh Edition. Jhon Wiley and

Sons. New York.

Gani, Z. 2002. Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung (Zea Mays L.) pada Berbagai Sistem Olah Tanah yang Diberi Kascing Berbeda Dosis. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.

Haryanto, E., T. Suhartini dan E. Rahayu. 1996. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Hidayat, A. 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing dan Inokulan CMA terhadap Pertumbuhan dan Hasil Buncis Tipe Tegak (Phaseolus vulgaris L.).Tesis. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung.

http://www.kaskus.com. Pupuk Hantu (Hormon Tanaman Unggul) Multiguna Exclusive. Diakses pada 11 Desember 2009.

Isroi. 2007. Vermikompos. Makalah Puslit Kopi dan Kakao. Jember.

Liptan. 2001. Pertanian Organik. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Pekan Baru.

Mashur. 2001. Vermikompos (Kompos Cacing Tanah) Pupuk Organik Berkualitas dan Ramah Lingkungan. Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian (IPPTP). Mataram.

Nurmawati S. dan Anang S. 2000. Studi Perbandingan Penggunaan Pupuk Kandang Sapi dengan Pupuk Kascing terhadap Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa .L). Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Terbuka. Jakarta.

(53)

Rukmana, H. R. 1994. Bertanam Selada dan Andewi. Kanisius. Jakarta.

Pranowo, T. 2009. Bertanam Burger Idola Sayuran Eksklusif Berharga Tinggi. Graham tani. Malang.

Sudirja, R., Muhammad, A dan Santi, R. 2005. Pengaruh Kompos Kulit Buah Kakao dan Kascing terhadap Perbaikan Beberapa Sifat Kimia Fluventic Eutrudepts. Laporan Akhir Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran. Bandung.

Sunarjono, H. 2003. Bertanan 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suprayitno, 1996. Menanam dan Mengolah Selada Sejuta Rasa. CV Aneka. Solo. Sutedjo, M. M. dan Kartasapotra . 2006. Pupuk dan Cara Pemupukan. Edisi ke-5.

Rineka Cipta, Jakarta

Wicaksono, A. 2008. Penyimpanan Bahan Makanan Serta Kerusakan Selada. Skripsi . Fakultas Politeknik Kesehatan. Yogyakarta.

(54)

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman

DESKRIPSI SELADAVARIETAS BRANDO

Asal : PT. East West Seed Indonesia

Silsilah : seleksi nomor 621 turunan berulang EZ (F) dari PT.

Enza Zaden, Belanda x EZ Y (M) dari PT. Enza Zaden Belanda

Golongan varietas : menyerbuk silang Tipe pertumbuhan : tegak

Umur panen : 48 - 52 hari setelah tanam

Ukuran daun : panjang + 22 cm; lebar + 21 cm Warna daun terluar : hijau terang

Bentuk tepi helai daun : tumpul bergerigi

Bentuk krop : semi gepeng

Berat per krop :+ 730 g

Ukuran krop : tinggi + 11,5 cm; diameter + 14,0 cm Kekerasan krop : keras

Tekstur : renyah

Rasa krop : manis agak getir

Daya simpan pada suhu kamar :4 - 6 hari

Hasil :+ 95 ton / ha

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampaitinggi dengan ketinggian 0 - 1.400 m dpl Pengusul / Peneliti : Nurul Hidayati (PT. East West Seed Indonesia)

MENTERI PERTANIAN, ttd.

(55)
(56)

Lampiran 3. Tabel Kegiatan Penelitian

Penyiraman Disesuaikan dengan kondisi lapangan

Penyulaman X

Pemupukan X X X X X X X X

(57)

Lampiran 5 Data Tinggi Tanaman 1 MSPT Total 79.06 81.18 79.35 239.59 6.655278

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 1 MSPT

Sumber Keragaman db JK KT F Hit KET F 05

Lampiran 7. Data Tinggi Tanaman 2 MSPT BLOK

Perlakuan

I II III

Total Rataan

(58)

P1K1 11.5 10.7 9.6 31.8 10.6

Total 114.76 116.98 114.58 346.32 9.62

Lampiran 8. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MSPT

Sumber Keragaman db JK KT F Hit KET F 05

(59)

P2K1 14.67 14.43 14.43 43.53 14.51

Total 186.46 185.31 175.57 547.34 15.20389

Lampiran 10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MSPT

Sumber Keragaman db JK KT F Hit Ket F 05

Lampiran 11. Data Tinggi Tanaman 4 MSPT Blok

Perlakuan

I II III

Total Rataan

(60)

P3K1 21.36 21.67 19.06 62.09 20.69667 P3K2 20.86 22.46 15.56 58.88 19.62667 P3K3 21.76 21.36 21.4 64.52 21.50667

Total 231.89 237.09 222.53 691.51 19.20861

Lampiran 12. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MSPT

Sumber Keragaman db JK KT F Hit KET F 05 Blok 2 9.073422 4.536711 0.811874 tn 3.44 Perlakuan 11 99.24876 9.022615 1.614656 tn 2.26 Pupuk organik cair (P) 2 3.120022 1.560011 0.279174 tn 3.44

