68
Efektivitas Pupuk Organik Cair Limbah Tahu dalam Meningkatkan Produktivitas Bayam (Amaranthus sp.)
Tri Minarsih
1, Febrianawati Yusuf
2Program Studi Tadris Biologi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari Banjarmasin Jl. A.Yani No.Km 4, RW.5, Kebun Bunga, Kec. Banjarmasin
Tim. Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Kodepos 70235
Received: O3 Juni 2025; Accepted: Published:
ABSTRAK.
Limbah cair tahu yang berpotensi mencemari lingkungan mengandung unsur hara bermanfaat dan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik cair (POC) untuk meningkatkan produktivitas bayam, sayuran bergizi tinggi yang banyak dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan mengkaji efektivitas POC limbah cair tahu terhadap pertumbuhan bayam serta menentukan dosis optimal untuk hasil terbaik. Penelitian dilakukan pada tanaman bayam (Amaranthus sp.) dalam kondisi terkendali. Bayam dipilih sebagai subjek karena memiliki siklus pertumbuhan yang relatif cepat dan responsif terhadap pupuk organik. Menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL). Tanaman dibagi dalam beberapa perlakuan dengan variasi dosis POC: tanpa POC (kontrol), 25%, 50%, 75%, dan 100%. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan bobot segar, yang diukur secara berkala untuk menganalisis pertumbuhan bayam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa POC limbah cair tahu berdampak positif terhadap pertumbuhan bayam, terutama pada konsentrasi 50% dan 75%, yang memberikan hasil terbaik. Namun, pada konsentrasi 100%, pertumbuhan justru menurun akibat kelebihan unsur hara yang menghambat penyerapan nutrisi. Kesimpulannya, POC limbah tahu efektif meningkatkan produktivitas bayam dengan dosis optimal 50%-75%. Selain sebagai pupuk alternatif, pemanfaatan limbah ini dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Disarankan penelitian lebih lanjut untuk memahami dampak jangka panjangnya terhadap kesuburan tanah dan tanaman lain.
Kata Kunci: POC, Limbah cair tahu, Produktivitas,Pupuk organik, Dosis optimal, Pencemaran lingkungan
Effectiveness of Liquid Organic Fertilizer from Tofu Waste in Increasing Spinach (Amaranthus sp.) Productivity
ABSTRACT
Wastewater from tofu production, which has the potential to pollute the environment, contains beneficial nutrients and can be utilized as liquid organic fertilizer (LOF) to enhance the productivity of spinach, a highly nutritious and widely consumed vegetable. This study aims to examine the effectiveness of tofu wastewater LOF on spinach growth and determine the optimal dosage for the best results. The research was conducted on spinach plants (Amaranthus sp.) under controlled conditions. Spinach was chosen due to its relatively fast growth cycle and responsiveness to organic fertilizers. The study employed an experimental method using a completely randomized design (CRD). Plants were divided into several treatment groups with varying LOF doses: no LOF (control), 25%, 50%, 75%, and 100%. Observed parameters included plant height, number of leaves, leaf area, and fresh weight, which were measured periodically to analyze growth performance.
The results showed that tofu wastewater LOF positively affected spinach growth, particularly at 50% and
Journal of Biology Science and Education (JBSE)
https://jurnalfkipuntad.com/index.php/ejipbiol
Vol. XI. No. 1. Hal. 68-72. (2023)
68
75% concentrations, which yielded the best outcomes. However, growth decreased at 100% concentration due to nutrient overload, which hindered nutrient absorption. In conclusion, tofu wastewater LOF is effective in increasing spinach productivity at an optimal dose of 50%–75%. In addition to being an alternative fertilizer, its use can help reduce environmental pollution. Further research is recommended to understand its long-term effects on soil fertility and other crops.
Keywords : LOF , tofu wastewater , Spinach productivity , Organic fertilizer , Optimal dosage , Environmetal pollution.
Copyright © 2025 Tri Minarsih, Febrianawati Yusuf.
