PERILAKU ANAK
PENGARUH ACARA IDOLA CILIK TERHADAP
(Studi Korelasi Tentang Pengaruh Acara Idola Cilik di RCTI
Terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Padang Bulan)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh :
Merry Deswita Purba
070922059
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Skipsi Ini Disetujui untuk Dipertahankan Oleh:
Nama : Merry Deswita Purba
Nim : 070922059
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen : Ilmu Komunikasi
Ekstention
Judul : Pengaruh Acara Idola Cilik
Terhadap Perilaku Anak (Studi Korelasi tentang Pengaruh Acara Idola Cilik Di RCTI terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Padang Bulan.
Medan, 16 September 2009
Dosen Pembimbing Ketua Departemen
Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A
NIP : 196208281986012001 NIP :
1952021919870101
Drs. Amir Purba, MA
Dekan
ABSTRAKSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa dan AnakNya Yesus
Kristus sebagai sumber kekuatan, semangat, bimbingan, berkat dan
penyertaanNya di setiap langkah penulis. Karena kasih-Nya jugalah penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
Penulis juga bersyukur untuk orang-orang yang hadir mewarnai kehidupan
ini. Syukur dan terima kasih yang tiada henti kepada kedua orangtuaku dan
Ibunda tercinta, buat kasih, doa dan dukungan yang selalu menyertai penulis.
Penulis sadar dalam penyusunan skripsi ini banyak dibantu oleh
pihak-pihak tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan, oleh
karenanya penulis pada kesempatan ini menyampaikan ribuan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih saya
ucapkan kepada :
1. Prof. Dr.M.Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara .
2. Drs. Amir Purba, MA, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera
Utara.
3. Drs. Humaizi, MA, selaku Pembantu Dekan I, yang telah memberikan
4. Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar
memberikan bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terima kasih
untuk segala nasehat dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.
5. Bapak dan Ibu dosen Ilmu komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis
selama ini.
6. Buat teman-teman ekstension angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu, terima kasih untuk pertemanannya.
Terima kasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah
diberikan dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan
kontribusi yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, 12 September 2009 Penulis,
NIM. 070922059
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.5.4.1) Sejarah dan Perkembangan Televisi 13 1.5.4.2) Fungsi Televisi ... 15
1.5.4.3) Kelebihan dan Kelemahan Televisi 16 1.5.4.4) Televisi Sebagai Media Hiburan dan Pendidikan ... 16
1.5.4.5) Televisi Sebagai Media Hiburan dan Pendidikan ... 16
1.5.4.6) Peran Orang Tua Terhadap Pembentukan Minat, Bakat dan Perilaku Anak ... 18
BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Komunikasi ... 26
II.1.1) Pengertian Komunikasi ... 26
II.1.2) Peranan dan Fungsi Komunikasi ... 27
II.2. Teori Komunikasi Massa ... 27
II.2.1) Pengertian Komunikasi Massa ... 27
II.2.3) Fungsi Komunikasi Massa ... 30
II.4.3) Karakteristik Televisi ... 35
II.4.4) Fungsi Televisi ... 36
II.4.5) Televisi Sebagai Media Massa ... 37
II.4.6) Televisi Sebagai Media Informasi dan Hiburan ... 39
II.4.6.1) Program Informasi ... 40
II.4.6.2) Program Hiburan (Entertainment) 43 II.5. Pembentukan Perilaku ... 47
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52
III.1.1) Letak Geografis Padang Bulan ... 52
III.1.2) Deskripsi Pendidikan Masyarakat Kelurahan Padang Bulan ... 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 64
IV.1.1) Tahap Awal ... 64
IV.1.2) Pengumpulan Data ... 64
IV.2. Teknik Pengolahan Data ... 64
IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 65
IV.3.1) Karakteristik Responden ... 65
IV.3.2) Program Acara Idola Cilik ... 68
IV.3.3) Perilaku Anak ... 83
IV.4. Analisa Tabel Silang ... 91
IV.5. Uji Hipotesa ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan ... 101 V.2. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Variabel Operasional ... 22
Tabel 2 Perbedaan Hard News dan Soft News ... 43
Tabel 3 Pengaruh Parenting Style Terhadap Perilaku Anak ... 49
Tabel 4 Jenjang Pendidikan Masyarakat Kelurahan Padang Bulan ... 53
Tabel 5 Finalis Idola Cilik Season 1 dan 2 ... 55
Tabel 11 Menarik/Tidaknya Acara Idola Cilik di RCTI ... 69
Tabel 12 Baik/Tidaknya Pertunjukan Idola Cilik Dari Awal Hingga Akhir 70 Tabel 13 Terstruktur/Tidaknya Acara Tersebut Dengan Baik ... 70
Tabel 14 Menghibur/Tidaknya Acara Idola Cilik ... 71
Tabel 15 Lama Menonton Acara Idola Cilik ... 72
Tabel 16 Sering/Tidaknya Menonton Acara Idola Cilik Setiap Minggu ... 73
Tabel 17 Penilaian Juri Terhadap Peserta Benar-Benar Fair (Adil) ... 73
Tabel 18 Baik/Tidaknya Perlombaan Tersebut Berlangsung ... 74
Tabel 19 Peserta Yang Tampil Adalah Anak Yang Berbakat Dalam Menyanyi ... 75
Tabel 20 Peserta Yang Terpilih ke Jakarta Terbaik Dari Kota Masing- Masing ... 75
Tabel 21 Menarik/Tidaknya Gaya/Penampilan Yang Ditunjukan Oleh Peserta ... 76
Tabel 22 Peserta Tampil Dengan Baik Dalam Menyanyikan Lagu ... 77
Tabel 23 Peserta Memerlukan Mental Yang Kuat ... 77
Tabel 24 Percaya Diri/Tidaknya Peserta Dalam Menyanyikan Lagu-Lagu Yang Dibawakan ... 78
Tabel 25 Bagus/Tidaknya Suara Para Peserta ... 79
Tabel 26 Bermanfaat/Tidaknya Latihan (Training) Yang Diberikan Bagi Kualitas Suara Peserta ... 79
Tabel 27 Juri Memberikan Kritik Yang Membangun Buat Peserta ... 80
Tabel 28 Sikap Juri Yang Jujur dan Adil Dalam Menilai Penampilan Peserta ... 81
Tabel 29 Mengirim SMS Kepada Idola Yang Didukung ... 81
Tabel 30 Sesuai/Tidaknya Pola Penilaian Melalui SMS Kepada Peserta .. 82
Tabel 31 Menarik/Tidaknya Penampilan Para Peserta ... 83
Tabel 32 Penting/Tidaknya Pakaian Yang Bagus Bagi Keberhasilan Para Peserta ... 84
Tabel 33 Memperhatikan/Tidaknya Keseluruhan Acara Idola Cilik ... 85
Tabel 34 Menjagokan/Tidaknya Salah Satu Peserta di Idola Cilik Sebagai Juara ... 85
Tabel 36 Setuju/Tidaknya Dengan Kritikan Dewan Juri ... 86 Tabel 37 Acara Idola Cilik Merupakan Acara Pengembangan Bakat Bagi
Anak-Anak ... 87 Tabel 38 Acara Idola Cilik Benar-Benar Menghibur ... 88 Tabel 39 Menjadi Suka Menyanyikan Lag-Lagu Karena Menonton Acara
Idola Cilik ... 89 Tabel 40 Bermain/Tidaknya Menjadi Peserta Idola Cilik Berikutnya ... 89 Tabel 41 Berbakat/Tidaknya Dibidang Seni Suara ... 90 Tabel 42 Berminat/Tidaknya Mengikuti Les Vocal Untuk Mengasah
Kemampuan ... 91 Tabel 43 Menarik/Tidaknya Acara Idola Cilik di RCTI Dengan
Memperhatikan/Tidaknya Keseluruhan Acara Idola Cilik ... 92 Tabel 44 Lama Menonton Acara Idola Cilik Dengan Mengerti/Tidaknya
Keseluruhan Tentang Acara Idola Cilik ... 94 Tabel 45 Bagus/Tidaknya Suara Para Peserta Dengan Acara Idola Cilik
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Skema S-O-R... 12
Gambar 2 Proses Komunikasi Televisi ... 12
Gambar 3 Model Teoritis ... 21
Gambar 4 Skema Teori S-O-R ... 33
Gambar 5 Medium Televisi ... 39
LAMPIRAN
1. Biodata 2. Kuesioner
3. Tabel Fotran Cobol 4. Surat Penelitian
5. Surat Keterangan Penelitian
ABSTRAKSI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Sejak televisi mulai diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 60-an,
televisi telah menjadi penghuni tetap di berbagai rumah dan menjadi pusat
kegiatan keluarga pada waktu senggang. Keadaan ini bertambah semarak dengan
hadirnya televisi swasta maka masyarakat di Indonesia mempunyai beragam
pilihan untuk memperoleh berbagai informasi tentang pendidikan, budaya dan
beragam hiburan lainnya. Berbagai bentuk program dan siaran yang ditayangkan
berbagai stasiun TV untuk khalayak seperti berita, drama, film, iklan, sinetron,
hiburan, olah raga, dan berbagai jenis permainan lainnya. Terdapat juga program
khusus untuk anak-anak, remaja, kaum wanita, dan program untuk tontonan
semua lapisan masyarakat. Di samping itu, TV juga merupakan salah satu media
komunikasi digunakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan ataupun
informasi tertentu.
