• Tidak ada hasil yang ditemukan

kondisi ekonomi pedagang pasar raya padang pasca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kondisi ekonomi pedagang pasar raya padang pasca"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI EKONOMI PEDAGANG PASAR RAYA PADANG PASCA PINDAHNYA TERMINAL LINTAS ANDALAS TAHUN 1999-2005

JURNAL

FIRGIE ANGGRAINI 10020057

PROGRAM PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP (PGRI) SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Pasar merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai transaksi antara penjual dan pembeli. Mengkaji perkembangan pasar tidak hanya mengkaji perkembangan pasar secara fisik, tetapi aktifitas yang terjadi di dalamnya yakni antara penjual dan pembeli, Artinya penjual yang dalam hal ini disebut pedagang memiliki peranan yang penting bagi perkembangan pasar. Pasar menjadi lokasi utama bagi masyarakat yang menggantungkan hidup di sektor perdagangan. Pasar Raya Padang merupakan pasar pusat Kota Padang.1

Keberadaan Pasar Raya Padang ditunjang dengan keberadaan dua buah terminal yang berada di lokasi dekat dengan Pasar Raya Padang diantaranya terminal Goan Hoat sebagai terminal angkutan Kota dan terminal Lintas Andalas sebagai terminal Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Propinsi (AKAP). Keberadaa pasar dan terminal seperti hubungan simbiosis “mutualisme” yang saling menguntungkan, sehingga pasar ramai di kunjungi tidak hanya pengunjung dalam kota, tetapi juga luar kota karena akses transportasi yang lancar dengan adanya terminal. Kondisi tersebut berpengaruh terhadap pendapatan pedagang. Kondisi tersebut mulai berubah ketika keluarnya kebijakan pemerintah dengan mematikan fungsi terminal Goan Hoat (terminal untuk angkutan kota) dan terminal Lintas Andalas (terminal untuk AKDP dan AKAP) pada tahun 1999.

Ketiadaan terminal ternyata tidak hanya berpengaruh terhadap kondisi transportasi di sekitar Pasar raya Padang, tetapi juga dirasakan oleh pedagang di Pasar Raya Padang terutama pedagang yang berlokasi di Blok A Pasar Raya dan pedagang di belakang Terminal Lintas Andalas. Sejak tidak adanya kedua terminal tersebut, pendapatan pedagang relatif menurun karena pedagang-pedagang dari luar daerah yang membeli barang dalam jumlah yang besar, menjadi enggan untuk datang ke Pasar Raya karena transportasi dari Pasar Raya ke terminal sangat jauh sehingga membutuhkan tambahan biaya yang cukup besar, ditambah lagi pada tahun 1999 masyarakat belum terbiasa dengan transportasi cepat (travel). Akibat dari situasi tersebut pedagang dari luar daerah banyak yang beralih ke Bukittinggi dan daerah lain karena disamping harganya murah, akses transportasi juga cukup mudah. Sejak pindahnya

1 Sebelum bernama Pasar Raya, Pasar ini bernama Pasar Djawa. Pasar Djawa ini pada awalnya merupakan Pasar milik Cina, tetapi kemudian diambil alih oleh pemerintah kota

terminal, banyak pedagang yang menempati toko di belakang Terminal Lintas Andalas yang juga pindah meninggalkan toko mereka dan ada

yang menyewakannya kepada orang lain.

Batasan penelitian ini adalah Batasan Spasial dari penelitian ini adalah Pasar Raya Padang tetapi lebih hanya fokus kepada pedagang di dua tempat yakni pedagang di Blok A dan pedagang di Belakang Terminal Lintas Andalas. Batasan temporal untuk penelitian ini tahun 1999-2005. Tahun 1999 dijadikan sebagai batas awal penelitian karena pada tahun dipindahkannya terminal Goan Hoat dan Terminal Lintas Andalas. Tahun 2005 dijadikan batasan akhir penelitian karena pada tahun ini dibangun pusat perbelanjaan Plaza Andalas di bekas lokasi Terminal Lintas Andalas dan dibangunnya Sentral Pasar Raya (SPR) di bekas Terminal Goan Hoat.

