• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSUMEN TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "KONSUMEN TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH "

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

KONSUMEN TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

oleh :

Adinda Yustika Maulida 21701021051

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM MALANG MALANG

2021

(2)

ix

MINUM (PDAM) TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH

Adinda Yustika Maulida

Fakultas Hukum Universitas Islam Malang

Pada skripsi ini, penulis mengangkat permasalahan mengenai Prinsip Asas Tanggung Jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terhadap Konsumen terkait Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih. Pilihan tema tersebut dilatarbelakangi oleh betapa vitalnya air bagi kehidupan, bahkan tidak akan ada kehidupan jika tanpa air. Sedangkan ketersediaan air di dunia sangat terbatas jumlahnya. Hanya sedikit air yang bisa dikategorikan sebagai air bersih dan layak guna untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Jelas fenomena tersebut mengharuskan adanya pengelolaan air yang baik agar tepat guna. Oleh karenanya pemerintah memberikan pelayanan berupa Perusahaan Air Bersih (PAM/PDAM).

Berdasarkan latar belakang tersebut, karya tulis ini mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen? 2. Bagaimana prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi dalam perspektif hukum perlindungan konsumen?

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan menggunakan pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual.

Pengumpulan bahan hukum melalui metode analisis dan studi literatur terhadap bahan hukum primer, sekunder, maupun tersier. Selanjutnya data yang diperoleh dikaji dan dianalisis dengan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penelitian untuk menjawab isu hukum dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Pertama, PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan kebutuhan air bersih bagi konsumen karena PDAM selaku pelaku usaha yang termaksud dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sehingga sebagai pelaku usaha, PDAM memiliki kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab sebagai pelaku usaha yang juga diatur dalam UUPK tersebut. Kedua, mengenai prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi itu telah diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwasannya terkait dengan kerugian yang dialami oleh konsumen, jika memang pelaku usaha terbukti melakukan kesalahan maka pelaku usaha dalam hal ini PDAM harus memberi ganti rugi sebagaimana termaksud dalam undang-undang. Oleh karenanya, di Indonesia menganut prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab sebagai modifikasi dari prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dengan pembuktian terbalik.

Kata Kunci: Tanggung Jawab, Perlindungan Konsumen, Air Bersih

(3)

x

(PDAM) TO CONSUMERS RELATED TO FULFILLMENT OF CLEAN WATER NEEDS

Adinda Yustika Maulida

Faculty of Law, Universitiy of Islam Malang

In this thesis, the author raises the problem about the Principles of Liability of Municipal Waterworks (PDAM) to consumers regarding the fulfillment of clean water needs. The author chose this theme because, as we all know, water is very important things for life, there will be no life without water. Meanwhile, the availability of water in the world is very limited. Only a small amount of water can be categorized as clean water and suitable for use in daily life. It is clear that this phenomenon requires good water management to be effective. Therefore, the government provides the Clean Water Company called PDAM.

Based on that, this thesis raises the following problem formulations: 1.

Why PDAM should be responsible for the fulfillment of clean water for consumers? 2. How is the PDAM's principal liability for giving compensation in the perspective of Consumer Protection Law?

This research uses a juridical- normative method with statutory approach and conceptual approach. Collection of legal materials through analysis methods and literature studies on primary, secondary, and tertiary legal materials. Furthermore, the legal material is studied and analyzed by the approaches used in research to answer legal issues in this thesis.

The results of this research indicate that, First, PDAM as a business actor, must be responsible for giving good service about clean water as regulated in Consumer Protection Law Number 8 of 1999 Arcticle 1. So as a business actor, PDAM has obligations and responsibilities which also regulated in the UUPK.

Second, the PDAM’s principal liability for giving compensation, it has been regulated in Law Number 8 of 1999 Article 19 concerning Consumer Protection that is related to losses experienced by consumers provide compensation as referred to in the law. Therefore, in Indonesia using the presumption of liability principle as a modification of the principle of liablity based on fault with reversed proof.

