• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Pendidikan Pesantren Perspektif KH. MA. Sahal Mahfudh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Konsep Pendidikan Pesantren Perspektif KH. MA. Sahal Mahfudh"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

6 Tim Direktorat Jenderal Lembaga Keagamaan Islam, Model Pengembangan Pondok Pesantren (Jakarta: Direktorat Jenderal Lembaga Keagamaan Islam, 2003), 6. Pembelajaran (pendidikan dan pengajaran) di pondok pesantren dapat dilakukan dengan cara pesantren non klasikal maupun klasikal . Santri dapat tinggal di asrama yang disediakan di lingkungan pondok pesantren, dapat juga tinggal di luar pondok pesantren (santri kalong).25.

Telaah Pustaka Terdahulu

Pentingnya kelembagaan yang didirikan oleh Pondok Pesantren Maslakul Huda tercermin dari dampak yang dirasakan masyarakat. Sahal Mahfudz tidak hanya membahas pendidikan individu para santrinya saja, namun juga bagaimana Pondok Pesantren Maslakul Huda dapat mengatasi permasalahan perekonomian masyarakat.

Metode Penelitian

  • Pendekatan dan Jenis Penelitian
  • Sumber Data Penelitian a. Sumber Data Primer
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data

Data primer yang diprioritaskan dalam penelitian ini berasal dari buku karya KH. MA. Rukiati dan Fenti Hikmawati, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia Mardiyah, Kepemimpinan Kiai dalam Menjaga Budaya Organisasi (Malang: Aditya Media Publishing, 2013). Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah metode dokumentasi atau teks, yang mana merupakan kajian yang menitikberatkan pada analisis atau penafsiran bahan tertulis berdasarkan konteksnya.

Materi dapat berupa catatan terbitan, buku teks, surat kabar, majalah, makalah, film, buku harian, manuskrip, artikel, dan sejenisnya. sesuatu yang serupa. Pencarian data mengutamakan jenis data yang menjadi fokus pencarian, dalam hal ini dokumen KH. Editing yaitu proses memeriksa kembali data yang diterima terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keserasian makna satu sama lain.

Sahal Mahfudh mengenai pendidikan pesantren pada data primer kemudian didukung dengan data sekunder sebagai pembanding dan hubungan kritis. Berpikir induktif adalah proses berpikir yang dimulai dengan fakta dan menarik generalisasi yang luas.

Sistematika Pembahasan

Sedangkan berpikir deduktif adalah proses berpikir yang menggunakan analisis berdasarkan proposisi umum yang kemudian diteliti untuk memecahkan masalah tertentu.49. Dalam bab ini penulis menjelaskan segala sesuatu yang melatarbelakangi penelitian meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teori dan tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan diakhiri dengan pembahasan yang sistematis.

Riwayat Hidup KH. M Sahal Mahfudh

Kiai Sahal membesarkan seorang putra bernama Abdul Ghaffar Razin, yang kelak diharapkan dapat meneruskan tongkat estafet kepemimpinannya. Pendidikan formal Kiai Sahal sejak usia 6 tahun (1943) di Perguruan Tinggi Islam Mathali'ul Falah, madrasah yang dikelola ayahnya, dimulai dari nol. Saat itu Kiai Sahal sudah diasuh oleh Mbah Fadiroh (istri keempat KH. Abdussalam) dan KH Abdullah Salam.

Selain itu, Kiai Sahal juga aktif mengadakan halakah kecil-kecilan bersama santri senior. Pada tahun 1960, Kiai Sahal dari Sarang kembali ke kampung halamannya, ke tanah Mbah Fadiroh. Setelah beberapa lama berada di rumah, Kiai Sahal akhirnya berangkat ke Makkah al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah haji.

Saat berusia 10 tahun, Kiai Sahal dipercaya sebagai Ketua Persatuan Islam Indonesia (PII) cabang Margoyoso, Pati. Pada saat yang sama, Kiai Sahal juga menjadi Ketua II LP Ma'arif cabang Pati.

Bagi pesantren, pendidikannya adalah ghars al-akhla>q al-kari>mah al-fad}i>lah fi> nufu>s al-na>shi'i>n h{atta> tushbih} al-malakah, yaitu pendidikan penanaman budi pekerti yang baik dan mulia dalam jiwa yang berkembang hingga berakar pada budi pekerti. Sedangkan agama (al-di>n) diartikan sebagai wad{'u 'ila>hi sa>'kun lidhawi> al-uku>l al-sali>ma 'ila ma huve khayrun lahum fi dunjahum ve 'akhiratuhum. ketentuan Tuhan yang mendorong siapa pun yang berakal sehat ke arah yang lebih baik untuk kehidupan di dunia dan akhirat. Kemudian mereka menegaskan bahwa manusia sempurna adalah manusia yang mampu mengaktualisasikan dirinya secara bebas dan berguna dalam masyarakat.66.