Berdasarkan pada pokok persoalan yang sudah dijelaskan di sub bab penelitian, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yakni: bagaimana pengaruh dipindahkannya terminal Goan Hoat dan Terminal Lintas Andalas terhadap pedagang Pasar Raya yang menempati lokasi di Blok A dan pedagang di belakang bekas Terminal Lintas Andalas?

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh dipindahkannya terminal Goan Hoat dan Terminal Lintas Andalas terhadap pedagang Pasar Raya yang menempati lokasi di Blok A dan pedagang di belakang bekas Terminal Lintas Andalas.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a.

Dapat menambah perbendaharaan dan khasanah ilmu pengetuhuan khususnya mengenai kehidupan sosial-ekonomi Pedagang di Pasar Raya Padang Tahun 1999-2014.

b.

Dapat dijadikan bahan informasi sekaligus sebagai bahan masukan bagi dinas dan instansi terkait erat hubunganya dengan penelitian sejarah khususnya yang berkaitan dengan penulisan sejarah kehidupan sosial ekonomi Pedagang di Pasar Raya Padang Tahun 1999-2014.

c.

Dapat kiranya dijadikan sebagai masukan sekaligus acuan bagi mahasiswa yang sedang melaksanakan penelitian sejarah khususnya mengenai sosial ekonomi Pedagang di Pasar Raya Padang Tahun 1999-2014.

(4)

Studi yang relevan diantaranya tulisan Meri Erawati dengan judul “Pasar Raya Padang Pasca Gempa dan dampaknya terhadap PKL.2 Hal yang membedakan adalah penelitian tersebut lebih memfokuskan pada kondisi Pasar Raya Padang Pasca terjadinya gempa sedangkan penelitian ini mengkaji kondisi pedagang Pasar Raya sejak tahun 1999.

Kemudian dalam Jurnal Kharles yang berjudul “Pedagang Kaki Lima dan Pasar Kota Padang Pasca Gempa 30 September 2009”.

Tulisan ini juga mengkaji kondisi PKL Pasca Gempa 30 September 2009.3

Skripsi Dessi Susanti (2006) tentang Pedagang Ikan Pasar Sungai Tunu Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan, penelitian ini yang membahas tentang pedagang yang ada di daerah tersebut yang mengalami transformasi dari pedagang keliling ke pedagang tetap.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah

Tahap pertama adalah pengumpulan data atau Heuristik, data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder, yang dikelompokan menjadi sumber tulisan dan lisan.

Tahap kedua yaitu Kritik Sumber atau pengelolaan data. Setelah primer dan sekunder di dapat, langkah selanjutnya adalah untuk sumber yaitu melakukan pengujian sumber yang didapat melalui kritik ekstern dan kritik intern.

Tahap ketiga adalah Interpretasi, menurut kuntowijoyo, Interpretasi itu ada dua macam, yaitu analisis dan sintesis. Menurutnya, analisis berarti sementara sintesis berarti menyatukan. Hal ini berarti menguraikan dan menyatukan sumber yang sudah di kritik.4

Tahap ke empat adalah Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan,atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Penulisan laporan penelitian di masukan sebagai bagian dari langkah-langkah metode sejarah.

2Meri Erawati, “Pasar Raya Padang Pasca Gempa dan DampaknyaTerhadap PKL”.Lporan Penelitian. Padang. 2013

3Kharles, “Pedagang Kaki Lima dan Pasar raya Padang Pasca Gempa 30 September 2009 Sulvah. Vol. 10 No .12, Juni 2010.

4Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori Dan Praktik), (Jakarta :Restu Agung,2006),hlm.78-79

GAMBARAN UMUM PASAR RAYA PADANG TAHUN 1990-AN

A. Gambaran Lokasi Pasar Raya Padang

1. Sejarah Singkat Pasar Raya Padang

Ditinjau dari sisi historisnya Pasar Raya Padang telah memasuki periode yang sangat panjang. Cikal bakal Pasar Raya Padang telah ada semenjak zaman Kolonial Belanda.