Keywords: Liability, Consumer Protection, Clean Water

(4)

1 A. Latar Belakang Masalah

Tidak dapat dipungkiri, bahwa air merupakan kebutuhan yang begitu vital bagi seluruh makhluk hidup sebagaimana cahaya dan udara. Tidak ada satu pun makhluk hidup yang tidak membutuhkannya, karena dalam kehidupan sehari-hari, segala aktivitas kita pasti melibatkan air seperti halnya untuk memasak makanan, minum, mandi, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga, dan lain sebagainya. Sehingga mustahil adanya kehidupan di bumi ini jika tanpa air. Sebagai contoh, jika tidak ada air maka tumbuhan perlahan akan menjadi layu atau kering kemudian mati. Begitu juga dengan manusia ataupun hewan, sebagaimana dikatakan oleh Ahli Gizi dari Universitas Gajah Mada, Perdana Samekto T.S., MSc, RD bahwa manusia dapat bertahan tanpa makan hingga tiga minggu. Namun, tanpa minum hanya dapat bertahan 4-7 hari tergantung temperatur udara yang ada pada saat itu. Sehingga membuktikan bahwa peran air ini setara dengan peran cahaya dan udara, yakni sebagai inti dari berlangsungnya kehidupan di bumi.

Kandungan air dalam tubuh manusia berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan tergantung pada proporsi jaringan otot dan lemak. Tubuh seseorang yang jaringan ototnya lebih banyak, maka kandungan airnya juga lebih banyak, daripada tubuh seseorang yang mengandung banyak lemak.

Berdasarkan penelitian, sebesar 70% bagian dari tubuh manusia berbentuk cairan. Kebutuhan akan cairan itu sendiri meningkat seiring bertambahnya

(5)

usia, mulai 0,6 L pada bayi, hingga 1,7 L pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa membutuhkan sekitar 2 L – 3.2 L, dan 6 L untuk orang dewasa yang tinggal di lingkungan panas serta aktif melakukan aktivitas.1 Sehingga bisa dibayangkan bagaimana jika tubuh kita kekurangan air 1% saja, pastinya metabolisme tubuh kita terganggu, dan jika itu berlangsung secara terus menerus akan menyebabkan gangguan komplikasi kesehatan.

Banyak dari kita tidak menyadari bahwa sebenarnya sekitar tujuh puluh persen (70%) planet bumi yang kita tinggali terdiri atas air. Akan tetapi jika kita lihat lebih lanjut, hampir sembilan puluh tujuh persen (97%) air di bumi ini merupakan air laut yang tidak bisa dikonsumsi atau digunakan secara langsung, terlebih untuk kepentingan rumah tangga maupun pertanian.

Bahkan untuk saat ini diperkirakan hanya sekitar 2.5% - 3% air tawar yang siap dikonsumsi.2

Indonesia sendiri merupakan negara dengan penduduk yang begitu padat dengan angka pertumbuhan tinggi disetiap tahunnya. Berdasarkan data kependudukan, kecepatan pertambahan jumlah penduduk Indonesia adalah 2,3 % per tahun, artinya apabila percepatan pertambahan penduduk tersebut tidak dikurangi, dalam 30 tahun kedepan bisa dipastikan jumlah penduduk menjadi dua kali lipat.3 Sehingga perbandingan antara pertambahan penduduk setiap tahunnya yang semakin melonjak, dengan ketersediaan air yang terbatas berakibat pada penurunan kualitas dan

1 Michael M. Sawka, Samuel N Cheuvort, dan Robert Charter et al, (2005), Human Water Needs. Nutrition Reviews. Vol. 63 Nomor 6, h. 30.

2 Muhjidin Mawardi, (2014), Air dan Masa Depan Kehidupan. Jurnal Tajrih. Vol. 12, h.

135.

3 Marhaeni Ria Siombo, (2012), Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, h. 9.

(6)

kuantitas air atau lebih mudahnya kita sebut dengan kelangkaan air.

Terlebih air juga merupakan media yang efektif dalam penularan penyakit infeksi diantaranya adalah penyakit kolera, typhus, disentri, dan penyakit- penyakit lainnya. Melihat fenomena-fenomena tersebut diatas, maka memang seharusnya diadakan pengelolaan yang baik di setiap daerah dalam pemenuhan air bersih sebagai upaya pencegahan atas potensi-potensi negatif yang akan terjadi.

Negara berkewajiban mengelola air yang merupakan kebutuhan masyarakat dengan sebaik-baiknya demi kemakmuran rakyat sebagaimana diatur dalam Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.4 Dalam pelaksanaannya, pengelolaan air itu tidak dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat secara langsung melainkan diserahkan kepada Pemerintah Daerah berdasarkan Pasal 18 A UUD 1945 yaitu otonomi daerah.

