• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konseling dengan Pendekatan Muhasabah sebagai Salah Satu Model Konseling Religius

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Konseling dengan Pendekatan Muhasabah sebagai Salah Satu Model Konseling Religius"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: ……….. EISSN: ………, DOI: ………

Konseling dengan Pendekatan Muhasabah sebagai Salah Satu Model Konseling Religius

Wenda Asmita1, Nelvi Yanti2, Duski Samad3

1 Pascasarjana BKPI UIN Mahmud Yunus Batusangkar; wendaasmita@gmail.com

2 Pascasarjana BKPI UIN Mahmud Yunus Batusangkar; nelvichaniago7@gmail.com

3 Pascasarjana BKPI UIN Mahmud Yunus Batusangkar; duskisamad60@gmail.com

ARTICLE INFO ABSTRAK

Keywords:

konseling;

konseling religius, pendekatan muhasabah

Hidup manusia tidak terlepas dari yang namanya masalah.

Masalah ini biasanya muncul dari berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Kenyataannya, sering dijumpai bahwa konseli merasa persoalan ini hanya berasal dari luar, padahal bisa jadi masalah itu terjadi karenadari dalam dirinya sendiri. Konseling Religius dengan pendekatan Muhasabah ini bertujuan agar konselor mampu membantu konseli mencari tahu persoalannya melalui pendekatan muhasabah yang dijadikan model dalam proses konseling religius yang dilaksanakan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian berbasis kepustakaan atau penelitian kepustakaan dengan mengkaji dan menggali berbagai teori dan praktik, melalui buku, jurnal ilmiah, tesis, e-book, internet, dan berbagai data dan fakta yang ada di masyarakat, khususnya literatur sekolah. Konseling pendekatan muhasabah menjadi salah satu model dalam konseling religius yang dilakukan sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada seorang individu untuk menyelesaikan masalah.

ABSTRACT

Human life can not be separated from the name of the problem. This problem usually arises from various factors, both internal and external. In fact, it is often found that the counselee feels that this problem only comes from the outside, even though it could be that the problem occurs because of himself. Religious counseling with the muhasabah approach aims to make the counselor able to help the counselee find out the problem through the muhasabah approach which is used as a model in the religious counseling process that is carried out. This research method uses library-based research or library research by studying and exploring various theories and practices, through books, scientific journals, theses, e-books, internet, and various data and facts that exist in the community, especially school literature. Counseling with the

(2)

counseling which is carried out as an assistance given to an individual to solve problems.

Corresponding Author:

Wenda Asmita

UIN Mahmud Yunus Batusangkar; wendaasmita@gmail.com

1. PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, mengakibatkan dunia seakan tanpa batas, serta tumbuhnya masyarakat yang berbasis ilmu pengetahuan (learning society) merupakan gambaran masyarakat dunia masa yang akan datang (Tanjung, 2019b).

Masyarakat berbasis ilmu pengetahuan merupakan wajah masyarakat masa depan, yaitu masyarakat yang memiliki kebutuhan untuk menciptakan pendidikan dan pelatihan dalam sistem belajar sepanjang hayat. Semua bidang ilmu pengetahuan yang terdampak oleh perkembangan tersebut. Termasuk bidang keilmuan bimbingan dan konseling, inovasi- inovasi pada layanan bimbingan dan konseling terus dilakukan oleh para ahlinya (Ardimen et al., 2019).

Sebagaimana telah adanya, beberapa literatur yang dapat dilihat dan dibaca terkait dengan berbagai inovasi dalam layanan bimbingan dan konseling. Selanjutnya, seiring perkembangan teknologi juga berpengaruh terhadap munculnya berbagai masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan-pendekatan konseling barat, konseling religius hadir sebagai salah satu pendekatan yang dikembangkan sebagai bentuk inovasi dalam layanan bimbingan dan konseling (Tanjung, 2019a). Hal ini juga dilakukan sebagai bentuk upaya BK dalam menfasilitasi perkembangan peserta didiknya (Ardimen, 2017) serta agar konselor tidak cepat puas, namun terus berusaha meningkatkan layanan yang diberikannya (Ardimen, 2018).