Pada masa Kolonial Belanda, pasar yang ada di Padang adalah pasar-pasar milik pengusaha swasta terutama orang-orang Cina. Beberapa pasar yang ada antara lain Pasar Gadang, Pasar Hilir, Pasar Mudik, dan Pasar Djawa. Pasar Gadang merupakan pasar yang penting di pertengahan abad ke-19. Pasar Gadang yang artinya pasar besar, telah berkembang berangsur-angsur dan terdiri atas tiga pasar, yakni: Pasar Hilir, Pasar Mudik, Pasar Batipuh.

Di akhir abad ke-18 dibuat peta sebuah pasar yang lokasinya diperkirakan di tempat yang sama. Pasar Gadang dekat dengan dermaga dan mudah sekali dicapai oleh orang Minangkabau dari daratan tinggi. Pasar Gadang dimiliki oleh perusahaan Badu Ata dan Co, yang merupakan perusahaan Minangkabau pertama yang mengambil bentuk perusahaan gaya Barat dengan pola perseroan terbatas. Pada paruh kedua abad ke-19 sebuah kongsi atau kelompok pedagang Cina membuka pasar yang kedua di wilayah pemukiman mereka, Kampung Cina.

Setelah tempat itu terbakar suatu nasib yang sering menimpa pasar, mereka membuka lagi pasar yang baru, Tanah Kongsi. 5

Pada akhir abad ke-19 Lie Saay dan keluarganya adalah pemimpin pasar yang sukses. Eksploitasi Pasar Jawa dan Pasar Miskin diserahkan kepada NV Goan Hoat. Karena sifatnya mendekati monopoli, NV Goan Hoat meminta sewa tinggi kepada pedagang yang ingin berkedai dan hanya sedikit memperhatikan aspek kebersihan. Pemerintah Kota memutuskan untuk mengambil alih pasar untuk kepentingan umum, namun tentu saja tak lupa dengan keuntungan mereka.6

1.Pasar Raya Padang hingga tahun 1990-an Sejak pengambil alihan pasar Djawa

oleh pemerintah Kota Padang, Pasar Djawa terus dibenahi terutama dari segi fisik bangunan, apalagi bangunan pasar yang masih

5 Freek Colombijn, Paco-Paco (Kota) Padang. (Padang: Universitas Bung Hatta). Hal.

315

6 Ibid

(5)

banyak yang belum permanen sehingga sangat rentan terhadap kebakaran. Pemerintah Kota Padang semakin memprioritaskan pada perkembangan untuk penyediaan untuk memenuhi fasilitas pasar secara bertahap. Pada tahun 1950-an keadaan fasilitas pasar Djawa di Kota Padang umumnya masih berupa los-los yang terbuat dari kayu dan beratap seng yang dihuni oleh pedagang-pedagang kelontong,7 namun ada juga pedagang yang menempati lokasi depan los, depan gang dan depan toko sebagai pedagang kaki lima.

Dalam proses pembangunan dan perbaikan sarana pasar, Pasar Djawa berubah nama menjadi Pasar Raya.8 Oleh karena aktivitas pergerakan masyarakat yang semakin meningkat dan mulai menyebarnya aktivitas masyarakat ke beberapa lokasi di Kota Padang, maka dibangunlah pasar-pasar distrik dan pasar pembantu. Tabel berikut ini merupakan lokasi- lokasi pasar distrik di Kota Padang.

