• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONFLIK TANAH ADAT STUDI DI KELURAHAN PRAILIU, KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KONFLIK TANAH ADAT STUDI DI KELURAHAN PRAILIU, KECAMATAN KAMBERA, KABUPATEN SUMBA TIMUR, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

Dear Melinda Pakereng, Terima kasih atas dukungan doa dan semangatnya selama penulis menulis skripsi ini. Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa untuk dapat lulus dari Program Studi Pascasarjana Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Desa. Tujuan dari penelitian tesis ini adalah untuk mengkaji sengketa tanah ulayat di Desa Paraingu Prailiu. Kajian tesis ini bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya konflik antara Pemerintah Kabupaten Sumba Timur dengan masyarakat Desa Paraingu Prailiu dan siapa saja aktor yang terlibat dalam konflik tersebut serta menjelaskan konflik tanah yang biasa terjadi di Kelurahan Prailiu Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur Kabupaten Sumba Timur. Provinsi Nusa Tenggara.

Berkaitan dengan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk membuat tesis ini berdasarkan hasil pengamatan penulis sehingga dapat membuktikan kepentingan apa yang ingin diperoleh oleh para aktor yang terlibat dalam konflik tanah ulayat di kecamatan prailiu kecamatan kambera, Kabupaten Sumba Timur.

Latar Belakang Masalah

Tanah ulajet atau tanah ulayat adalah sebidang tanah yang di dalamnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Ulaj hak atas tanah adalah suatu kewenangan yang menurut hukum adat dimiliki oleh masyarakat hukum adat dalam wilayah tertentu yang merupakan lingkungan warganya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hak ulayat atas tanah bersifat komunal karena hak tersebut merupakan hak bersama anggota masyarakat hukum adat atas tanah yang bersangkutan. Sehubungan dengan hal tersebut Marga (Kabihuu) diberikan oleh masyarakat adat di Desa Prailiu kepada Pemerintah Kabupaten Sumba Timur agar dapat dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat umum di Kabupaten Sumba Timur, seperti: (lapangan olah raga) , kuda, arena pacuan kuda) dan lain-lain.

Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten Dharmasraya adalah adanya ketidaksesuaian mengenai isi pengalihan hak ulayat.

Rumusan Masalah

Menurut masyarakat adat setempat, tanah yang dimaksud adalah tanah marga (kabihu), karena tanah tersebut telah dimiliki secara turun-temurun oleh masyarakat adat. Namun selama ini belum ada pemberian hak ulayat kepada masyarakat adat, namun pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengklaim tanah tersebut milik pemerintah daerah.

Tujuan Penelitian

Fokus penelitian

  • Teori Elit
  • Pengertian Masyarakat Hukum Adat
  • Hukum Tanah Adat
  • Pengertian Hak ulayat,Subyek dan Obyek Hak ulayat
  • Otoritas Pemerintah Daerah
  • Langkah-langkah wawancara
  • Data Sekunder dan Kepustakaan Ilmia

Bagi pemerintah daerah diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bahan penentuan hak ulayat dan hak masyarakat hukum adat atas tanah ulayat. Masyarakat hukum adat merupakan salah satu subjek hukum negara, yang diakui dalam peraturan perundang-undangan. Masyarakat Adat adalah pengertian teknis hukum yang mengacu pada sekelompok orang yang mendiami suatu wilayah (ulayat) dimana mereka tinggal dan hidup dalam lingkungan tertentu, memiliki kekayaan dan pemimpin yang bertugas melindungi kepentingan kelompok (di luar dan di dalam). ), dan memiliki aturan (sistem) hukum dan pemerintahan.

Istilah masyarakat hukum adat digunakan oleh para ahli hukum adat yang beroperasi untuk kepentingan teoritis-akademik. Dalam Pasal 18B ayat (2) UUD 1945 hasil amandemen kedua yang menyatakan bahwa negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-haknya. Ter Haar yang merupakan murid Cornelius van Vollenhoven mulai menggali lebih dalam tentang masyarakat hukum adat.

5 Masyarakat hukum tanah ulayat bahwa tanah ulayat adalah sebidang tanah yang di atasnya terdapat hak ulayat dari suatu masyarakat hukum adat tertentu. Berdasarkan apa yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat 1, Peraturan Menteri Negara Pertanian/Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 5 Tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat. Hak Ulayat adalah hak yang dimiliki oleh persekutuan hukum (Nagari/Desa, Suku) dimana anggota masyarakat (Persekutuan Hukum) mempunyai hak menguasai tanah yang pelaksanaannya diatur oleh ketua perkumpulan (ketua adat). suku). /Kepala desa yang bersangkutan) (Kartasapoetra, Kartasapoetra, 2011).

