• Tidak ada hasil yang ditemukan

konsep mimpi dalam al quran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "konsep mimpi dalam al quran"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang masalah

Fokus Kajian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian perbandingan pandangan Islam dengan pandangan tokoh psikologi modern mengenai konsep mimpi. Dengan adanya konsep dan pandangan para tokoh tersebut diharapkan dapat menemukan konsep dan pemikiran yang baru dan lebih progresif, terutama yang berkaitan dengan mimpi. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap keilmuan dan pengetahuan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Fakultas Ushuluddin, Adab dan Ilmu Pengetahuan Manusia melalui khazanah pemikiran para tokoh muslim dan psikolog modern.

Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana cara menafsirkan mimpi yang dialami seseorang. Bukan berarti kita ingin menjadi peramal mimpi, namun ketika kita mengalami sebuah mimpi, baik mimpi baik maupun mimpi buruk, kita tidak langsung menghakiminya secara spontan tanpa adanya dukungan.

Definisi Istilah

Dengan mimpi, seseorang secara tidak sadar berusaha mewujudkan keinginan dan meredakan ketegangan dengan menciptakan gambaran tujuan yang diinginkan, karena di dunia nyata kita sulit mengungkapkan rasa kesal, cemas, marah, dendam dan sejenisnya terhadap objek yang menjadi sumbernya. kemarahan., maka keinginan itu muncul dalam bentuk mimpi.24. Al-Quran berarti bacaan linguistik.25 Sedangkan dari segi istilah, Al-Quran adalah kalam Allah SWT. Psikologi secara umum mempelajari gejala kejiwaan manusia yang berhubungan dengan pikiran (Cognition), perasaan (Emotion) dan kemauan (Conation).

Metode Penelitian

Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama.28 Yaitu data yang diperoleh dari hasil pemikiran terhadap subjek yang diteliti. Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis, yaitu teknis pembahasan dengan menjelaskan masalah melalui analisis dan memberikan penjelasan mendalam terhadap data.31 Selain itu, teknik deskriptif analitis juga mencoba menggali data dengan cara menafsirkan, menganalisis dan menjelaskan.

Untuk memudahkan peneliti dalam mengolah data, maka setelah memperoleh data secara keseluruhan, peneliti segera mereduksi data, menyajikan data, kemudian menarik kesimpulan, sesuai dengan data yang diperoleh dari literatur.32. Menurut Miles dan Huberman “Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan, perhatian terhadap penyederhanaan dan transformasi data “mentah” yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.33 Setelah diperoleh data keseluruhan tentang konsep mimpi dari sudut pandang Al-Qur'an dan psikologi modern, peneliti segera menyeleksi data-data yang diperoleh dari lapangan dengan memilih data-data yang dianggap penting dan berkaitan dengan apa yang sedang diteliti.Setelah mereduksi data, peneliti menyajikan data-data yang dikumpulkan, baik data primer maupun data sekunder mengenai konsep mimpi dari sudut pandang Al-Qur'an dan psikologi modern, kemudian menjelaskan data tersebut pada saat proses penelitian.

Setelah peneliti menyajikan data, langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan dari data yang disajikan.

Sistematika Pembahasan

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Kajian teori

PEMBAHASAN

Konsep Mimpi dalam Al-Qur’an

Mereka menjawab, “(Itu) adalah mimpi yang kosong dan kami tidak pernah tahu menafsirkannya.” (QS Yusuf: 44). Bahkan mereka berkata: “(Al-Qur’an itu) mimpi-mimpi yang keliru, bahkan dia-adakannya, bahkan dia sendiri adalah seorang penyair, maka hendaklah dia mendatangkan mukjizat kepada kami, sebagaimana rasul-rasul yang diutus sebelumnya.” (QS. Al – Anbiya: 5). Dan Kami tidak menciptakan mimpi yang Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (dan juga bagi) pohon yang terlaknat di dalam Al-Qur'an.

Ar-ru'ya al-Sadiqah adalah mimpi yang benar-benar menjadi kenyataan dan ia merupakan sebahagian daripada wahyu dan kenabian sebagaimana yang dinyatakan dalam sabdanya yang berbunyi. Mimpi yang jelas dengan lafaz yang jelas dan tidak memerlukan tafsir atau takwila, seperti mimpi Rasulullah saw. Mimpi yang masih belum jelas mengandungi hikmah, walaupun mimpi ini masih memerlukan penafsiran seperti mimpi Nabi Yusuf.

