• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Pembangunan Menggunakan Konsep Bottom Up Dan Top Down

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Perencanaan Pembangunan Menggunakan Konsep Bottom Up Dan Top Down"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERENCANAAN PEMBANGUNAN MENGGUNAKAN KONSEP BOTTOM

PERENCANAAN PEMBANGUNAN MENGGUNAKAN KONSEP BOTTOM

UP DAN TOP DOWN

UP DAN TOP DOWN

A.

A. Defenisi Umum Perencanaan PembangunanDefenisi Umum Perencanaan Pembangunan

Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan Menurut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 7), perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan sebagai : Suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan  pada

 pada data-data data-data dan dan fakta-fakta fakta-fakta yang yang akan akan digunakan digunakan sebagai sebagai bahan bahan untuk untuk melaksanakan melaksanakan suatusuatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”.

(mental dan spiritual) dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik”. Berikut defenisiperencanaan pembangunan menurut para ahli: Berikut defenisiperencanaan pembangunan menurut para ahli:

 Brobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir, keputusanBrobowski (1964): Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir, keputusan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa periode waktu, dan awal dan proyeksi ke depan yang konsisten dan mencakup beberapa periode waktu, dan tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu negara. tujuan utamanya adalah untuk mempengaruhi seluruh perekonomian di suatu negara. 

 Waterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus gunaWaterston (1965): Perencanaan adalah usaha sadar, terorganisasi dan terus menerus guna memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu memilih alternatif yang terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu 

 Conyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dariConyers dan Hills (1984): Perencanaan adalah proses yang kontinyu, terdiri dari keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, keputusan atau pilihan dari berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang

dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu di masa mendatang 

 M.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengajaM.T. Todaro (2000): Perencanaan Ekonomi adalah upaya pemerintah secara sengaja untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta untuk mengkoordinir pengambilan keputusan ekonomi dalam jangka panjang serta mempengaruhi, meng

mempengaruhi, mengatur dan dalam atur dan dalam beberapa hal beberapa hal mengontrol tingkat mengontrol tingkat dan lajudan laju  pertumbuhan

 pertumbuhan berbagai berbagai variabel variabel ekonomi ekonomi yang yang utama utama untuk untuk mencapai mencapai tujuantujuan  pembangunan yang

 pembangunan yang telah ditentukan sebelumnytelah ditentukan sebelumny 

 Jhingan : Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkanJhingan : Perencanaan adalah teknik/cara untuk mencapai tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai denan baik oleh Badan Perencana Pusat. Tujuan tersebut mungkin untuk mencapai sasaran sosial, politik atau lainnya.

sasaran sosial, politik atau lainnya.

Istilah “perencanaan pembangunan”, khususnya pembanguna

Istilah “perencanaan pembangunan”, khususnya pembangunan ekonomi, sudah biasan ekonomi, sudah biasa terdengardalam pembicaraan

sehari-terdengardalam pembicaraan sehari-hari. Akan tetapi, “perencanaan” diartikan berbedahari. Akan tetapi, “perencanaan” diartikan berbeda-beda-beda dalam buku yang berbeda.

dalam buku yang berbeda. Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan “perencanaan”Menurut Conyers & Hills (1994) mendefinisikan “perencanaan” sebagai ”suatu proses yang bersinambungan”, yang mencakup “keputusan

sebagai ”suatu proses yang bersinambungan”, yang mencakup “keputusan-keputusan-keputusan ataupilihan-pilihan berbagai aiternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan ataupilihan-pilihan berbagai aiternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pada masa yang akan datang.“

(2)

B. Konsep Perencanaan Pembangunan ( Bottom Up dan Top Down)

Ilustrasi Perencanaan merupakan tindakan untuk menentukan masa depan. Dalam Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 1 disebutkan perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan adalah meletakkan tujuan-tujuan dalam jadwal waktu atau program pekerjaan untuk mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, keharusan dan kebutuhan. Perencanaan itu sendiri berfungsi sebagai penuntun arah, meminimalisasi ketidakpastian, minimalisasi infesiensi sumber daya, penetapan standard dan pengawasan kualitas.

