• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep dalam Keperawatan Maternitas

N/A
N/A
Jawara Vesar

Academic year: 2024

Membagikan " Konsep dalam Keperawatan Maternitas"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS INERSIA UTERI

Disusun Oleh : Jawara Vesar P ( 14.401.21.024 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA

KRIKILAN - GLENMORE - BANYUWANGI 2023

(2)

2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA KONSEP TEORI

A. Definisi

Inersia uteri adalah his yang tidak adekuat (abnormal) dan ditandai oleh kontraksi uterus dengan frekuensi yang jarang yaitu kurang dari 3 kali dalam 10 menit, amplitudo yang lemah yaitu kurang dari 40 mmHg dan durasi yang lebih pendek yaitu kurang dari 30 detik. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya perpanjangan persalinan kala I fase aktif yang disebabkan oleh karena otot rahim kurang maksimal dan efisien dalam berkontraksi sehingga tidak mampu menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin keluar (Prawirohardjo, 2014).

His yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang dibandingkan dengan his normal. Inersia uteri terjadi karena perpanjangan fase laten dan fase aktif atau kedua dua nya dari kala pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan oleh serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgetik yang terlalu dini (Fauziyah, dkk, 2014)

B. Etiologi

Menurut Reader, dkk dalam Fauziyah (2014), penyebab terjadinya Inersia Uteri yaitu:

1. Distensi berlebihan pada uterus, disebabkan oleh janin yang besar, kehamilan besar, kehamilan kembar, atau polihidramnion.

2. Kekuatan serviks yang dihubungkan dengan fibrosis serviks dan nulipara yang berusia lanjut

3. Klien yang sangat gemuk (berhungan dengan persalinan yang lebih lambat dan lebih tidak konsisten)

4. Usia maternal yang lanjut (pengerasan taut jaringan ikat antara komponen tulang panggul yang dihubungkan dengan memanjangnya kala dua persalinan)

5. Pemberian analgetik yang berlebihan

(3)

3

Sedangkan menurut Taufan,dkk dalam Fauziyah (2014), penyebab inersia uteri yaitu:

1. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida khususnya primigravida tua 2. Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida

3. Faktor herediter

4. Faktor emosi dan ketakutan 5. Salah pimpinan persalinan

6. Bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin atau disproporsi sevalipelfik

7. Kelainan uterus seperti uterus bikornis unikolis

8. Salah pemberian obat obata, oksitosin dan obat penenang

9. Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion kehamilan postmatur

C. Manifestasi Klinis 1. Persalinan memanjang 2. Pembukaan serviks lambat 3. Ketuban intak

4. Frekuensi his tdk teratur, jarang, sebentar D. Patofisiologi

Partus lama yang berlangsung lebih dari 18 jam, partus berlangsung lebih dari 24 jam atau kala 1 20 jam atau kala II 2 jam. Pada partus lama umumnya ibu dalam keadaan lelah, demikian juga keadaan janin dan uterus. Bila partus lama dibiarkan tanpa pertolongan aktif, tidak dapat diharapkan persalinan akan berakhir sendiri tanpa membahayakan jiwa ibu maupun janin. Kadang-kadang sulit memastikan partus lama dari segi waktu karena kesulitan menentukan saat mulai impartu. Untuk itu perti diperhatikan adanya tanda-tanda partus lama : 1. Keadaan umum lemah kelelahan

2. Nadi cepat, RR cepat 3. Dehidrasi

(4)

4

4. Perut kembung (Wiknojosastro, 2007) E. Pathway

Faktor penyebab

Inersia Uteri

Kala II memanjang

Persalinan lama

Kurang informasi

Koping tidak efektif

Ansietas

Penurunan janin lambat

His tidak teratur

Kontraksi tidak teratur

Nyeri Resiko cedera

maternal

(5)

5

F. Klasifikasi

Menurut Sofian dalam Fauziyah (2014), Inersia Uteri dibagi menjadi 2 bagian:

1. Inersia Uteri Primer

Yaitu kelemahan his timbul sejak permulaan persalinan. Hal ini harus dibedakan dengan his pendahuluan yang juga lemah dan kadang kadang menjadi hilang (false labour). Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat, sehingga sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu apa belum.

2. Inersia Uteri Sekunder

Yaitu kelamahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama.Terjadi pada fase 1 atau kala 2. permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.