Komunikasi adalah suatu peristiwa sosial yang didalamnya terjadi
hubungan timbal balik antar individu, atau kalau menurut Hoetasoehoet bisa
terjadi antara satu komunikator dengan satu komunikan, satu komunikan dengan
banyak komunikan, satu komunikator dengan massa komunikan dan sebagainya
(dalam Darwanto, 2007 : 15). Melalui televisi pesan komunikasi disampaikan
inilah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan
selanjutnya disebarluaskan ke segenap pelosok melalui jaringan satelit
komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar di darat.
Akhirnya isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui
pesawat penerima di rumah-rumah. Agar isi pesan dapat dengan mudah diterima
oleh khalayak, penyajiannya harus komunikatif. Artinya siaran dapat diterima
secara indrawi (received) dan secara rohani (accepted) pada satu kali penyiaran.
Dengan demikian, pesan komunikasinya harus juga dapat dipahami maknanya dan
tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan sasaran komunikasi (Effendy,
2005 : 28).
Televisi menjadi suatu fenomena besar di abad ini, hal ini harus diakui
bahwa perannya sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan
wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai
produk-produk industri tertentu, disebabkan program siaran yang disajikan semakin lama
semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak
mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan
pesawat penerimanya.
Televisi tampaknya sulit menghindar dari takdirnya sebagai paradoks.
Yakni di satu sisi, masyarakat menuntut perannya sebagai media penyelaras
tatanan sosial berupa nilai (values), norma (norm) serta aturan (social order). Di
sisi lain, televisi harus tampil sebagai media hiburan (entertainment) yang
dikendalikan kepentingan industri pemasaran (kapitalisme pasar). Kenyataannya
dua ekspektasi social tersebut sangat sulit dipertemukan dalam muatan pesan di
melalui cara pandang, selektivitas perhatian, maupun diskusi argumentatif dalam
komunitasnya. Tanpa peran aktif audience, tidak mungkin mempertemukan air
dengan minyak. Sudah sering kita dengar keberatan masyarakat tentang bahaya
siaran televisi pada anak-anak yang diduga memberikan dorongan agresivitas,
memberikan pola peniruan terhadap tingkah laku yang menyimpang, komunikasi
yang asosial maupun cara berpikir yang tidak rasional.
Hal tersebut diatas menimbulkan pertanyaan bagi kita, kalau rata-rata
setiap individu menonton siaran televisi selama 4-5 jam sehari, dapat kita
bayangkan berapa besar pengaruh kotak ajaib ini merasuk ke dalam
pribadi-pribadi sehingga cepat atau lambat akan membentuk sikap, perilaku dan cara
berpikir khalayak penonton.
Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam
penyampaian pesan, dibandingkan media massa lainnya, karena pesan yang
disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat
dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Indonesia sebagai bangsa yang
berkembang di mana setiap individu yang ingin mengetahui informasi yang saat
ini terjadi akan lebih mudah mendapatkannya dari media khususnya televisi.
Langkah yang sangat bijak yang telah dilakukan oleh penyelenggara siaran
televisi adalah sebelum materi tayangan itu disajikan, diawali dengan
pemberitahuan bahwa cerita itu merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka.
Disinilah penonton terutama anak-anak diminta untuk mengambil intisarinya.
Disini diperlukan pula peran orang tua dan yang lebih dewasa untuk memberikan
Dalam buku Darwanto (2007 : 121) menjelaskan menonton televisi
banyak didominasi oleh anak-anak dari sinilah menonton televisi dapat menjadi
suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tua tidak mengarahkan
apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak
itu untuk menonton secara kritis serta belajar dari apa-apa yang mereka tonton.
Agaknya tayangan televisi terbukti cukup efektif dalam membentuk dan
mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi
sebagai rujukan dan wahana peniruan (what they see is what they do). Anak-anak
sebagai salah satu konsumen media secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya
baru yang dikontruksi oleh pasar (market ideology).
Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tayangan televisi secara
positif agaknya sangat membutuhkan peran optimal orang tua, terutama dalam
mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi
anak-anaknya saat menonton televisi. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar anak tidak
terpolusi oleh limbah budaya massa yang terus mengalir lewat teknologi
komunikasi yang hanya mempertontonkan hiburan sampah seperti hiburan opera
sabun maupun sinetron akhir-akhir ini.
Orang tua perlu menanamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar.
Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton televisi. Yang justru mendapat
perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul
bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat
terangsang untuk berpikir kreatif.
Hal tersebut sangat perlu dilakukan karena mengingat kondisi psikologis
positif dan mana yang negatif. Orang tua perlu senantiasa mendampingi dan
membimbingnya. Bentuk kehati-hatian dari para orang tua semenjak didni sangat
diperlukan untuk menangkal efek samping (side effect) yang kemungkinan timbul
jika anak-anak dibebaskan menonton berbagai tayangan televisi sekehendaknya.
Salah satu acara di stasiun televisi swasta yang sangat diminati dan
menjadi perhatian publik adalah acara “Idola Cilik”. Acara ini merupakan suatu
event pencarian bakat khusus anak-anak melalui perlombaan bernyanyi. Dimana
dalam ajang perlombaan ini akan ditentukan siapa sang idola cilik Indonesia, yang
sekaligus akan mendapatkan hadiah utama berupa beasiswa pendidikan sebesar
Rp.50 juta. Selain itu juga akan dibuatkan album rekaman serta album karaoke
Idola Cilik dari perusahaan rekaman Musica Record.
