• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

1.1 Latar Belakang

Proses perencanaan pembangunan yang bersifat top-down sering dipandang sebagai proses yang bertentangan dengan konsep partisipasi masyarakat yang bersifat bottom-up. Dalam artian terlalu diperuntukkan bagi kepentingan pemerintah, sektor

swasta serta sekelompok orang yang telah mapan. Program pembangunan yang diusulkan dan diimplementasikan akhirnya tidak kena sasaran dan kurang direspon sehingga program tersebut cenderung sia-sia tidak memberikan efek yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat kebanyakan (Pontoh dan Kustiawan, 2009).

Pembangunan yang bertumpu pada masyarakat ditawarkan sebagai alternatif model perencanaan dan pembangunan. Hal ini berpijak pada keyakinan bahwa masyarakat sesungguhnya mempunyai potensi dan sumberdaya yang harus dibangkitkan dengan inisiatif kreatif masyarakat sebagai sumber utama pembangunan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat tersebut.

Keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan akan menghasilkan suatu hasil rencana yang tepat sasaran dan efektif sesuai kebutuhan masyarakat dan menghasilkan rancangan rencana, program dan kebijakan yang lebih realistis.

Selain itu, partisipasi juga memperbesar kemungkinan masyarakat bersedia dan

mampu menyumbangkan sumber daya mereka seperti uang dan tenaga bagi

pelaksanaan serta operasi dan pemeliharaan serta partispasi menjamin penerimaan

(2)

dan apresiasi yang lebih besar terhadap segala sesuatu yang dibangun (prasarana, rumah, bangunan umum) (Fritschi, dkk dalam Rukmana, dkk (1993)).

Berangkat dari kedudukan, tugas dan fungsinya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dengan sumber dana dari multi donor yang tergabung dalam Java Reconstruction Fund (JRF) yang diadministrasikan melalui Bank Dunia menterjemahkan sebuah program dengan menggunakan pendekatan bottom-up yang melibatkan peran serta masyarakat secara penuh dalam proses perencanaan maupun implementasinya melalui Program Rekompak yaitu Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas. Program Rekompak atau Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman berbasis Komunitas ini hadir dalam upaya untuk mengembalikan kemandirian masyarakat pasca bencana melalui pembangunan permukiman (rumah dan lingkungan) berbasis pada komunitas dan bertujuan untuk mengedepankan pendekatan pemberdayaan masyarakat dan mendorong peran masyarakat untuk menjadi pelaku utama dalam proses rehabilitasi dan rekonstruksi. Asas pelaksanaannya adalah kejujuran dan kebersamaan dengan menerapkan transparansi dan akuntabilitas dari semua pihak yang terlibat.

Program Rekompak melalui pendanaan Multi Donor Fund (MDF) ini

memelopori pendekatan berbasis komunitas dalam rehabilitasi dan rekonstruksi

dengan memberi kesempatan kepada masyarakat yang terkena bencana untuk

memimpin pemulihan mereka dan agar mempunyai rasa memiliki atas upaya

rehabilitasi dan rekonstruksi. Program Rekompak ini menetapkan standar tinggi

(3)

dalam rehabilitasi dan rekonstruksi terutama didorong oleh pendekatan berbasis komunitas.

Program Rekompak telah terbukti sebagai model tanggap darurat bencana dan rekonstruksi di Indonesia yang berhasil dan dapat ditiru secara luas dan dapat diterapkan dinegara-negara lain. Tidak hanya rumah, masyarakat dan mata pencaharian yang dibangun kembali setelah berbagai bencana alam tersebut, namun juga harapan dan impian masyarakat serta pemulihan kembali kapasitas mereka untuk menggapai itu semua. Pendekatan Rekompak ini telah menjadi model yang direplikasi oleh Pemerintah Indonesia dalam kaitannya dengan rekonstruksi untuk pasca bencana lainnya.

Program Rekompak telah berhasil diterapkan di Aceh pasca gempa bumi dan bencana Tsunami tanggal 26 Desember 2004, di Nias pasca bencana gempa bumi pada Maret 2005, di wilayah DI Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah pasca gempa bumi tanggal 27 Mei 2006, di wilayah Jawa Barat pasca Tsunami pada 17 Juli 2006 serta di Magelang, Sleman, Klaten dan Boyolali pasca letusan erupsi gunung merapi pada 26 Oktober sampai awal November 2010.

Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang merupakan salah satu daerah

yang terkena dampak erupsi merapi pada November 2010 dan telah menerapkan

Program Rekompak di beberapa desa yang terkena dampak. Berdasarkan data

podes 2008 (BPS) dalam Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Erupsi

Merapi (2011), dikemukakan bahwa Kecamatan Dukun merupakan daerah yang

memiliki desa terbanyak yang berada pada zona ancaman bahaya Gunung Merapi

yaitu sebanyak sembilan desa.

(4)

Program Rekompak hadir di Kecamatan Dukun pasca erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010, dimana pelaksanaan Program Rekompak yang ada di kecamatan ini seluruhnya berbentuk pembangunan fasilitas umum dan sosial.

Porgram Rekompak di desa ini berbeda dengan Program Rekompak di daerah lain yang pembangunannya lebih mengarah pada pembangunan perumahan.

Desa Dukun dan Desa Krinjing, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang merupakan daerah yang menjadi lokasi pelaksanaan Program Rekompak. Kedua desa ini telah melaksanakan Program Rekompak dengan pemberdayaan masyarakat secara penuh, dimana Program Rekompak yang dilaksanakan pada kedua desa ini berupa Bantuan Dana Lingkungan (BDL).

Pelaksanaan Program Rekompak di Desa Krinjing ini cukup unik karena dalam pelaksanaannya melibatkan tiga desa yaitu Desa Paten, Sewukan dan Krinjing dan karena keterlibatan tiga desa ini menjadikan desa ini menjadi salah satu desa yang sukses (best practice) dalam pelaksanaan Program Rekompak.

Berbeda dengan Desa Dukun yang walaupun merupakan ibukota dari Kecamatan Dukun tetapi dalam pelaksanaan Program Rekompak termasuk biasa (tidak best practice).

Proses perencanaan yang diterapkan oleh Program Rekompak ini adalah

proses perencanaan partisipatori dimana masyarakat terlibat secara penuh dalam

proses perencanaan maupun implementasinya. Secara umum, proses perencanaan

partisipatori hanya sampai pada tahap implementasinya tetapi pada Program

Rekompak ini ada tahap pasca implementasinya.

(5)

Berangkat dari kondisi di atas, maka kegiatan penelitian ini akan menjawab bagaimana proses perencanaan partisipatori Program Rekompak pada Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang serta faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses perencanaan partisipatori pelaksanaan program rekompak tersebut.

1.2 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, dikembangkan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana proses perencanaan partisipatori Program Rekompak di Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi proses perencanaan partisipatori tersebut?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan proses perencanaan partisipatori Program Rekompak di Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

2. Menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan partisipatori tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah pengetahuan

tentang proses perencanaan partisipatori dan sebagai referensi pada penelitian

berikutnya.

(6)

2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Magelang, terhadap proses perencanaan yang lebih mengarah pada pendekatan yang bersifat partisipatori.

3. Dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi penulis sendiri maupun bagi orang lain.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Penelitian difokuskan pada proses perencanaan partisipatori Program Rekompak saja.

2. Identifikasi permasalahan dilakukan pada kegiatan di Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai proses perencanaan partisipatori pada Program Rekompak dengan mengambil studi kasus pada Desa Dukun dan Desa Krinjing Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Penelitian ini mengkaji proses- proses perencanaan partisipatori dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses perencanaan partisipatori pada kasus desa yang berhasil dan desa tidak berhasil.

Penelitian sebelumnya belum ada yang membahas mengenai proses perencanaan

partisipatori terutama pada program rekompak dengan kasus desa yang berhasil dan

tidak berhasil. Sudah ada penelitian yang membahas mengenai proses perencanaan

partisipatif tetapi berbeda substansi maupun lokasi sehingga penelitian ini masih

bisa dilanjutkan. Keaslian penelitian ini dapat dilihat berdasarkan perbandingan

penelitian sebelumnya yang dapat dijabarkan dalam Tabel 1.1.