Corresponding author: Tri Minarsih, Program Studi Tadris Biologi, Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin, Indonesia.
Email: minarsihminar19 @gmail.com
PENDAHULUAN | 3
Pertanian berkelanjutan menjadi tantangan besar dalam menghadapi pertumbuhan populasi dan penurunan kualitas lahan akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan.
Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah bayam (Amaranthus sp.), tanaman sayuran yang cepat tumbuh dan memiliki nilai gizi tinggi. Namun, produktivitas bayam sering kali belum optimal karena kurangnya pemanfaatan sumber daya lokal sebagai alternatif pemupukan. Di sisi lain, limbah cair tahu yang dihasilkan dari industri rumah tangga banyak dibuang begitu saja ke lingkungan tanpa pengolahan, yang pada akhirnya dapat mencemari perairan dan menimbulkan bau tak sedap (Wulandari & Sari, 2022). Limbah cair yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu berasal dari beberapa tahap, seperti pencucian, perendaman kedelai, pengendapan sari tahu, hingga proses pencetakan. Cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu biasanya dikenal dengan istilah air didih (Dika, 2023). Limbah cair ini mengandung berbagai senyawa organik seperti lemak, kalori, protein, dan karbohidrat.
Senyawa-senyawa tersebut dapat diuraikan oleh mikroorganisme dan berpotensi menjadi sumber unsur hara bagi tanaman, sehingga berpeluang dimanfaatkan sebagai pupuk organik (Siti, 2021).
Menurut Nurul (2022) menyebutkan bahwa limbah cair tahu memiliki kandungan organik berupa karbohidrat sekitar 20–50%, protein 40–60%, dan lemak sekitar 10%. Selain itu, limbah ini juga mengandung berbagai unsur kimia seperti timbal (Pb) sebesar 0,24 mg/L, kalsium (Ca) 34,1 mg/L, besi (Fe) 0,19 mg/L, tembaga (Cu) 0,12 mg/L, dan natrium (Na) 0,59 mg/L. Limbah cair tahu juga mengandung unsur hara seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang berpotensi dijadikan sebagai pupuk organik cair (POC) (Putra et al., 2021).
Masalah yang lebih spesifik terletak pada rendahnya pemanfaatan limbah cair tahu sebagai POC dalam sistem pertanian tanaman sayuran, khususnya bayam. Banyak petani atau pelaku budidaya belum mengetahui potensi tersebut, atau merasa belum ada pendekatan praktis dan efektif dalam penggunaannya. Selain itu, minimnya penelitian aplikatif dan data empiris yang mendukung efektivitas limbah cair tahu
sebagai POC turut menjadi kendala dalam penyebarannya (Nugroho et al., 2023). Penulis melihat potensi besar dari pendekatan ini melalui pembuatan dan aplikasi POC berbasis limbah cair tahu yang difermentasi secara sederhana dan aplikatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman bayam secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pupuk organik cair dari limbah cair tahu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bayam, sehingga diharapkan dapat menjadi solusi alternatif pemupukan yang murah, mudah diaplikasikan, serta mampu mengurangi pencemaran lingkungan dari limbah industri tahu.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan praktis mengenai pemanfaatan limbah organik cair dalam mendukung pertanian berkelanjutan.
METODE a. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di halaman sekitar rumah, dengan populasi seluruh tanaman bayam (Amaranthus sp.) yang dibudidayakan di media tanam homogen.
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi penggaris atau meteran untuk mengukur tinggi tanaman, alat penghitung daun, kertas millimeter dan planimeter atau aplikasi pemindai untuk mengukur luas daun, serta timbangan digital untuk menimbang bobot segar tanaman. Bahan yang digunakan adalah benih bayam, media tanam homogen, dan Pupuk Organik Cair (POC) yang berasal dari limbah cair tahu dengan variasi dosis.
c. Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan RAL karena homogenitas media tanam dan populasi memungkinkan kontrol variabel yang ketat.
Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali, sehingga total terdapat 15 unit percobaan.
