• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN MELALUI PENDEKATAN TOP DOWN DAN BUTTOM KlP 4

N/A
N/A
Salsabila Nada

Academic year: 2025

Membagikan "KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN MELALUI PENDEKATAN TOP DOWN DAN BUTTOM KlP 4"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DENGAN MELALUI PENDEKATAN TOP DOWN DAN BUTTOM-UP

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Kebijakan Perencanaan Pembangunan”

Dosen Pengampu : Dr. A. Gustang, SE., M.Si.

Di susun oleh:

Tri Ananda :50300122008

Dina Keke Nia Jaya :50300122014

Nurpadillaah :50300122019

Salsabila Qotifatun Nada :50300122020

Putri Suci :50300122026

Sahria :50300122029

Munawar :50300122033

M. Rifandi :50300122052

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2024/2025

(2)

i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah Ta’ala kami memujiNya, kami memohon pertolongan kepadaNya, kami memohon ampunan kepadaNya, dan kami berlindung kepadaNya dari kejelekkan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amalan-alaman kami, barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’aala maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah Ta’aala maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam, keluarga, sahabat dan para pengikut beliau yang satia hingga akhir zaman.

Alhamdulillah dengan berkat Allah ta’aala, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Konsep perencanaan pembangunan dengan melalui pendekatan top down dan buttom-up” dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Kami kelompok empat mengucapkan terimakasih kepada Bapak/Ibu Dr. A. Gustang, SE., M. Si. Selaku dosen pengampu mata kuliah “ kebijakan dan perencanaan pembangunan” serta kami juga mengucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah tersebut.

Kami sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh sebab itu, kami akan sangat menghargai kritik dan saran untuk membangun makalah ini menjadi lebih lagi, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Samata, 02,10,2024

Penulis

(3)

ii

DAFTAR ISI Sampul

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I ...iii

PENDAHULUAN ...iii

A. Latar Belakang ...iii

B. Rumusan Masalah ...iii

C. Tujuan ... iv

BAB II ... 1

PEMBAHASAN ... 1

A. Definisi perencanaan Pembangunan ... 1

B. Tahap dan proses perencanaan Pembangunan dengan pendekatan (top down dan buttom-up)?... 3

C. kelebihan dan kekurangan pendekatan perencanaan Pembangunan (top-down dan bottom-up) ... 5

D. Menganalisis penerapan kedua pendekatan perencanaan Pembangunan (top- down dan bottom-up) Dalam konteks Pembangunan di indoneisa ... 6

E. Bagaimana Merumuskan strategi opimal mencapai efektivitas Dalam perencanaan Pembangunan.? ... 8

BAB III ... 11

PENUTUP ... 11

A. Kesimpulan ... 11

B. Saran ... 11

DAFTAR PUSTAKA ... 12

(4)

iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perencanaan pembangunan untuk Negara berkembang, termasuk Indonesia, masih mempunyai peranan yang sangat besar sebagai alat untuk mendorong dan mengendalikan proses pembangunan secara lebih tepat dan terarah. Mekanisme perencanaan menyangkut dengan proses pelaksanaan, instansi terlibat, jadwal pelaksanaannya, dan pejabat yang berwenang menetapkan dokumen perencanaan.

Menurut D. Conyers dan Hills (2004) Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang. Mark Turner dan David Hulme Mendefinisikan perencanaan pembangunan adalah proses modernisasi perubahan menyeluruh dari masyarakat tradisional atau pra modern kebentuk penguasaan teknologi dan perubahan organisasi sosial masyarakat dengan ciri meningkatkan kesejahteraan ekonomi, stabilisasi politik seperti dunia barat.

Top-down dan bottom-up adalah perbedaan dalam pendekatan yang digunakan untuk membuat keputusan atau menyelesaikan masalah:

Top-down: Pendekatan yang dimulai dari level makro, yaitu melihat hal-hal besar seperti data ekonomi nasional, kemudian fokus pada variabel yang lebih kecil. Dalam manajemen, pendekatan ini berarti keputusan dibuat oleh kepemimpinan tingkat atas.

Bottom-up: Pendekatan yang dimulai dari level mikro, yaitu melihat hal-hal kecil seperti laporan keuangan satu perusahaan, kemudian meluas. Dalam manajemen, pendekatan ini berarti semua tim dapat bersuara dalam membuat Keputusan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaiaman pendekatan top down dan buttom-up Dalam perencanaan Pembangunan.?

