• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Komunikasi Eksternal Organisasi dalam Proses Revitalisasi Objek Wisata Alahan Panjang Resort di Kabupaten Solok

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peran Komunikasi Eksternal Organisasi dalam Proses Revitalisasi Objek Wisata Alahan Panjang Resort di Kabupaten Solok"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial dan Budaya, Vol. 5 (1), 2023, (Januari-Juni)

ISSN Print : 2714-7762 ISSN Online : 2716-3539

Tersedia online di: http://ojs.iainbatusangkar.ac.id/ojs/index.php/istinarah/index

Revitalisasi Objek Wisata Alahan Panjang Resort di Kabupaten Solok melalui Komunikasi Eksternal

Refika Mastanora1, Giska Lovina2

1 UIN Mahmud Yunus Batusangkar

2 UIN Sunan Kalijaga Jogjakarta refikamastanora@uinmybatusangkar.ac.id

Abstract

This research aims to describe how the role of external organizational communication is one of the strategies to maintain the stability and smoothness of the revitalization process that is taking place at the Alahan Panjang Resort tourist attraction, the external organization of which is the Tourism Office of Solok Regency. The type of research used in this study was in research (field research) with a qualitative descriptive approach to obtain data from the problems studied. Data collection techniques were carried out using in-depth interviews (depht interview) and from supporting documents from stakeholders, namely the Tourism and Culture Office of Solok Regency. So the results obtained from the research are that the role of external organizational communication is very important in coordinating, as well as lobbying and negotiating between the management of the Alahan Panjang Resort tourist object and the surrounding community and related agencies in carrying out the process of revitalizing tourist objects in that location. There are 3 stages of revitalization that synergize with communication including: Physical Intervention, Economic Rehabilitation and Social Revitalization Keywords: External Communication, Organization, Revitalization, Attractions

Abstrak

Riset ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaiman peran komunikasi eksternal organisasi sebagai salah satu strategi untuk menjaga stabilitas dan kelancaran proses revitalisasi yang berlangsung di objek wisata Alahan Panjang Resort, yang menjadi eksternal organisasi adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Solok. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalam penelitian (field research) dengan pendekatan deskriptif kualitatif untuk mendapatkan data-data dari permasalahan yang diteliti. Teknik Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (depht interview) dan dari dokumen pendukung dari stakeholder yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Solok. Maka hasil yang didapat dari riset adalah peran komunikasi eksternal organisasi sangat penting dalam melakukan koordinasi, serta lobi dan negosiasi antara pengelola objek wisata Alahan Panjang Resort dengan masyarakat sekitar dan Dinas terkait dalam melakukan proses revitalisasi objek wisata dilokasi tersebut.

Terdapat 3 tahapan revitalisasi yang bersinergi dengan komunikasi di antaranya: Intervensi Fisik, Rehabilitas Ekonomi dan Revitalisasi Sosial.

Kata Kunci: Komunikasi Eksternal, Organisasi, Revitalisasi, Pertunjukan

PENDAHULUAN

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah- masalah yang dihadapi di masa lalu. Masalahnya kearifan lokal tersebut seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya yang lapuk dimakan usia, terlantar, terabaikan bahkan dilecehkan keberadaannya (Hermanto & Rosadi, 2019).

Maka dalam rangka melestarikan warisan budaya yang ada di daerah objek wisata membutuhkan pendekatan komunikasi yang melibatkan pihak organisasi secara internal dan eksternal lokasi objek wisata.

Dalam rangka mengkordinir program atau kegiatan dalam organisasi, maka diperlukan pengelolaan komunikasi yang baik. Pengelolaan komunikasi artinya

(2)

melakukan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi terhadap berbagai kegiatan komunikasi (Rahmawati, 2012).

Komunikasi yang terjalin memang ditujukan untuk mencapai saling percaya dan konsensus antara para stake holder yang terlibat. Proses penyebaran informasi (pesan) dari stake holder kepada pihak non stake holder akan melalui berbagai strategi komunikasi pembangunan yang ada.