Acara terbaru ini cukup spektakuler dan mampu menarik perhatian dan
simpati masyarakat banyak. Dengan adanya event ini membuka peluang bagi anak
sejak usia dini untuk ikut berkompetisi dan mendapat ruang untuk
mengekspresikan kemampuan dan bakatnya. Kondisi ini juga mendapat respon
yang sangat tinggi dari mayoritas anak-anak Indonesia. Menurut pengamatan awal
dari penulis, rata-rata pada setiap rumah di kompleks tempat tinggal penulis, para
anak-anak selalu menyediakan waktu untuk menyaksikan acara idola cilik
tersebut.
Suatu hal yang menarik lainnya sebagai efek dari hadirnya ajang pencarian
bakat ini adalah maraknya keberadaan lembaga-lembaga pemandu bakat dan
minat anak yang menawarkan jasa untuk membantu mendidik dan mengasah
minat anak agar lebih siap dan mampu bersaing dalam berbagai ajang perlombaan
AFI Junior di INDOSIAR, Dai Cilik di LATIVI, Dai Kondang di INDOSIAR,
yang sukses membuat lembaga-lembaga pengembangan minat dan bakat anak
banyak didirikan seperti jamur dimusim hujan. Walaupun tampaknya seperti
ikut-ikutan membuat program acara seperti itu, namun mampu meningkatkan rating
stasiun televisi tersebut.
Penelitian ini ditujukan untuk anak-anak yang berusia antara 10-12 tahun.
Hal ini dikarenakan ajang pencarian bakat di televisi RCTI mensyaratkan
anak-anak pada usia tersebut. Pada usia tersebut anak-anak-anak-anak masih meniru apa yang
mereka tonton sehingga peneliti ingin tahu sejauhmana program acara Idola Cilik
(baik Idola Cilik I dan II) berpengaruh terhadap perilaku anak.
Berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
untuk mengetahui bagaimana peranan televisi dalam hal ini, acara Idola Cilik
tersebut berpengaruh terhadap perilaku anak.
I.2. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
pengaruh acara Idola Cilik di RCTI Terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Padang
Bulan?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya pengembangan masalah dan kekaburan
dalam penelitian ini, maka penulis merasa perlu melakukan pembatasan masalah.
1. Penelitian dilakukan terhadap anak-anak yang berusia 10-12 tahun yang tahu
tentang acara Idola Cilik di RCTI.
2. Penelitian ini bersifat korelasional yaitu bersifat menjelaskan pengaruh acara
televisi khususnya program Idola Cilik terhadap perilaku anak.
3. Lokasi penelitian adalah keluarga yang memiliki anak berusia sekitar 10-12
tahun di Kelurahan Padang Bulan.
4. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei – September 2009.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk program acara idola cilik di RCTI.
2. Untuk mengetahui bagaimana peran orang tua dalam memandu minat dan
bakat anak.
3. Untuk mengetahui pengaruh acara televisi terhadap perilaku anak.
I.4.2. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini bagi penulis adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah
penelitian komunikasi FISIP USU.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi praktisi dunia media massa, dalam memilih tema dan kriteria tayangan
3. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis
mengenai peranan media massa dalam masyarakat.
I.5. Kerangka Teori
Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan berpikir untuk
mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai
dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (Singarimbun, 1995 : 37).
Adapun teori-teori yang dianggap relevan yaitu : teori komunikasi,
komunikasi massa, televisi, teori S-O-R, Perilaku Anak.
I.5.1. Komunikasi
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris “communication” berasal
dari kata Latin communication dan bersumber dari kata communis yang berarti
sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna (Effendy, 2005 : 9).
Menurut Barelson dan Steiner (dalam Purba dkk, 2006 : 32-33),
komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan
seterusnya, melalui simbol kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. Salah satu
tujuan komunikasi adalah merubah sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok
orang sebagaimana yang dikehendaki komunikator, yakni agar isi pesan yang
disampaikan dapat dipahami, diyakini serta pada tahap selanjutnya komunikan
mau melaksanakan isi pesan yang disampaikan.
“the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli
(usually verbal symbol) to modify the behavior of other individuals
(communities)”. Artinya suatu proses dimana seseorang menyampaikan
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku
orang lain” (Darwanto, 2007 : 15).
Kutipan diatas menunjukkan bahwa komunikasi tidak sekadar
penyampaian pesan atau informasi, agar orang lain mengerti atau mendapatkan
kesamaan pengertian, melainkan yang lebih penting dari hal itu adalah agar orang
lain dapat diharapkan terjadi perubahan sikap, tingkah laku dan pola pikirnya.
Dalam hal tersebut diatas Drs. Jalaluddin Rakmat dalam bukunya Psikologi
Komunikasi, mengulas interaksi antara individu-individu, menyatakan :
“bila individu berinteraksi dan saling mempengaruhi, maka terjadilah : 1. proses
belajar mengajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berpikir dan
aspek merasa) 2. Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang
komunikasi dan 3. Mekanisme penyesuaian diri seperti soal sosialisasi, permainan
peranan, identifikasi, proyeksi, agregasi, dan sebagainya” (Rakhmat , 2004 : 12).
Wilbur Schramm (dalam Wahyudi, 1986 : 30) memberikan definisi
tentang komunikasi sebagai berikut :
“….bila kita melakukan komunikasi, kita mencoba membangun persamaan
dengan seseorang. Kita mencoba tukar menukarkan informasi, idea, atau sikap,
intisari (the essence) dari komunikasi adalah terutama dalam mengartikan pesan,
sehingga antara penerima dan pengirim dapat mengartikan yang sama terhadap
Nampaknya pengertian komunikasi memang sangat sederhana dan mudah
dipahami, tetapi di dalam pelaksanaannya sangat sulit dilaksanakan, terlebih lagi
bila yang terlibat komunikasi memiliki referensi yang berbeda, atau di dalam
komunikasi yang berjalan satu arah (misalnya media massa), maka usaha
membentuk persamaan ini akan mengalami banyak hambatan, dalam arti pesan
yang disampaikan itu akan mengalami erosi atau penyimpangan arti sehingga apa
yang dimaksud oleh pengirim (komunikator) diartikan lain oleh penerima
(komunikan). Itulah sebabnya komunikasi dapat berjalan dengan baik tetapi dapat
pula berjalan dengan banyak hambatan.
I.5.2. Komunikasi Massa
Istilah komunikasi massa merupakan sebuah istilah yang diadopsi dari
bahasa Inggris yaitu mass communication. Istilah tersebut merupakan kependekan
dari mass media communication (komunikasi media massa) yang berarti
komunikasi yang menggunakan media massa atau komunikasi yang mass
mediated.
Effendy (2005 : 50) mendefinisikan komunikasi massa sebagai penyebaran
pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak,
sejumlah orang yang tidak tampak oleh si penyampai pesan. Dengan demikian,
maka jelas bahwa komunikasi massa atau komunikasi melalui media massa
sifatnya “satu arah” (one way traffic).
Ada juga beberapa ahli yang mendefinisikan komunikasi massa (Ardianto,
2004 : 3-6) yaitu :
(mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).
2. Gebner (1967) menyatakan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri (mass communication is the tehnologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continuous flow of messages in industrial societies).