Proses perencanaan merupakan suatu prosedur dan tahapan dari perencanaan itu dilaksanakan.Secara hierarki, prosedur perencanaan itu dilakukan atas dasar prinsip Top-Down Planning, yaitu proses perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin tertinggi suatu organisasi kemudian atas dasar keputusan tersebut dibuat suatu perencanaan di tingkat yang lebih rendah.Prinsip lainnya adalah lawan dari prinsip di atas yaitu Bottom-Up Planning yang merupakan perencanaan yang awalnya dilakukan di tingkat yang paling rendah dan selanjutnya disusun rencana organisasi di atasnya sampai dengan tingkat pusat atas dasar rencana dari  bawah.

1.

Perencanaan Pembangunan Bottom Up

Proses perencanaan atau  planning   adalah bagian dari daur kegiatan manajemen yang terutama berhubungan dengan pengambilan keputusan (decision making )untuk masa depan, baik  jangka panjang maupun jangka pendek, sehubungan dengan pokok pertanyaan: apa, siapa,  bagaimana, kapan, di mana, dan berapa, baik sehubungan dengan lembaga yang dimanajemeni

(3)

Proses perencanaan dapat dilaksanakan menyeluruh, misalnya dalam  perencanaan korporat, perencanaan strategis, atau perencanaan jangka panjang. Bisa juga dilakukan per  divisi atau unit bisnis stategis menjadi rencana divisi atau anak perusahaan tertentu di dalam suatu korporasi yang lebih besar. Bisa juga dilakukan per fungsi baik di dalam korporasi, di dalam divisi maupun unit bisnis individual, misalnya rencana fungsi  pemasaran,  rencana fungsi keuangan, rencana fungsi produksi dan distribusi, dan rencana fungsi personalia. Bagaimana pun lingkup perencanaan yang dilakukan, pokok pertanyaan yang dipikirkan sama saja: apa, siapa,  bagaimana, kapan, di mana, dan berapa. Perbedaannya menyangkut metode yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Saalah satu proses atau rencana perencanaan yang sering dilakukan dalam melakukan rencana pembangunan adalah dengan menggunakan sistem pembangunan yang bersifat Button Up. Button Up Planning adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan  permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan

atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam  pengertian dibidang pemerintahan, button up planning atau perencanaan bawah adalah  perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai

fasilitator.

Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka  bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan  pengembangan budaya perusahaan yang sesuai.

Maka dapat disimpulkan, pendekatan perencanaan pembangunan  Buttom-Up Planning  adalah perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang

(4)

 pemerintahan, bottom-up planning   atau perencanaan bawah adalah perencanaan yang disusun  berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.

1.1 Konsep Partisipatif Dalam Proses Pembangunan Botton-Up

Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sejak tahun 2001 telah mencoba melakukan perencanaan pembangunan partisipatif didalam kerangka menggali aspirasi yang berkembang di masyarakat melalui musyawarah tingkat RT, RW, kelurahan, kecamatan dan kota. Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu saja disana-sini masih terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun implementasinya di masyarakat.

Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan pola pendekatan perencanaan  pembangunan yang melibatkan peran serta mas yarakat pada umumnya bukan saja sebagai obyek tetapi sekaligus sebagai subyek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam  perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up approach).  Nampaknya mudah

dan indah kedengarannya, tetapi jelas tidak mudah implementasinya karena banyak factor yang  perlu dipertimbangkan, termasuk bagaimana sosialisasi konsep itu di tengah-tengah masyarakat.

Meskipun demikian, perencanaan pembangunan yang melibatkan semua unsur / komponen yang ada dalam masyarakat tanpa membeda-bedakan ras, golongan, agama, status sosial, pendidikan, tersebut paling tidak merupakan langkah positif yang patut untuk dicermati dan dikembangkan secara berkesinambungan baik dalam tataran wacana pemikiran maupun dalam tataran implementasinya di tengah-tengah masyarakat. Sekaligus, pendekatan baru dalam  perencanaan pembangunan ini yang membedakan dengan pola-pola pendekatan perencanaan  pembangunan sebelumnya yang cenderung sentralistik.