Sebelumnya konseling religius sering disebut sebagai konseling spiritual, konseling islami, dan konseling theistik (Ramadhani & Tanjung, 2022). Dalam Penelitian ini pendekatan konseling religius yang dimaksud adalah konseling religius pendekatan muhasabah. Berikut beberapa studi tentang konseling pendekatan muhasabah sudah banyak dilakukan diantaranya muhasabah sebagai upaya mencapai kesehatan mental (Ahmad, 2018). Kemudian Konseling sebagai sebuah keterampilan yang diintegrasikan dan dikoneksikan dengan nilai-nilai agama disebut konseling religius. Salah satu persyaratan dalam mengaplikasikan landasan religius dalam konseling adalah konselor harus memiliki pemahaman yang memadai tentang nilai-nilai agama dan komitmen yang kuat untuk mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses konseling (Afnilaswati et al., 2021).

Diketahui juga ternyata bimbingan kelompok dengan pendekatan muhasabah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap meningkatnya motivasi berprestasi siswa (Fadilla et al., 2022). Namun dari kajian yang ada belum ditemukan sebuah kajian yang secara spesifik membahas tentang konseling dengan pendekatan muhasabah sebagai salah satu model konseling religius. Untuk itu penelitian ini dilakukan dan ditawarkan sebagai sebuah kajian untuk menutupi kekurangan dari kajian-kajian terdahulu yang telah ada sebelumnya, sehingga hal ini dapat menjadi sebuah kebaharuan ilmu dalam kajian konseling religius.

(3)

Secara teoritis penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana konseling pendekatan muhasabah menjadi salah satu model dalam konseling religius yang dilakukan sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada seorang individu untuk menyelesaikan masalah, muhasabah diri diperlukan untuk kita merenungi apa saja yang ada dalam hidup kita serta memberikan kesadaran atas apapun yang telah kita lakukan secara lisan, perbuatan, serta fikiran dengan mendekatkan diri kepada Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Sedangkan, secara empiris penelitian ini dilakukan untuk dapat melihat bagaimana konseling dengan pendekatan muhasah menjadi model dalam konseling religious yang digunakan untuk membantu klien dalam proses konseling.

Selanjutnya, secara filosofis penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana konsep konseling pendekatan muhasabah menjadi model konseling religious dengan pendekatan teologis yang berkaitan dengan pemberian bantuan dengan mendekatkan diri kepada Allah melalui kesadaran apa yang dilakukan secara lisan, perbuatan, serta fikiran. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut terkait dengan bagaimana pendekatan muhasabah dijadikan model dalam konseling religious dari sudut pandang teologi dalam bimbingan dan konseling.

2. METODE

Metode penelitian ini menggunakan penelitian berbasis kepustakaan atau penelitian kepustakaan dengan mengkaji dan menggali berbagai teori dan praktik, melalui buku, jurnal ilmiah, tesis, e-book, internet, dan berbagai data dan fakta yang ada di masyarakat, khususnya literatur sekolah (Azmi, 2018; Asmita & Fitriani, 2022; Asmita & Masril, 2022).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa studi pustaka adalah analisis dan sintesis dari berbagai artikel, buku dan berbagai data-fakta yang ditemukan.

Selanjutnya, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi. Untuk menjaga ketepatan pengkajian dan mencegah kesalahan informasi dalam analisis data maka dilakukan pengecekan antar pustaka dan membaca ulang pustaka (Putri, 2019). Artikel ini mencoba mengkaji Konseling dengan Pendekatan Muhasabah Sebagai Salah Satu Model Konseling Religius.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Konseling dengan pendekatan religius termasuk dalam beberapa item contoh aplikasi dan integrasi nilai-nilai dan pendekatan agama. Contoh aplikasi dan integrasi nilai-nilai dan pendekatan agama dalam konseling sebagai konseling religius adalah; konseling dengan menggunakan pendekatan muhasabah, pendekatan syukur, pendekatan tazkiyah al-nafs, pendekatan tadabur al-quran, pendekatan ta’aruf, pendekatan zikir, konseling menggunakan teknik relaksasi religius dan lainnya (Afnilaswati et al., 2021).