Tabel 1. Lokasi Pasar, Luas Pasar dan Jumlah Petak Toko di Kota Padang hingga Tahun 1978

Lokasi Pasar Luas Luas Pasar (m²)

Jum Jumlah Petak

Toko Lubuk Buaya

Ulak Karang Alai

Simpang Haru Tanah Kongsi Bandar Buat Gaung Teluk Bayur

25.000 5.534 14.000 2.100 3.150 500 2.000 1.000

50 34 34 93 58 5 50 20

Jumlah 53.284 344

Sumber: Monografi Kotamadya Padang Tahun 1979. hal. 81 dan Padang Pintu Gerbang Pantai Barat Indonesia. hal. 52

Beberapa blok dan toko yang telah dibangun diperuntukkan untuk pedagang dengan jenis dagangan tertentu. Masing-masing jenis pedagang memiliki lokasi sendiri di pasar.

Lokasi bagian tengah diperuntukkan bagi pedagang tekstil dan barang-barang lain yang tahan lama. Lokasi di sebelah barat untuk toko- toko yang menjual barang mahal seperti perhiasan, perabot, dan di Blok A, untuk peralatan listrik. Perluasan pasar di bagian barat

7 Mardanas Safwan. Op. Cit.hal. 68.

8 Freek Colombijn. Log..Cit.

terminal toko-tokonya banyak yang kosong.

Pasar raya timur merupakan tempat penjualan bahan makanan mentah.9

Pasar-pasar sekunder lama sudah diperbaharui dan pasar yang sama baru di bangun seperti siteba dibangun pada tahun 1970-an. Beberapa pasar ini, seperti pasar lama Pasar Tanah Kongsi dan Pasar Simpang Haru, Pasar Siteba, Pasar Lubuk Buaya dan Pasar Bandar Buat merupakan tempat perdagangan yang sibuk. Pasar-pasar lain didukung oleh pemerintah karena pasar tersebut sesuai dengan rencana induk kota, namun sesungguhnya tidak kunjung berkembang seperti Pasar Ulak Karang, Pasar Alai, Pasar Teluk Bayur, dan Pasar Bungus. Pelanggan yang berada disekitar pasar tersebut tidak terlalu banyak, dan hampir semua angkutan umum yang berkumpul di Terminal Pasar Raya sehingga membuat orang-orang mudah pergi ke Pasar Raya.10

B. Pedagang Pasar Raya Padang (Belakang Terminal Lintas Andalas)

Pedagang tetap di Pasar Raya Padang merupakan pedagang yang memiliki tempat yang sifatnya tidak berpindah-pindah yang memiliki modal yang besar dan tenaga yang besar pula. Pasar Raya Padang terdapat beberapa macam pedagang baik pedagang yang memiliki toko atau ruko dan pedagang kaki lima atau disebut PKL yang hanya menjual barang daganganya dibahu-bahu jalan saja. Pedagang tetap atau memiliki toko ini di Pasar Raya Padang memiliki beragam jenis barang yang dijual seperti barang elektronik, pakaian dan emas. Pedagang ini memiliki modal yang besar dan resiko yang besar pula.

Terjadinya perpindahan Terminal angkot di Pasar Raya Padang pedagang tetap atau toko sangat merasa tidak nyaman dengan berpindahnya terminal tersebut. Keadaan ekonomi pedagang pada tahun 1999 melambat dan bahkan ada yang gulung tikar karena tidak sanggup bersaing dengan pedagang besar lainnya, situasi yang terus memburuk dengan cepat dan semakin merosotnya pendapatan pedagang-pedagang khususnya yang berada dibelakang Terminal Lintas Andalas, dengan keadaan seperti ini sempat memunculkan ketegangan untuk menstabilkan kembali dalam sektor perdagangan dan pedagang juga sulit

9 Meri Erawati, “Terminal Lintas Andalas di Kota Padang Tahun 1972-2002”, Skripsi. Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas. 2009.

10 Ibid.

(6)

untuk mengelola dan berusaha untuk bertahan dalam melakukan berbagai upaya.