Hak ulayat adalah hak yang dimiliki oleh persekutuan hukum (desa, suku), dimana anggota masyarakat mempunyai hak menguasai tanah yang pelaksanaannya diatur oleh ketua perkumpulan (kepala suku/ketua adat). desa yang bersangkutan)”. Sehingga hak ulayat dapat dikatakan bersifat umum karena hak tersebut merupakan hak yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat hukum adat atas tanah yang bersangkutan. Pemerintah daerah (pemda) menetapkan adanya hak ulayat dengan melibatkan masyarakat hukum adat, ahli hukum adat, LSM dan lembaga sumber daya alam.

Dalam hal ini pelaksanaan hak ulayat masyarakat hukum adat atas bidang tanah tersebut tidak dapat lagi dilaksanakan (Pasal 3).

Informan penelitian

PETRUS

DAVID PANNJARA

KAREAWATI KARERI HARA

Lokasi dan waktu penelitian

Teknik Analisis Data

Tujuan akhir dari analisis data kualitatif adalah untuk mendapatkan makna, menciptakan pemahaman, menghasilkan konsep, dan mengembangkan hipotesis atau teori baru. Analisis data kualitatif adalah proses menemukan dan mengumpulkan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Pengumpulan data merupakan proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam proses penelitian.

Data yang diperoleh dapat diambil dari wawancara, dokumentasi atau alat lain yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Proses reduksi ini diperlukan sebagai cara untuk mengeliminasi data yang tidak diperlukan oleh peneliti agar penelitian yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh peneliti. Mulailah dengan menyiapkan semua data yang diperoleh dari hasil wawancara untuk dianalisis dan dipelajari dengan membuat transkripsi atau transkrip hasil rekaman wawancara.

Peneliti membaca semua data yang dikumpulkan dalam bentuk transkrip untuk membangun pengertian umum dari data atau informasi yang diperoleh dan untuk merefleksikan maknanya secara keseluruhan. Kemudian dilakukan proses interpretasi dengan meringkas data dan menuliskan intisari data dengan makna yang sama, namun disusun secara sistematis sesuai dengan pokok bahasan yang diteliti dan teori yang digunakan dalam penelitian.

Penarikan Kesimpulan

Sirih dan Pinang sebagai sajian khas

Bagi masyarakat Sumba, khususnya di Kampung Raja Prailiu, buah pinang digunakan sebagai sajian istimewa yang akan mendahului para pelayan lainnya untuk menyambut tamu. Sirih pinang juga merupakan alat untuk membangun komunikasi keluarga serta alat sosial dalam kehidupan bermasyarakat. 34; Dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan, kematian, penobatan anak raja, atau acara adat lainnya, sirih pinang selalu didahulukan.

Tak lupa para leluhur, buah pinang juga dibawa berziarah ke kuburan adat Sumba untuk menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama dengan anggota keluarga yang telah meninggal. Tempat daun sirih yang selalu siap sedia untuk tamu atau kebutuhannya di rumah disebut bola pahapa (tempat sirih pinang).

Tempat sirih yang selalu dipakai perempuan disebut Kapu, sedangkan tempat sirih yang dipakai laki-laki disebut Kalumbatu. Orang tua yang sudah ompong sehingga tidak bisa lagi mengunyah, membekali dirinya dengan apa yang disebut penumbuk sirih, yang terbuat dari ujung tanduk kerbau (disebut bai (betina), dengan alat pembuat logam kecil (disebut muni tuku laki-laki).sudah digiling, sering dibagi - juga dibagi dengan sesama orang tua.

Jika bertemu dengan buah pinang dan tidak dilayani, dianggap tidak sopan atau bisa marah. Dalam urusan biasa, baik dalam upacara perkawinan maupun kematian, pemberian sirih pinang sangat penting.

Budaya/Adat kematian

Keyakinan Adat Masyarakat Desa Paraingu Prailiu (MARAPU) Hampir seluruh aspek kehidupan masyarakat Sumba, khususnya masyarakat Desa Paraingu Prailiu, diliputi oleh perasaan religius. Maramba adalah orang keturunan bangsawan yang merupakan orang dengan status tertinggi dalam status sosial masyarakat Sumba, khususnya Kampuung Paraingu Prailiu. Masyarakat desa Paraingu prailiu membangun pemukiman (praingu) yang terdiri dari beberapa rumah (kabihu).