(61)

Sumber Keragaman db JK KT F Hit KET F 05

Lampiran 15 Data Diameter Batang Blok

Lampiran 16. Daftar Sidik Ragam Diameter Batang

(62)

Kascing (K) 3 7.021256 2.340419 102.0037 * 3.05

Lampiran 17. Data Tinggi Bobot Basah Akar Blok

Perlakuan

I II III

Total Rataan

P1K0 10.73 14.87 11.03 36.63 12.21 P1K1 23.5 16.8 21.27 61.57 20.52333 P1K2 12.6 19.33 20.73 52.66 17.55333 P1K3 17.7 22.83 20.63 61.16 20.38667 P2K0 13.03 9.4 10 32.43 10.81 P2K1 12.67 20.63 16.97 50.27 16.75667 P2K2 14.53 15.93 17.6 48.06 16.02 P2K3 14.6 11.77 19.3 45.67 15.22333 P3KO 10.93 9.03 14.43 34.39 11.46333 P3K1 20.6 17.8 20.87 59.27 19.75667 P3K2 11.43 17.03 14.83 43.29 14.43 P3K3 13.87 19.27 23.13 56.27 18.75667 Total 176.19 194.69 210.79 581.67 16.1575

Lampiran 18. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Akar

(63)

Total 35 625.0835

Lampiran 19. Data Bobot Basah Layak Konsumsi Blok Total 1382.4 1335.21 1256.27 3973.88 110.3856

Lampiran 20. Daftar Sidik Ragam Bobot Basah Layak Konsumsi

(64)

KK = 21. 50559

Lampiran 21. Data Jumlah Klorofil 5 MSPT Blok

Lampiran 22. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil 5 MSPT

Sumber Keragaman db JK KT F Hit KET F 05

(65)

I II III

P1K0 24.9 26.2 22.33 73.43 24.47667 P1K1 27.27 28.33 31.47 87.07 29.02333 P1K2 27.7 32.83 30.6 91.13 30.37667 Total 347.75 347.52 357.57 1052.84 29.24556

Lampiran 24. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil 8 MSPT

(66)

Lampiran 25. Foto Penelitian

Foto1. Lahan penelitian saat pindah tanam

Foto 2. Lahan penelitian pada saat selada berumur 6 MSPT

(67)

Foto 15. Selada pada perlakuan P3K3

(68)

Foto 5. Selada pada perlakuan P3K1

(69)

Foto 7. Selada pada perlakuan P2K3

(70)

Foto 9. Selada pada perlakuan P2K1

(71)

Foto 11. Selada pada perlakuan P1K3

(72)

Foto 13. Selada pada perlakuan P1K1

(73)

Foto 16. Akar selada pada perlakuan P1K0

(74)
(75)

Foto 20. Akar selada pada perlakuan P2K0

(76)

Foto 22. Akar selada pada perlakuan P2K2

(77)

Foto 24. Akar selada pada perlakuan P3K0

(78)

Foto 26 . Akar selada pada perlakuan P3K2

(79)

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf pada umur 1, 2, 3, 4 dan 5 minggu setelah pindah tanam (MSPT)
Tabel 2. Diameter batang (cm) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf
Tabel 3. Bobot basah akar (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf
Tabel 4. Bobot basah layak konsumsi  (g) pada pemberian pupuk organik cair dan kascing berbagai taraf
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu dampak revolusi industri yang telah terjadi dan masih terus berlanjut pada masa sekarang dalam kehidupan dan peradaban manusia adalah dampak bagi lingkungan yang ada

Di dalam dimensi otonomi, terdapat beberapa kategori yaitu : dalam kategori tim, upaya Ibu Sri Reswanti dalam menggapai tujuan organisasi yaitu untuk mendapatkan

Pada masa pemerintahan 'Umar, negara Islam menjadi negara adikuasa yang banyak memiliki wilayah kekuasaan, ketika itu Persia dan Bizantium juga ditaklukkan 'Umar.. Kemampuan

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut, maka mendapatkan beberapa saran yang dapat di jadikan tolak ukur atau pertimbangan untuk memperbaiki konsep diri dalam

Bermakna, instrumen soal selidik ini yang terdiri daripada 20 item adalah dipercayai dan sah digunakan dalam kajian akan datang untuk mengukur sikap terhadap matematik dalam

Sasaran strategis Terselenggaranya Pengendalian Layanan IPTEK KP Triwulan III TA 2016 terdiri 1 (satu) indikator kinerja yang digunakan untuk mengukur

Berdasarkan penjelasan dan permasalahan yang telah penulis paparkan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua yang tinggi akan membantu siswa dalam proses belajar sehingga siswa lebih termotivasi