Dalam melaksanakan otonomi daerah, pemerintah dapat mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). BUMD sendiri merupakan badan usaha yang sebagian atau seluruh modalnya dimiliki daerah. Istilah BUMD ini ada sejak terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 3 Tahun 1998 tentang Bentuk Badan Usaha Milik Daerah. Dengan adanya aturan tersebut, yang tadinya menggunakan istilah Perusahaan Daerah kini menjadi BUMD dan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

4 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 33 Ayat (3).

(7)

merupakan salah satu bagian dari bentuk hukum BUMD bersama Perusahaan Perseroan Daerah (PERSERODA).

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu bentuk usaha milik daerah yang bergerak di bidang pengelolaan air dan juga pendistribusian air bagi masyarakat umum. Kegiatan pengelolaan sumber daya air yang dilaksanakan melalui PDAM itu tentunya bertujuan untuk menjamin hak-hak rakyat atas terpenuhinya kebutuhan air bersih terutama air minum, hal ini sejalan dengan Pasal 28A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk mempertahankan hidup dan kehidupannya. PDAM sebagai perusahaan daerah ini bertanggung jawab dalam pengembangan dan pengelolaan sistem penyediaan air bersih serta melayani para konsumen dengan harga yang terjangkau.5

Mengingat cukup pentingnya tanggung jawab dari PDAM, maka ia harus bekerja secara profesional dan efisien dalam melaksanakan usahanya.

Namun realitanya pada hari ini tidak demikian, sebagian besar perusahaan daerah khususnya dalam hal ini yakni PDAM kualitas kinerjanya masih rendah, bahkan hal itu terjadi di kota-kota besar. Seperti hal nya di Kota Malang, tentunya sudah dibentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Malang yang fungsinya menyediakan jasa layanan air bersih untuk warga Malang. Selain itu, agar dapat mengatur pengelolaan air yang semakin hari semakin langka menjadi air bermutu dan memenuhi kaidah- kaidah kesehatan. Namun, pada kenyataannya harapan tidak selalu sesuai

5 Andri Akbar W, Gambaran umum PDAM di Indonesia, www.andriakbar.blogspot.co.id, 2010, diakses pada tanggal 20 Desember 2020.

(8)

dengan yang ada di lapangan. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya kasus-kasus terkait air bersih di Kota Malang. Baru-baru ini, terdengar ada kasus pencemaran air sehingga air tersebut berbau solar dan berdampak kepada seluruh pengguna jasa PDAM Kota Malang.6 Sehingga dengan adanya kasus tersebut, tentunya mengganggu kegiatan rumah tangga dan juga membahayakan kondisi kesehatan masyarakat. Kasus tersebut hanya satu contoh dari sekian banyak kasus yang terjadi berkaitan dengan tanggung jawab PDAM ini.

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyebutkan bahwa pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.7 Melihat pengertian tersebut berarti dalam hal pelayanan jasa diperlukan suatu ukuran untuk mengetahui kualitas jasa dari pelayanan jasa tersebut. Apabila jasa yang diterima atau dirasakan melampaui apa yang diharapkan pelanggan, maka kualitas jasa itu bisa dikatakan kualitas yang ideal. Kemudian, jika jasa yang diterima atau dirasakan sesuai dengan harapan atau ekspektasi pelanggan, berarti kualitasnya baik atau memuaskan. Namun jika pelayanan jasa yang diterima atau dirasakan lebih rendah daripada yang diharapkan seperti halnya fenomena diatas tadi, berarti bisa dikatakan bahwa kualitas pelayanannya

6 https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-5253797/ribuan-pelanggan-keluhkan-air- pdam-kota-malang-berbau-solar, diakses pada 10 Desember 2020.

7 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1 Ayat (1).

(9)

buruk. Dengan demikian, berarti kualitas jasa bergantung terhadap kepuasan pelanggan.

Dalam pelayanan jasa itu sendiri, pelanggan sebagai konsumen jasa itu cenderung berada di posisi yang lemah.8 Keterbatasan konsumen dalam mengetahui standar pelayanan jasa yang seharusnya diberikan oleh pelaku usaha selama ini menempatkan posisi konsumen sebagai mangsa pelaku usaha. Terlebih jika pelaku usaha itu sendiri seringkali acuh terhadap keluhan para konsumen. Dalam keadaan demikian, pelanggan sebagai konsumen pelayanan jasa tidak memiliki kekuatan untuk melawan pelaku usaha. Oleh karenanya, pentingnya perlindungan terhadap konsumen agar tidak mendapatkan perlakuan yang sewenang-wenang dari pihak pelaku usaha. Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan bisa menjadi payung hukum bagi konsumen untuk memperjuangkan hak-haknya apabila hak-hak tersebut tidak ditunaikan oleh PDAM. Dengan demikian diharapkan PDAM tidak hanya menuntut haknya dari pelanggan jasanya, melainkan juga melaksanakan tanggung jawab serta kewajibannya dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan air bersih.

