• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP UTANG MENURUT PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH DAN MUHAMMAD SHARIF CHAUDRY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KONSEP UTANG MENURUT PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH DAN MUHAMMAD SHARIF CHAUDRY "

Copied!
95
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Kami berharap penelitian ini dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang, sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan teori-teori yang terkandung dalam penelitian ini. Bagi peneliti, kami berharap dapat menjadi referensi untuk mengaplikasikan ilmu yang telah peneliti peroleh selama perkuliahan. Bagi para pembaca, kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi nasehat dan sumber referensi mengenai konsep utang menurut hukum Islam.

Definisi Istilah

Ibnu Taimiyah yang bernama lengkap Taqiyuddin Ahmad Bin Abdul Halim lahir di kota Harran, Provinsi Saliurfa, Turki, pada tanggal 22 Januari 1263 M (10 Rabiul Awwal 661 H).13 Keluarganya sudah lama dikenal dengan ilmunya. . Meski lahir di Harran, Ibnu Taimiyah dibesarkan di Damaskus, tempat yang menyambut kedatangan Ibnu Taymiyah dan keluarganya, negara yang menjadi surga ilmu pengetahuan dan tempat berkumpulnya ruh-ruh kecerdasan. Pada tahun 1961 lulus Matrikulasi dari Sekolah Menengah Atas Negeri Usmanwala dan pada tahun 1963 memperoleh gelar FA dari Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.

Ia lulus dari Government Islamia College Lahore pada tahun 1965 dan memperoleh gelar master dalam bidang sejarah dari Universitas Punjab pada tahun 1967. Pada tahun 1970-1980, beliau menjabat sebagai Hakim Sidang di Pengadilan Punjab pada tanggal 2 November 1981 dan sebagai Hakim Sidang di Pengadilan Tinggi Lahore dan pensiun pada tanggal 10 Maret 1990.

Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian kedua sebelumnya yang ditulis oleh Evi Ratnasari dengan judul “Praktik Hutang Piutang Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus: Desa Giri Kelopo Mulyo)” menggunakan penelitian kualitatif. 19Evi Ratnasari, “Praktik Piutang Dalam Perspektif Ekonomi Islam (Studi Kasus: Desa Giri Kelopo Mulyo)”, (Tesis Magister: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Metro, 2019), hal. Penelitian ketiga sebelumnya yang ditulis oleh Muhamad Naim berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Hutang dan Piutang Pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kec.

20Muhamad Naim, “Analisis Hukum Islam Terhadap Penerapan Piutang Pada Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kec. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Evi Ratnasari membahas tentang kedua hutang tersebut, namun terdapat perbedaan dengan penelitian yang ditulis oleh peneliti saat ini yaitu untuk fokus pada konsep utang menurut pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry, sedangkan penelitian sebelumnya fokus pada praktik utang usaha.

Tinjauan Teori

Sedangkan menurut Rasyid, utang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan kesepakatan bahwa ia akan membayarnya. Pengertian Hutang dan Piutang termasuk dalam pengertian perjanjian Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dimana seseorang atau beberapa orang mengikatkan dirinya pada orang lain atau beberapa orang. Perjanjian utang piutang ini dikenal dengan perjanjian pinjam meminjam, yang dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata terdapat pasal 1754 yang berbunyi sebagai berikut; “Hutang dan piutang atau pinjaman adalah transaksi antara dua pihak, seseorang menyerahkan uang kepada pihak lain secara sukarela untuk segera dikembalikan kepadanya oleh pihak yang lain, atau seseorang menyerahkan uang kepada pihak lain untuk digunakan dan kemudian orang tersebut mengembalikannya sebagai imbalan” .

Kita boleh membuat kesimpulan bahawa penghutang adalah satu bentuk transaksi bukan tunai di mana seseorang memberikan harta, wang dan barang kepada orang lain dan akan dikembalikan pada kadar yang sama dan tidak lebih tinggi daripada yang diberikan oleh pemberi pinjaman. Hutang merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan antarmanfaat antara lain saling membantu dalam kehidupan sehari-hari, memberi hutang kepada orang yang. Istilah Arab bagi tuntutan yang sering digunakan ialah al-Dain (jamak al-Duyun) dan al-Qordh.

Manakala hutang (al-Qordh) menurut Labib bermaksud memberi sesuatu, sama ada dalam bentuk wang atau barang berharga lain dalam jumlah tertentu kepada orang lain dengan persetujuan yang disepakati bersama, pembayaran balik hutang itu dengan jumlah yang sama no. kurang atau tidak lebih sehingga masa yang ditetapkan. Menurut Hanafiyah Qardh, harta yang diberikan kepada orang lain adalah mal mitsli yang akan dibayar kemudian. Menurut ulama malikiyah, berhutang ialah akad untuk memberikan sesuatu yang bernilai atau berupa wang daripada seseorang kepada orang lain yang memerlukan dengan persetujuan bahawa penghutang akan mengembalikan jumlah yang sama.

Dalam Islam, Hutang dan Debitur dikenal juga dengan nama Qardh, Qardh berasal dari bahasa Arab ضرق yang berarti meminjamkan uang berdasarkan amanah. Dalam surat Al-Isra dijelaskan bahwa apabila suatu perjanjian utang dan debitur terikat dalam jangka waktu tertentu, maka wajib untuk menaatinya dan pihak yang berhutang harus melunasi utangnya menurut perjanjian itu. Dari pengertian hutang piutang dapat disimpulkan bahwa hutang piutang merupakan salah satu bentuk muamalah yang melibatkan dua pihak sebagai subjeknya, dan suatu barang yang menjadi obyeknya kemudian terjadi perpindahan kepemilikan dari satu pihak ke pihak lain yang dapat mengakibatkan pihak lain.

Syarat-syarat membuat akad utang dan penagihan sama dengan syarat jual beli, sedangkan ijab kabul adalah pernyataan memberi utang, ucapan. Sebagaimana dikatakan bahwa akad utang piutang itu sah apabila ada persetujuan dan penerimaan secara lisan, maka dapat juga dibuat secara tertulis dengan syarat yang kedua.

Metodologi Penelitian

Data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh melalui media perantara atau tidak langsung berupa buku, catatan, bukti-bukti yang ada atau arsip-arsip yang biasa diterbitkan. Dengan kata lain penelitian memerlukan pengumpulan data dengan cara mengunjungi perpustakaan, pusat studi, arsip atau membaca secara luas. buku-buku yang berkaitan dengan penelitiannya. Pengumpulan data tidak lain hanyalah suatu proses memperoleh data untuk keperluan penelitian.48 Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian kepustakaan sehingga sumber yang diperoleh adalah sumber tertulis, untuk itu buku atau referensi yang digunakan dalam hal ini adalah penulis. diperiksa secara kritis menggunakan metode kutipan berikut. Editing adalah memeriksa dan mengkaji kembali data yang telah dikumpulkan, terutama dalam hal kelengkapan data yang diperoleh, kejelasan makna, keselarasan data yang ada, dan relevansinya dengan penelitian.52.

53 Peneliti melakukan kajian mendalam terhadap apa yang diperolehnya kemudian mengklasifikasikannya berdasarkan fokus masalah untuk memudahkan dalam melakukan analisis data. Analisis (analyzing) adalah sesuatu yang bersifat deskriptif, membedah dan membedah.55 Tahap ini merupakan tahap menganalisis data yang diperoleh, yang kemudian dihubungkan dengan fokus masalah yang diteliti. Atau sebagaimana dikatakan byjauhari, kesimpulan adalah bab akhir yang memuat jawaban atas pertanyaan atau permasalahan yang diperoleh dari hasil analisis data.56.

Singkatnya, teknik analisis data merupakan suatu proses penelitian yang sangat sulit karena memerlukan kerja keras, pemikiran kreatif dan tingkat wawasan yang cukup tinggi. Lwxy j Meleong berpendapat bahwa analisis data adalah suatu kegiatan analisis dalam penelitian yang dilakukan dengan cara memeriksa seluruh data dari instrumen penelitian seperti dokumen, catatan, rekaman, hasil tes, dan lain-lain. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teknik analisis data adalah suatu cara atau cara mengolah data menjadi suatu informasi, sehingga data tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan berguna untuk mencari solusi permasalahan penelitian.57.

Ada beberapa metode yang digunakan penulis untuk menganalisis data guna memudahkan pengambilan keputusan tentang data yang dianalisis sambil membaca berbagai buku. Metode induktif berupa analisis data yang dimulai dari hal-hal khusus kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum. Metode deduksi berupa analisis data yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum hingga sampai pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus dan dapat ditindaklanjuti.

UTANG MENURUT PEMIKIRAN IBNU TAIMIYAH

Karya-Karya Ibnu Taimiyah

Ushulu al Din wa al Ra'du' Ala al Mutkalimin 1) Wacana fi Ushulu al-Din. Selain kitab-kitab karangan Ibnu Taimiyah di atas, terdapat pula karya-karyanya yang terkenal antara lain: Al-Fatawa Al-Kubra lima bagian, Asy-Shafadiyah dua bagian, Al-Istiqamah dua bagian, Al-Fatawa Al-Hamawiyyah Sudah - . Kubra, at-Tuhfah Al-'iraqiyyah fi A'mar al-Qalbiyah, AlHasanah wa As-Sayyiah, Dar'u Ta'arudh Al-Aql wa an-Naql, sembilan bagian.61.

Pemikiran Ibnu Taimiyah Tentang Utang

Muhammad Sharif Chaudry dalam pemikirannya mengacu pada Al-Quran dan hadis yang tidak pernah menyimpang ke Barat, begitu pula pemikirannya tentang utang. 73 Menurut Muhammad Sharif Chaudry, pemberian bunga tambahan atas pengembalian barang pinjaman tidak dibenarkan karena merupakan riba. Dijelaskan oleh Muhammad Sharif Chaudry, penulis sangat setuju dengan pandangan Muhammad Sharif Chaudry mengenai utang.

Penentuan permasalahan yang membedakan pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry adalah pada debitur atau peminjam. Aspek pembeda lainnya menurut pandangan Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry adalah jaminan utang, dimana Ibnu Taimiyah sendiri tidak memerlukan apapun dari peminjam sebagai jaminan pelunasan utangnya. Sedangkan Muhammad Sharif Chaudry sendiri berpendapat bahwa pemberi pinjaman dapat meminta jaminan berupa aset atau harta benda kepada peminjam sebagai jaminan pelunasan utang itu sendiri.

Sementara itu, Muhammad Sharif Chaudry sendiri membuat kontrak tertulis dengan peminjam, disaksikan oleh dua orang saksi, yang memuat syarat dan ketentuan pelunasan utang tersebut. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa pemikiran Muhammad Sharif Chaudry mengenai hutang lebih detail dibandingkan dengan pemikiran Ibnu Taimiyah. Sementara Muhammad Sharif Chaudry sendiri berpendapat bahwa Islam hanya mengenal adanya qardh hasanah atau utang kebajikan.

Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry tidak memperbolehkan tambahan hutang dalam jumlah kecil di sini karena menurut mereka ini termasuk riba. Pemikiran Muhammad Sharif Chaudry tentang hutang adalah Islam hanya mengenal qardh hasanah (hutang amal shaleh). Sementara itu, Muhammad Sharif Chaudry mengatakan, tidak ada pembenaran untuk berhutang jika tidak ada keperluan yang mendesak dan sebaiknya kreditur memberikan hutang kepada pihak yang membutuhkan.

Persamaan pemikiran antara Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry adalah sama-sama tidak memperbolehkan hutang tersebut dan mengaku disalahgunakan karena dapat menimbulkan riba. Konsep Hutang Menurut Ibnu Taimiyah dan Muhammad Sharif Chaudry”, Tesis Magister: Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Bengkulu, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi Frekuensi Prokrastinasi Akademik Peserta Didik di SMA Negeri 1 Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Melakukan Aktivitas lain yang Lebih Menyenangkan Tabel