Konseling Religius

Konseling religius yaitu konseling dengan nuansa religi yang bertujuan membantu klien/

konseli memahami diri sendiri, yakni mengenal pribadi, menetapkan tujuan dan makna hidup, membentuk nilai yang menjadi pegangan hidup serta mengembangkan potensi seoptimal mungkin (Rofiqah, 2016). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa intinya konseling religius yaitu proses bantuan yang dilakukan secara profesional oleh konselor yang terlatih dan berpengalaman dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama dalam proses konseling yang bertujuan untuk membantu klien memahami diri dan lingkungannya,

(4)

menyadari tujuan hidupnya, dan berupaya mengembangkan potensinya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Perkembangan konseling religius memberi arti pentingnya pengembangan landasan konseling yang berwawasan agama, terutama dalam rangka menghadapi klien yang kuat memegang nilai-nilai ajaran agamanya (Diniaty, 2013). Di samping itu, religi merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola-pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestabila n hidup umat manusia (Diniaty, 2013). Dalam tinjauan psikologis, konseling religius memiliki efek spiritual yang besar, yaitu dapat menambah rasa keimanan, pengabdian, kejujuran, ketabahan, dan kematangan dalam hidup (Kuswatun & Maemonah, 2021).

Muhasabah merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang merupakan isim mashdar dari kata haasaba-yuhaasibu-muhasabatan-hisaaban. Yang memiliki makna menghitung, mengevaluasi, mengoreksi dan juga bermakna instropeksi. Istilah ini juga digunakan dalam ilmu akuntansi yang memiliki makna mengaudit. Makna ini didukung dengan perkataan Umar bin Khattab )اوبساحت نأ لبق مكسفنأ اوبساح( “Buatlah perhitungan atas diri kalian sebelum kalian diperhitungkan kelak.” (Abdullah, 2016).

Muhasabah

Menurut (Hariyanto & Fathurrahman, 2020) muhasabah diri juga merupakan sifat seorang muslim yang bertaqwa. Maimun bin Mahran mengatakan “Tidaklah seorang hamba menjadi bertaqwa sampai dia melakukan muhasabah atas dirinya lebih keras daripada seorang teman kerja yang pelit yang membuat perhitungan dengan temannya”. Karena jika seseorang memuhasabah dirinya lalu ia dapati dalam dirinya kekurangan dalam melakukan ketaatan kepada Allah maka ia akan memperbaikinya dan itu menjadi washilah peningkatan ketaqwaannya. Perlunya niat yang kuat bagi seseorang yang ingin melaksanakan muhasabah (Baijuri & Luthfi, 2021).

Muhasabah merupakan intropeksi, meniliti diri atau , mawas diri, yaitu menghitung- hitung perbuatan setiap tahun, bulan, dan setiap hari, bahkan setiap saat. Muhasabah dalam al-qur’an adalah evaluasi diri sebelum amal perbuatan dihitung di akhirat. Dengan adanya muhasabah setiap individu akan menyadari banyaknya kemaksiatan dan kesalahan yang diperbuat sedangkan amalannya terlalu sedikit, maka dengan muhasabah, individu akan memperbanyak perbuatan baiknya dan berhenti melakukan perbuatan buruk (Ahmad, 2018).

Muhasabah diri dapat dikatakan salah satu teknik dalam konseling sufistik dimana klien diajak merenungkan dan berintrospeksi diri dari apa yang sudah diperbuatnya. Muhasabah merupakan cara yang digunakan dalam membantu menuju kehidupan yang ihsan.

Sebagaimana, Allah berfirman dalam al-qur’an surah Al-Hasyr (59) : ayat 18:

اَهُّيَآٰ ي

ََنْيِذَّلا اوُنَم ا اوُقَّتا

ََ ّالل

َْرُظْنَتْل َو

َ سْفَن

َْتَمَّدَقاَّم

َ دَغِل اوُقَّتا َو

ََ ّالل

ََّنِا ۗ

ََ ّالل

َ رْيِبَخ اَمِب ۗ

ََن ْوُلَمْعَت

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan”

Berdasarkan firman Allah swt dapat diambil pelajaran bagaimana pentingnya manusia bertaqwa kepada Allah SWT, dan memperhatikan hari esok, yaitu akhirat. Merujuk pada tuntunan Allah SWT, adalah dasar seseorang melakuka muhasabah. Rasulullah SAW

(5)

bersabda, “Bahagialah orang yang sibuk memperhatikan aib diri sendiri ketimbang memperhatikan aib-aib orang lain”.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa muhasabah merupakan intropeksi diri, proses, mawas diri meneliti diri, dan menghisab-hisab perbuatan setiap tahun, bulan, hari, maupun setiap saat. Muhasabah merupakan ibadah yang memiliki nilai yang sangat tinggi di hadapan Allah SWT, karena muhasabah dapat merubah individu sedikit demi sedikit kearah yang lebih baik.