Komunikasi yang terjalin antar dua pihak ini tentunya akan menuai dampak pro dan kontra dari apa yang dijadikan informasi (pesan) dalam proses komunikasi pembangunan tersebut. Dampak tersebut tidak lepas dari setiap individu yang terlibat di dalamnya yang menjadi komunikan dalam proses penerimaan pesan yang disampaikan komunikator. Individu bukan sebagai satuan yang tepisah dengan pikiran orang lain dan lingkungannya. Makna pesan tidak sekedar ditentukan oleh komunikator tetapi juga setiap peserta dalam proses komunikasi yang dilakukan.

Schramm dalam Harun & Ardianto (2012: 40) menyatakan: “it is misleading to thing to think of the communication process as starting somewhere and ending somewhere. It is endless”

Keberhasilan organisasi dalam melaksanakan setiap kebijakan, program maupun kegiatan yang telah direncanakan dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya komunikasi. (Sita Silambi, Joorie, 2022). Komunikasi bisa dimulai dari pihak internal maupun ekster, pihak internal diantaranya adalah pegawai.

Pegawai/ karyawan dalam hal ini sangat berperan penting bagi perusahaan untuk memajukan dan menjalankan pekerjaan dan program-program yang sudah ditentukan oleh perusahaan, sehingga tercapainya visi dan misi perusahaan tersebut, baik mengenai persoalan peraturan maupun kebijakan perusahaan. Dalam sebuah perusahaan komunikasi merupakan alat yang berfungsi sebagai penghubung serta pembangkit motivasi antar setiap anggota sehingga sebuah perusahaan dapat berjalan maju. Proses komunikasi yang efektif merupakan syarat terbinanya kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan. Pemimpin yang baik adalah yang berkualitas (Fajri, 2020).

Proses penyandaran informasi serta penyelesaian masalah komunikasi yang biasanya akan terjadi akan melibatkan setiap elemen baik dari pihak intenal maupun eksternal perusahaan/organisasi. Maka dalam hal ini tentu ada peran komunikasi eksternal organisasi dalam membantu lancarnya revitalisasi objek wisata tersebut.

Berdasarkan hal ini peneliti tertarik untuk melaksanakan riset tentang "Peran Komunikasi Eksternal Organisasi dalam Proses Revitalisasi Objek Wisata Alahan Panjang Resort di Kabupaten Solok "

Dalam Washua, terdapat beberapa pendapat ahli berkaitan dengan definisi komunikasi eksternal. Komunikasi eksternal menurut Onong U. Effendy (2006:128) merupakan komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Sedangkan Suranto AW, (2005:51) memberikan pengertian bahwa komunikasi eksternal adalah Proses komunikasi antara sebuah organisasi dengan pihak-pihak sebuah organisasi dengan pihak diluar organisasi (publik eksternal). Dari kedua teori tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi eksternal merupakan proses komunikasi sebuah organisasi dengan lingkungannya, yaitu pihak-pihak diluar organisasi. Sebagaimana diketahui bahwa keberadaan suatu organisasi pasti memerlukan bantuan, partisipasi, kepercayaan dan kerjasama dengan lingkungan sekitarnya, baik dari organisasi lain maupun masyarakat umum (Wasahua, 2017).

(3)

Fokus riset ini terletak pada peran Komunikasi Eksternal Organisasi dalam Proses Revitalisasi Objek Wisata Alahan Panjang Resort di Kabupaten Solok, yang menjadi eksternal organisasi adalah Dinas Pariwisata dan masyarakat setempat.