Adghast ialah bentuk jamak dari perkataan daghats iaitu mimpi yang bercampur ahlam (yang bercampur) dan tiada takwil. Dari sini jelaslah bahawa ahlam adalah mimpi dan dusta yang bercampur baur, tiada makna dan tiada realiti, dan kebiasaannya hulm/ahlam berlaku kerana gangguan syaitan dalam diri seseorang. Jika kamu bermimpi yang kamu benci (mimpi buruk), ludah ke sebelah kiri kamu tiga kali dan mohon perlindungan kepada Allah dari godaan syaitan sebanyak tiga kali, kemudian ubah posisi tidur kamu dari posisi asal.

Mimpi itu ada tiga macam, yaitu: mimpi baik yang datangnya kabar baik dari Allah, mimpi sedih yang datangnya setan, dan mimpi yang datangnya dari bisikannya sendiri.” 10. Ar-ru'ya al-Nafsiah adalah mimpi yang diakibatkan oleh rasa cemas atau pengaruh bisikan jiwa atau nafsu , mimpi ini disebut juga ilusi. Bingkai kreatif adalah mimpi yang berupa rangkaian dan simbol yang benar-benar baru (baru tercipta).

Al-Ru'ya as-Syaitaniyah ialah mimpi yang merupakan campur tangan syaitan, syaitan mempengaruhi tidur seseorang akibat dorongan atau kegelisahan jiwa. Jadi, jika seseorang melihat mimpi yang dia tidak sukai, dia tidak boleh memberitahu orang lain mengenainya, dan hendaklah dia meninggalkan tempat tidurnya untuk berdoa.

Konsep Mimpi dalam Psikologi Modern

KONSEP MIMPI DALAM PSIKOLOGI MODERN (PSIKHOANALISIS) Sigmund Freud lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg, Moravia. Dari penjelasan sebelumnya, pengertian mimpi dalam psikologi lebih cenderung pada pengertian yang diberikan oleh Freud22. Teori mimpi dalam psikologi Sigmund Freud merupakan suatu pemahaman baru dalam kaitannya dengan pendekatan analisis psikologis melalui mimpi dalam psikologi.

Dalam psikologi, menurut Freud, mimpi adalah hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistis seperti inspirasi atau ramalan masa depan.23. Dalam psikologi psikoanalitik, mimpi merupakan manifestasi dari keinginan bawah sadar yang ditekan di dunia sadar. Pemikiran Freud yang diterima secara luas oleh berbagai pemerhati psikologi sastra merupakan teori mimpi dalam psikologi dan fantasi.

Inti pengamatan Freud terhadap sastra adalah bahwa sastra lahir dari mimpi dalam psikologi dan fantasi. Freud memberikan mimpi posisi penting dalam psikologi dalam teori psikoanalitik dengan mendengarkan cerita pasien tentang mimpi dalam psikologi mereka. Dari metode ini, terdapat kesamaan tertentu antara mimpi secara psikologi dengan kondisi tidak sehat, misalnya psikosis halusinasi berat.

Penggambaran mimpi dalam psikologi termasuk dalam proses atau kerja mimpi dalam psikologi yang disebut: figurasi, kondensasi, transferensi dan simbolisasi. Proses mimpi seperti ini dalam psikologi disebut figurasi, pikiran dalam mimpi seringkali digambarkan dalam bentuk gambar atau kata-kata dalam psikologi. Ketiga, mimpi dalam psikologi tidak selalu berkaitan dengan pikiran yang terpendam, bahkan terkadang mimpi dalam psikologi hanyalah detail yang tidak ada artinya dan merupakan kebalikan dari pikiran yang tersembunyi.

Dengan cara ini, mimpi dalam psikologi biasanya muncul sebagai perkumpulan pikiran (ide) dan kesan (gambar) yang berhubungan dengan suatu objek keinginan. Baginya, hal ini terjadi karena dalam psikologi yang menyimpang terdapat mimpi yang tidak secara jelas menunjukkan terpenuhinya keinginan, sehingga harus dicari dan ditafsirkan terlebih dahulu.

Korelasi Konsep Mimpi dalam Al-Qur’an dan Psikologi Modern

Ar-ru'yyah al-Sadiqoh adalah mimpi yang sebenarnya menjadi kenyataan, dan ini adalah sebahagian daripada wahyu dan kenabian, sebagaimana kisah mimpi yang berlaku kepada Nabi Ibrahim dan Ismail, Yusuf dan raja Mesir. Adapun mimpi yang menimpa Nabi Ibrahim dan Ismail adalah Ru'yah Sadiqah yang nyata (jelas) sehingga tidak perlu menafsirkan makna mimpi tersebut. Sedangkan mimpi yang dialami Nabi Yusuf dan raja Mesir adalah mimpi yang samar-samar, simbolik.