Penelitian berlangsung selama 30 hari dengan pengamatan data setiap 5 hari.
Kondisi lingkungan sekitar memiliki suhu rata-rata 30°C, intensitas cahaya alami, dan kelembapan 70–80%.
d. Prosedur Penelitian
1. Pembuatan POC dan Penyiapan Media Tanam
Pupuk Organik Cair (POC) dari limbah tahu
dibuat dengan mencampur limbah tahu, air, | 4 gula merah/molase, dan EM4, kemudian difermentasi selama 7–14 hari hingga menghasilkan cairan beraroma asam- manis. POC ini mengandung unsur hara yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Sebelum digunakan, POC diencerkan dengan air (perbandingan 1:10 hingga 1:20). Aplikasinya bisa melalui penyiraman ke akar atau penyemprotan ke daun bayam. Pemberian dilakukan 1–2 kali per minggu untuk hasil optimal.
Media tanam disiapkan dari campuran tanah, kompos, dan arang sekam atau pasir.
Perbandingan seimbang bertujuan menciptakan media yang gembur dan subur.
Media juga bisa dijemur sebelum digunakan
untuk mengurangi patogen.
Bayam ditanam dari biji yang disemai
langsung di media tanam.
POC mempercepat pertumbuhan, meningkatkan jumlah dan warna daun bayam. Tanaman menjadi lebih sehat dan tahan terhadap stres lingkungan.
Penggunaan POC limbah tahu juga mengurangi pencemaran lingkungan.
Hal ini menjadikan budidaya bayam lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Dengan demikian, limbah tahu dapat dimanfaatkan secara produktif dan ekonomis.
2. Tahap Persemaian Benih
Tahap persemaian benih bayam dilakukan pada polybag berukuran kecil, umumnya 10 x 10 cm atau 12 x 12 cm.
Polybag diisi media tanam berupa campuran tanah, kompos, dan pupuk organik cair limbah tahu. Benih bayam direndam selama 4–6 jam, lalu disemaikan 2–3 butir per polybag dan ditutup tipis tanah.
Penyiraman dilakukan rutin 1–2 kali sehari agar media tetap lembap, namun tidak tergenang. Benih mulai berkecambah dalam 2–4 hari, dan bibit siap dipindah tanam setelah berumur 10–14 hari.
3. Aplikasi POC pada Tanaman
Aplikasi pupuk organik cair (POC) dilakukan setelah tanaman bayam berumur sekitar 7–10 hari setelah tanam.
POC limbah tahu diencerkan terlebih dahulu, biasanya dengan perbandingan 1:10 (1 bagian POC : 10 bagian air). Larutan disiramkan langsung ke pangkal tanaman atau disemprotkan ke daun pada pagi atau
sore hari.
Frekuensi aplikasi dilakukan 1–2 kali per minggu untuk mendukung pertumbuhan
optimal. Penggunaan rutin POC membantu meningkatkan ketersediaan nutrisi dan ketahanan tanaman terhadap stres lingkungan.
4. Tahap Perawatan dan Pengamatan Variabel Tahap perawatan meliputi penyiraman rutin, penyiangan gulma, dan pemberian POC sesuai jadwal. Tanaman dijaga dari serangan hama dan penyakit dengan monitoring harian.
Pengamatan variabel dilakukan untuk mencatat pertumbuhan seperti tinggi tanaman dan jumlah daun. Data juga diambil terkait warna daun dan kondisi akar untuk menilai kesehatan tanaman. Pengamatan dilakukan secara berkala, misalnya setiap 3–5 hari sekali hingga masa panen.
e. Teknik Analisis Data
Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif satu arah (ANAVA) untuk mengetahui pengaruh perlakuan POC terhadap parameter pertumbuhan tanaman.
Jika ditemukan perbedaan yang signifikan, maka dilakukan uji Tukey dengan menggunakan program SPSS Windows-18 (Sugiyono, 2012).