Alumni pesantren menguasai betul seluk beluk agama Islam sebagai faqi>h al-di>n yang mempunyai kepekaan canggih dalam urusan sosial khususnya di pedesaan. Dalam segala pergerakannya, hunian Islam mengikuti prinsip al-muh}a>faz}ah 'ala al-qadi>m al-s}a>lih} wa'l-'akhdh bi al-jadi>d al -as. } tertawa terbahak-bahak }. secara aktif memilih hal-hal yang telah ada sejak lama dan masih dianggap baik, layak dan sesuai, serta bersedia mengambil dan menggunakan sesuatu yang baru yang dianggap lebih baik dan bermanfaat, baik untuk pengembangan pondok pesantren itu sendiri maupun untuk kepentingan masyarakat. perkembangan masyarakat). Kitab kuning di rumah tinggal Islam sebenarnya tidak hanya mencakup ilmu-ilmu tafsir, ulu>m al-tafsi>r, asba>b al-nuzu>l, hadis, „ulu>m al-hadi>s, „asba" > b al-wuru>d, fiqh, qawa>'id al-fiqhiyyah, tauhid, tasawuf, nahwu, sharaf dan balaghah saja.

Lebih dari itu, meskipun hanya sebagai referensi literatur asrama Islam, kitab kuning ini mencakup ilmu-ilmu mant}i>q, falaq, fara>id}, h}isa>b, ada>b al-bah} > s w'al-munaz }arah (metode diskusi), t}i>bb, h}aya>t al-h}ayawa>n, ta>ri>kh, t}abakat (biodata) ulama, ada bahkan katalogisasi atau anatomi, misalnya kitab Kashf al-d}unu>n fi 'asma' al-kutub w'al-funu>n. Sedangkan tahap lanjutan bertujuan melengkapi seluruh unsur ilmu agama dalam kurikulum tafsir, hadis, beserta ilmu-ilmunya, us}u>l-fiqh, kawa>'id al-fiqh, balaghah, mant}iq, Tasawuf. .81. Semua mata pelajaran tersebut mempunyai kitabnya masing-masing dan kitab-kitabnya saling konsisten, seperti bidang tafsir menggunakan kitab Tafsi>r Jala>layn, bidang akhlak menggunakan kitab Ta'li>m al-Muta'allim. , pada bidang fiqh menggunakan kitab Fath} al-Kari>b Muji>b (Taqri>b), Tuh}fat al-T{ulab, pada bidang 'Us}ul al-Fiqh menggunakan kitab.

Ashba>h wa'l-Naz}a>ir, dalam ilmu Bala>ghah dengan bantuan kitab Jawhar al-Maknu>n, 'Uqu>d al-Juman>n, dalam bidang ilmu. nahwu dan sharaf menggunakan kitab al-Ajru>miyah, 'Imrit}i>, Alfiyah ibn Ma>lik, dalam bidang ilmu hadis, menggunakan kitab Bulu>gh al-Mara>m, di kawasan ​tauhid, menggunakan kitab Fath al-Maji>d dan sebagainya.

Keempat konsep inilah yang menjadi landasan tanggung jawab pesantren sebagai agen perubahan dalam pemikiran Kiai Sahal.91 Adapun pendidikan agama Islam yang menjadi ideologi di pesantren tidak hanya dimaknai sebagai ibadah sederhana. Pemikiran Kiai Sahal tentang pendidikan pesantren sebagai pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada merupakan wujud pemikirannya tentang tantangan yang dihadapi pesantren yang berkontribusi terhadap perubahan sosial.93. Menurut penulis, latar belakang pemikiran Kiai Sahal tentang pendidikan di pesantren bermula dari pemikirannya sendiri, yang secara tidak langsung berkaitan dengan tantangan zaman, yaitu kepribadian manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah dan diberi dua potensi (kemampuan) dalam dirinya. berupa kemampuan fisik dan kemampuan berpikir.

101 Jamal Makmur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh: Antara Konsep dan Implementasi (Surabaya: Khalista, 2007), xxi. Menurut penulis, pesantren dalam pandangan Kiai Sahal tidak lepas dari pengabdiannya kepada masyarakat. Dengan melaksanakan hal tersebut, Kiai Sahal selain dakwah bi al-maqa>l (ucapan) juga dakwah bi al-ha>l (tindakan nyata).

Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa lembaga kemasyarakatan di Desa Kajen yang merupakan buah gagasan Kiai Sahal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Menurut Kiai Sahal, tujuan pendidikan pesantren adalah mempersiapkan umat menuju perdamaian dan moralitas.106 Tujuan ini mencakup seluruh tujuan pendidikan pesantren yang telah dikemukakan oleh banyak peneliti.