Adapun jika konsumen memiliki berbagai macam persepsi terhadap pelayanan umum sebenarnya mengindikasikan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap sektor yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak. Sehingga jika saja ada komplain dari masyarakat selaku konsumen,

8 Wibowo Tunardy, Hukum Perlindungan Konsumen, https://www.jurnal.hukum.com/

hukum-perlindungan-konsumen-di-indonesia/ , 2016, diakses pada 20 Desember 2020.

(10)

itu bukanlah mencari-cari kesalahan tetapi merupakan suatu masukan bagi pelaku usaha pemberi jasa layanan.9

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut teori yang telah penulis sebutkan diatas dengan judul:

“PRINSIP ASAS TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TERHADAP KONSUMEN TERKAIT PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan yang akan penulis kaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen?

2. Bagaimana prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi dalam perspektif hukum perlindungan konsumen?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen.

2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi dalam perspektif hukum perlindungan konsumen.

9 Yusuf Sofie, (2003), Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya, Cetakan Kedua, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, h. 188.

(11)

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan di atas, maka manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum perlindungan konsumen.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi hukum dan menjadi rujukan bagi penelitian yang sejenis di Fakultas Hukum Universitas Islam Malang.

c. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam penerapan hukum dimasa depan, khususnya dalam ranah hukum perlindungan konsumen.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi penulis, hasil dari penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum perlindungan konsumen.

b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat sekaligus menjadi penyambung komunikasi antara masyarakat dengan PDAM.

c. Bagi PDAM, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan baik oleh pelaku usaha (PDAM) maupun pemerintah dalam mengambil kebijakan.

(12)

E. Orisinalitas Penelitian

Berdasarkan dengan penelitian ini, sebelumnya telah dilakukan penelitian yang sama berkaitan dengan tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih bagi konsumen, dan atas penelitian tersebut terdapat persamaan, perbedaan, kontribusi, dan nilai kebaruan jika dibandingkan dengan eksistensi penelitian ini, yakni :

Skripsi dengan judul : “TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI KONSUMEN BERDASARKAN UU NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI KOTA PONTIANAK”, yang disusun oleh Georgius, Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak, memiliki kesamaan dengan penelitian penulis, yang pada pokoknya adalah meneliti pelaksanaan tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dalam memenuhi hak-hak konsumen khususnya terkait pengadaan air bersih. Sedangkan perbedaannya, pembanding dari penulis hanya membahas terkait pelaksanaan tanggung jawab pelaku usaha penyedia jasa (dalam hal ini PDAM) terhadap konsumen saja, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis membahas terkait kesesuaian pelaksanaan tanggung jawab pelaku usaha di lapangan dengan norma atau landasan hukum yang mengaturnya serta mekanisme ganti kerugian jika konsumen dalam hal ini dirugikan oleh pelaku usaha.

(13)

Berdasarkan persamaan, perbedaan, dan kontribusi yang dimiliki oleh tiap-tiap penelitian tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

NO. PROFIL

JUDUL

GEORGIUS SKRIPSI UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI KONSUMEN BERDASARKAN UU

NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DI

KOTA PONTIANAK

ISU HUKUM

Bagaimanakah pelaksanaan tanggung jawab Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi konsumen berdasarkan undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen?

HASIL PENELITIAN

Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Pontianak belum melaksananan tanggung jawabnya untuk mendistribusikan air bersih dengan baik dikarenakan kurangnya peralatan, kurangnya lahan yang seharusnya dipergunakan untuk menampung dan mengelola air menjadi bersih.

PERSAMAAN

Mengkaji dan menganalisis terkait pertanggung jawaban Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) terkait pemenuhan air bersih terhadap konsumen.

PERBEDAAN

Tidak mambahas mengenai ganti kerugian yang dialami konsumen pengguna jasa layanan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).

KONTRIBUSI

Berguna sebagai bahan evaluasi dan masukan bagi pemerintah setempat maupun pelaku usaha agar dapat meningkatkan kualitas pelayanannya, serta melaksanakan tanggung jawab yang

(14)

seharusnya sesuai dengan kaedah perundang- undangan.