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian, pemberian pupuk organik cair (POC) dari limbah tahu menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan bayam. Dosis POC sebesar 50% dan 75% memberikan hasil pertumbuhan terbaik, yang terlihat dari peningkatan tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan bobot segar. Konsentrasi ini dinilai mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup tanpa menyebabkan kelebihan nutrisi. Sebaliknya, pemberian POC dengan konsentrasi 100% justru menurunkan kualitas pertumbuhan tanaman karena kelebihan unsur hara dapat menghambat penyerapan nutrisi secara optimal oleh tanaman. Konsentrasi 50–75% dianggap optimal karena menyediakan unsur hara dalam kadar sedang, yang tidak menimbulkan toksisitas dan dapat diserap secara efisien oleh tanaman. Hal ini sejalan dengan hasil Salsabila et al. (2021) dan Ula (2018), di mana konsentrasi serupa meningkatkan tinggi dan jumlah daun bayam secara signifikan. Secara
fisiologis, unsur nitrogen dan fosfor yang | 5
terkandung dalam limbah tahu memicu aktivitas pembelahan sel di jaringan meristem, sehingga mempercepat pertumbuhan tanaman.
Pembahasan dari hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan limbah tahu sebagai bahan dasar POC sangat potensial dalam meningkatkan produktivitas tanaman bayam sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan.
Pemanfaatan limbah ini dapat menjadi solusi pemupukan yang lebih ramah lingkungan dan ekonomis, terutama bagi petani skala kecil.
Selain itu, temuan ini mendukung pentingnya inovasi pertanian berkelanjutan melalui pendekatan yang sederhana namun efektif.
Meskipun demikian, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengetahui efek jangka panjang penggunaan POC limbah tahu terhadap kesuburan tanah dan tanaman lainnya.
Pada gambar 1 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk organik cair (POC) dengan konsentrasi berbeda berpengaruh terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman bayam. Terlihat adanya peningkatan yang konsisten baik pada tinggi tanaman maupun jumlah daun seiring dengan meningkatnya konsentrasi POC dari 0% hingga 75%.
Tanaman dengan perlakuan 0% menunjukkan pertumbuhan paling rendah, sedangkan perlakuan 50% dan 75% menghasilkan tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih besar, dengan perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian POC mampu mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman bayam secara optimal.
Pada tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair (POC) berpengaruh sangat signifikan terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman bayam, yang ditunjukkan oleh nilai signifikansi masing-masing variabel di bawah 0,05 (pertambahan tinggi: 0,000; jumlah daun:
0,001). Hasil ini mengindikasikan bahwa perlakuan POC memberikan dampak nyata terhadap pertumbuhan tanaman bayam.
Hasil uji Tukey dapat dilihat pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman bayam. Rata-rata pertambahan tinggi dan jumlah daun meningkat seiring dengan peningkatan dosis perlakuan dari 0% hingga 75%. Berdasarkan notasi huruf,
perlakuan 50% dan 75% menunjukkan hasil yang secara statistik berbeda signifikan dibandingkan dengan kontrol (0%), sementara perlakuan 25%
menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya, menandakan adanya pengaruh perlakuan yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman.
Tabel 1. Rekapitulasi hasil anava variabel pertambahan tinggi dan jumlah daun tanaman
bayam
Variabel Penelitian F Sig.
Pertambahan Tinggi 10.682 0.000
Jumlah Daun 8.394 0.001
Ket: Perlakuan sangat berpengaruh jika nilai sig. <0.05
Gambar 1. Grafik rata-rata: (a) pertambahan tinggi tanaman, (b) jumlah daun
6
| 6
Tabel 2. Rekapitulasi hasil uji lanjut tukey pada masing-masing variabel dan perlakuan
Variabel Perlaku an
0% 25
% 50
% 75
% Pertambah
an Tinggi Tanaman (cm)
Rata-
rata 18.
2 23.
4 28.
9 29.
1
Notasi a ab b b
Jumlah Daun (helai)
Rata-
rata 8.5 10.
3 12.
7 13.