Revitalisasi kawasan pariwisata pada dasarnya memiliki banyak manfaat, bukan hanya dari sisi ekonomi karena dapat menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), membuka kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan keluarga/masyarakat dan memacu pembangunan daerah, tetapi juga dari sisi sosial budaya karena mendorong dan meningkatkan upaya pelestarian budaya dan adat, meningkatkan kecerdasan frlmasyarakat, kesehatan jasmani dan rohani serta mengurangi konflik sosial (Nyoman, 2017).

Pengembangan pariwisata menurut Swarbrooke (dalam http://www.scribd.com) merupakan suatu rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumber daya pariwisata dan mengintegrasikan segala bentuk aspek di luar pariwisata yang berkaitan secara langsung maupun tidak langsung akan kelangsungan pengembangan pariwisata.

Tujuan pariwisata merurut Sari (2004: 7-8) adalah memberikan dampak positif dan keuntungan sebesar-besarnya baik bagi seluruh lapisan dan golongan masyarakat, pemerintah, swasta, maupun bagi wisatawan. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya adalah: (1) Penerimaaan devisa dapat diperbesar, (2) Memperluas lapangan pekerjaan karena jumlah tenaga kerja yang setiap tahunnya meningkat, (3) Memperluas bidang usaha guna meningkatkan pendapatan masyarakat, (4) Mendorong pembangunan daerah. (https://kulonprogokab.go.id)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yang berjenis penelitian kulaitatif. Penelitian kualitatif ini menurut Leddy dan Ormrod dalam Sarosa (2012: 7) adalah penelitian yang mencoba memahami fenomena dalam seting dan konteks naturalnya (bukan di dalam laboratorium) di mana peneliti tidak berusaha memanipulasi fenomena yang diamati. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yang dilakukan pada objek wisata Alahan Panjang Resort Kabupaten Solok. Jenis pendekatan penelitian yang dilakukan yaitu Deskriptif Kualitatif, yaitu suatu bentuk penelitian yang berdasarkan fakta-fakta dan sifat dari objek yang akan diteliti dengan menggabungkan hubungan antar variabel yang terlibat di dalamnya, kemudian di interpretasikan berdasarkan teori-teori dan literatur yang saling berhubungan.

Menurut Bog dan Taylor dalam Moleong (2016: 4) mendeskripsikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut Moleong (2016: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara holistik (menyeluruh). Selain itu juga dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai methode ilmiah. Latar penelitian ini adalah objek wisata Alahan Panjang Resort yang letaknya di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara, dengan informasi pihak pengelola objek wisata Alahan Panjang Resort, 2 orang

(4)

masyarakat, dan stakeholder yakni 1 NR orang dari Dinas Pariwisata Kabupaten Solok.

PEMBAHASAN

Menurut Barelson dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian. Hal yang disampaikan adalah informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Sedangkan cara penyampaian nya melalui symbol-simbol. Simbol yang dimaksud dapat berbentuk kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lainnya.Sedangkan menurut Barnlund, komunikasi di defenisikan sebagai upaya atau tindakan yang mempunyai tiga tujuan, untuk mengurangi kepastian, dasar bertindak secara efektif, dan untuk mempertahankan atau memperkuat ego. Ruesch memberikan pengertian komunikasi berupa proses menjalin hubungan yakni menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. Weaver memberikan defenisi lain mengenai komunikasi, yaitu ia memberikan penekanan pada upaya atau kegiatan seseorang dalam mempengaruhi pikiran orang lain (Harun & Ardianto 2012: 24).

Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian kota yang dulunya pernah vital hidup akan tetapi mengalami kemunduran dan degradasi. Proses revitalisasi sebuah kawasan atau bagian kota mencakup perbaikan aspek fisik dan aspek ekonomi dari bangunan maupun ruang kota. Revitalisasi fisik merupakan strategi jangka pendek yang dimaksudkan untuk mendorong terjadinya peningkatan kegiatan ekonomi jangka panjang. Revitalisasi fisik diyakini dapat meningkatkan kondisi fisik (termasuk juga ruang ruang publik) kota, namun tidak untuk jangka panjang. Untuk itu, tetap diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi (economic revitalization) yang merujuk kepada aspek social budaya serta aspek lingkungan (environmental objectives).