 Nah, dengan era otonomi daerah yang tengah dikembangkan di tengah-tengah masyarakat dengan asas desentralisasi ini diharapkan kesejahteraan masyarakat dalam pengertian yang luas menjadi semakin baik dan meningkat. Lagipula, pola pendekatan perencanaan

(5)

 pembangunan ini sekaligus menjadi wahana pembelajaran demokrasi yang sangat baik bagi masyarakat. Hal ini tercermin bagaimana masyarakat secara menyeluruh mampu melakukan  proses demokratisasi yang baik melalui forum-forum musyawarah yang melibatkan semua unsur warga masyarakat mulai dari level RT (Rukun Tetangga), RW (Rukun Warga), Kelurahan, Kecamatan, sampai Kota.

2.

Perencanaan Pembangunan Top Down.

Perencanaan dari atas ke bawah ( Top Down) adalah pendekatan perencanaan yang menerapkan cara penjabaran rencana induk ke dalam rencana rinci. Rencana rinci yang berada di "bawah" adalah penjabaran rencana induk yang berada di "atas". Pendekatan perencanaan sektoral acapkali ditunjuk sebagai pendekatan perencanaan dari atas ke bawah, karena target yang ditentukan secara nasional dijabarkan ke dalam rencana kegiatan di berbagai daerah di seluruh Indonesia yang mengacu kepada pencapaian target nasional tersebut. Pada tahap awal  pembangunan, pendekatan perencanaan ini lebih dominan, terutama karena masih serba

terbatasnya sumber daya pembangunan yang tersedia.

Pendekatan top-down planning , adalah pendekatan pembangunan di mana penentuan keputusan tidak menampung semua aspirasi elemen di kelompok, tetapi hanya mementingkan keputusan bagian tertentu dalam kelompok. Top-down planning  merupakan model perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan, perencanaan top-down planning  atau perencanaan atas adalah  perencanaan yang dibuat oleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat

sebagai pelaksana saja.

Tidak ada satupun yang menyangkal bahwa metode top down  yang diterapkan diera orde  baru menghasilkan pertumbuhan pembangunan ekonomi yang menakjubkan secara presentase. Akan tetapi sayangnya kemajuan ini tidak diikuti oleh kemajuan bidang-bidang sosial yang lain

(6)

sehingga muncullah ketimpangan pembangunan. Ketimpangan pembangunan dibeberapa daerah terjadi bukan karena kesalahan konsep, tetapi ketidakmampuan sistem pelaksanaan dalam menterjemahkan konsep tersebut ke dalam program operasional yang mantap. Ketidakmampuan ini bisa diakibatkan oleh rendahnya kemampuan teknis aparat pelaksana, bisa juga karena ketidakcocokan (rasionalisasi penerapan) antara program yang dibuat Pemerintah Pusat dengan kondisi daerah dan keinginan masyarakat, sebab masyarakat setempat tidak diberi kesempatan untuk terlibat pada penyusunan konsef atau tidak berdaya mempengaruhi atau merencanakan masa depan mereka. Hal tersebut menjadikan masyarakat menjadi apatis terhadap pembangunan, masyarakat merasa tidak berkepentingan dengan pembangunan yang pada akhirnya hal tersebut mengakibatkan permasalahan bagi pemerintah.

C. Perbedaan Mendasar Dari Perencanaan Bottom Up dan Top Down.

Dalam suatu proses perencanaan pembangunan dibutuhkan suatu pendekatan perencanaan yang digunakan sebagai pengambil keputusan serta menunjukkan bagaimana proses perencanaan tersebut dilakukan hingga muncul suatu pengambilan keputusan pada produk rencana. Pendekatan perencanaan yang dimaksud adalah pendekatan secara top-downatau bottom-up.

Secara konseptual, terdapat perbedaan yang cukup mendasar dari kedua tipe perencanaan  pembangunan ini, seperti berikut:

Tabel.1

PERBEDAAN PERENCANAAN BOTTOM UP DAN TOP DOWN

Top Down Botton Up

Top down planning adalah model  perencanaan yang dilakukan dari atasan yang ditujukan kepada bawahannya dimana yang mengambil keputusan adalah atasan sedangkan bawahan hanya

Button Up Planning adalah  perencanaan yang dibuat berdasarkan kebutuhan, keinginan dan permasalahan yang dihadapi oleh bawahan bersama-sama dengan atasan menetapkan

(7)

sebagai pelaksana saja. Dalam pengertian lain terkait dengan pemerintahan,  perencanaan top down planning atau  perencanaan atas adalah perencanaan yang dibuatoleh pemerintah ditujukan kepada masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaksana saja.