Dampak lain dari pemindahan terminal ini terjadi terhadap para pedagang kaki lima yang terjadinya memanfaatkan ruang di Terminal Lintas Andalas, setelah Terminal Lintas Andalas di tutup, para pedagang tersebut beralih kejalan-jalan di sekitar pasar raya, akibatnya Pasar Raya tak nyaman dikunjungi warga, warga memilih berbelanja dipasar-pasar kaget yang bermunculan hampir disetiap simpang jalan.11

C.Kondisi Ekonomi Pedagang

Pedagang Pasar Raya Padang semenjak tahun 1999 hingga tahun 2005 mengalami perubahan terhadap perekonomian masyarakat, tahun 1959 pemerintah kota padang mulai berbenah dan membangun fasilitas-fasilitas penting yang dapat membantu perkembangan kota.12 Perkembangan Kota Padang memunculkan minat masyarakat dari luar daerah Kota Padang untuk berurbanisasi ke Kota Padang yang terus meningkat dari tahun ketahun, sehingga berdampak terhadap laju pertumbuhan penduduk. Urbanisasi ini mengakibatkan keadaan kota semakin sempit sehingga tidak sebanding lagi dengan luas Kota Padang.

Terminal Lintas Andalas mulai dioperasikan pada tahun 1972.13 Selama aktifnya Terminal Lintas Andalas, eksistensi terminal tersebut telah banyak memberikan kontribusi bagi masyarakat, tidak hanya dalam bidang transportasi tetapi terutama dalam aspek ekonomi, karena terminal menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat seperti sopir angkot, pedagang toko, pedagang kaki lima dan buruh. Pendapatan pedagang-pedagang khususnya yang berada di Blok A sangatlah melonjak tinggi karena begitu banyaknya para pembeli yang datang ke Pasar Raya Padang.

Terminal Lintas Andalas juga sebagai simpul roda perekonomian di sektor informal di Kota Padang seperti memberikan peluang usaha bagi orang-orang yang beraktifitas di sekitar terminal. Kebaradaan Terminal Lintas Andalas dimanfaatkan oleh masyarakat yang bermukim disekitar terminal seperti Kampung Jawa

11 “Realitas Padang Semakin Terang”

Dalam Harian Haluan Edisi 26 september 2011

12 Padang Kota Tercinta Pintu Gerbang Pantai Barat Indonesia, Hal 30

13 Meri Erawati, Terminal Lintas Andalas di Kota Padang Tahun 1972-2002.

Skripsi, Padang: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, 2009

Dalam, Koto Marapak dan Olo Ladang sebagai lokasi lapangan kerja baru. Adapun jenis pekerjaan yang bergerak disektor informal tersebut masuk kedalam kategori industri kecil seperti pedagang kaki lima, pedagang toko, buruh angkot, pengamen dan agen. Dikatakan keberadaan Terminal Lintas Andalas dapat menunjang perekonomian masyarakat karena mereka mendapat wadah atau lahan baru untuk menambah pendapatan mereka sehari-hari seperti berdagang maupun menjual jasa dikawasan terminal.14

PINDAHNYA TERMINAL LINTAS ANDALAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI PEDAGANG A. Awal Mula Pindahnya Terminal Lintas

Andalas.

Pembangunan Terminal Lintas Andalas dilakukan sehubungan dengan makin meningkatnya jumlah kendaraan penumpang di Kota Padang, sehingga tidak tertampung lagi di Terminal Goan Hoat. Terminal Lintas Andalas dioperasikanlah tahun 1972 di bawah pengawasan Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya, dulunya tempat ini merupakan kawasan kuburan orang-orang Belanda, Terminal Lintas Andalas menjadi lahan perekonoman baru bagi masyarakat yang bergerak di sektor informal seperti kelompok pedagang, buruh angkat dan agen. Situasi terminal yang sangat padat memicu munculnya permasalahan sosial di terminal seperti premanisme, kriminalitas dan pengamen jalanan.