Letaknya yang berada di ketinggian menggambarkan konsep penduduk desa Paraingu Prailiu yang percaya bahwa tempat tinggi merupakan tempat bersemayamnya arwah nenek moyang mereka. Maka rumah adat di desa Paraingu Prailiu terbagi menjadi tiga bagian yaitu : Tempat tertinggi (loteng) disebut “toko uma, yaitu ruangan suci para dewa dan arwah leluhur. Sumba, khususnya di desa Paraingu Prailiu, terdapat tradisi cium hidung atau "pudduk" (dalam bahasa Sumba Timur).

Dinamika konflik tanah ulayat ini adalah masyarakat desa Paraingu Prailiu datang menemui Bupati Sumba Timur untuk menanyakan status kepemilikan tanah yang dijadikan lapangan pacuan kuda. Solusi/penyelesaian konflik tanah tersebut adalah pemerintah datang menemui Raja dan masyarakat adat Desa Parainguu Prailiu untuk meminta maaf secara adat dan membuat kesepakatan adat dengan Desa Parainguu Prailiu. Raja (Maramba) dalam kedudukannya sebagai pemimpin masyarakat adat di desa Paraingu Prailiu akan memperjuangkan apa yang menjadi hak masyarakat di desa Paraingu Prailiu dengan berbagai upaya yang dilakukan untuk mendapatkan mufakat berdasarkan ketentuan adat norma-norma yang berlaku di Paraingu. Desa Prailiu.

Bertindak semena-mena dengan menuntut tanah milik Desa Paraingu Prailiu secara sepihak. Hasil kesepakatan antara pemerintah dan raja serta perwakilan suku dan masyarakat adat adalah: “Lapangan pacuan kuda (Palapang Njara) digunakan untuk kepentingan masyarakat Kambera dan masyarakat pada umumnya.” Serta pembagian 50 persen pendapatan dari ladang ke Desa Paraingu Prailiu.

SARAN

Pemerintah Sumba Timur telah memberikan kesempatan kepada masyarakat adat di Sumba Timur untuk mendaftarkan tanah ulayatnya sepanjang tanah tersebut dapat dibuktikan sebagai tanah ulayat, namun pada kenyataannya belum ada masyarakat adat yang mendaftarkan tanah ulayatnya. Seharusnya pemerintah memberikan wawasan atau pengetahuan kepada suku-suku yang ada di Kabupaten Sumba Timur tentang pentingnya mendaftarkan tanah adat kepada pemiliknya. Disarankan agar pemerintah Kabupaten Sumba Timur melakukan penelitian tentang status masyarakat adat dan tanah ulayat di Sumba Timur.

Pemerintah juga harus merancang dan menentukan batas wilayah desa adat di Kabupaten Sumba Timur. Eksistensi Hak Masyarakat Adat Terkait Penguasaan Tanah Ulayat di Desa Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur, NTT. Siapa aktor yang terlibat dalam konflik tanah di Desa Prailiu, Kecamatan Kambera, Kabupaten Sumba Timur.

Bagaimana proses penyelesaian sengketa tanah di Desa Paraing Prailiu Desa Prailiu Kecamatan Kambera Kabupaten Suumba Timur. Bagaimana peran raja, masyarakat dan marga terkait dalam proses penyelesaian sengketa tanah yang timbul di Desa Paraing Prailiu Desa Prailiuu Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur. Apakah ada pihak luar atau lembaga non pemerintah yang terlibat dalam sengketa tanah di Desa Prailiu Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur.

Bagaimana peran pemerintah daerah dalam menyelesaikan kendala atau permasalahan terkait sengketa tanah yang terjadi di Desa Prailiuu Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur. Apa yang dipertaruhkan pemerintah daerah dalam menyelesaikan sengketa tanah di Kecamatan Prailiu, Kecamatan Kambera dan Kabupaten Sumba Timur? Adakah ritual adat yang dilakukan masyarakat desa Prailiu bersama pemerintah setempat dalam menyelesaikan sengketa tanah di Desa Prailiu Kecamatan Kambera Kabupaten Sumba Timur.

Apakah Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Timur menasihati masyarakat tentang UU No. 5 tahun 1960 tentang peraturan pokok agraria.

Referensi

Dokumen terkait

Kita dapat menggambarkan karya Simmel (1908/1971) mengenai bentuk- bentuk sosial melalui diskusinya mengenai dominasi, yakni, superdinasi dan subordinasi. Superdinasi dan