Dari atas ke bawah (top-down). Pendekatan ini mendesak bagian bawah  bekerja sesuai kemauan atasan di dalam  perencanaan tanpa memedulikan situasi nyata bagian bawah. Waktu perencanaan  bisa sangat pendek, tetapi ada banyak hal yang terlewatkan karena sempitnya forum informasi dan komunikasi. Biasanya menimbulkan kepatuhan yang terpaksa namun untuk sementara waktu efektif.

kebijakan atau pengambilan keputusan dan atasan juga berfungsi sebagai fasilitator. Sedangkan dalam pengertian dibidang pemerintahan, button up  planning atau perencanaan bawah adalah  perencanaan yang disusun berdasarkan kebutuhan mereka sendiri dan pemerintah hanya sebagai fasilitator.

Dari bawah ke atas (bottom-up). Pendekatan ini merupakan upaya melibatkan semua pihak sejak awal, sehingga setiap keputusan yang diambil dalam perencanaan adalah keputusan mereka bersama, dan mendorong keterlibatan dan komitmen sepenuhnya untuk melaksanakannya. Kelemahannya memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk perencanaan. Diperlukan  pengembangan budaya perusahaan yang

sesuai.

Di dalam implementasinya tidak terdapat lagi penerapan penuh pendekatan dari atas ke  bawah. Beberapa pertimbangan, misalnya ketersediaan tabungan pemerintah sebagai sumber  pembiayaan pembangunan dan kepentingan sektoral nasional, masih menuntut penerapan  pendekatan dari atas ke bawah. Namun, kini pendekatan tersebut tidak lagi sepenuhnya dijalankan karena proses perencanaan rinci menuntut peran serta masyarakat. Untuk itu,

(8)

diupayakan untuk memadukan pendekatan perencanaan dari atas ke bawah dengan perencanaan dari bawah ke atas. Secara operasional pendekatan perencanaan tersebut ditempuh melalui mekanisme yang disebut Pedoman Penyusunan Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan di Daerah (P5D) dengan memanfaatkan forum-forum Musyawarah Pembangunan (Musbang) Desa, Musbang Kecamatan, Rapat Koordinasi Pembangunan (Rakorbang) Dati II, Rakorbang Dati I, Konsultasi Regional Pembangunan (Konregbang), yaitu Dati I sepulau/kawasan, dan puncaknya terjadi pada Konsultasi Nasional Pembangunan (Konasbang). Di setiap tingkat diupayakan untuk mengadakan koordinasi perencanaan sektoral dan regional. Usulan atau masalah yang lintas wilayah atau lintas sektoral yang tidak dapat diselesaikan di suatu tingkat dibawa ke tingkat di atasnya. Proses berjenjang ini diharapkan dapat mempertajam analisis di berbagai tingkat forum konsultasi perencanaan pembangunan tersebut. Dengan demikian, perencanaan dari "atas ke  bawah" yang memberikan gambaran tentang perkiraan-perkiraan dan kemungkinan-kemungkinan yang ada diinformasikan secara berjenjang, sehingga proses perencanaan dari "bawah ke atas" diharapkan sejalan dengan yang ditunjukkan dari "atas ke bawah".

Pada bagan berikut ditunjukkan bagaimana mekanisme perencanaan dengan pendekatan dari bawah ke atas. Pemrosesan usulan kegiatan atau proyek dari instansi sektoral yaitu Kantor Departemen (Kandep) di Dati II dan Kantor Wilayah (Kanwil)/perwakilan departemen/lembaga di Dati I dikonsultasikan dalam forum konsultasi pembangunan sehingga diharapkan visi atau kepentingan daerah sudah terwakili dalam usulan tersebut. Upaya-upaya untuk mengakomodasikan kebutuhan dunia usaha telah diefektifkan dalam rapat koordinasi penanaman modal di Dati I (RKPPMD I). Dengan demikian, forum Rakorbang Dati I menjadi ajang  pertemuan pembahasan antara kebutuhan masyarakat, dunia usaha, dan perencanaan sektoral.