Awal mula dengan berpindahnya terminal Lintas Andalas dan terminal Goan Hoat yang menjadi terminal angkot, antar kota dan antar provinsi dijadikan (SPR) Sentral Pasar Raya Padang babak kisruh Pasar Raya Padangpun dimulai, disamping itu masalah sosial juga semakin bertambah dikalangan masyarakat. Dilihat dari sejarahnya terminal Goan Hoat, dan Pasar Raya Padang keduanya tak terpisahkan saling mendukung dan saling kerja sama, di mana pedagang yang berada di Pasar Raya Padang bisa menikmati berkah dari keberadaan terminal angkot maupun sebaliknya para sopir juga memanfaatkan ramainya pengunjung pasar sebagai sarana transportasi.

Para pengunjung pasar raya banyak yang datang dari luar daerah baik dari daerah manapun, mereka datang berkunjung kepasar untuk membeli barang-barang yang dibutuhkan, keadaan ramainya pasar ini para pedagang- pedagang toko khususnya yang berada di Blok A mendapatkan keuntungan sangat tinggi dari

14Ibid. Hal 55

(7)

jual beli barang mereka, namun dengan berpindahnya terminal angkot kondisi pasar juga mengalami kemerosotan, dampaknya terhadap pedagang sangat berpengaruh terhadap jual beli barang mereka. Dari mendapatkan keuntungan yang cukup tinggi sampai jual beli barang ditoko-toko menjadi menurun.15 B. Kondisi Ekonomi Pedagang Blok A dan

Belakang Bekas Terminal

1. Berkurangnya Pembeli Dari Luar Daerah Semenjak terjadinya krisis moneter tahun 1997 hingga pindahnya terminal Andalas tahun 1998 harga barang melonjak naik, orang yang berdagang di pasar malah berkurang dari hari ke hari. Distribusi tiap bulannya juga harus dibayar, untuk mengantisipasinya harga barang juga dicocokkan dengan harga yang bisa terjangkau oleh pembeli. Sekarang Terminal Goan Hoat juga dijadikan mal, ini berarti pasar tak lagi memiliki terminal dan angkutan kota tak lagi bisa berhenti di Pasar Raya. Akibatnya, para pembeli akan merasa kesulitan transportasi menuju Pasar Raya yang akhirnya akan mengurangi orang ke pasar. Jelas ini menjadi pukulan kedua bagi kami, apa jadinya pasar tanpa terminal.

Sejak dipindahkannya Terminal Lintas Andalas berdampak serius terhadap sektor informal Kota Padang seperti para pedagang dikota padang, karena sulitnya transportasi dalam Kota Padang sehingga pedagang luar daerah mengalihkan aktifitasnya ke Bukittinggi.16 Para pedagang yang berada di Kota Padang mengalami kerugian yang sangat besar.

Seperti pendapat dari salah seorang pedagang yang berasal dari luar daerah yang bernama Eko kepada penulis, setelah pemindahan Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang (TRB) dia tidak lagi membeli barang di Kota Padang. Dia beralasan bahwa jauhnya lokasi Terminal Regional Bingkuang menjadi penyebabnya, hal tersebut mengakibatkan bertambahnya operasional untuk menuju terminal.17

15 Wawancara dengan Wandi, (50 tahun). Pedagang Elektronik Menengah di Pasar Raya Padang. Tgl 14 agustus 2015

16 Pedagang Pasar Raya Padang Protes Pendirian Mal” Dalam Harian Tempo Edisi Jum’at 4 Februari 2005.

17 Wawancara dengan Eko (42 tahun). Pedagang Toko baju di Pasar Raya Padang. Tanggal 4 oktober 2015

Sejak Terminal Lintas Andalas berpindah funsi ke Aie Pacah, bagi masyarakat yang berdagang di pasar khususnya di Blok A berdampak negatife bagi pedagang-pedagang toko sebab tidak adanya terminal penghasilan yang didapat melonjak turun, kondisi pasar saat itu juga sangat sepi pengunjung, selain itu pemindahan terminal juga sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat itu sendiri seperti agen, buruh, dan pengamen, sebagian besar dari mereka akan kehilangan pekerjaan mereka dan sebagian mereka ketidak sanggupan untuk pindah keterminal yang baru lantaran sewa toko yang sangat mahal di Terminal Regional Bingkuang.