(7)

Tabel. 1.1 Keaslian Penelitian No. Nama

Peneliti

Judul Lokasi Penelitian

Fokus Penelitian

Keterangan 1. Urbanus

(2005)

Proses Perencanaan Partisipatif dalam Program Pengembangan Kecamatan

Kabupaten Sikka, Kecamatan Paga dan Talibura, Provinsi NTT

Proses perencanaan partisipatif pada Program Pengembagan Kecamatan

Mengkaji bagaimana proses perencanaan pada Program Pengembangan Kecamatan dan faktor- faktor yang mempengaruhi nya

2. Lono Hartanto

(2012)

Proses Perencanaan Partisipatif dalam Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK)

Kelurahan Karangwar, Kecamatan Tegalrejo, Kota Yogyakarta

Proses perencanaan partisipatif pada program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK)

Mengkaji bagaimana proses perencanaan partisipatif yang dilakukan pada Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) dan faktor-faktor yang

mempengaruhi nya.

Sumber : Analisis Penulis, 2014

Penelitian mengenai proses perencanaan partisipatif pernah diteliti oleh

Urbanus pada tahun 2005 tentang Proses Perencanaan Partisipatif dalam Program

Pengembangan Kecamatan. Penelitian ini mengkaji bagaimana proses perencanaan

partisipatif yang dilakukan pada Program Pengembangan Kecamatan dan faktor-

faktor yang mempengaruhi pelaksanaannya.

(8)

Penelitian lain yang berkaitan dengan proses perencanaan partisipatif adalah penelitian dari Lono Hartanto pada tahun 2012 tentang Proses Perencanaan Partisipatif dalam Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK). Penelitian ini mengkaji bagaimana proses perencanaan partisipatif yang dilakukan pada Program Pengembangan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK) dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan keaslian penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan teori-teori dari berbagai literatur dan referensi yang digunakan sebagai pengetahuan dasar sebelum melakukan penelitian.

Dengan teori-teori tersebut didapatkan proposisi sehingga berguna sebagai petunjuk dalam melakukan penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan pendekatan dan metode penelitian yang dipilih serta langkah-langkah untuk melakukan penelitian ini mulai dari pencarian data, pengumpulan data hingga analisis yang digunakan.

Bab IV Gambaran Umum Wilayah Penelitian

(9)

Bab ini menjelaskan kondisi umum wilayah penelitian yang meliputi wilayah, iklim, topografi, kependudukan, kondisi perekonomian Desa Dukun dan Desa Krinjing, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang.

Bab V Temuan dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan temuan-temuan yang didapatkan dari hasil pencarian dan pengumpulan data yang kemudian dianalisis dan dilakukan pembahasan untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Bab ini menjelaskan ringkasan dan intisari dari temuan dan pembahasan

yang telah dilakukan pada penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan

ringkasan temuan, kontribusi teoritik, implikasi kebijakan pemerintah dan

rekomendasi penelitian lebih lanjut.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas pemberian pakan alami yang berbeda terhadap pertumbuhan, retensi protein dan kelulushidupan benih ikan tambakan yang

Kemudian setelah melakukan pemungutan terhadap objek pajak, maka Dinas Pendapatan Kabupaten Indragiri Hilir akan melakukan pembukuan dengan menghimpun data dari hasil

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 bahwa hasil penggabungan kedua stasiun pengamatan terdapat 32 spesies dari 17 familia yang berhabitus herba. Berdasarkan data

Berkaitan dengan kondisi keberadaannya tersebut maka untuk mendeliniasi daerah sebaran logam tanah jarang (RE) perlu dilakukan evaluasi beberapa parameter, yaitu

Dengan disusunnya anggaran kas PT “X” untuk tahun 2006 dan 2007, maka dapat dilihat bahwa metode saldo kas minimum yang diperkirakan dapat meningkatkan efisiensi kas perusahaan

Dalam ketentuan UUPPLH standing mencakup akses OLH dan pemerintah dan pemerintah daerah untuk tampil sebagai pihak penggugat dalam penyelesaian sengketa lingkungan baik di peradilan

Meskipun penghematan pengeluaran negara karena Covid-19 harus dilakukan, anggaran Kementerian Pertanian untuk membantu premi asuransi petani/peternak perlu dipertahankan

Gambang Camar 9..  0lat musik ini terbuat dari kayu dan logam. +ambang 2amar termasuk jenis alat musik silofon, yang terdiri dari enam bilah kayu hitam yang ditempatkan pada rak