1
Notasi a ab b b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak menunjukkan perbedaan
Berdasarkan analisis deskriptif dan analisis varians, diketahui bahwa penggunaan pupuk organik cair (POC) berbahan limbah tahu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan tanaman bayam, khususnya pada peningkatan tinggi tanaman dan jumlah daun. POC dengan konsentrasi 50% dan 75% menunjukkan hasil pertumbuhan terbaik secara konsisten, sebagaimana ditunjukkan melalui grafik dan uji lanjutan Tukey, yang mengungkapkan perbedaan nyata dibandingkan dengan perlakuan tanpa pupuk (kontrol). Hasil ini menunjukkan bahwa konsentrasi tersebut mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah optimal bagi pertumbuhan vegetatif tanaman, sementara perlakuan tanpa POC menghasilkan pertumbuhan terendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian POC dari limbah tahu pada konsentrasi 50–75% efektif dalam meningkatkan produktivitas tanaman bayam.
Kecepatan pertumbuhan tanaman sangat bergantung pada ketersediaan unsur hara dalam jumlah yang optimal. Pertumbuhan ini mencakup peningkatan tinggi batang serta jumlah daun. Unsur hara yang dimaksud meliputi karbon, nitrogen, fosfor, dan kalium. Pertumbuhan tinggi tanaman serta peningkatan panjang dan jumlah daun sangat dipengaruhi oleh keberadaan unsur karbon, nitrogen, dan fosfor.
Menurut Toha (2017), karbon berperan sebagai unsur utama pembentuk polisakarida.
Sementara itu, nitrogen merupakan komponen
pembentuk protein, dan fosfor merupakan bagian dari struktur fosfolipid. Ketiga unsur tersebut sangat penting dalam proses pembentukan dinding dan membran sel pada tanaman (Nugroho & Issirep, 2018). Dinding sel tanaman tersusun atas protein struktural dan berbagai jenis polisakarida seperti selulosa, hemiselulosa, substansi pektat, serta polisakarida lainnya.
Adapun membran plasma tersusun terutama oleh protein dan fosfolipid. Proses sintesis komponen- komponen tersebut berlangsung melalui mekanisme pemanjangan dan pembelahan sel di jaringan meristem, yang menyebabkan jumlah sel meningkat (Campbell et al., 2003). Bila proses ini terjadi di meristem apikal batang, maka batang akan tumbuh lebih tinggi, sedangkan jika berlangsung di meristem lateral pada tepi daun, maka daun akan tumbuh lebih panjang dan lebar (Gardner et al., 1991).
Limbah cair tahu mengandung nutrisi penting seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), yang menjadikannya sumber potensial untuk dijadikan POC. Selain itu, Putra (2021) menekankan pentingnya pemanfaatan limbah tahu sebagai sumber hara alternatif yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, terutama dalam budidaya tanaman sayuran seperti bayam. Namun demikian, pemanfaatan limbah cair tahu sebagai pupuk masih tergolong rendah. Nugroho (2023) menyebutkan bahwa pentingnya pendekatan aplikatif dan data empiris untuk meningkatkan kepercayaan petani terhadap POC limbah tahu, serta menekankan potensi besar dari formulasi POC yang mudah dibuat dan diaplikasikan guna mendukung pertanian berkelanjutan.
Sejumlah penelitian sebelumnya juga mendukung temuan ini. Wulandari dan Sari (2022) menunjukkan bahwa limbah cair tahu dapat memperbaiki sifat kimia tanah dan mendukung pertumbuhan bayam. Penelitian serupa oleh Sari dan Wibowo (2019) juga mengungkapkan bahwa POC dari limbah tahu memberikan pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan bayam, memperkuat klaim efektivitasnya sebagai pupuk organik sekaligus mendorong praktik pertanian yang lebih ramah lingkungan.