2. Berkurangnya Pendapatan Pedagang Semenjak pindahnya Terminal Lintas Andalas ke Terminal Regional Bingkuang sangat berdampak serius bagi semua pedagang yang berada diareal terminal bahkan seluruh pedagang blok A. dengan pindahnya terminal tersebut seluruh pendapatan pedaganag berkurang. Pedagang Pasar Raya Padang rata- rata mengeluh karena pengunjung yang biasanya ramai sebelum pindahnya terminal sekarang sepi pengunjung.

Pada tahun 2003, Terminal Lintas Andalas yang menjadi terminal bus antar kota dipindahkan ke lokasi baru sekitar 12 Km dari Pasar Raya Padang bernama Terminal Regional Bingkuang (TRB). Saat itu Pemerintah Kota Padang beralasan untuk pemekaran kota dan akan menjadikan Terminal Lintas Andalas sebagai terminal angkutan kota (bus kota dan mikrolet).

Adapun pendapat pedagang pasar menurut seorang pedagang Toko Jam Dinding, bernama Yus tanggal 14 agustus 2015 mengungkapkan:

“ambo mulai badagang dipasa ko sajak tahun 1994, sabalun terminal lintas ko pindah ambo alah badagang juo disiko. Waktu terminal ko ado panghasilan nan didapek Alhamdulillah perbulannyo mencapai tigo puluah juta (30jt) kalau perharinyo labiah kurang sajuta (1jt), sabek penghasilan nan didapek ko sangaik bapangaruah bana adonyo terminal ko.

Samanjak ado terminal urang nan mambalipun banyak, urang nan bakunjuang kapasapun banyak, jalan-jalan ko panuah dek urang sajo.

Urang nan datang dari lua daerahpun banyak pai balanjo ka pasa raya ko, iyo bapangaruah bana jua bali barang dek adonyo terminal ko.

Tapi samanjak indak adonyo terminal urang nan pai bakunjuang kapasa alah bakurang, urang nan pai balanjopun alah langang indak sarami katiko ado terminal dulu lai do, iyo

(8)

memang alah jauah bana marosotnyo.

Panghasilanpun baitu pulo nan didapek tiok bulannyo hanyo labiah kurang sambilan juta (9jt), panghasilan tiok hari sabanyak limo ratuih ribu (500rb) itupun alah payah-payah pulo untuak kabutuhan sahari-hari, iyo indak sarancak ado terminal dulu do. Dulu yo sanang ambo manggaleh dek raminyo urang pambali batambah samangaik pulo ambo manggaleh dipasa ko”. 18

PENUTUP A.Kesimpulan

Pasar merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai transaksi antara penjual dan pembeli. Mengkaji perkembangan pasar tidak hanya mengkaji perkembangan pasar secara fisik tetapi aktifitas yang terjadi di dalamnya yakni:

1. Awal pindahnya Terminal Lintas Andalas di Kota Padang ke Terminal Regional Bingkuang pada tahun 1998 sangat berpengaruh terhadap ekonomi pedagang Pasar Raya Padang.

Dampak yang dirasakan oleh seluruh pedagang pasar raya padang yaitu sepi pengunjung yang dapat mengurangi jumlah pendapatan jual beli pedagang.

2. Kondisi ekonomi pedagang dari tahun 1999-2005 mengalami berbagai perubahan dari awal pindahnya Terminal Lintas Andalas pendapatan seluruh pedagang mengalami penurunan. Pedagang sulit untuk mengelola dan berusaha untuk bertahan dalam melakukan berbagai upaya, selain itu pedagang- pedagang dari luar daerah yang membeli barang dalam jumlah yang besar, menjadi enggan untuk datang ke Pasar Raya karena transportasi dari Pasar Raya ke terminal sangat jauh sehingga membutuhkan tambahan biaya yang cukup

besar.