Demikian pula mimpi yang dialami raja Mesir melihat gambar tujuh ekor sapi gemuk sedang makan dan tujuh ekor sapi kurus. Konsep mimpi dalam psikologi, khususnya psikologi yang dimaksud oleh Freud, tidak mengenal mimpi yang bersifat mistik, ilham atau meramalkan masa depan seperti pada konsep mimpi yang terdapat dalam Al-Qur'an. Ar-ru'yah al-Nafsiah adalah mimpi yang merupakan pengaruh kegelisahan atau pengaruh bisikan jiwa atau syahwat, mimpi ini disebut juga ilusi.

Sedangkan mimpi delusional adalah mimpi yang muncul karena khayalan atau khayalan seseorang.” 36 Peristiwa yang terjadi dapat berupa : Emperential Frame yaitu mimpi yang merupakan rekaman kejadian sehari-hari. Dalam mimpi seperti itu, biasanya hanya “Bunga Tidur” yang tidak ada artinya atau mimpi yang mencerminkan kebutuhan, dorongan dan registrasi yang mungkin terjadi. Mimpi (ru'yah al-Nafsiah) dalam perspektif psikologi Freud adalah mimpi yang berhubungan dengan fantasi, atau keinginan terpendam seseorang melalui aktivitas sehari-hari atau fantasi spontan.

Al-Ru'ya Syaitaniah adalah mimpi yang merupakan campur tangan setan, setan mempengaruhi tidur seseorang karena adanya dorongan atau kegelisahan batin. Mimpi pada dasarnya terbagi menjadi tiga bagian mimpi yaitu Ahlam (ملاحأ), Adghos (ثاغضأ) dan Ru'yah (ةيؤر). Mimpi sebagai tanda, Mimpi yang berbentuk bahasa, Mimpi yang berhubungan dengan Fantasi dan Mimpi yang berhubungan dengan Halusinasi.

Mimpi dalam konsep psikologi tidak mengenal konsep mimpi mistik, seperti konsep mimpi kenabian dalam Al-Qur'an yang merupakan inspirasi, wahyu atau proyeksi masa depan. Konsep mimpi psikologis dan konsep mimpi dalam Al-Qur'an mempunyai kemiripan pada kategori mimpi (ru'yah nafsiah).

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep mimpi dalam Al-Qur'an selalu menjadi perhatian serius bagi siapa pun yang melihat dan merasakannya. Jika anda memperhatikan Al-Qur'an pasti anda akan menemukan bahwa berbagai hal tentang mimpi telah Allah nyatakan dalam Al-Qur'an, seolah-olah Allah SWT mendampingi umat manusia untuk memperhatikan mimpi. Berdasarkan hadis Nabi dari Abi Qatadah, para ulama membagi mimpi menjadi 3 jenis mimpi yaitu Ar-Ru'yah al-Nafsiah, Al-Ru'yah es-Syaitanijeh dan Ar-Ru'yah Sholihah.

Saran

Abul Fadhi Syihabud Din As-Sayyadi Mahmdu Al-Alusi Al-Baghdadi, "Ruhul Ma'ani fi Tafsiril Qur'an", Kairo: Al-Mathba'atul Amiriyyah, 1302 H, Juz 2. Sirin, Muhammad Ibnu, Tafsir Mimpi Menurut Al Qur'an and As Sunnah, Jakarta: Geman Insani, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Tanpa adanya akal yang sehat maka mustahillah ilmu- ilmu yang dipelajari akan dapat ditangkap dan menjadi bekal dalam kehidupannya tanpa akal yang sehat maka

Maksudnya : Allah tidak mendengar (dengan penuh perhatian) terhadap sesuatu perkara seperti mana Allah menumpukan perhatian kepada seorang nabi yang memperelokkan

Nabi Ibrahim mencoba membuka cakrawala pemikiran ayahnya dengan menawarkan sebuah kepastian yang diterima dari Tuhan Yang Maha Kuasa, bukan Tuhan yang lemah seperti

Dalam kefahaman bahagian tauhid ini, seorang salik tidak melihat pada mata hatinya ada sesuatu yang lain dalam segala gerak laku makhluk dan kesan yang wujud dari makhluk

Namun, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sanggup mengorbankan perkara yang paling mereka sayang di dunia ini untuk tunduk & patuh kepada Allah S.W.T..

Sementara timbulnya latar belakang karya ini berawal dari personal yang kerap kali merasa cemas mengenai mimpi buruk dengan warna hitam dalam karya tersebut

Maka di saat nabi Ibrahim yakin bahwa anak itu mampu berusaha bersamanya, dalam tidurnya ia melihat bahwa ia hendak menyembelih anaknya, kemudian ia sadar bahwasannya itu

Nabi Ibrahim as adalah salah seorang dan 25 Rasul Allah yang telah diutus kepada ummat manusia sepanjang sejarah kehidupan ummat manusia yaitu mulai dan Nabi Adam