(9)

Adanya pertumbuhan penduduk menentukan adanya perubahan struktur masyarakat. Dengan adanya konflik juga dapat menimbulkan perubahan struktur masyarakat dimana dalam membuat perubahan yang terencana kita harus memebuat peren canaan terlebih dahulu.

Beberapa jenis dari perencanaan adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan dengan sistem “TOP DOWN PLANNING” artinya adalah perencanaan yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan sebagai pemberi gagasan awal serta  pemerintah berperan lebih dominan dalam mengatur jalannya program yang berwal dari  perencaan hingga proses evaluasi, dimana peran masyarakat tidak begitu berpengaruh. 2. Perencanaan dengan sistem “BOTTOM UP PLANNGING” artinya adalah perencanaan

yang dilakukan diaman masyarakat lebih berperan dalam hal pemberian gagasan awal sampai dengan mengevaluasi program yang telah dilaksanakan sedangkan pemerintah  pemerintah hanya sebagai fasilitator dalam suatu jalannya program.

3. Perencaan dengan sistem gabungan dari kedua sistem diatas adalah perencaan yang disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan program yang diinginkan oleh masyarakat yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan juga masyarakat sehingga peran antar satu dan keduanya saling berkaitan.

Adapun kelemahan dari tipe “TOP DOWN PLANNING” adalah :

1. Masyarakat tidak bisa berperan lebih aktif dikarenakan peran pemerintah yang lebih dominan bila dibanding peran dari masyarakat itu sendiri.

2. Masyarakat tidak bisa melihat sebarapa jauh suatu program telah dilaksanakan.

3. Peran masyarakat hanya sebagai penerima keputusan atau hasil dari suatu program tanpa mengetahui jalannya proses pembentukan program tersebut dari awal hingga akhir.

(10)

4. Tujuan utama dari program tersebut yang hendaknya akan dikirimkan kepada masyarakat tidak terwujud dikarenakan pemerintah pusat tidak begitu memahami hal-hal yang diperlukan oleh masyarakat.

5. Masyarakat akan merasa terabaikan karena suara mereka tidak begitu diperhitungkan dalam proses berjalannya suatu proses.

6. Masyarakat menjadi kurang kreatif dengan ide-ide mereka.

Kelebihan dari sistem ini adalah

1. Masyarakat tidak perlu bekerja serta memberi masukan program tersebut sudah dapat  berjalan sendiri karena adanya peran pemerintah yang optimal.

2. Hasil yang dikeluarkan bisa optimal dikarenakan biaya yang dikeluarkan ditanggung oleh  pemerintah.

3. Mengoptimalkan kinerja para pekerja dipemerintahan dalam menyelenggarakan suatu  program.

Kelebihan dari sistem “BOTTOM UP PLANNING” adalah

1. Peran masyarakat dapat optimal dalam memberikan masukan atau ide-ide kepada  pemerintah dalam menjalakan suatu program.

2. Tujuan yang diinginkan oleh masyarakat akan dapat berjalan sesuai dengan keinginan masyrakat karena ide-idenya berasal dari masyarakat itu sendiri sehingga masayarakat  bisa melihat apa yang diperlukan dan apa yang diinginkan.

3. Pemerintah tidak perlu bekerja secara optimal dikarenakan ada peran masyarakat lebih  banyak.

4. Masyarakat akan lebih kreatif dalam mengeluarkan ide-ide yang yang akan digunakan dalam suatu jalannya proses suatu program.

(11)

1. Pemerintah akan tidak begitu berharga karena perannya tidak begitu besar.

2. Hasil dari suatu program tersebut belum tentu biak karena adanya perbadaan tingkat  pendidikan dan bisa dikatakn cukup rendah bila dibanding para pegawai pemerintahan. 3. Hubungan masyarakat dengan pemerintah tidak akan berlan lebih baik karena adanya

silih faham atau munculnya ide-ide yang berbeda dan akan menyebabkan kerancuan  bahkan salah faham antara masyarakat dengan pemerintah dikarenakan kurang jelasnya

masing-masing tugas dari pemerintah dan juga masyarakat.