3. Meletzke mengartikan komunikasi massa sebagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.
4. Severin & Tankard Jr. dalam bukunya Communication Theories : Origins, Methods, And Uses In The Mass Media mengatakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dapat dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikembangkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik.
Sedangkan menurut Rakhmat (dalam Darwanto, 2007 : 30) mengatakan
bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan
kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media
cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan
sesaat.
I.5.3. Teori S-O-R
Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) beranggapan bahwa
organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan.
Artinya dalam model ini terdapat tiga unsur penting yaitu :
a. Pesan (stimulus), pesan yang dimaksud disini adalah informasi yang
diberikan melalui program acara idola cilik di RCTI.
b. Komunikan (Organisme), yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu
anak-anak berusia 10-12 tahun dalam perubahan perilaku setelah menonoton
program acara Idola Cilik di RCTI.
c. Efek atau respon yaitu efek yang dihasilkan setelah menonton televisi
yang diwujudkan dalam tindakan atau perilaku anak.
Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan,
sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa
yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga
variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1
Skema S-O-R
Sumber Effendy, 1993 : 47
Dari gambar di samping dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan
kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi
jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan
kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul
pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.
I.5.4. Televisi
I.5.4.1) Sejarah dan Perkembangan Televisi
Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh
para ilmuwan akhir abad 19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh James
Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun 1890.
Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan metode
pengiriman gambar melalui kabel. Televisi sebagai pesawat transmisi dimulai
pada tahun 1925 dengan menggunakan metode mekanikal dari Jefkins. Pada tahun
1928 General Electric Company mulai menyelenggarakan acara siaran televisi
secara regular. Pada tahun 1939 Presiden Franklin D. Roosevelt tampil di layer
televisi. Sedangkan siaran televisi komersial di Amerika dimulai pada tanggal 1
September 1940.
Perkembangan media massa elektronika radio dan televisi seiring dengan
satelit” menyebabkan kecepatan (rapidity) dan keserempakan (simultaneousness)
relative tidak ada masalah lagi. Hubungan antar wilayah, antar negara, antar
benua, bahkan antar satelitpun sudah tidak menjadi suatu masalah lagi.
Alat yang banyak dipergunakan untuk berkomunikasi adalah bahasa,
karena melalui bahasa orang dapat mentransmisikan gagasan, ide, pendapat baik
yang konkret maupun yang abstrak dan tidak terikat waktu untuk masa sekarang
saja.
Program siaran merupakan hasil kerja kelompok siaran yang didukung
oleh unsur teknik dan tata usaha. Jadi, bukan merupakan hasil kerja perorangan.
Pesan yang terkandung dalam program siaran, melalui suatu proses yang cukup
panjang dan memerlukan pembiayaan yang cukup besar agar dapat sampai kepada
khalayak penonton.
Proses komunikasinya dengan menggunakan medium televisi dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi
adalah pihak penyelenggara siaran. Perlu diingat kembali bahwa komunikator
disini merupakan komunikator yang melembaga dan bersifat kolektif. Artinya
mereka bertindak bukan atas nama pribadi, melainkan atas nama lembaganya dan
terdiri atas para kerabat kerja dari stasiun yang bersangkutan, serta para artis
pendukungnya. Ide yang merupakan inti dari pesan yang akan disampaikan
kepada khalayak, dituangkan menjadi suatu naskah yang disesuaikan dengan
format program siaran yang akan dibuat. Selanjutnya diproduksi hingga jadi suatu
paket program siaran.
Paket program siaran inilah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun
penyiaran televisi dan selanjutnya disebarluaskan ke segenap pelosok melalui
jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar di darat.
Akhirnya isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui
pesawat penerima di rumah-rumah.
“Agar isi pesan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak, penyajiannya
harus komunikatif. Artinya siaran dapat diterima secara indrawi (received) dan
secara rokhani (accepted) pada satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan
komunikasinya harus juga dapat dipahami maknanya dan tidak bertentangan
dengan kebudayaan komunikan sasaran komunikasi (Effendy,2005 : 28).
I.5.4.2) Fungsi Televisi
Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya seperti surat
kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, televisi berfungsi melayani
mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), televisi memuat
gambar dan tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah
pengetahuannya. Fungsi menghibur, hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan
di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot. Isi televisi yang
bersifat hiburan bisa berbentuk reality show, gossip, sinetron dan yang lainnya.
Fungsi mempengaruhi, Fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi,
yang menyebabkan televisi memegang peranan penting dalam kehidupan
masyarakat (Ardianto, 2004 : 128)
I.5.4.3) Kelebihan dan Kelemahan Televisi
Kelebihan televisi yaitu :
a. Televisi memungkinkan demonstrasi produk atau jasa.
b. Televisi gampang beradaptasi, memungkinkan adanya kombinasi suara,
warna dan gerakan.
c. Sulit bagi pemirsa untuk mengalihkan pandangan dari sebuah komersil.
Walaupun begitu, ada beberapa kelemahan televisi, yaitu:
a. Biaya absolut untuk memproduksi dan menayangkan komersil telah menjadi demikian tinggi.
b. Dengan penemuan remote control, banyak waktu pemirsa yang digunakan untuk berpindah dari satu stasiun ke stasiun lainnya.
c. Meningkatnya penggunaan pengumuman-pengumuman promosi oleh jaringan untuk merangsang pemirsa melihat program-program yang gencar dipromosikan dan meningkatnya komersil pendek, 10 hingga 30 detik, telah menciptakan kepadatan iklan (Lee & Johnson, 2004 : 267-268).
Televisi dalam bahasa inggris adalah television diartikan dengan melihat
jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/televisi set.
Menurut definisi diatas televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dapat menampilkan gambar untuk dipertunjukkan kepada khalayak
melalui tempat yang berbeda sehingga khalayak dapat melihat secara serempak
ataupun bersamaan.
Menurut pendapat DR. Jack Lyle, Director of Communication Institute The
West Center, menyatakan sebagai berikut bahwa televisi untuk kita sebagai
“jendela dunia”, apa yang kita lihat melalui jendela ini, sangat membantu dalam
mengembangkan daya kreasi kita. (Darwanto, 2007 : 118). Disinilah televisi
memegang peranan penting disini untuk menyiarkan informasinya.
Jelas sekali dari penjelasan diatas, bahwa televisi mampu memberikan
apresiasi kepada khalayak penonton. Sebagai media audio visual penyajian
acaranya lebih menekankan kepada bahasa visual, meskipun tidak berarti
mengabaikan masalah auditif, walaupun yang bersifat auditif itu hanya sebagai
kelengkapan penjelasan, bagi hal-hal yang belum atau tidak nampak pada gambar.
Hal ini berarti audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang
baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat
memberikan “pengalaman semu” atau Simulated Experience (Morissan, 2008 :
24).
Simulated experience ini misalnya :
2.Berjumpa dengan seseorang yag sebelumnya belum pernah dijumpai.
3.Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.
Dengan hal-hal seperti tersebut diatas, menyebabkan anak perasaannya
terlibat ke dalam pengalaman aktual.
