Konteks Sosio Kultural di daerah Konteks Sosio Kultural di daerah
yang sejalan dengan pemikiran yang sejalan dengan pemikiran
Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara
Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Kelas 09.06
Dipresentasikan oleh Kelompok 1
Kelompok 1 Kelompok 1
Risma Fembriyanti
Christina Dwi Astuti
Yuli Arifah Vepti Wulaningrum
Imam Nurimbawan
Bersih Dusun
Sosio-Kultural Sosio-Kultural
Yang Sejalan dengan Pemikiran Yang Sejalan dengan Pemikiran
Ki Hajar Dewantara Ki Hajar Dewantara
Sadranan Nyinom
Budaya mendoakan leluhur yang sudah
meninggal
Kegiatan kaum muda membantu tuan rumah yang sedang punya hajat
Mengungkapkan syukur kepada Tuhan atas hasil
panen yang di dapat
Nilai Budaya Sebagai Nilai Budaya Sebagai
Penguatan Karakter Individu Penguatan Karakter Individu
Nilai Religius
Nilai Gotong Royong
Nilai Toleransi
Nilai
Berkebhinekaan Globali
Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar para leluhur diampuni segala dosa dan kesalahan, diterima amal perbuatan dan
diterima disisiNya
Masyarakat secara bergotong royong dalam mempersiapkan pelaksanaan yang sebaik-baiknya agar acara tersebut bisa
berjalan dengan lancar
Saling Menghormati,
menghargai dalam bersosialisasi sesama masyarakat
Merawat dan melestarikan nilai- nilai budaya
Pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuai dengan nilai-nilai luhur seperti gotong royong dan semangat peduli terhadap sesama
dan lingkungan. Budaya yang ada di Bantul menunjang
pengembangan nilai-nilai luhur yang menjadi penguatan karakter murid sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat.
Masyarakat Bantul telah menunjukkan wujud nyata penerapan nilai religius, toleransi, gotong royong, nasionalisme dan kejujuran.
Nilai Religius: Tadarus di sekolah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, shalat berjamaah tepat waktu
Nilai Gotong Royong: piket kelas, diskusi kelompok, iuran kelas/kas, kerja bakti membersihkan sekolah
Nilai Toleransi: Tidak menganggu teman beribadah, Peringatan hari besar agama
Nilai Nasionalisme: Menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pagi, Upacara bendera, lomba agustusan
Nilai Kejujuran: Tidak mencontek, kantin kejujuran
Satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau
sekolah kami sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah kami
yang dapat diterapkan yaitu
Gotong Royong
Gotong Royong
Terima Kasih Terima Kasih
Calon Guru Penggerak Angkatan 9 Calon Guru Penggerak Angkatan 9
Kelompok 1 Kelas 09.06 Kabupaten Bantul
Fasilitator:
Ibu Erika Ambarita
Question Question
&
&
Answer
Answer
Q: Bagaimana cara kita menyikapi pesta dengan konsep standing party (makan sambil berdiri) yang mana budaya tersebut bertentangan dengan ajaran agama dan budaya kita yaitu budaya timur?A: Menyikapi situasi seperti itu ya mencari tempat duduk kalau tidak ada kursi bisa tempat yang lain (Pak Imam)
Bu Tatik
Q: Bagaimana menyikapi anak yang tidak mau mengikuti kegiatan ekstra di sekolah?
misalnya BTQ atau tidak aktif saat kerja bakti?
A: diadakan kegiatan BTQ dalam bentuk kelompok (Pak Imam)
BTQ diadakan di akhir jam pelajaran, sehingga untuk motivasinya apabila anak sudah selesai belajar iqro atau AL-Qur'an baru boleh pulang (Bu Vepti)
Untuk kegiatan Jumat bersih anak-anak dibagi menjadi beberapa kelompok, direkam video dan dikirim ke wali, kelompok yang cepat selesai akan mendapat hadiah (Bu Dwi)
Question Question
&
&
Answer
Answer
Q: Berikan contoh nilai-nilai kebhinekaan?A: Bahasa percakapan sehari-hari adalah Bahasa Jawa, tetapi ada siswa pindahan dari jakarta yang tentunya tidak bisa berbicara Bahasa Jawa sehingga anak-anak diminta saat berbicara dengan anak tersebut menggunakan Bahasa Indonesia. Contoh lain dalam nilai keagamaan yaitu di sekolah diadakan kegiatan ibadah agama nasrani untuk siswa non muslim (Pak Imam)
Bu Hutri
Q: Bagaimana cara mengamalkan kebudayaan tradisi Jawa seperti kegiatan sadranan atau kegiatan sinoman kepada anak-anak sekarang?
A: Kita harus melibatkan anak-anak dalam kegiatan tersebut. Artinya mereka diberi tugasyang menyenangkan sesuai dengan kemampuan anak-anak (Bu Dwi)
Bu Sri Sumarsih
Bu Titik
Q: Bagaimana cara menerapkan budaya sinoman di sekolah?
A: Kegiatan sinoman diterapkan di sekolah saat kegiatan pengajian di sekolah maka yang mengantarkan makanan dan minuman
kepada tamu undangan adalah anak-anak (Bu Vepti)
Dalam budaya sinoman harus diperhatikan sopan santun ke anak- anak tentang bagaimana cara memberikan makanan dan minuman tersebut kepada tamu undangan, dan bagaimana cara bersikap atau gestur tubuh (Bu Risma)