2. apa saja tahap dan proses perencanaan Pembangunan dengan pendekatan (top down dan buttom-up)?

3. Apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing pendekatan perencanaan Pembangunan (top-down dan bottom-up)?

4. Bagaimana Menganalisis penerapan kedua pendekatan perencanaan Pembangunan (top-down dan bottom-up) Dalam konteks Pembangunan di indoneisa?

(5)

iv

5. Bagaimana Merumuskan strategi opimal mencapai efektivitas Dalam perencanaan Pembangunan.?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud pendekatan top down dan buttom-up 2. Membandingkan dan kontraskan kelebihan dan kekurangan dari masing-

masing pendekatan perencanaan pembangunan (top-down dan bottom-up).

3. Menganalisis penerapan kedua pendekatan perencanaan pembangunan (top-down dan bottom-up) dalam konteks pembangunan di Indonesia.

4. Merumuskan strategi optimal dalam menggabungkan kedua pendekatan (top-down dan bottom-up) untuk mencapai efektivitas dalam perencanaan pembangunan.

(6)

1

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi perencanaan Pembangunan

Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004: 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”.

Berikut defenisi perencanaan pembangunan menurut para ahli:

• Brobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir, keputusan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa periode waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu negara.

• Waterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu

• Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang

• M.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta mempengaruhi, mengatur dan dalam beberapa hal mengontrol tingkat dan laju pertumbuhan berbagai variabel ekonomi yang utama untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditentukan sebelumny

• Jhingan: Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya.

Istilah “perencanaan pembangunan”, khususnya pembangunan ekonomi, sudah biasa terdengardalam pembicaraan sehari-hari. Akan tetapi, “perencanaan”

diartikan berbeda-beda dalam buku yang berbeda. Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan “perencanaan” sebagai suatu proses yang

(7)

2

bersinambungan”, yang mencakup “keputusan-keputusan ataupilihan-pilihan berbagai aiternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.“1

Dua model Pembangunan yang paling dikenal adalah tp down dan bottom- up.

a. Top Down

Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba terbatasnya sumber daya pembangunan yang tersedia.

Top down planning merupakan model Pembangunan yang lebih mengutakan peranan pemerintah dalam merencanakan Pembangunan yang akan dilaksanakan, Masyarakat hanya sebagai objek Pembangunan. Model ini memiliki kelebihan dari sisis kesuksesan skenaria tahapan Pembangunan yang disusun pemerintah yang lebih tepat diterapkan pada pengadaan sarana prasarana. Namun hasil Pembangunan belum tentu di terima Masyarakat dalam arti kesesuaian Pembangunan dengan kebudayaan Masyarakat. Hal ini kemudian memungkinan ditolaknya hasil Pembangunan oleh Masyarakat sehingga menjadi sia-sia.2

b. Bottom-up (dari bawah ke atas)

Bottom-up planning merupakan kebalikan dari top down planning. Model ini memiliki kelebihan mengikutsertakan Masyarakat dalam perencanaan Pembangunan sehingga apa yang diinginkan pemerintah disesuaikan dengan keinginan Masyarakat. Hal ini memberikan kemungkinan diterimanya hasil- hasil Pembangunan karena merupakan ide Masyarakat sendiri. Model ini telah merubah paradigma terhadap Masyarakat sebagai objek Pembangunan menjadi Masyarakat sebagai subjek Pembangunan. Tugas Pembangunan tidak lagi diletakkan dipundak pemerintah saja tetapi telah menjadi tanggungjawab bersama seluruh Masyarakat. Kata kunci dari pendekatan ini

1 Vigree, ‘Perencanaan Pembangunan Menggunakan Konsep Bottom up Dan Top Down’, Id.Scribd.Com

<https://id.scribd.com/document/358774525/Perencanaan-Pembangunan-Menggunakan-Konsep- Bottom-Up-Dan-Top-Down>.

2 -, ‘Pendekatan Top down Dan Bottom Up’ (jakarta: team asana, 2024)

<https://asana.com/id/resources/top-down-approach?need_sec_link=1&sec_link_scene=im>.