I.5.4.6) Peran Orang Tua Terhadap Pembentukan Minat, Bakat dan
Perilaku Anak
Anak akan tumbuh sesuai dengan kebiasaannya. Apabila anak dibimbing
dan diajarkan tentang kebaikan, maka ia akan tumbuh menjadi orang yang
berakhlak baik dan menjadi orang yang berguna bagi siapa saja yang ada di
dekatnya. Namun sebaliknya, jika anak tumbuh tanpa ada orang yang
membimbing pada kebaikan, tidak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang
layak, maka ia besar kemungkinan akan tumbuh menjadi orang yang berakhlak
buruk dan menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat di sekitarnya.
Oleh karena itu merupakan peranan orang tua dalam mengajarkan dan
membimbing anak tentang apa saja yang termasuk perilaku baik dan mana saja
yang buruk. Dengan demikian, anak akan memahami dan dapat membedakan
antara yang baik dan buruk. Sehingga ia tidak akan tertarik melakukan tindakan
buruk seperti mencuri, melakukan tindakan kriminal yang dapat merugikan
dirinya dan juga lingkungannya. Salah satu tindakan baik orang tua ialah
mendorong (memotivasi) bakat yang positif seperti dalam ajang pencarian bakat
Idola Cilik di televisi.
Menurut Wijaya (2002 : 45), secara teori minat memiliki ciri-ciri sebagai
1. Minat tidak bawa sejak lahir.
2. Dapat diubah-ubah (situasional dan temporal).
3. Tidak berdiri sendiri, senantiasa mengandung reaksi dengan
stimulus maupun objek.
4. Objek itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga
merupakan kumpulan dari hal tersebut.
Fishbein (dalam Ali, 2004 : 141) mendefinisikan sikap adalah predisposisi
emosional yang dipelajari untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek.
Sikap merupakan variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan memenuhi
perilaku. Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak dapat
diamati secara langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang
dapat diamati. Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk
kata-kata atau tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek,
baik berupa orang, peristiwa atau situasi.
Sementara itu Chaplin dalam Dictionary of Psychology menyamakan
sikap dengan pendirian. Lebih lanjut ia mendefinisikan sikap sebagai predisposisi
atau kecenderungan yang relatif stabil dan berlangsung terus-menerus untuk
bertingkah laku atau bereaksi dengan cara tertentu terhadap orang lain, objek,
lembaga, atau persoalan tertentu. Dilihat dari sudut pandang yang agak berbeda,
sikap merupakan kecenderungan untuk bereaksi terhadap orang, lembaga, atau
peristiwa, baik secara positif maupun negatif. Sikap itu secara khas mencakup
suatu kecenderungan untuk melakukan klasifikasi dan kategorisasi. Oleh karena
itu, tidak mengherankan jika seorang remaja menyenangi suatu kelompok musik
bereaksi secara menguntungkan terhadap kelompok musik tersebut tanpa
memandang karakteristik khas mereka selaku individu.
Karena manusia makhluk sosial, dari proses sosial ia memperoleh
beberapa karakteristik yang mempengaruhi perilakunya. Menurut Rakhmat (2004
: 37) komponen tersebut dibagi 3 yaitu :
a. Komponen Kognitif
Merupakan aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui
manusia.
b. Komponen Afektif
Merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis.
c. Komponen Konatif (Behavioral)
Merupakan aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan
bertindak.
I.6. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teoritis yang mendasari penelitian ini, selanjutnya
disusun suatu kerangka konsep yang di dalamnya terdapat : variabel-variabel dan
indikator yang tujuannyamenjelaskan masalah penelitian (Nawawi, 1995 : 43).
Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Variabel bebas (x) atau independent variabel adalah sejumlah gejala atau
faktor yang ada, yang mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas dalam
2. Variabel terikat (y) atau dependent variabel adalah sejumlah atau faktor yang
ada atau muncul yang dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Perilaku Anak.
3. Variabel Antara/Penyela
Variabel penyela ini berada di antara variabel bebas dan variabel tergantung
dalam suatu hubungan sebab-akibat (Bungin, 2005 : 64). Karakteristik dalam
penelitian ini yaitu usia, jenis kelamin, kelas dan pekerjaan orang tua.
I.7. Model Teoritis
Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka
konsep maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
Gambar 3
Model Teoritis
±
Keterangan :
X = variabel bebas
Y = variabel terikat
Variabel Terikat (y) Perilaku anak Variabel Bebas (x)
Program Acara Idola Cilik di RCTI
Variabel Antara (z) Karakteristik
Z = variabel antara
± = kuat lemahnya hubungan
I.8. Variabel Operasional
Berdasarkan konsep yang telah disusun, maka dibuatlah operasional
variabel untuk memudahkan penggunaan kerangka konsep dalam operasionalisasi
variabel ini. Jadi, operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Variabel Operasional
Variabel Teoritis Variabel Operasional
Variabel Bebas (x)
Program Acara Idola Cilik di RCTI
- Materi acara - Isi acara - Durasi acara
- Peserta dalam acara - Unsur-unsur dalam acara
a. Kompetisi b. Bakat c. Kreatifitas d. Mental e. Kualitas suara - Juri
a.Kritik (comment)
b.Short Service Message (SMS) Variabel Terikat (y)
Perilaku Anak
- Perhatian - Pengertian - Penerimaan - Respon
- Jenis Kelamin - Kelas
- Pekerjaan Orang tua
I.9. Defenisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu
peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995 :
46). Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang akan diteliti adalah
sebagai berikut :
1. Variabel Bebas yaitu program acara Idola Cilik di RCTI, terdiri dari :
a. Materi acara yaitu bagian-bagian dari suatu acara berlangsung.
b. Isi acara yaitu kegiatan pokok acara tersebut berlangsung.
c. Durasi menonton yaitu lamanya penonton menonton suatu acara.
d. Peserta yaitu individu yang mengikuti acara Idola Cilik tersebut.
e. Unsur-unsur dalam acara seperti :
- Kompetisi yaitu persaingan yang terjadi diantara peserta.
- Bakat yaitu talenta yang dimiliki oleh peserta.
- Kreatifitas yaitu ide-ide kreatif yang timbul sebagai bagian dari
pertunjukkan.
- Mental yaitu keberanian tampil di depan umum.
- Kualitas suara yaitu persaingan dalam kualitas suara.
f. Peserta yaitu anak-anak yang berkompetisi dalam acara Idola Cilik.
- Kritik (comment) yaitu kritik yang ditujukan kepada peserta melalui hasil
pertunjukan berupa menyanyi.
- SMS yaitu dukungan terhadap para Idola Cilik yang diidolakan/disukai.
2. Variabel Terikat yaitu perilaku anak, terdiri dari :
a. Perhatian yaitu perhatian anak terhadap acara Idola Cilik di RCTI tersebut.
b. Pengertian yaitu bagaimana anak mengerti tentang acara Idola Cilik tersebut
dan untuk apa.
c. Penerimaan yaitu bagaimana anak menerima acara Idola Cilik sebagai satu
kesatuan pengembangan bakat dan hiburan.
d. Respon yaitu efek yang dihasilkan setelah menonton televisi yang
diwujudkan dalam tindakan.
3. Variabel Antara yaitu karakteristik responden, terdiri dari :
a. Usia adalah tingkatan umur responden.
b. Jenis kelamin penggolongan seks pada responden yakni laki-laki dan
perempuan.
c. Kelas yaitu tingkatan sekolah responden.
d. Pekerjaan Orang Tua yaitu jabatan yang dimiliki oleh orang tua anak
tersebut.