Bila dilihat dari kekurangan serta kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing sistem tersebut maka sitem yang dianggap paling baik adalah suatu sistem gabungan dari kedua janis sistem tersebut karena banyak sekali kelebihan yang terdapat didalamya antara lain adalah selain masyarakat mampu berkreasi dalam mengembangkan ide-ide mereka sehingga mampu berjalan  beriringan bersama dengan pemerintah sesuai dengan tujuan utama yang diinginkan dalam

mencapai kesuksesan dalam menjalankan suatu program tersebut.

E. Peran Perencana pada Pembangunan yang Memiliki Pendekatan TOP-DOWN dan BOTTOM-UP PLANNING

Dalam suatu perencanaan terdapat beberapa pihak yang terlibat suatu produk rencana tersebut, baik terlibat secara langsung ataupun tak langsung tergantung pendekatan perencanaan yang dianut. Pihak-pihak terkait tersebut adalah pemerintah, swasta, masyarakat, dan perencana. Pada pendekatan top-down planning di mana pemerintah yang memiliki andil terbesar dan mutlak sehingga dalam hal ini peran dari perencana pun tidak memiliki pengaruh yang besar karena di sini perencana hanya mengikuti apa yang menjadi permintaan dari pemerintah. Dalam  pendekatan top-down ini semua keputusan berada di tangan pemerintah sedangkan masyarakat

hanya sebagai objek dari suatu perencanaan tanpa ikut campur tangan dalam perencanaan.

Pada hakikatnya penataan ruang merupakan sebuah upaya membuat rencana untuk kepentingan masyarakat. Untuk itu langkah ke depan selanjutnya adalah bagaimana membuat masyarakat menjadi bagian dari proses perencanaan. Melibatkan masyarakat dalam proses

(12)

 perencanaan termasuk salah satu metode pendekatan bottom-up planning . Dalam hal ini  perencana memiliki peran sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini  perencana memiliki tugas memberdayakan dalam bidang tata ruang. Melakukan perencanaan atas kepentingan masyarakat sejatinya seiring dan sejalan dengan melakukan perencanaan  bersama masyarakat. Menjadikan masyarakat sebagai bagian dari proses perencanaan dan  perencanaan bagian dari proses bermasyarakat.

Dalam upaya pengembangan wilayah dan pembangunan kota secara bottom-up, peran  pemerintah akan lebih ditekankan pada penyiapan pedoman, norma, standar dan peraturan,  pengembangan informasi dan teknologi, perumusan kebijakan dan strategi nasional. Sementara disisi lain, masyarakat semakin dituntut untuk mengenali permasalahan wilayah dan kota dan  pemecahan yang inovatif yang tidak lagi tergantung pada pemerintah, meskipun pemerintah masih mempunyai kewajiban membantu dalam pembangunan wilayah. Seorang perencana pada akhirnya harus dapat menjadi seorang komunikator dalam proses politik yang terjadi, untuk mengkomunikasi kepentingan berbagai pihak.

F. Proses Perencanaan Top-Down dan Bottom-Up

Proses top-down  versus bottom-up  lebih mencerminkan proses perencanaan di dalam  pemerintahan yaitu dari lembaga/departemen dan daerah ke pemerintah Pusat. Lembaga/departemen/daerah menyusun rencana pembangunan sesuai dengan wewenang dan fungsinya. Proses top-down  dan bottom-up  ini dilaksanakan dengan tujuan antara lain menyelaraskan program-program untuk menjamin adanya sinergi/konvergensi dari semua kegiatan pemerintah dan masyarakat. Penyelarasan rencana-rencana lembaga pemerintah dilaksanakan melalui musywarah perencanaan yang dilaksanakan baik di tingkat pusat, propinsi, maupun kabupaten/kota.

Dalam sistem perencanaan nasional, pertemuan antara perencanaan yang bersifat top-down dan bottom-up  diwadahi dalam musyawarah perencanaan. Dimana perencanaan makro yang dirancang pemerintah pusat disempurnakan dengan memperhatikan masukan dari semua

(13)

 stakeholders  dan selanjutnya digunakan sebagai pedoman bagi daerah-daerah dan lembaga-lembaga pemerintah menyusun rencana kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan persoalan utama dilakukan guna menetapkan tujuan pembangunan sebagai landasan perumusan rencana, serta skenario, strategi, dan program pembangunan sesuai potensi dan

Therefore,it can be concluded that the top-down technique of reading is more effective to be used than the bottom-up technique of reading for junior high school