Hal tersebut mutlak diperlukan karena melalui pemanfaatan yang produktif, diharapkan akan terbentuklah sebuah mekanisme perawatan dan kontrol yang langgeng terhadap keberadaan fasilitas dan infrastruktur kota. Sebagai istilah dalam bidang pelestarian arsitektur dan perencanaan kota, “revitalisasi” adalah upaya untuk menghidupkan kembali sebuah bangunan, distrik/kawasan kota yang telah mengalami degradasi melalui intervensi fisik dan non-fisik, yaitu sosial dan ekonomi .

Berdasarkan data observasi dan wawancara, terdapat 3 tahapan yang dilakukan pihak pengelola objek wisata Alahan Panjang resort dalam melakukan revitalisasi, berdasarkan pendekatan komunikasi eksternal organisasi di antaranya:

Pertama, Intervensi Fisik, yang artinya mengawali kegiatan fisik seperti perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/ reklame, serta ruang terbuka yang memadai. Dalam tahapan ini pihak manajerial humas berperan memanajemen isu lingkungan yang akan tersebar pada eksternal organisasi.

Kedua, Rehabilitas Ekonomi, yang diawali oleh peremajaan artefak sehingga menarik kembali perhatian pengunjung pada objek wisata alahan panjang resort.

Ketiga, Revitalisasi Sosial, yakni kemampuan perencana dan manajerial objek wisata alahan panjang resort bersama Dinas Pariwisata Kabupaten Solok dalam menciptakan lingkungan yang menarik dan berdampak positif bagi masyarakat maupun pengunjung di daerah wisata alahan panjang.

Proses penyebaran dan pertukaran informasi bukan hanya melibatkan stake holder Dinas Pariwisata yang diwenangi oleh UPT Dinas Pariwisata Alahan Panjang

(5)

Resort namun juga di bebankan pada non stake holder (masyarakat disekitar obyek wisata Alahan Panjang Resort, baik yang berjualan atau masyarakat yang bermukim).

Proses pembangunan yang terus dilakukan pada berbagai titik sebagai upaya revitalisasi bemungkinkan terjadinya interaksi antara Dinas Pariwisata, masyarakat, dan pemuda daerah yang menaungi Alahan Panjang Resort khususnya pemuda Jorong Usak (Data wawancara).

Gambar 1

Berdasarkan gambar diatas, dapat di definisikan bahwa pihak Disparbud Kab.

Solok sudah melakukan komunikasi melalui media sosial melalui media instagram sebagai media informasi dan promosi dengan jumlah postingan 1202 postingan dan 1300 pengikut.

Berdasarkan data wawancara, NR menyatakan bahwa adanya relokasi pedagang sekitar ke daerah Pujasera (Pusat jajanan serba ada) tentu dalam hal ini membutuhkan komunikasi yang baik terhadap masyarakat yang menjadi pihak eksternal dari objek wisata dalam memberikan pengertian terhadap pedagang alasan relokasi dan keuntungan apa yang akan diterima pedagang pasca relokasi. Tim pengelola objek wisata menggunakan mediator yang mampu berbahasa daerah dalam melakukan lobi dan negosiasi kepada masyarakat, agar didapatkan pemahaman yang sama.