I.10. Hipotesa
Hipotesa merupakan suatu proposisi atau pernyataan tentang hubungan
antara dua atau lebih variabel (Suwardi, 1998 : 13).
Hipotesis berasal dari dua penggalan kata “hypo” yang artinya “dibawah” dan
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji
kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas
pertanyaan penelitian yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang
dikumpulkan.
Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh acara Idola Cilik di RCTI
terhadap perilaku anak.
Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh acara Idola Cilik di RCTI terhadap
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Teori Komunikasi
II.1.1) Pengertian Komunikasi
Menurut Liliweri (1991 : 3) kata komunikasi berasal dari perkataan Latin
communicare yang berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Kata communis
berarti milik bersama atau berlaku dimana-mana, sehingga communis opinio
mempunyai arti pendapat umum atau pendapat mayoritas.
Istilah pertama kali (communis) adalah istilah yang paling sering sebagai
asal – usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya
yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau
suatu pesan dianut secara sama. (Mulyana,2002 : 4).
Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang
mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human
communication) bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang
menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain (4) serta berusaha mengubah sikap
dan tingkah laku itu (Cangara, 2002 : 19).
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan
secara efektif dapat dijelaskan dengan menjawab pertanyaan dari paradigma
Lasswell yang dikemukanan oleh Harold D.Lasswell (Ardianto, 2004 : 33),
seorang ahli komunikasi yaitu : Who Says What In Which Channel To Whom With
What Effect? Paradigma Lasswell ini menunjukkan bahwa ada lima unsur dasar
dalam komunikasi, yakni :
1. Who (Siapa) : Komunikator, orang yang menyampaikan pesan.
2. Says What (Mengatakan Apa) : Pesan, pernyataan yang diukung oleh lambang, dapat berupa ide atau gagasan.
3. In Which Channel (Saluran) : Media, sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya.
4. To Whom (Kepada Siapa) : Komunikan, orang menerima pesan.
5. With What Effect (Dampak) : Efek, dampak sebagai pengaruh dari pesan atau dapat juga dikatakan sebagai hasil dari proses komunikasi.
II.1.2) Peranan dan Fungsi Komunikasi
Menurut Dominick (Ardianto, 2004 : 13) fenomena terbentuknya selebriti
di bidang keartisan atau pakar di bidang politik, ekonomi, komunikasi dan
lainnya, tidak terlepas dari peran yang dimainkan komunikasi massa dalam
kehidupan masyarakat. Begitupun dalam bidang produk kebutuhan hidup. Kita
mengetahui dimana supermarket yang menyediakan barang yang kita perlukan
karena adanya iklan pada media massa. Melalui komunikasi massa kita menjadi
tahu berbagai macam informasi.
Lebih lanjut Dominick mengatakan bahwa dalam melihat fungsi dan
kegunaan komunikasi massa, perlu dilakukan dua bentuk analisis, yakni analisis
baik analisis makro maupun analisis mikro, kadangkala hasilnya memiliki
kesamaan dalam menggunakan media massa. Tetapi tidak berarti khalayak
memiliki kesamaan dalam menggunakan media massa.
Berbicara tentang wide angle lens atau wide angle lens (sudut pandang
yang lebih luas, Gamble dan Gamble (Ardianto, 2004 : 14) mengatakan sejak lahir
sampai meninggal, semua bentuk komunikasi memainkan peranan dan menjadi
bagian yang menyatu dalam kehidupan manusia. Apapun pekerjaan, kegiatan atau
waktu luang seseorang, komunikasi merupakan salah satu faktor yang memiliki
peranan dalam kehidupan mereka. Bila kita menganalisis bagaimana orang-orang
menghabiskan waktu luang dari waktu kesehariannya dalam bekerja, maka
sebagian besar aktivitas mereka dihabiskan untuk berkomunikasi.
II.2. Teori Komunikasi Massa
II.2.1) Pengertian Komunikasi Massa
Menurut Wright (dalam Severin and Tankard, 2005 : 4) menyatakan
bahwa komunikasi massa bisa didefinisikan dalam tiga ciri yaitu :
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim.
2. Pesan-pesan yang disebabkan secara umum, sering dijadwalkan untuk bisa mencapai sebanyak mungkin anggota audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
3. Komunikator cenderung berada atau beroperasi dalam sebuah organisasi yang kompleks yang mungkin membutuhkan biaya yang besar.
II.2.2) Ciri-Ciri Komunikasi Massa
Menurut Ardianto dalam bukunya “Komunikasi Massa Suatu Pengantar”
ciri-ciri (karakteristik) komunikasi massa (2004 : 7-12) yaitu :
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Dengan mengingat kembali pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. Apabila pesan itu akan disampaikan melalui surat kabar, maka prosesnya adalah sebagai berikut : komunikator menyusun pesan dalam bentuk artikel, apakah atas keinginannya atau atas permintaan media massa yang bersangkutan. Selanjutnya, pesan tersebut diperiksa oleh penanggung jawab rubrik. Dari penanggung jawab rubrik diserahkan kepada redaksi untuk diperiksa layak tidaknya pesan itu untuk dimuat dengan pertimbangan utama tidak menyalahi kebijakan dari lembaga media massa itu.
Apabila media komunikasi yang digunakan adalah televisi, tentu akan banyak lagi melibatkan orang, seperti juru kamera (lebih dari satu), juru lampu, pengarah acara, bagian make-up, floor manager dan lain-lain. Selain itu, peralatan yang digunakan lebih banyak serta dana yang diperlukan lebih besar.
b. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa itu bersifat terbuka, artinya komunikasi massa itu ditujukan untuk semua orang dan tidak ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi di sekeliling kita dapat dimuat dalam media massa. Pesan komunikasi massa yang dikemas dalam bentuk apapun harus memenuhi kriteria penting atau menarik, atau penting sekaligus menarik, bagi sebagian besar komunikan.
c. Komunikannya Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen. Pada komunikasi antarpersona, komunikator akan mengenal komunikannya, mengetahui identitasnya bahkan mengenal sikap dan perilakunya. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikator tidak mengenal komunikan (anonim), karena komunikasinya menggunakan media dan tidak tatap muka. Disamping anonim, komunikan komunikasi massa adalah heterogen, karena terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor : usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi.
d. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Kelebihan media massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikan yang dicapainya relative banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama pula.
Effendy mengartikan keserempakan media massa itu ialah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikator dan penduduk tersebut satu sama lainnya berada dalam keadaan terpisah.
Setiap komunikasi melibatkan unsur isi dan unsur hubungan sekaligus. Pada komunikasi antarpersona, unsur hubungan sangat penting. Sebaliknya pada komunikasi massa yang penting adalah unsur isi.