(8)

3

adalah partisipasi Masyarakat. Partisipasi merupakan pusat penelitian dalam Upaya peningkatan keikutsertaan Masyarakat Dalam Pembangunan.3 Maka dapat disimpulkan, pendekatan perencanaan pembangunan Buttom- Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, bottom-up planning atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.

B. Tahap dan proses perencanaan Pembangunan dengan pendekatan (top down dan buttom-up)?

a. Pendekatan Top-Down*

Pendekatan ini merupakan proses perencanaan yang dilakukan dari level atas (pemerintah pusat atau manajemen tertinggi) ke level bawah (pemerintah daerah, masyarakat, atau pelaksana di lapangan). Dalam konteks pemerintahan, kebijakan dan rencana pembangunan ditentukan oleh otoritas yang lebih tinggi, kemudian dilaksanakan oleh lapisan yang lebih rendah.

Tahapan Perencanaan Top-Down:

• Penetapan Tujuan dan Kebijakan Nasional: Pemerintah pusat atau manajemen menetapkan tujuan dan prioritas pembangunan berdasarkan visi dan misi strategis jangka panjang.

• Penyusunan Program dan Proyek: Berdasarkan tujuan tersebut, disusun program-program prioritas dan proyek-proyek pembangunan yang akan dilaksanakan oleh level di bawahnya.

• Distribusi Anggaran dan Sumber Daya: Pemerintah pusat mengalokasikan anggaran dan sumber daya ke daerah atau pelaksana berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan.

• mplementasi oleh Level Bawah: Pemerintah daerah atau pelaksana di lapangan melakukan implementasi program sesuai dengan arahan pusat.

• Monitoring dan Evaluasi: Proses pengawasan dilakukan oleh pemerintah pusat untuk memastikan program berjalan sesuai rencana.

b. Pendekatan Bottom-Up

Pendekatan ini melibatkan partisipasi masyarakat atau pihak yang lebih bawah (lokal) dalam proses perencanaan. Dalam pendekatan ini, aspirasi,

3 Ali syafri, ‘Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Pembanagunan Di Kota Binjai’, Universitas Medan Area, 2003

<https://repositori.uma.ac.id/jspui/handle/123456789/9946#:~:text=Top down planning merupakan model,masyarakat hanya sebagai objek pembangunan>.

(9)

4

kebutuhan, dan inisiatif masyarakat lokal menjadi dasar utama perencanaan.

Pemerintah atau otoritas yang lebih tinggi kemudian mendukung dan memfasilitasi pelaksanaan program.

Tahapan Perencanaan Bottom-Up:

• Identifikasi Kebutuhan Lokal: Masyarakat, organisasi lokal, atau pemerintah daerah mengidentifikasi kebutuhan dan masalah di lapangan.

• Pengumpulan Aspirasi Masyarakat: Masyarakat diberi ruang untuk menyampaikan aspirasi dan usulan program melalui musyawarah, survey, atau forum konsultasi.

• Penyusunan Rencana Pembangunan Lokal: Berdasarkan hasil partisipasi masyarakat, pemerintah daerah menyusun rencana pembangunan yang sesuai dengan kebutuhan lokal.

• Pengajuan Usulan ke Pusat: Rencana dari daerah kemudian diajukan kepada pemerintah pusat untuk mendapatkan dukungan, baik dari segi kebijakan maupun anggaran.

• mplementasi oleh Masyarakat atau Pemerintah Lokal: Program yang telah disetujui dilaksanakan oleh masyarakat atau pemerintah daerah dengan bantuan pemerintah pusat.

• valuasi oleh Masyarakat dan Pemerintah Lokal: Proses evaluasi dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah lokal untuk memastikan program berjalan sesuai dengan kebutuhan.4

Proses Perencanaan Top-Down dan Bottom-Up

Proses top-down versus bottom-up lebih mencerminkan proses perencanaan di dalam pemerintahan yaitu dari lembaga/departemen dan daerah ke pemerintah Pusat. Lembaga/departemen/daerah menyusun rencana pembangunan sesuai dengan wewenang dan fungsinya. Proses top- down dan bottom-up ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain menyelaraskan program-program untuk menjamin adanya sinergi/konvergensi dari semua kegiatan pemerintah dan masyarakat. Penyelarasan rencana-rencana lembaga pemerintah dilaksanakan melalui musywarah perencanaan yang dilaksanakan baik di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.

Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat top-down dan bottom-up diwadahi dalam musyawarah perencanaan.