Sedangkan menurut Fauziyah, dkk (2014), Inersia uteri dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Inersia Uteri Hipertonis

yaitu kontraksi uterin tidak terkoordinasi, misalnya kontraksi segmen tengah lebih kuat dari segmen atas. Inersia uteri ini sifat nya hipertonis, sering disebut inersia spatis. Pasien biasanya sangat kesakitan . Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten. Oleh karena itu, sering juga dinamakan juga sebagai inersia primer.

2. Inersia Hipotonis

yaitu kontraksi tetapi lemah. Melalui deteksi dengan menggunakan cardio theraphy (CTG), terlihat tekanan yang kurang dari 15 mmHg. Dengan palpasi, his jarang dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan ke dalam. His disebut naik bila tekanan intrauterin mencapai 50-60 mmHg. Biasanya terjadi dalam fase aktif atau kala II.

Oleh karena itu, dinamakan juga kelemahan his sekunder.

(6)

6

G. Komplikasi

a. Pada Ibu Pada ibu

Persalinan dengan inersia uteri dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi atau sepsis puerperalis. Hal ini disebabkan oleh karena kepala bayi yang tertahan pada pintu atas panggul sehingga menyentuh os internal. Akibatnya, ketuban pecah dini mudah terjadi dan meningkatkan risiko sepsis puerperalis. Selain itu, dikarenakan tidak terjadi engagement, maka segmen bawah rahim akan mengalami penipisan yang abnormal sehingga mudah terjadi ruptur uterus serta cedera persarafan dan otot-otot dasar panggul (Cunningham, et al., 2012). Pada inersia uteri dapat ditemukan tanda-tanda dehidrasi oleh karena kelelahan pada ibu pada saat mengejan dan diikuti oleh nadi dan temperatur yang meningkat (Manuaba, dkk., 2010).

b. Pada Janin

Inersia uteri dapat menyebabkan komplikasi pada janin, salah satunya gangguan detak jantung janin berupa takikardi atau bradikardi. Pada pemeriksaan nonstress test dapat menunjukkan asfiksia intrauterin serta pada pemeriksaan darah dan kulit kepala dapat ditemukan asidosis pada janin. Selain itu, inersia uteri juga dapat mengakibatkan terbentuknya kaput suksedenum pada bagian kepala yang dependen (Hollingworth, 2012).

H. Penatalaksanaan

Apabila penyebabnya bukan kelainan panggul atau kelainan janin yang tidak memungkinkan terjadinya persalinan pervaginam, apabila ketuban positif dilakukan pemecahan ketuban dahulu. Jika upaya ini tidak berhasil, berikut langkah langkah penanganan selanjutnya menurut Fauziyah, dkk (2014) yaitu:

1. Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dekstrosa 5% dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan setiap 30 menit sampai 40-50 tetes per menit. Maksud dari pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat terbuka

2. Pemberian oksitosin tidak usah terus menerus, sebab bila tidak memperkuat his setelah pemberian beberapa lama, hentikan dulu dan ibu dianjurkan untuk istirahat. Keesokan harinya bisa diulang pemeberian oksitosin drips.

(7)

7

3. Bila inersia disertai dengan disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio caesarea

4. Bila sama his kuat tetapi kemudian terjadi inersia sekunder, pengobatan yang baik iala 50 mg atau tokolitik, seperti ritodine dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat, dengan harapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal.

Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang kadang dicoba juga dengan oksitosin, tetapi dalam larutan yang lebih lemah. Namun, jika his tidak menjadi lebih baik dilakukan seksio caesarea.

Setelah diagnosis inersia uteri ditegakkan, maka langkah selanjutnya adalah memastikan kondisi serviks, presentasi dan posisi janin, penurunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul ibu. Apabila didapatkan cephalopelvic disproportion, maka sebaiknya dilakukan sectio caesarea. Apabila tidak terdapat cephalopelvic disproportion dan bayi normal yaitu presentasi janin adalah kepala, posisi dan berat badan bayi normal dan kelainan terletak pada kontraksi uterus, maka dilakukan akselerasi persalinan dengan tujuan untuk memperbaiki his sehingga kontraksi uterus mampu menghasilkan dilatasi serviks dan mendorong janin agar segera lahir. Akselerasi persalinan dapat dilakukan dengan pemberian oksitosin sebanyak 5 IU dalam 500 cc dextrose 5% secara infus intravena dimulai dengan kecepatan delapan tetes tiap satu menit dan kemudian dapat ditingkatkan empat tetes per menit setiap 15 menit hingga mencapai his yang adekuat atau maksimal 40 tetes per menit. Setelah oksitosin diberikan, ibu hamil maupun janin harus tetap dalam pengawasan. Apabila terjadi hiperstimulasi kontraksi uterus atau gawat janin maka pemberian oksitosin dihentikan (Prawirohardjo, 2014).

(8)

8

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

1. Identitas

Inersia uteri sering terjadi pada multipara, grande multipara, primipara/klien dengan emosi yang kurang baik (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

2. Keluhan utama

Pada inersia uteri klien mengeluhkan his lemah dan jarang bahkan sampai tidak ada (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

3. Riwayat penyakit dahulu

Perlu dikaji pada klien apakah pernah terjadi inersia uteri sebelumnya terutama pada multipara

4. Riwayat penyakit sekarang

Perlu dikaji pada pemeriksaan adanya kelainan letak janin;hidramnion dan riwayat kehamilan multipara/primitua

5. Riwayat penyakit keluarga

Pada etiologi salah satu penyebab inersia uteri adalah herediter jadi perlu dikaji juga faktor herediter

6. Pemeriksaan fisik (Prawirohardjo, Sarwono, 2011)

a) Keadaan umum b) Pada inersia uteri primer klien keadaan umumnya terlihat baisa saja/tidak begitu lemah,

tetapi pada inersia uteri sekunder klien sangat lemah, Composmentis-apatis c) Kepala : Rambut tidak rontok, kulit kepala bersihtidak ada ketombe

d) Mata : Biasanya konjungtiva anemis

e) Thorak Inpeksi pernafasan : Frekuensi, kedalam, jenis pernafasan, biasanya ada bagian paru yang tertinggal saat pernafasan

f) Abdomen

g) Kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal

(9)

9

atau tidak, raba fundus keras atau lembek, biasanya anak kembar/ tidak, lakukan perabaab pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya distensi usus dan kandung kemih.

h) Vulva dan Vagina :

Lakukan VT : biasanya ketuban sudah pecah atau belum, edem pada vulva/ servik, biasanya teraba promantorium, ada/ tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk mengidentifikasi adanya plasenta previa

i) Panggul :

Lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan bentuk panggul dan kelainan tulang belakang

j) Pernafasan

Jalan napas : Normal ,keculi bila terjadi komplikasi Suara napas: Tidak terdapat suara tambahan

Kontraksi: His lemah dan frekwensinya <2 kontraksi per 10menit k) Genetalia

Kotor, Perdarahan pervaginam

l) Ekstermitas(Integumen/Muskuloskeleta) Turgor kulit : Kembali<2detik/normal B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan kepala janin pada serviks, partus lama, kontraksi tidak efektif.

2) Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama.

3) Ansientas berhubungan dengan partus lama.

(10)

10

C. Intervensi Keperawatan

1) Nyeri (akut ) berhubungan dengan tekanan kepala janin pada serviks, partus lama, kontraksi tidak efektif.

Aktivitas keperawatan :

a) Buat upaya yang memungkinkan klien/pelatih untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan

(R/ : Jawaban pertanyaan dapat menghilangkan rasa takut dan peningkatan pemahaman) b) Berikan instruksi dalam tehnik pernafasan sederhana

(R/ : Mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan.

c) Anjurkan klien menggunakan tehnik relaksasi.Berikan instruksi bila perlu

(R/ : Relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut,yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan)

d) Berikan tindakan kenyamanan (mis. Masage,gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, pemberian es batu)

(R/ : Meningkatkan relaksasi,menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien)

e) Anjurkan dan bantu klien dalamperubahan posisi dan penyelarasan EFM (R/ : Mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi) f) Kolaborasi : Berikan obat analgetik saat dilatasi dan kontaksi terjadi

(R/ : Menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan kontraksi,memungkinkan klien tetap fokus)

Kriteria Evaluasi :

a) Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kanyamanan

(11)

11

b) Tampak rileks diantara kontraksi

c) Melaporkan nyeri berulang / dapat diatasi

2.Resiko tinggi cedera maternal berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak karena persalinan lama

Kriteria hasil :

a) Resiko cedera pasien berkurang

b) Bebas dari komplikasi seperti infeksi, pemisahan plasenta Aktivitas keperawatan :

a) Kaji riwayat persalinan, awitan dan durasi

b) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktivitas dan istirahat, sebelum awitan persalinan

c) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik d) Observasi kondisi servik dan tanda amnionitis

e) Kaji tanda-tanda vital f) Kaji bau dan rabas vagina

g) Kaji penonjolan posisi janin dan prosentasi janin h) Tempatkan klien posisi recumben lateral

i) Kaji terhadap penuhan kandung kemih diatas simfisis pubis Penyuluhan untuk pasien dan keluarga:

a) Anjurkan klien untuk berkemih setiap 1-2 jam b) Anjurkan tirah baring atau ambulasi sesuai toleransi

(12)

12

Aktivitas kolaboratif:

a) Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian obat-obatan

b) Kolaborasikan dengan tim medis persiapan seksio caesaria sesuai indikasi (Wilkinson, 2016)

3. Ansietas berhubungan dengan partus lama Tujuan:

Menunjukkan Pengendalian diri terhadap Ansietas (sebutkan 1-5: tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, selalu)

a) Mempertahankan peforma peran b) Memantau distorsi persepsi sensori c) Memantau manifestasi perilaku ansietas

d) Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan nyeri Kriteria hasil:

a) Mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator ansietas pasien sendiri b) Mengomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat

c) Memiliki tanda-tanda vital dalam batas normal.

Aktifitas keperawatan:

1. Pengkajian:

a) Kaji dan dokumentasikan tingkat ansietas pasien, termasuk reaksi fisik, setiap 2 jam sekali

b) Kaji untuk faktor budaya (misal, konflik nilai) yang menjadi penyebab ansietas

(13)

13

c) Gali bersama pasien tentang tekhnk yang berhasil dan tidak berhasil menurunkan ansietas di masa lalu

2. Penyuluhan untuk pasien/keluarga

a) Informasikan tentang gejala ansietas

b) Ajarkan kepada keluarga tentang bagaiman membedakan antara seangan panik dan gejala penyakit fisik

c) Instruksikan pasien tentang penggunaan tekhnik relaksasi.

Aktivitas kolaboratif:

Penurunan ansietas: Berikan obat untuk menurunkan ansietas Aktivitas lain:

a) Pada saat ansietas berat dampingi pasien bicara dengan tenang dan berikan keteangan serta rasa nyaman

b) Dampingi pasien (misal, selama prosedur) untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi rasa takut

c) Berikan pijatan punggung/ pijatan leher, jka perlu

d) Bantu pasien untuk mengidentifikais situasi mencemaskan (Wilkinson, 2016)

(14)

14

DAFTAR PUSTAKA

Prawiroharjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.

Hollingworth, Tony. 2012. Diagnosis Banding Obstetri dan Ginekologi A-Z. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.

Manuaba, IBG, Chandranita M., Fajar M. 2010. Pengantar Kuliah Obstetri. Edisi 2. Jakarta:

EGC.

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Wiknojosastro. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Wilkinson. 2016. Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Referensi

Dokumen terkait

REKAPITULASI PENILAIAN PBK KEPERAWATAN MATERNITAS II PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN. NAMA MAHASISWA

Kompetensi klinik yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti mata ajar keperawatan gawat maternitas adalah : Mampu memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil, ibu

REKAPITULASI PENILAIAN PBK KEPERAWATAN MATERNITAS II PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN. NAMA MAHASISWA

Proses pembelajaran di departemen keperawatan maternitas menekankan pada penerapan konsep dan teori keperawatan maternitas untukmeningkatkan kesehatan wanita usia subur, ibu

Keperawatan Maternitas merupakan subsistem dari pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan, dimana perawat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam

REKAPITULASI PENILAIAN PBK KEPERAWATAN MATERNITAS II PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN NAMA MAHASISWA :. NIM :

Buku Panduan Praktik Profesi Ners Stase Keperawatan Maternitas ini bertujuan untuk membantu mahasiswa mencapai kompetensi klinik dalam bidang keperawatan

Analisis jurnal tentang tren isu keperawatan maternitas dengan pendekatan