Sedangkan penelitian ini adalah :

PROFIL

JUDUL

ADINDA YUSTIKA SKRIPSI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

PRINSIP ASAS TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) DENGAN KONSUMEN TERKAIT

PEMENUHAN AIR BERSIH

ISU HUKUM

1. Mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen?

2. Bagaimana prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi dalam perspektif hukum perlindungan konsumen?

NILAI KEBARUAN

1. Objek yang dikaji tidak hanya berkaitan dengan mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen, tetapi juga berkaitan dengan prinsip tanggung jawab PDAM terkait ganti rugi bagi konsumen yang dirugikan oleh pihak PDAM.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penulis dalam menyusun skripsi ini menggunakan jenis penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan dan

(15)

pendekatan analitis, atau penelitian hukum doktriner juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen.10

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan konseptual (conseptual approach), pendekatan perundang-undangan (statute approach).

Pendekatan konseptual (conseptual approach) berasal dari pandangan-pandangan dan doktrin doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Pemahaman mengenai konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang terdapat dalam literatur yang dilakukan dalam pendekatan ini.

Pendekatan perundang-undangan (statute approach) merupakan pendekatan dengan melakukan penelaahan terhadap semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang berkaitan dengan isu hukum yang ditangani, dari situlah kita dapat mengetahui rasio legis, dasar ontologis dan landasan filosofis.

3. Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum normatif merupakan penelitian kepustakaan, yaitu penelitian terhadap data sekunder. Data sekunder dibidang hukum (dipandang dari sudut kekuatan mengikatnya) menurut Ronny Hanitijo Soemitro, dapat dibedakan menjadi :11

a. Bahan Hukum Primer

10 Suratman dan H Philips Dilla, (2014), Metode Penelitian Hukum, Bandung: Penerbit Alfabeta, h. 51.

11 Ronny Hanitijo, (1990), Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, h. 12.

(16)

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan yurisprudensi. Bahan hukum primer bersifat, yang artinya memiliki otoritas.12 Adapun bahan hukum primer yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek

Voor Indonesie)

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer.13

Bahan hukum sekunder meliputi buku-buku hukum yang ditulis oleh para ahli hukum, kamus hukum, eniklopedia hukum, jurnal- jurnal hukum, komentar putusan pengadilan, dan lain sebagainya.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang secara umum memberikan informasi terhadap bahan hukum primer dan sekunder,

12 Peter Mahmud Marzuki, (2005), Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, h. 181.

13 Suratman dan H Philips Dilla, Op Cit., h. 67.

(17)

seperti kamus umum, kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dan kamus bahasa Inggris.14

4. Teknik Memperoleh Bahan Hukum

Cara penulis memperoleh bahan hukum adalah dengan mengelompokkan bahan hukum yang terdiri dari 3 kelompok, yakni:

a. Bahan Hukum Primer, yang penulis dapatkan dari :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek

Voor Indonesie)

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

b. Bahan Hukum Sekunder, yang penulis dapatkan dari buku-buku literatur yang berkaitan.

c. Bahan Hukum Tersier, yang penulis dapatkan dari kamus baik itu kamus hukum, kamus besar bahasa Indonesia maupun kamus bahasa Inggris.

5. Teknik Analisis Bahan Hukum

Dalam penyusunan karya skripsi ini, penulis menggunakan teknik analisa isi (content analysis). Teknik analisa isi dapat bermakna sebagai metode penafsiran isi informasi dari suatu data dalam sebuah

14 Ibid.

(18)

media ataupun teks.15 Penulis menggunakan teknik analisa isi dikarenakan dalam penelitian ini penulis menafsirkan dan mengkaji isi dari suatu peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penelitian.

G. Sistematika Penulisan

Dalam hal penyusunan, tentu diperlukan adanya sistematika penulisan agar mempermudah pembaca dalam memahami skripsi ini. Oleh karena itu, sistematika penulisan yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, orisinilitas penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tinjauan umum tentang prinsip tanggung jawab, tinjauan umum tentang perlindungan konsumen, dan tinjauan umum tentang sumber daya air.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti menuliskan dengan detail terkait hasil dari penelitian yang telah dilakukan mengenai alasan mengapa PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan air bersih bagi konsumen dan juga membahas bagaimana prinsip tanggung jawab mengenai ganti rugi dalam perspektif hukum perlindungan konsumen.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

15 Nanang Martono, (2010), Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder, Depok: Raja Grafindo Persada, h. 4.

(19)

Pada bab ini berisi kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan yang dibahas, dilengkapi saran-saran sebagai sumbangan pikiran dari penulis.