Dimana perencanaan makro yang dirancang pemerintah pusat disempurnakan dengan memperhatikan masukan dari semua stakeholders dan selanjutnya digunakan sebagai pedoman bagi daerah-daerah dan lembaga-lembaga pemerintah menyusun rencana kerja.5

4 R bintarto, ‘Perencanaan Pembangunan Di Indonesia’ (Jakarta, 2009).

5 Vigree.

(10)

5

C. kelebihan dan kekurangan pendekatan perencanaan Pembangunan (top- down dan bottom-up)

Adanya pertumbuhan penduduk menentukan adanya perubahan struktur masyarakat. Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana dalam membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat peren canaan terlebih dahulu.

Beberapa jenis dari perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dengan sistem “TOP DOWN PLANNING” artinya adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh.

2. Perencanaan dengan sistem “BOTTOM UP PLANNGING” artinya adalah perencanaan yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sedangkan pemerintah pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program.

3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran antar satu dan keduanya saling berkaitan.

Kelebihan dari tipe “TOP DOWN PLANING”

• Cepat dan efisien

• Standarisasi dan konsistensi

• Penggunaan sumber daya yang terpusat

Kelemahan dari tipe “TOP DOWN PLANNING”

Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.

Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.

Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.

Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat.

(11)

6

Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.

Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.

Kelebihan dari sistem “BOTTOM UP PLANNING”

• Meningkatkan partispasi masyarakat

• Meningkatkan relevansi

• Meningkatkan akuntabilitas

Kelemahan dari sistem “BOTTOM UP PLANNING”

Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitubesar.

Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan.

hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlanjut lebih baik karena adanya silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya masing-masing tugas dari pemerintah dan juga Masyarakat.

Proses yang lebih lambat

Sumber daya yang terbatas

Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing- masing sistem tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program tersebut.

D. Menganalisis penerapan kedua pendekatan perencanaan Pembangunan (top-down dan bottom-up) Dalam konteks Pembangunan di indoneisa Untuk menganalisis kedua pendekatan ini Dalam konteks Pembangunan di Indonesia merupakan proses strategis yang melibatkan berbagai actor dan pendekatan untuk mencapai tujuan Pembangunan yang lebih baik. Ada dua pendekatan yang digunakan Dalam perencanaan Pembangunan:

1. Pendekatan top down

Pendekatan top down dimulai dari Tingkat pusat pemerintah dan kemudian diimplementasikan ke Tingkat daerah. Dallam pendekatan ini pemerintah pusat memiliki peran dominan Dallam menentukan kebijakan dan strategi dan program Pembangunan.

(12)

7 Adapun kelebihan:

a. Kecepatan dan efesiensi: proses pengambilan Keputusan cenderung lebih cepat karena hanya melibatkan sedikit actor

b. Standarisasi dan konsistensi: kebijakan dan program cenderung lebih terstandarisasi dan kosisten karena berasal dari satu sumber.

c. Penggunaan sumber daya yang terpusat: pemerintah pusat memiliki Kendari yang lebih besar atas penggunaan sumber daya.

Kekurangan:

a. Kurangnya partisipasi Masyarakat: aspirasi dan kebutuhan Masyarakat ditingkat lokal mungkin tidak terakomodasi dengan baik

a. Kurangnya relevansi: kebijakan dan program yang dirancang di Tingkat pusat mungkin tidak relevan dengan kondisi dan kebutuhan di Tingkat lokal

b. Kemungkinan korupsi konsentrasi kekuasaan di Tingkat pusat dapat meningkatkan resiko.

2. Pendekatan bottom-up

Pendekatan bottom-up dalam perencanaan pembangunan berfokus pada partisipasi masyarakat di tingkat lokal. Masyarakat dilibatkan dalam proses identifikasi kebutuhan, perumusan solusi, dan implementasi program pembangunan.

Adapun kelebihan:

a. Meningkatkan partisipasi masyarakat: Masyarakat memiliki peran aktif dalam menentukan prioritas pembangunan dan solusi yang tepat.

b. Meningkatkan relevansi: Kebijakan dan program yang dirancang lebih relevan dengan kondisi dan kebutuhan di tingkat lokal.

c. Meningkatkan akuntabilitas: Masyarakat dapat mengawasi dan mengevaluasi kinerja pemerintah dalam implementasi program pembangunan.