Dari arah tersebut, bahan ajar juga dilengkapi dengan transfer ilmu-ilmu baru ke dalam sistem pendidikan pesantren, sehingga menimbulkan kecenderungan memperluas identitas pesantren. Menurut penulis, Kiai Sahal yang mengelola pesantren sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran Islam tergolong dalam pesantren salaf plus sebagaimana disebutkan dalam buku yang ditulis oleh Kementerian Agama RI pada tahun 2003. Dalam pengertian pesantren yang selain menyelenggarakan pengajian dan pengajaran akidah Islam, juga menyelenggarakan sekolah atau pendidikan formal yang mempunyai kurikulum klasikal dan bertingkat dari pondok pesantren berdasarkan kurikulum mandiri, bukan dari Departemen Pendidikan Nasional atau Kementerian Agama.

Ciri utamanya adalah berpegang teguh pada prinsip-prinsip pionirnya yaitu tafaqquh fi al-di>n, dan berusaha mengembangkan atau mengadopsi sesuatu yang baru yang dianggap baik tanpa mengubah prinsip-prinsip yang telah ada sejak berdirinya. Berbeda dengan Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Mardiyah dalam penelitiannya menyatakan bahwa Pondok Pesantren Lirboyo Kediri merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran Islam berstandar salafi nasional yang menganut sistem pendidikan tradisional yaitu sistem pendidikan di luar sistem pemerintahan. dengan asumsi bahwa kurikulum kediaman Islam bersifat mandiri dan kitab-kitab yang dipelajari merupakan turun temurun dari para pionir kediaman Islam. Ciri utamanya adalah masih mempertahankan sistem pendidikan lama yang mempunyai tradisi.110 Oleh karena itu sistem pendidikan mulai diterapkan.

Selain itu perencanaan kurikulum berbasis kecakapan hidup juga diterapkan di madrasah ini, yaitu peserta didik harus mahir dalam segala kegiatan yang direncanakan oleh kedua organisasi di madrasah tersebut. Berbeda dengan madrasah pada umumnya yang menggunakan sistem semester dengan membagi waktu belajar dalam satu tahun ajaran menjadi dua bagian.

Kesimpulan

Selain itu, kurikulum harus fleksibel, dalam artian operasionalisasi kurikulum bersifat fleksibel, mampu beradaptasi dengan kondisi, waktu dan tempat tanpa mengubah prinsip dasar tujuan lembaga. Dan juga harus mempunyai integritas, dalam arti berusaha memastikan segala macam kegiatan perlengkapan kurikulum terintegrasi dalam proses pembentukan keadaan dan perilaku peserta didik.

Saran

Oleh karena itu, pengembangan kurikulum berupaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan zaman sehingga lulusan mampu berperan aktif sesuai kebutuhan zaman. Penyiapan masyarakat Sholih-Akrom; Potret sejarah dan biografi pendiri-penerus Perguruan Tinggi Islam Matha'liul Falah Kajen Margoyoso Pati 1912-2012. Makalah yang belum dipublikasikan disampaikan pada kuliah ilmiah yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni Al-Badi'iyah, Kayen 16 Februari 2005.

Makalah yang belum dipublikasikan dipresentasikan pada Seminar Nasional: Peran Lembaga Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Setelah 58 Tahun Indonesia Merdeka.

Referensi

Dokumen terkait

kan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan , (Jakarta: Raja Wali Press, 2005), hlm.. khususnya dimulai dari lembaga pendidikan Islam seperti madrasah, pesantren,

Sikap imperialis Barat (Belanda) yang tidak apresiatif terhadap lembaga pendidikan Islam termasuk pesantren tercermin dari para penulis Barat abad ke-19 dalam memberikan gambaran dan

Sejarah pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia, yaitu kira-kira abad kedua belas masehi. Selanjudnya beliau menandaskan pula bahwa sejumlah

Di Indonesia ada ribuan lembaga pendidikan Islam terletak diseluruh nusantara dan dikenal sebagai dayah dan rangkang di Aceh, surau di Sumatra Barat, dan pondok pesantren di

Hal tersebut merupakan respon pesantren terhadap modernisasi pendidikan Islam dan perubahan-perubahan sosial ekonomi yang berlangsung dalam masyarakat Indonesia sejak awal

Seperti yang telah di uraikan dalam bahasan sebelumnya, pesantren yang merupakan lembaga pendidikan Islam yang mula-mula muncul di nusantara, berperan penting sebagai sarana

Oleh sebab itu, Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Ditjen Pendidikan Islam sejak 11 (sebelas) tahun terakhir ini, telah

Modernisasi Sistem Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Lembaga Pendidikan Islam Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama : Studi di Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah dan