Proses komunikasi sekunder juga digunakan untuk berkomunikasi antara pihak eksternal melalui media sosial. Pemanfaatan media sosial what’s app group dengan nama Disparbud Kab.Solok juga digunakan sebagai pertukaran ide dan gagasan mengenai kesuksesan pembangunan yang tengah berjalan pada objek wisata Alahan Panjang Resort. Penggunaan memo dan surat tugas kepada setiap stake holder yang bertugas juga digunakan sebagai bentuk komunikasi sekunder dengan sifat resmi yang di keluarkan oleh pihak dinas untuk berkomunikasi dengan stake holder lain yang terlibat.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan data penelitian dapat disimpulkan komunikasi eksternal organisasi berperan dalam komunikasi primer dan sekunder yang membantu

(6)

melancarkan proses revitalisasi objek wisata Alahan Panjang Resort. Proses komunikasi eksternal dilakukan pengelola objek wisata dengan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat sekitar, yakni bahasa daerah, kemudian komunikasi sekunder bagi pengelola dilakukan dengan cara memgekspose informasi di media sosial sehingga pihak eksternal juga mengetahui informasi terupdate dari objek wisata Alahan Panjang Resort.

Rekomendasi peneliti bagi pihak eksternal objek wisata Alahan Panjang Resort diharapkan dapat menggunakan bahasa komunikasi yang sederhana dan mudah dimengerti oleh masyarakat sekitar objek wisata, sehingga penyebaran informasi dan pesan dapat meminimalisir miss communication antara kedua belah pihak. Selain itu pihak stakeholder juga harus mengecek baagaimana keadaan yang terjadi di lapangan khususnya pujasera sebagai relokasi tempat berdagang bagi masyarakat untuk betjualan, agar tidak terjadinya penolakan atau sikap kontra dari pihak non stake holder terhadap keputusan tersebut.

Bagi pihak non stake holder dalam memberikan pendapat sebagai bentuk partisispasi dalam proses revitaliasi sebaiknya mengacu pada sapta pesona pariwisata Indonesia. Sehingga, antara pihak stake holder dan pihak non stake holder dapat berjalan satu visi untuk kelancaran pembangunan nasional berupa perevitalisasian objek wisata Alahan Panjang Resort.

REFERENSI Buku

Harun, Rochayat & Ardianto, Elvinaro. 2012. Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial, Perspektif Dominan, Kaji Ulang dan Teori Kritis. Depok: Raja Grafindo Pesada.

Moleong, Lexi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:Rosda Karya

Fajri. (2020). Komunikasi Organisasi Dalam Meningkatkan Motivasi Kerja Pegawai Pada Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Di Kabupaten …. http://repository.uin- suska.ac.id/26727/1/HENDRA FAJRI.pdf

Hermanto, L., & Rosadi, A. (2019). Strategi Komunikasi Dinas Pariwisata Dalam Pelestarian dan Pengembangan Kebudayaan Lokal di Kota Bima. Jurnal Komunikasi Dan Kebudayaan, 6(2), 12–25.

Nyoman, W. (2017). Revitalisasi Kawasan Pariwisata Berbasis Budaya Untuk Meningkatkan Eksistensi Budaya Lokal Di Kabupaten Buleleng. 11–20.

Rahmawati, V. (2012). Pengelolaan Komunikasi Organisasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar dalam mengembangkan objek wisata Sapta Tirta Pablengan. Ilmu Komunikasi, Komunikasi Organisasi, 49–56.

Sita Silambi, Joorie, R. (2022). Komunikasi Organisasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara dalam upaya pengembangan Pariwisata.

Jurnal Administrasi Publik, VIII(120), 52–60.

Wasahua, B. (2017). Aktivitas Komunikasi Aliansi Masyarakat Peduli Hutan Kota Malabar Dalam Menolak Revitalisasi Hutan Kota Malabar (Studi Pada Aliansi Masyarakat Peduli Hutan Kota Malabar). Universitas Muhammadiyah Malang, 7–19.

Website

https://kulonprogokab.go.id/v31/detil/6849/pengembangan-pariwisata-dan-peran- kelompok-kegiatan-program-kkbpk. Diakses 03 mei 2023

Referensi

Dokumen terkait

PERSIAPAN SIDANG PPKI 18 -8- 1945 • Tentang Penggantian tujuh kata dalam Piagam Jakarta dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menjadi Yang Maha Esa •