Kekurangan:

a. Proses yang lebih lambat: Proses pengambilan keputusan dan implementasi program cenderung lebih lambat karena melibatkan banyak aktor.

b. Kurangnya koordinasi: Kurangnya koordinasi antara berbagai aktor di tingkat lokal dapat menghambat efektivitas program pembangunan.

c. Sumber daya yang terbatas: Masyarakat di tingkat lokal mungkin memiliki sumber daya yang terbatas untuk mendukung implementasi program pembangunan.

3. Sinkronisasi Pendekatan Top-Down dan Bottom-Up

(13)

8

Untuk mencapai hasil pembangunan yang optimal, penting untuk mensinkronisasikan kedua pendekatan ini. Pendekatan top-down dapat digunakan untuk menetapkan kerangka kebijakan dan strategi pembangunan nasional, sementara pendekatan bottom-up dapat digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan dan solusi di tingkat lokal.

4. Contoh penerapan sinkronisasi:

Perencanaan pembangunan air minum: Pemerintah pusat menetapkan kebijakan dan strategi nasional untuk meningkatkan akses terhadap air minum. Di tingkat lokal, masyarakat dilibatkan dalam proses identifikasi kebutuhan dan solusi yang tepat, seperti pembangunan sumur bor atau sistem penyaringan air.6

E. Bagaimana Merumuskan strategi opimal mencapai efektivitas Dalam perencanaan Pembangunan.?

Merumuskan strategi optimal untuk mencapai efektivitas dalam perencanaan pembangunan merupakan hal yang krusial untuk memastikan bahwa upaya pembangunan berdampak positif dan berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan tersebut, beberapa aspek penting perlu dipertimbangkan dan diintegrasikan dalam strategi perencanaan. Berikut ini adalah beberapa strategi optimal yang dapat diterapkan:

1. Meningkatan Kualitas Perencanaan

• Identifikasi Masalah dan Prioritas: Tahap awal yang penting adalah mengidentifikasi masalah dan kebutuhan utama yang ingin diatasi

melalui pembangunan. Prioritaskan masalah-masalah yang memiliki dampak paling signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bangsa.

• Pengembangan Rencana yang Komprehensif: Rencana pembangunan harus komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Rencana tersebut harus terintegrasi dengan baik, dengan target yang jelas, terukur, dan realistis.

• Peningkatan Kapasitas Perencana: Perencana pembangunan perlu memiliki kompetensi dan pengetahuan yang memadai untuk merumuskan strategi yang tepat. Pelatihan dan pengembangan kapasitas secara berkelanjutan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan perencana.

• Pemanfaatan Teknologi Informasi: Teknologi informasi dapat membantu dalam proses perencanaan, analisis data, dan monitoring dan

6 Conyers & Hills, ‘Mendefinisika 'perencanaan" Sebagai Proses Yang Bersinambungan Yang Melibatkan Keputusan Dan Pilihan Alternatif Penggunaan Sumber Daya Untuk Bor Atau Sistem Penyaringan Air’, 1994.

(14)

9

evaluasi. Sistem informasi yang terintegrasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas perencanaan. [3]

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat

• Pemberdayaan Masyarakat: Masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan, edukasi, dan akses informasi dapat meningkatkan partisipasi dan kepemilikan masyarakat terhadap program pembangunan.

• Dialog dan Konsultasi: Melalui dialog dan konsultasi yang terbuka, pemerintah dapat menyerap aspirasi dan masukan dari masyarakat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa rencana pembangunan selaras dengan kebutuhan dan harapan masyarakat.

• Transparansi dan Akuntabilitas: Transparansi dan akuntabilitas dalam proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sangat penting untuk membangun kepercayaan masyarakat. Informasi yang jelas dan mudah diakses dapat meningkatkan akuntabilitas dan mendorong partisipasi masyarakat.

3. Peningkatan Koordinasi dan Sinergi

• Koordinasi Antar Lembaga: Koordinasi yang baik antar lembaga pemerintah, swasta, dan masyarakat sipil sangat penting untuk menghindari duplikasi program dan meningkatkan efektivitas pembangunan.

• Sinergi Program: Program pembangunan harus disinergikan dengan baik untuk mencapai tujuan yang lebih besar. Sinergi program dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya.