(20)

80 A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah penulis paparkan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. PDAM harus bertanggung jawab terkait pemenuhan kebutuhan air bersih bagi konsumen karena PDAM selaku pelaku usaha yang termaksud dalam Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sehingga sebagai pelaku usaha, PDAM memiliki kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab sebagai pelaku usaha yang juga diatur dalam UUPK tersebut, bahwasannya pelaku usaha wajib menjamin mutu jasa yang diberikan olehnya. Berkaitan dengan itu, maka PDAM sebagai pelaku usaha yang bergerak dalam bidang pengelolaan air juga harus menjamin terpenuhinya kebutuhan akan air bersih bagi konsumen.

2. Prinsip tanggung jawab PDAM mengenai ganti rugi itu telah diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen bahwasannya terkait dengan kerugian yang dialami oleh konsumen, jika memang pelaku usaha terbukti melakukan kesalahan maka pelaku usaha dalam hal ini PDAM harus memberi ganti rugi sebagaimana termaksud dalam undang-undang. Mengenai prinsip tanggung jawab pelaku usaha sendiri yang digunakan di Indonesia adalah prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab modifikasi dari prinsip tanggung jawab berdasarkan kesalahan dengan pembuktian terbalik.

(21)

Mengenai ganti rugi juga tidak hanya disebutkan dalam UUPK melainkan didukung dan dikuatkan juga dalam Pasal 1365 KUHPerdata dan Pasal 61 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air bab X.

B. Saran

1. Dalam melaksanakan tugasnya, seharusnya sebagai pelaku usaha khususnya dalam hal ini sekelas BUMD sudah harus meningkatkan kualitasnya, karena kualitas kerja yang baik juga akan berdampak pada masyarakat yang kondusif. Sehingga cara pandang masyarakat terhadap badan usaha yang dibentuk oleh pemerintah daerah tidak selalu dipandang negatif.

2. PDAM hendaknya menerapkan aturan yang ada dengan baik dan benar.

Karena selama ini masih banyak cabang perusahaan PDAM yang belum responsif terhadap keluhan masyarakat atau konsumen selaku pengguna jasa PDAM atas kerugian yang ditimbulkan oleh perusahaannya.

Sehingga penggantian rugi yang seharusnya didapatkan oleh konsumen ketika ia merasa dirugikan tidak benar-benar dilaksanakan oleh PDAM dengan baik.

(22)

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek Voor Indonesie) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air

Buku

Amrani, Hanafi dan Mahrus Ali. 2015. Sistem Pertanggungjawaban Pidana.

Jakarta: Rajawali Pers.

Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammmad Hasbi. 1999. Pengantar Fiqh Muamalah.

Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Az Nasution. 1995. Konsumen dan Hukum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan __________. 2002. Hukum Perlindungan Konsumen, Suatu Pengantar. Jakarta:

Diadit Media.

Chomzah, Ali Achmad. 2003. Hukum Agraria (Pertanahan Indonesia). Jakarta:

Prestasi Pustaka.

Kristiyanti, Celina Tri Siwi. 2008. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Sinar Grafik.

Fuady, Munir. 2002. Perbuatan Melawan Hukum Cetakan 1. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hanitijo, Ronny. 1990. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Harahap, M. Yahya. 1997. Beberapa Tinjauan tentang Permasalahan Hukum.

Bandung: Citra Aditya Bakti.

Harsono, Boedi. 2007. Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang- undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya. Jakarta: Djamban.

Kelsen, Hans. 2008. Teori Hukum Murni. Bandung: Nusamedia.

Kodoatie, Robert J. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Air dalam Otonomi Daerah.

(23)

Yogyakarta: ANDI Offset.

Makarao, Mohammad Taufik. 2004. Aspek-aspek Hukum Lingkungan. Jakarta:

PT. Indeks Kelompok Gramedia

Marpi, Yapiter. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Atas Keabsahan Kontrak Elektronik Dalam Transaksi E-Commerce. Tasikmalaya: PT. Zona Media Mandiri.

Mas, Marwan. 2011. Pengantar Ilmu Hukum. Bogor: Ghalia Indonesia.