Konseling Religius Pendekatan Muhasabah

Berdasarkan pengertian konseling religius, pendekatan Muhasabah maka dapat kita pahami bahwa konseling religius dengan pendekatan Muhasabah merupakan proses bantuan yang dilakukan secara profesional oleh konselor yang terlatih dan berpengalaman dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama terutama pendekatan Muhasabah dalam proses konselingnya, dengan tujuan untuk membantu klien memahami diri dan lingkungannya, menyadari tujuan hidupnya, dan berupaya mengembangkan potensinya secara optimal untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Konseling pendekatan muhasabah menjadi salah satu model dalam konseling religius yang dilakukan sebagai suatu bantuan yang diberikan kepada seorang individu untuk menyelesaikan masalah. Muhasabah diri diperlukan untuk kita merenungi apa saja yang ada dalam hidup kita serta memberikan kesadaran atas apapun yang telah kita lakukan secara lisan, perbuatan, serta fikiran dengan mendekatkan diri kepada Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat

Beberapa teknik dalam layanan bimbingan konseling pendekatan muhasabah di antaranya adalah: (1) tabayyun, yaitu; mengajak klien/konseli untuk mengintrospeksi dan mengeksplorasi diri, mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar keadaannya.; (2) al-hikmah, yaitu; mengajak klien/konseli untuk mengemukakan konsep atau strategi untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan potensi dirinya, mencegah dari kebodohan dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan tercela ; (3) mauizah, yaitu; mengajak klien/konseli untuk mengemukakan contoh-contoh kongkrit tentang apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam agama; dan (4) mujadalah, yaitu; mengajak klien/konseli untuk menciptakan kondisi dan situasi yang dialogis untuk tercapainya tujuan (Ardimen et al., 2019).

Melalui layanan responsif dan individual menggunakkan pendekatan muhasabah yang dapat di gunakan dalam melaksanakan konseling religius dapat membantu konseli mampu mengembangkan dirinya secara optimal dan mampu mengatasi masalah yang dihadapinya dengan bersandar pada agama. Selanjutnya, guru BK/konselor dapat menggunakan salah satunya layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan muhasabah untuk mengembangkan diri siswa dalam berbagai aspeknya, di antaranya untuk meningkatkan motivasi berprestasi, konsep diri, minat belajar, dan peningkatan identitas diri siswa (Fadilla et al., 2022).

4. KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat disarikan dalam penelitian ini yaitu ; pertama dengan muhasabah diri akan memunculkan kesadaran individu bahwa yang bisa merubah diri adalah dengan intropeksi diri, memperbaiki diri dari hari ke hari dan menyandarkan semua

(6)

dan strategi pendekatan konseling dengan pendekatan muhasabah perlu dikembangkan dan digunakan di era sekarang terhadap persoalan-persoalan yang dialami klien, kembali kepada kesadaran beragamaan dalam menyelesaikan masalah yang ada. Penelitian ini akan lebih bermanfaat jika ada yang melakukan penelitian langsung dilapangan untuk melihat keefektifan hasil studi yang dilakukan. Melalui penelitian ini diharapkan adanya lanjutan penelitian yang memang menjadikan konseling pendekatan muhasabah sebagai pendekatan yang digunakan dalam kasus-kasus yang dihadapi konselor di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA/REFERENCES

Abdullah. (2016). The Power Of Muhasabah. Medan: Perdana Publishing.

Afnilaswati, A., Meldawanti, M., & Ardimen, A. (2021). Konsep Aplikasi Landasan Dan Pendekatan Religius Dalam Pelayanan Konseling. Jurnal Al-Taujih : Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 7(2), 128–134. https://doi.org/10.15548/atj.v7i2.3260

Ahmad, J. (2018). Muhasabah sebagai Upaya Mencapai Kesehatan Mental. Islamic Studies, 1–16.

https://www.academia.edu/38063243/Muhasabah_Sebagai_Upaya_Mencapai_Keseha tan_Mental

Ardimen, A. (2017). Evaluasi Kinerja Konselor dalam Proses Konseling dan Riset Konseling di Sekolah. Jurnal Edukasi: Jurnal Bimbingan Konseling, 3(1), 58.