Pada komunikasi antarpersona, pesan yang disampaikan atau topik yang dibicarakan tidak perlu menggunakan sistematika tertentu, misalnya dibagi-bagi menjadi pendahuluan, pembahasan dan kesimpulan. Topik yang dibahaspun berbagai macam, tidak harus relevan antara satu dengan yang lainnya, perpindahan satu topik pada topik lainnya mengalir begitu saja dan fleksibel. Sedangkan dalam komunikasi massa, pesan harus disusun sedemikian rupa berdasarkan sistem tertentu dan disesuaikan dengan karakteristik media massa yang akan digunakan.
f. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Selain ada ciri yang merupakan keunggulan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya, ada juga ciri komuikasi massa yang merupakan kelemahannya. Secara singkat, komunikasi massa itu adalah komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. Karena melalui media massa maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikanpun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaimana halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Dengan demikian komunikasi massa itu bersifat satu arah.
g. Stimuli Alat Indra “Terbatas”
Pada komunikasi antarpesona yang bersifat tatap muka, maka seluruh alat indra pelaku komunikasi, komunikator dan komunikan, dapat digunakan secara maksimal. Kedua belah pihak dapat melihat, mendengar secara langsung, bahkan mungkin merasa. Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada jenis media massa. Pada surat kabar dan majalah, pembaca hanya melihat. Pada radio siaran dan rekaman auditif, khalayak hanya mendengar, sedangkan pada media televisi dan film, kita menggunakan indra penglihatan dan pendengaran.
h. Umpan Balik Tertunda (Delayed)
Komponen umpan balik atau yang lebih populer dengan sebutan feedback merupakan faktor penting dalam bentuk komunikasi apapun. Efektivitas komunikasi seringkali dapat dilihat dari feedback yang disampaikan oleh komunikan.
II.2.3) Fungsi Komunikasi Massa
Fungsi adalah potensi yang dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan-tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan lapangan kerja sudah tentu
memiliki fungsi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi
hidupnya.
Komunikasi massa berfungsi untuk menyebarluaskan informasi,
meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan
kegembiraan dalam hidup seseorang. Tetapi dengan perkembangan teknologi
komunikasi yang begitu cepat terutama dalam bidang penyiaran dan media
pandang dengar (audio-visual) menyebabkan fungsi media massa telah mengalami
banyak perubahan.
Menurut Goran Hedebro (dalam Cangara, 2000 : 65) seorang doktor
komunikasi berkebangsaan Swedia dalam bukunya Communication and Social
Change in Developing Nations mengemukakan bahwa fungsi komunikasi massa,
ditujukan untuk :
1. Menciptakan iklim perubahan dengan memperkenalkan nilai-nilai baru untuk mengubah sikap dan perilaku kea rah modernisasi.
2. Mengajarkan keterampilan baru.
3. Berperan sebagai pelipat ganda ilmu pengetahuan.
4. Menciptakan efisiensi tenaga dan biaya terhadap mobilitas seseorang. 5. Meningkatkan aspirasi seseorang.
6. Menumbuhkan partisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap hal-hal yang menyangkut kepentingan orang banyak.
7. Membantu orang menemukan menemukan nilai baru dan keharmonisan dari suatu situasi tertentu.
8. Mempertinggi rasa kebangsaan.
9. Meningkatakan aktivitas politik seseoarang.
10.Mengubah struktur kekuasaan dalam suatu masyarakat.
11.Menjadi sarana untuk membantu pelaksanaan program-program pembangunan.
II.2.4) Efek Pesan Komunikasi Massa
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya
informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini membahas tentang bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat
dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa, kita
memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita
kunjungi secara langsung.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi
lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaaan senang,
marah, sedih dan sebagainya. Misalnya dengan menonton acara tertentu seperti
Idola Cilik membuat perasaan senang, gembira dan lain sebagainya.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Dewasa ini, media massa telah
melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi khalayak. Contohnya adalah berbagai
jenis buku, majalah ataupun surat kabar yang telah membahas berbagai macam
keterampilan. Dengan demikian, media massa tersebut dapat dijadikan atau
digunakan sebagai media pendidikan (Ardianto, 2004 : 52-56).
Teori S-O-R (Stimulus-Organisme-Respon) beranggapan bahwa
organisme menghasilkan perilaku tertentu jika ada stimulus tertentu pula. Jadi
efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga
seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan
reaksi komunikan.
Artinya dalam model ini terdapat tiga unsur penting yaitu :
a. Pesan (stimulus), pesan yang dimaksud disini adalah informasi ataupun
tayangan Idola Cilik yang diputar di RCTI.
b. Komunikan (Organisme), yang menjadi sasaran penelitian ini yaitu
anak-anak yang memiliki bakat dalam bermusik.
c. Efek atau respon, respon yang dimaksud adalah opini pemirsa/penonton
setelah menonton acara Idola Cilik.
Dalam proses perubahan sikap yang akan dialami oleh komunikan,
sikapnya akan berubah jika stimulus yang menerpanya benar-benar melebihi apa
yang pernah ia alami. Dalam mempelajari sikap yang baru tersebut ada tiga
variabel yang harus diperhatikan, yaitu : perhatian, pengertian, dan penerimaan.
Proses tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 4
Skema Teori S-O-R
Organisme :
Perhatian
Pengertian
Sumber : Effendy, 1993 : 47
Dari gambar di samping dapat dilihat bahwa stimulus yang disampaikan
kepada komunikan dapat berdampak diterima atau ditolak. Komunikasi terjadi
jika komunikan memberikan perhatian kepada stimulus yang disampaikan
kepadanya sampai kepada proses komunikan memikirkannya dan timbul
pengertian dan penerimaan atau mungkin sebaliknya.
II.4. Televisi
II.4.1) Sejarah Televisi
Penemuan televisi telah melalui berbagai eksperimen yang dilakukan oleh
para ilmuwan akhir abad ke-19 dengan dasar penelitian yang dilakukan oleh
James Clark Maxwell dan Heinrich Hertz, serta penemuan Marconi pada tahun
1890. Paul Nipkow dan William Jenkins melalui eksperimennya menemukan
metode pengiriman gambar melalui kabel (Ardianto, 2004 : 126). Televisi sebagai
pesawat transmisi dimulai pada tahun 1925 dengan menggunakan metode
mekanikal dari Jenkins. Pada tahun 1928 General Electronic Company mulai
menyelenggarakan acara siaran televisi secara regular. Pada tahun 1939 Presiden
Franklin D. Roosevelt tampil di layer televisi. Sedangkan siaran televisi komersial
di Amerika dimulai pada tanggal 1 September 1940.
II.4.2) Siaran Televisi di Indonesia
Kegiatan penyaiaran televisi di Indonesia dimulai pada tanggal 24 Agustus
1962, bertepatan dengan dilangsungkannya pembukaan pesta olahraga se-Asia IV
atau Asean Games di Senayan. Sejak itu pula Televisi Republik Indonesia yang
disingkat TVRI dipergunakan sebagai panggilan stasiun (station call) sampai
sekarang (Ardianto, 2004 : 127).
Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah agar dapat menerima siaran televisi, maka pada tanggal 16 Agustus 1976, Presiden Soeharto meresmikan penggunaan satelit Palapa untuk telekomunikasi dan siaran televisi. Dalam perkembangannya, satelit Palapa A sebagai generasi pertama diganti dengan satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2P, Palapa B2R dan Palapa B-4 diluncurkan pada tahun 1992 (Ardianto, 2004 : 127).
TVRI yang berada dibawah Departemen Penerangan, kini siarannya sudah dapat menjangkau hampir seluruh rakyat Indonesia yang berjumlah lebih dari 200 juta jiwa. Sejak tahun 1989 TVRI mendapat saingan televisi siaran lainnya, yaitu Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) yang bersifat komersil. Kemudian secara berturut-turut berdiri stasiun televisi Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Andalas Televisi (ANTV), INDOSIAR, Lativi, Trans TV, Metro TV, dan Tran 7 (Ardianto, 2004 : 127).