• Peningkatan Komunikasi: Komunikasi yang efektif antar pemangku kepentingan sangat penting untuk membangun pemahaman bersama dan mendorong kolaborasi dalam pelaksanaan pembangunan.

4. Pemantauan dan Evaluasi yang Berkelanjutan

• Monitoring dan Evaluasi: Monitoring dan evaluasi secara berkala sangat penting untuk mengukur kemajuan dan efektivitas program pembangunan.

Hasil monitoring dan evaluasi dapat digunakan untuk melakukan penyesuaian dan perbaikan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan.

• Sistem Informasi yang Terintegrasi: Sistem informasi yang terintegrasi dapat membantu dalam proses monitoring dan evaluasi. Data yang akurat dan terkini dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang efektivitas program pembangunan.

• Akuntabilitas dan Transparansi: Hasil monitoring dan evaluasi harus dipublikasikan secara transparan dan akuntabel. Hal ini penting untuk

(15)

10

meningkatkan kepercayaan masyarakat dan mendorong perbaikan dalam proses pembangunan.

5. Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia

• Pengembangan SDM: Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan faktor kunci dalam mencapai efektivitas pembangunan.

Pendidikan, pelatihan, dan pengembangan keterampilan sangat penting untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing.

• Peningkatan Akses terhadap Pendidikan: Peningkatan akses terhadap pendidikan yang berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mendorong kemajuan bangsa.

• Peningkatan Kesehatan: Peningkatan kesehatan masyarakat dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas hidup. Akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.7

7 Edi Wibowo, ‘Perencanaan Dan Strategi Pembangunan Di Indonesia’, Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 8.1 (2008), 16–24.

(16)

11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

perencanaan pembangunan dengan menggabungkan pendekatan top-down dan bottom-up dapat menghasilkan perencanaan yang lebih komprehensif, terintegrasi, dan berkelanjutan. Model ini memperkuat akuntabilitas dan transparansi, serta meningkatkan efektivitas program pembangunan.

Pendekatan top-down dan bottom-up memiliki peran penting dalam perencanaan pembangunan. Pendekatan top-down memberikan kerangka kebijakan dan program pembangunan secara nasional, sementara pendekatan bottom-up memastikan partisipasi masyarakat dan responsivitas terhadap kebutuhan lokal. Kombinasi kedua pendekatan ini dapat menghasilkan perencanaan pembangunan yang lebih efektif, efisien, dan berkelanjutan.

Penting untuk memahami bahwa tidak ada satu pendekatan yang sempurna.

Pemilihan pendekatan yang tepat harus disesuaikan dengan konteks dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

B. Saran

1. Penting untuk memahami bahwa tidak ada satu pendekatan yang sempurna.

Pemilihan pendekatan yang tepat harus disesuaikan dengan konteks dan tujuan pembangunan yang ingin dicapai.

2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan perlu terus digalakkan.

3. Peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam memahami dan mengelola program pembangunan juga perlu ditingkatkan

(17)

12

DAFTAR PUSTAKA

-, ‘Pendekatan Top down Dan Bottom Up’ (jakarta: team asana, 2024)

<https://asana.com/id/resources/top-down-

approach?need_sec_link=1&sec_link_scene=im>

bintarto, R, ‘Perencanaan Pembangunan Di Indonesia’ (Jakarta, 2009)

Conyers & Hills, ‘Mendefinisika 'perencanaan" Sebagai Proses Yang Bersinambungan Yang Melibatkan Keputusan Dan Pilihan Alternatif Penggunaan Sumber Daya Untuk Bor Atau Sistem Penyaringan Air’, 1994

syafri, Ali, ‘Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Perencanaan Pembanagunan Di Kota

Binjai’, Universitas Medan Area, 2003

<https://repositori.uma.ac.id/jspui/handle/123456789/9946#:~:text=Top down planning merupakan model,masyarakat hanya sebagai objek pembangunan>

Vigree, ‘Perencanaan Pembangunan Menggunakan Konsep Bottom up Dan Top

Down’, Id.Scribd.Com

<https://id.scribd.com/document/358774525/Perencanaan-Pembangunan- Menggunakan-Konsep-Bottom-Up-Dan-Top-Down>

Wibowo, Edi, ‘Perencanaan Dan Strategi Pembangunan Di Indonesia’, Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 8.1 (2008), 16–24

Referensi

Dokumen terkait