https://doi.org/10.22373/je.v3i1.1414

Ardimen, A. (2018). Pengembangan Kepribadian Konselor Berbasis Asmaul Husna dalam Pelayanan Konseling. Hisbah: Jurnal Bimbingan Konseling Dan Dakwah Islam, 15(2), 102–115. https://doi.org/10.14421/hisbah.2018.152-07

Ardimen, A., Neviyarni, N., Firman, F., Gustina, G., & Karneli, Y. (2019). Model Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Muhasabah. Ta’dibuna: Jurnal Pendidikan Islam.

https://doi.org/10.32832/tadibuna.v8i2.2232

Asmita, W., & Fitriani, W. (2022). Analisis Konsep Dasar Assesmen Bimbingan dan Konseling dalam Konteks Pendidikan. Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda, Bermakna, Mulia, 8(2), 129–134. http://dx.doi.org/10.31602/jmbkan.v8i2.7042

Asmita, W., & Masril, M. (2022). Sexual Harassment Treated With Feminist Therapy

(Pelecehan Seksual Ditanggulangi dengan Terapi Feminis). Jurnal Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 6(2), 1–5.

https://doi.org/10.26740/bikotetik.v6n2.p79-83

Azmi, K. R. (2018). Keterampilan Berpikir (Mind Skills) pada Proses Konseling: Kajian dalam Perkembangan Kognitif Neurosains. Konseling Edukasi “Journal of Guidance and Counseling,” 2(1), 43–55. https://doi.org/10.21043/konseling.v2i1.4461

Baijuri, A., & Lutfi, A. (2021). Optimasi Penentuan Centroid pada Algoritma K-Means untuk Pemilihan Jurusan Berbasis Genetika Algoritma. Jurnal INSTEK (Informatika Sains Dan Teknologi), 6(2), 228–236. https://doi.org/10.24252/instek.v6i2.24869

Diniaty, A. (2013). Urgensi Teori Konseling dan Perspektifnya dalam Islam Menjawab Tuntutan Konseling Religius di Masa Depan. Al-Ta Lim Journal, 20(1), 312–232.

https://doi.org/10.15548/jt.v20i1.27

Fadilla, H. D., Ardimen, A., Syafwar, F., & Hardi, E. (2022). Pengaruh Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Muhasabah terhadap Motivasi Berprestasi Siswa. Ta'dibuna: Jurnal Pendidikan Islam, 11(2), 293–304. https://doi.org/10.32832/tadibuna.v11i2.7113

(7)

Hariyanto, D., & Fathurrahman, M. (2020). Korelasi Ayat-ayat Musibah dan Muhasabah dalam Al-Qur’an. Izzatuna: Jurnal Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, 1(1), 1–9.

Kuswatun, E., & Maemonah. (2021). Konseling Religius: Suatu Proses Penemuan Makna Hidup Remaja Gagal Menikah. Konseling: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapannya.

2(2), 32–37. https://doi.org/10.31960/konseling.v2i2.442

Putri, A. E. (2019). Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling: Sebuah Studi Pustaka. JBKI (Jurnal Bimbingan Konseling Indonesia), 4(2), 39–42.

https://doi.org/10.26737/jbki.v4i2.890

Ramadhani, D. S., & Tanjung, R. F. (2022). Profil Regulasi Diri Siswa dan Implikasinya terhadap Konseling Religius. 1(1), 47–54.

Rofiqah, T. (2016). Konseling Religius: Mengatasi Rasa Kecemasan dengan Mengadopsi Terapi Zikir Berbasis Religiopsikoneuroimunologi. Jurnal KOPASTA, 3(2), 75–85.

https://doi.org/10.33373/kop.v3i2.559

Tanjung, R. F. (2019a). Addiction Analysis of Online Games and Implications with Islamic Guidance and Counseling: Career Counseling. Jurnal Konseling Religi, 10(2), 282–296.

http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/konseling

Tanjung, R. F. (2019b). Answering the challenge of industrial revolution 4.0 through improved skills use of technology college. International Journal for Educational and Vocational Studies, 1(1), 11–14. https://doi.org/10.29103/ijevs.v1.i1.02

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bentuk kenakalan remaja adalah pelanggaran tata tertib, Bimbingan dan konseling dengan menggunakan pendekatan terapi rasional emotif behaviour dirasa efektif dalam mengatasi

Pengintegrasian psikologi religius dalam konseling islami merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh konselor dalam rangka membantu konseli dimana konselor islami akan memasukkan