II.4.3) Karakteristik Televisi
Menurut Ardianto (2004 : 128-130) dalam bukunya Komunikasi Massa
Suatu Pengantar mengatakan bahwa 3 karakteristik televisi yaitu :
1. Audiovisual
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang bergerak. Namun, demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, atau suara tanpa gambar.
2. Berpikir dalam gambar
harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. Sekalipun ia tidak membuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya pada pengarah acara tentang penggambaran atau visualisasi dari acara tersebut.
Ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Dalam proses visualisasi, pengarah acara harus berusaha menunjukkan objek-objek tertentu menjadi gambar yang jelas dan menyajikannya sedemikian rupa, sehingga mengandung suatu makna. Objek tersebut bias manusia, benda, kegiatan dan lain sebagainya (Effendi, 1993 : 96). Tahap kedua dari proses berpikir dalam gambar adalah penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu.
3. Pengoperasian lebih kompleks
Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Untuk menayangkan acara siaran berita yang dibawakan oleh dua orang pembaca berita saja dapat melibatkan 10 orang bahkan lebih. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Dengan demikian media televisi lebih mahal daripada surat kabar, majalah dan radio siaran.
II.4.4) Fungsi Televisi
Televisi dalam bahasa inggris adalah television diartikan dengan melihat
jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di
suatu tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/televisi set (Wahyudi, 2007 :
6).
Menurut definisi diatas televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dapat menampilkan gambar untuk dipertunjukkan kepada khalayak
melalui tempat yang berbeda sehingga khalayak dapat melihat secara serempak
Menurut Darwanto (2007, 12-13) televisi mempunyai fungsi yang sangat
berperan penting dalam menyiarkan bentuk-bentuk program acaranya. Fungsi
tersebut diantaranya :
a. Fungsi menyiarkan informasi
Fungsi yang pertama dan utama inilah televisi dapat menyiarkan informasi kepada khalayak. Khalayak yang menonton memerlukan informasi mengenai berbagai hal yaitu mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya. Acara-acara yang bersifat informatif seperti berita, dokumenter, wawancara, diskusi dan features dapat dimamfaatkan untuk menunjang pengetahuan bagi khalayak terutama anak-anak. Dari acara-acara inilah banyak sekali butir-butir pengetahuan terutama pengetahuan umum yang berfaedah. Jenis acara tersebut juga dapat dijadikan pendorong untuk menghaluskan perasaan anak agar memahami dunia sekitar. Isi televisi harus memberikan ide bagi anak di balik program acara tersebut dan dapat memberikan penjelasan mengenai kata-kata asing dan informasi yang didapat.
b. Fungsi mendidik
Fungsi kedua ini ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), televisi memuat gambar dan tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita dan dalam bentuk yang lainnya yang mengandung aspek pendidikan. Tetapi kita tidak mungkin juga menuntut semua bentuk program acara mempunyai nilai edukasi yang tinggi, inilah resensi program televisi. Persoalannya bagaimana memamfaatkan televisi untuk khalayak.
c. Fungsi Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot. Isi televisi yang bersifat hiburan bisa berbentuk reality show, gossip, sinetron dan yang lainnya. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah khalayak disajikan acara-acara yang berat.
d. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan televsi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi yang didalam televisi ini biasanya terdapat pada iklan-iklan yang dipesan oleh agen-agen iklan tersebut.
Perkembangan teknologi elektronika yang sangat cepat dewasa ini ternyata
telah membuktikan bahwa teori-teori tentang komunikasi massa mulai ada
perubahan. Hal ini terbukti sejak diciptakannya televisi kabel (cable televition),
telematic dan surat kabar elektronika yang ternyata memungkinkan komunikasi
dapat berjalan dua arah (two ways traffic communication). Selama ini teori yang
terdapat pada komunikasi massa adalah komunikasi hanya dapat berjalan satu
arah (ane way traffic communication). Teori ini menyatakan bahwa massa pada
komunikasi massa adalah heterogen dan terpencar di berbagai tempat, inipun akan
luntur bila masyarakat dunia telah terbentuk yaitu masyarakat informasi yang
tinggal di satu tempat yaitu dunia.
Lebih dari itu semua yang dimaksud dengan komunikasi massa (Wahyudi,
1986 : 42) disini adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern
yang terbit/disiarkan secara periodik. Dimaksud dengan massa pada komunikasi
massa adalah pembaca surat kabar/majalah, pendengar radio, penonton
radio/televisi yang memiliki sifat-sifat :
a. Banyak jumlahnya.
b. Saling tidak mengenal.
c. Heterogen.
d. Tidak diorganisasikan.
e. Tidak dikenal oleh si pengirim/komunikator.
f. Tidak dapat memberikan umpan balik secara langsung.
Siaran televisi adalah hasil karya orang-orang administrasi, orang-orang
karena perpaduan tiga unsur utama yaitu studio televisi, transmisi dan pesawat
televisi (penerima) yang lazim disebut trilogy televisi.
Bertindak sebagai komunikator dan sekaligus sebagai sumber informasi
adalah pihak penyelenggara siaran. Ide/isi pesan komunikator diproduksi dan
disiarkan melalui stasiun televisi (studio dan transmisi) dan selanjutnya isi pesan
(hasil produksi) dapat dilihat komunikan melalui pesawat televisi (receiver). Isi
pesan itu bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku atau mempengruhi
komunikan.
Pada umumnya proses komunikasi melalui medium televisi digambarkan
sbb :
Gambar 5
Medium Televisi
Sumber : Wahyudi, 1986 : 45
II.4.6) Televisi Sebagai Media Informasi dan Hiburan
Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai jenis program yang
jumlahnya sangat banyak dan jenisnya sangat beragam. Pada dasarnya apa saja
bisa dijadikan program untuk ditayangkan di televisi selama program itu menarik
dan disukai audiens, dan selama tidak bertentangan dengan kesusilaan, hokum dan
peraturan yang berlaku.
Komunikan Pesawat tv
Berbagai jenis program (Morissan, 2008 : 208) tersebut dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu : program informasi (berita) dan
program hiburan (entertainment). Program informasi kemudian dibagi lagi
menjadi dua jenis yaitu berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita
terkini yang harus segera disiarkan dan berita lunak (soft news) yang merupakan
kombinasi dari fakta, gosip dan opini. Sementara program hiburan terbagi atas
tiga kelompok besar yaitu musik, drama permainan (game show) dan pertunjukan.
Menurut Vane-Gross (Morissan, 2008 : 208) menentukan jenis program
berate menentukan atau memilih daya tarik (appeal) dari suatu program. Adapaun
yang dimaksud dari daya tarik di sini adalah bagaimana suatu program mampu
menarik audiensnya.
II.4.6.1) Program Informasi
Manusia pada dasarnya memiliki sifat ingin tahu yang besar. Mereka ingin
tahu apa yang terjadi ditengah masyarakat. Programmer dapat mengeksplorasi
rasa ingin tahu orang ini untuk menarik sebanyak mungkin audiens. Program
informasi di televisi sesuai dengan namanya, memberikan banyak informasi untuk
memenuhi rasa ingin tahu penonton terhadap sesuatu hal. Program informasi
adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk memberikan tambahan
pengetahuan (informasi) kepada khalayak audiens. Daya tarik program ini adalah
informasi dan informasi itulah yang dijual kepada audiens. Program informasi
dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu berita keras (hard news) dan berita
lunak (soft news).