Martono, Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Depok: Raja Grafindo Persada.

Marzuki, Peter Mahmud. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Meliala, Adrianus. 1993. Praktik Bisnis Curang. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Miru, Ahmadi. 2013. Prinsip-prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di Indonesia. Depok: Raja Grafindo Persada.

Moegni, Djojodirdjo, M.A. 1979. Perbuatan Melawan Hukum: Tanggung Gugat (aansprakelijkheid) untuk Kerugian yang Disebabkan karena Perbuatan Melawan Hukum. Jakarta: Pradnya Paramita.

Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Etika Dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prabowo, M.Shidqon. 2010. Perlindungan Hukum Jamaah Haji Indonesia.

Yogyakarta: Rangkang.

Samsul, Inosentius. 2004. Perlindungan Konsumen, Kemungkinan Penerapan Tanggung Jawab Mutlak. Jakarta: Universitas Indonesia.

Shidarta. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: Edisi Revisi, PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sidabalok, Janus. 2006. Hukum Perlindungan Konsumen. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Silalahi, Daud. 1996. Pengaturan Hukum Sumber Daya Air dan Lingkungan Hidup di Indonesia. Bandung: Penerbit Alumni.

Siombo, Marhaeni Ria. 2012. Hukum Lingkungan dan Pelaksanaan

Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sofie, Yusuf. 2003. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-instrumen Hukumnya Cetakan Kedua. Bandung: PT Citra Aditya Bakti.

(24)

Suherman, E. 1979. Masalah Tanggung Jawab Pada Charter Pesawat Udara Dan Beberapa Masalah Lain Dalam Bidang Penerbangan (Kumpulan Karangan) Cet. II. Bandung: Alumni.

Suratman dan H Philips Dilla. 2014. Metode Penelitian Hukum. Bandung:

Penerbit Alfabeta.

Suripin. 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta:

ANDI Offset.

Susanto, Happy. 2008. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta: Visimedia.

Syawali, Husni dan Neni Sri Imaniyati. 2000. Hukum Perlindungan Konsumen.

Bandung: Mandar Maju.

Triwulan, Titik dan Shinta Febrian. 2010. Perlindungan Hukum Bagi Pasien.

Jakarta: Prestasi Pustaka.

Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani. 2000. Hukum tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Zulham. 2016. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Kencana.

Jurnal

Abdul Rokhim. 2013. Kewenanagan Pemerintah Dalam Konteks Negara

Kesejahteraan (Welfares Sate). Jurnal Ilmiah Dinamika Hukum FH Unisma Malang ISSN: 0854-7254. Vol. XIX No. 36.

Abdul Rokhim. 2016. Tanggung Jawab Rumah Sakit Sebagai Produsen Jasa Pelayanan Kesehatan. Jurnal “Negara dan Keadilan” Program Pascasarjana FH Unisma Malang ISSN: 2302-7010. Vol. 5 No. 8.

Akbar, M. Hijratul. 2015. Tanggungjawab PDAM Tirta Dharma Kabupaten Dompu Terhadap Konsumen Air Bersih. Jurnal IUS Volume 3 No. 9.

Mawardi, Muhjidin. 2014. Air dan Masa Depan Kehidupan. Jurnal Tajrih. Vol.

12.

Sawka, Michael M., Samuel N Cheuvort, dan Robert Charter et al. 2005. Human Water Needs. Nutrition Reviews. Vol. 63 No. 6.

Kamus

Abdurrahman, A. 1986. Kamus Ekonomi – Perdagangan. Gramedia.

Hasan, Alwi dkk. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka.

(25)

Sudarsono. 2007. Kamus Hukum. Jakarta: PT Rineka Cipta Internet

Andri Akbar W, (2010), Gambaran umum PDAM di Indonesia,

www.andriakbar.blogspot.co.id. Diakses pada tanggal 20 Desember 2020.

Muhammad Aminudin, (2020), https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d- 5253797/ribuan-pelanggan-keluhkan-air-pdam-kota-malang-berbau-solar.

Diakses pada 10 Desember 2020.

Wibowo Tunardy, (2016), Hukum Perlindungan Konsumen,

https://www.jurnal.hukum.com/hukum-perlindungan-konsumen-di- indonesia/. Diakses pada 20 Desember 2020.

Referensi

Dokumen terkait

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh pelaku usaha jasa laundry, untuk mengetahui pertanggungjawaban yang diberikan pelaku