Penelitian Salsabila et al. (2021) juga menunjukkan bahwa konsentrasi 70% POC limbah tahu menghasilkan tinggi tanaman bayam tertinggi
7
| 7
(42,75 cm) dan jumlah daun yang cukup banyak (9,5 helai), menegaskan potensi limbah tahu sebagai pupuk organik cair yang efektif. Demikian pula, Ula (2018) menemukan bahwa konsentrasi 40%
menghasilkan pertumbuhan terbaik dengan tinggi tanaman mencapai 35,45 cm dan jumlah daun 22,31 helai, serta meningkatkan kadar vitamin C, yang menunjukkan peningkatan tidak hanya dalam aspek pertumbuhan, tetapi juga kualitas nutrisi tanaman.
Sementara itu, Kusumawati et al. (2015) meneliti pengaruh variasi konsentrasi dan frekuensi pemberian limbah tahu pada media pasir pantai.
Hasilnya menunjukkan bahwa pemberian POC limbah tahu dalam konsentrasi tertentu dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil bayam secara signifikan, meskipun efektivitasnya dipengaruhi oleh jenis media tanam dan frekuensi aplikasi.
KESIMPULAN
Konsentrasi yang menunjukkan pertumbuhan bayam hijau terbaik adalah 50–75%, dengan pengaruh signifikan terhadap seluruh parameter pertumbuhan yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, dan bobot segar.
SARAN
Agar petani lebih percaya dan mau menerapkan POC dari limbah tahu, perlu diadakan pelatihan dan sosialisasi mengenai cara pembuatan dan penggunaannya yang mudah serta hemat biaya.
Selain itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai dampak jangka panjang terhadap kesuburan tanah, mutu hasil panen, serta keefektifannya pada berbagai jenis tanaman. Pengaruh media tanam yang berbeda dan frekuensi pemberian pupuk juga perlu diteliti guna memaksimalkan potensi limbah tahu dalam mendukung pertanian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, A. et al. (2020). "Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Pupuk Organik Cair." Jurnal Pertanian Berkelanjutan, 15(2), 45-52.
Sari, L. & Wibowo, T. (2019). "Pengaruh POC terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam." Agrivita, 41(1), 77-83.
Wulandari, N., & Sari, M. (2022). Pengaruh Aplikasi
Limbah Cair Tahu Terhadap Sifat Kimia Tanah dan Pertumbuhan Bayam. Agrivet Journal, 14(1), 67-73.
Sugiyono. (2012). Statistika untuk Penelitian.
Alfabeta: Bandung.
Putra, et al. (2021). Pemanfaatan Limbah Cair Tahu sebagai Pupuk Organik Cair.
Kusumawati et al. (2015). Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan Bayam (Amaranthus tricolor L.) Pada Media Pasir Pantai. Pusat Surakarta.
Salsabila et al. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk Limbah Cair Tahu Terhadap Kandungan Klorofil, Kalsium dan Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus tricolor L.).
Dika, A. P. 2023. Penggunaan Starter Envirosolve Dan Biodekstran Untuk Memproduksi Biogas Dari Bahan Baku Ampas Tahu. Jurusan Teknik Kimia.
Universitas Sriwijaya, Palembang.
Siti Ngaisah., 2021, Pengaruh Kombinasi Limbah Cair Tahu Dan Kompos Sampah Organik Rumah Tangga Pada Pertumbuhan Dan Hasil Panen Kailan (Brassica oleracea Var Achepala), Jurnal Biologi Fakultas SAINTEK UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Nurul. H. 2022. Pengaruh Pemberian Limbah Tahu Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Hijau (Vigna Radiata). Jurnal Agrotopika Hayati (3)3: 48-49.
Adack, Jessy. 2023. Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu terhadap Lingkungan Hidup. Lex Administratum, 1 (3): 78-87.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece., dan Lawrence G.
Mitchell 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Gardner, Franklin P., R. Brent Pearce., dan Roger L.
Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Jakarta: UI Press.
Nugroho, L. Hartanto., dan Issirep Sumardi. 2018.
Biologi Dasar. Jakarta: Penebar Swadaya.
Toha, Abdul Hamid A. 2017. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfabeta.