BAB I KONSEP MEDIS A. Definisi
Apendiksitis adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira- kira 10 cm (4 inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal.
Apendiks berisi makanan dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan lumennya kecil, Apendiks cenderung menjadi tersumbat dan terutama rentan terhadap infeksi (Apendisitis) (Smeltzer & Bare, 2015).
Apendiks berbentuk jari kantong yang melekat pada dinding usus panjang dan lokasinya di kanan bawah abdomen. Apendiks adalah usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katub iliokolik atau iliosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat. Refleks gastrokolik terjadi ketika makanan masuk kelambung dan menimbulkan peristaltic di dalam usus besar, refleks ini menimbulkan defikasi atau pembuangan air besar (Pearce, 2016).
B. Etiologi
Apendiksitis akut merupakan infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen Apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetusnya. Disamping hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor Apendiks, dan cacing askaris dapat menyebabkan terjadinya sumbatan, serta parasit. Adapun hal-hal yang berperan adalah :a.
Penyumbat atau obstruksi yaitu merupakan obstruksi saluran cerna tinggi yang disertai dengan pengeluaran banyaknya cairan dengan elektrolit, baik di dalam lumen usus bagian oral dari obstruksi maupun oleh muntah.
Keadaan akan lebih buruk dalam waktu relative singkat (Sjamsuhidajat, 2014).
Hyperplasia jaringan limfoid, sistim limfe merupakan jalur satu arah bagi bagian cairan yang berasal dari jaringan tubuh untuk masuk kedarah.
Cairan limfe bersirkulasi diantara sel-sel tubuh dan berkapiler-kapiler halus.
Cairan limfe hampir sama dengan darah hanya tidak mengandung sel darah merah atau platelet. Jadi bahanbahan dari saluran cerna yang masuk kedalam pembuluh-pembuluh limfe melalui vili dan akhirnya masuk kesistim peredaran darah dan beredar melalui arteri (Sjamsuhidajat, 2014).c. Penyakit cacing atau benda asing, sering terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa karena hygiene kurang sehingga tejadi penyakit cacing berulang kali. Hal ini menyebabkan cacing menumpuk diusus maka terjadi penyumbatan. Sedangkan benda asing mengakibatkan perporasi dinding usus karena tertelan masuk ke dalam saluran cerna. (Sjamsuhidajat, 2014). Penelitian epidemiologi menunjukan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya Apendisitis. Konstipasi merupakan defekasi tidak teratur yang abnormal, dan juga pengerasan feces tak normal yang menimbulkan fesenya sulit dan kadang menimbulkan nyeri. Konstipasi dapat juga terjadi sebagai proses akut seperti Apendisitis (Smeltzer, 2015).Menurut Wijaya (2017), ada beberapa etiologi apendiksitis yaitu:a. Ulserasi pada mukosab. Obstruksi pada colon oleh fecalit (faeses yang keras)c. Pemberian bariumd. Berbagai masam penyakit cacinge. Tumorf. Striktur karena fibrosis pada dinding usus.(Wijaya, 2017)
C. Patofisiologi
Apendiks terdiri dari empat lapisan dinding yang sama seperti usus lainnya tetapi lapisan submukosanya berisi sejumlah besar jaringan limfe, yang mempunyai fungsi seperti tonsil. Sebagian terletak di bawah dan di belakang sekum/retrosekum. Dalam Apendisitis Apendiks meradang, maka hal itu akan menyebabkan tindakan operasi (Pearce, 2016). Apendisitis menghasilkan lendir 1-2 ml/hari yang dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lender di muara Apendiks tampaknya berperan pada patogenesis Apendisitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan GALT (Gut AssociatedLymphoid Tissue) yang terdapat di
sepanjang saluran cerna termasuk Apendiks, ialah IgA. Imonoglobulun sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Tetapi pengangkatan Apendiks tidak berpengaruh terhadap sistim imun tubuh sebab jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya disaluran cerna dan di seluruh tubuh (Sjamsuhidajat, 2010 dalam Aulawi, K.2014).
D. Manifestasi Klinis
Awalnya disertai nyeri kuadran bawah disertai demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan. Demam ringan suhu sekitar 37 C-38,5 C. Bila suhu lebih tinggi, kemungkinan sudah terjadi perporasi. Biasanya terjadi perbedahan suhu naksila dan rectal sampai 1 C. Terdapat juga nyeri tekan lepas, derajat nyeri tekan, spasme otot, dan apakah terdapat konstipasi atau diare tidak tergantung pada beratnya infeksi dan lokasi Apendiks. (Smeltzer, 2015)
Bila Apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri dan nyeri tekan terasa di daerah lumbar; bila ujungnya ada pada pelvis, tanda-tanda ini dapat diketahui hanya pada pemeriksaan rectal. Nyeri pada defikasi menunjukkan ujung Apendiks berada di dekat rectum, nyeri pada saat berkemih menandakan Apendiks berada dekat kandung kemih atau ureter. Kadang tidak ada nyeri epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar, Tindakan ini berbahaya karena akan mengakibatkan terjadi perporasi. Akan tetapi bila terjadi perangsangan peritoneum, biasanya pasien mengeluh sakit perut bila berjalan atau batuk.
(Smeltzer, 2015).
Tanda Rovsing dapat timbul dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang secara paradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah. Apabila Apendiks telah rupture, nyeri lebih akan menyebar, distensi abdomen terjadi akibat ileus paralitik, maka kondisi penderita akan memburuk. (Sjamsuhidajat, 2010 dalam Aulawi, K.2014).
E. Komplikasi
Brunner & Suddart (2016), mengatakan :
a. Komplikasi utama dari apendiktomi adalah perforasi apendik yang dapat menyebabkan peritonitis pembentukan abses, atau flebitis portal.
b. Perforasi biasanya terjadi 24 jam setelah awitan nyeri. Gejala yang muncul antara lain demam 37,7 C atau lebih, tampilan toksik, dan nyeri tekan atau nyeri abdomen yang terus menerus.
F. Pemeriksaan Medis
1. Pemeriksaan fisik melibatkan:
-Tanda McBurney: Nyeri tekan di sepertiga jarak antara spina iliaka anterior superior dan umbilicus.
-Tanda Rovsing: Nyeri di kuadran kanan bawah saat palpasi di kuadran kiri bawah.
-Tanda Blumberg (rebound tenderness): Nyeri saat tangan dilepaskan setelah menekan abdomen.
-Tanda Psoas dan Obturator: Digunakan bila apendiks berada dalam posisi retrosekal.
2. Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium
-Leukositosis: Peningkatan jumlah leukosit >10.000/mm³ -CRP (C-Reactive Protein): Meningkat seiring durasi inflamasi
-Urinalisis: Untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih atau batu ginjal b. Pencitraan
-USG Abdomen: Berguna terutama pada anak-anak dan wanita hamil;
sensitivitas sedang
-CT-Scan Abdomen (Kontras): Pemeriksaan paling akurat, sensitivitas dan spesifisitas tinggi (>90%)
-MRI: Alternatif untuk wanita hamil jika diagnosis tidak pasti
G. Penatalaksanaan
Apendiktomi direncanakan pada infiltrat periapendikuler tanpa pus yang telah ditenangkan sebelumnya pasien diberi antibiotik yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob. Baru sekitar 6-8 minggu kemudian dilakukan Apendiktomi. Pada anak kecil, wanita hamil, dan lansia harus cepat dilakukan Apendiktomi karena akan berkembang menjadi abses. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesis umum atau spinal dengan dilakukan insisi abdomen bawah atau dengan laparaskopi (Sjamsuhidajat, 2010 dalam Aulawi, K.2014).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN A. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada pasien dengan apendiksitis meliputi (Jitowiyono&Weni, 2012) :
1) Identitasklien
Meliputi:nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2) Keluhanutama
Pasien mengeluhkan rasa nyeri di sekitar epigastrium menjalar keperut kanan bawah. Jika ditekan perut kanan bagian bawah, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Nyeri perut kanan bawah mungkin timbul beberapa jam dan kemudian nyeri di pusat atau di epigastrium akan dirasakan setelahnya. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, atau hilang/timbul dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya pasien mengeluh rasa mual dan muntah, panas (Handaya, 2017).
3) Riwayatkesehatansekarang
Selain mengeluh nyeri pada daerah epigastrium, keluhan yang menyertai biasanya klien mengeluh rasa mual, muntah dan demam.
4) Riwayatkesehatandahulu
Biasanya berhubungan dengan penyakit yang sekarang seperti klien pernah mengalami penyakit yang sama atau penyakit organ pencernaan lainnya.
5) Riwayatkesehatankeluarga
Biasanya penyakit apendisitis ini bukan merupakan penyakit keturunan, bisa dalam anggota keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti yang dialami pasien sebelumnya.
6) Pemeriksaanfisik a. Keadaanumum
Biasanya pasien tampak lemah b. Tingkatkesadaran
Composmentis (kesadaran penuh dan koperatif ) c. Tanda-tandavital
1) Frekwensi nadi dan tekanandarah Denyutnadibiasanyaditemukan normal, tekanandarahbiasanyaditemukan normal 2) Frekwensi pernafasan
Biasanyaditemukanfrekwensi pernafasan normal.
3) Suhu tubuh
Biasanyasuhutubuh normal, namunjikaadainfeksipadabekas luka suhu tubuh dapat meningkat
d. Kepala
Perhatikan bentuk dan kesimetrisan, palpasi adanya pembengkakan,dan periksa kebersihan kepala.
e. Mata
Pada konjungtiva akan tampak anemis, sclera tidak ikterik.
f. Hidung
Perhatikan kesimetrisan hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung.
g. Mulut
Biasanya ditemukan mukosa bibir lembab.
h. Telinga
Perhatikan kebersihan telinga, lihat adanya lesi dan sekret.
i. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjer getah beningdan tiroid.
j. Jantung
Inspeksi : iktus kordis biasanya tidak terlihat Palpasi : iktus kordis biasanya teraba
Perkusi : bunyi jantung 1 RIC III kanan, kiri, bunyi jantung II RIC 4-5 midklavikula
Auskultasi : biasanya bunyi jantung normal k. Paru-paru
Inspeksi : biasanya terlihat simetris kiri dan kanan, biasanya tidak ada tarikan dinding dada
Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan Perkusi : biasanya sonor
Auskultasi : biasanya vesikuler l. Abdomen
Inspeksi: biasanya pada apendiksitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi abdomen.
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah biasanya apa bila ditekanakan menimbulkan nyeri, dan apa bila ditekan
lepasakan terasa nyeri juga. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perut kanan bawah ini disebut tanda Rovsing (Rovsing sign), dan apabila tekanan pada perut kiri dilepas maka juga akan terasa sakit di perut
Perkusi : biasanya timpani
Aulkustasi : peristaltic usus biasanya menurun atau tidak ada sama sekali
m. Ekstermitas
Biasanya CRT <2 detik, tugor kulit kembali cepat, dan tidak ada edema.
B. DIAGNOSA
1. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan agen pencedera fisik 2. Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurangnya
terpapar informasi
3. Ansietas (D.0080) Berhubungan dengan kurang terpapar informasi
C. INTERVENSI
SDKI SLKI SIKI
Nyeri Akut (D.0077) Nyeri akut
berhubungan dengan agen pencedera fisik dintadai dengan agen pencedera fisik
Tingkat Nyeri (L.08066) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 Jam di harapkan tingkat nyeri menurun dengan Kriteria hasil:
Keluhan nyeri menurun (5)
meringis menurun (5) kesulitan tidur menurun (5)
tekanan membaik darah
Manajemen Nyeri(I.08238) Observasi
-identifikasi Lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri.
-Identifikasi factor yang memperberat nyeri Terapeurik
-Berikan teknik non farmakologiuntuk mengurangi rasa nyeri -Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri Edukasi
-ajarkan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri Kolaborasi -Kolaborasi
pemberian analgetic Defisit Pengetahuan
(D.0111)
Defisit pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi
Tingkat pengetahuan (L.12111)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 Jam di harapkan tingkat pengetahuan membaik dengan Kriteria hasil :
- Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun (5)
Edukasi keseatan (1.12383)
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi Terapeutik
- Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi
- Jelaskan faktor- faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Ansietas (D.0080)
Ansietas Berhubungan dengan kurang terpapar informas
Tingkat Ansietas (L.09093)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 Jam di harapkan tingkat ansietas menurun dengan Kriteria hasil :
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang di hadapi menurun (5) - Perilaku gelisah
menurun (5)
- Tekanan darah menurun (5)
Pola tidur membaik (5)
Reduksi Ansietas (1.09314)
Observasi
- Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik
- Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas dengarkan dengan penuh perhatian
- Gunakan dengan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
- Diskusikan
perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating.
Edukasi
- Informasi secara factual mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
D. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan pada pasien dengan apendisitis merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi keperawatan yang telah direncanakan berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul selama proses pengkajian. Pasien dengan apendisitis umumnya datang dengan keluhan nyeri perut akut yang khas, yaitu dimulai dari daerah epigastrium dan kemudian berpindah ke kuadran kanan bawah perut. Nyeri ini bisa disertai dengan mual, muntah, kehilangan nafsu makan, dan demam ringan. Oleh karena itu, implementasi keperawatan ditujukan untuk mengatasi nyeri, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit,
menurunkan kecemasan pasien, serta mencegah komplikasi pasca operasi apabila pasien menjalani tindakan bedah.
Perawat berperan aktif dalam mengobservasi tanda-tanda vital secara berkala untuk mendeteksi perubahan kondisi fisik pasien, terutama yang berkaitan dengan peningkatan suhu tubuh sebagai tanda infeksi, serta pemantauan frekuensi dan kualitas nyeri. Selain itu, perawat juga memberikan kenyamanan fisik kepada pasien melalui pengaturan posisi tidur yang mengurangi rasa nyeri, seperti posisi berbaring dengan lutut ditekuk. Pemberian analgesik biasanya dilakukan secara kolaboratif dengan tim medis untuk membantu mengontrol nyeri, yang kemudian dievaluasi efektivitasnya dalam waktu tertentu.
E. EVALUASI
Evaluasi asuhan keperawatan apendisitis bertujuan untuk menilai efektivitas tindakan keperawatan yang telah dilakukan serta menentukan apakah tujuan yang telah ditetapkan dalam perencanaan keperawatan telah tercapai. Evaluasi dilakukan secara berkelanjutan selama proses perawatan berlangsung, baik sebelum maupun sesudah pasien menjalani tindakan medis seperti operasi.
Setelah dilaksanakan berbagai intervensi, perawat mengevaluasi tingkat nyeri pasien untuk mengetahui respons terhadap tindakan non- farmakologis seperti pengaturan posisi maupun tindakan farmakologis seperti pemberian analgesik. Penurunan intensitas nyeri yang signifikan menunjukkan bahwa intervensi berhasil. Misalnya, pasien yang sebelumnya mengeluhkan nyeri hebat pada skala 7 dari 10, kini melaporkan nyeri berkurang menjadi skala 3 atau bahkan hilang sama sekali setelah beberapa jam intervensi diberikan.
BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis merupakan proses yang menyeluruh dan terstruktur, dimulai dari pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan intervensi, hingga tahap implementasi dan evaluasi. Implementasi keperawatan difokuskan pada penanganan nyeri, pemenuhan kebutuhan cairan, penurunan kecemasan, serta pencegahan komplikasi, baik sebelum maupun sesudah tindakan pembedahan. Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana tujuan keperawatan tercapai, seperti berkurangnya nyeri, stabilnya tanda vital, menurunnya tingkat kecemasan, serta kesiapan pasien untuk melanjutkan perawatan di rumah. Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, perawat berperan penting dalam mendukung proses penyembuhan pasien dan meningkatkan kualitas hidupnya selama masa perawatan.