B. Saran

penulis dalam membuat skripsi ini adalah sesuai dengan tuntutan dan perkembangan Pasar Raya Padang yang selalu meningkat setiap tahun maka pihak pengelola pasar raya diharapkan untuk terus ditingkatkan dan dibenahi baik sarana dan prasarana maupun pengelolaan pasar tersebut. Dari keterangan informan yang penulis dapatkan, bahwa kawasan untuk pedagang kaki lima di Pasar Raya Padang belum tersedia, sehingga pedagang kaki lima (PKL) atau yang sering disebut dengan “bunga trotoar” yang tumbuh

18Wawancara dengan Yus , (61 tahun). Pedagang Jam Dinding di Pasar Raya Padang. Tgl 14 agustus 2015

dan bersemi ditempat-tempat yang biasanya ramai dilalui orang banyak menyebabkan pemandangan yang kurang menyenangkan dan membuat kondisi Pasar Raya Padang menjadi tidak nyaman dan sesak, karena mereka (PKL) yang sudah berjualan sampai ketengah-tengah badan jalan sehingga menghalangi jalan pengunjung.

Maka dari itu dengan pengelolaan Pasar Raya Padang agar dengan segera menyediakan tempat khusus untuk pedagang kaki lima tersebut.

DAFTAR KEPUSTAKAAN A. Arsip

Arsip Dinas Pasar Kota Padang Tahun 2007 Tentang Rekapitulasi Data Petak Toko, Kios, Meja Batu dan PKL masing- masing Pasar.

Arsip Badan Pusat Statistik Kota Padang B. Buku

Basri, Metodologi Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori Dan Praktik), (Jakarta :Restu Agung,2006).

Freek Colombijn, Paco-Paco (Kota) Padang.

(Padang: Unifersitas Bung Hatta).

Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima Riwayatmu Dulu, Nasibmu Kini (Jakarta : Yudhistira, 2007).

H.M.N Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1Pengertian Dasar Hukum Dagang.

(Jakarta : Djambatan, 19999).

Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, (Jakarta : Universitas (UI-PRESS),1986).

Mestika Zed, Metodologi Sejarah, (Padang : Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Social Universitas Negeri Padang, 1991).

-Mestika Zed,M.A. Emizal Amri, M.Pd.

Sejarah Sosial dan Ekonomi Jilid 1.

Laboratorium Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS IKIP PADANG, 1987.

Mardanas Syafwan , dkk. Sejarah Kota Padang.

Jakarta: Depdikbud. Dirjen Sejarah Dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

1987. Hal 62-69

Nazar Sidin. Informasi Bisnis dan Infestasi Sumatera Barat. Jakarta: Sarana Karya Indah, 1989. Hal. 103

Pemda Tingkat 1 Sumatera Barat. Rencana Pembangunan Lima Tahun Kelima 1989/1990-1993/1994: Pemda 1990. Jilid V. hal 223.

Padang Kota Trcinta Pintu Gerbang Panta Barat Indonesia, Hal 30

(9)

WJS. Poerdarwinta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976).

Yusniar Ilyas. Pengaruh Resesi Ekonomi Terhada Perkembangan Perekonomian Sumatera Barat .Padang: Pusat Penelitian Unifersitas Andalas, 1985, hal. 32-38

C. Karya Ilmiah/Skripsi

Kharles “Pedagang Kaki Lima dan Pasar Kota Padang Pasca Gempa 30 September 2009”.

Meri Erawati, “Pasar Raya Padang Pasca Gempa dan Dampaknya Terhadap PKL”. Laporan Penelitian. Padang.

2013.

Meri Erawati,”Terminal Lintas Aandalas di Kota Padang Tahun 1972-2002”, Skripsi. Padang: Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Unifersitas Andalas,2009.

(10)

Referensi

Dokumen terkait

Uji Aktivitas Inhibisi α-Amilase Aktivitas penghambatan enzim α-amilase oleh isolat kapang endofit diketahui dengan menggunakan ekstrak hasil fermentasi yang direaksikan terhadap