• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani-Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani-Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Islam"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI MULNITHI NUSANTARA (Yayasan Nusantara) TERHADAP PEMBERDAYAAN ANAK YATIM

DI PATANI - THAILAND SELATAN MENURUT PERSPEKTIF

HUKUM ISLAM

Tesis

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam bidang Syariah Hukum Islam pada Program Pascasarjana UIN Alauddin

Makassar Oleh:

SA-IROH KATEH NIM:80100218002

Promotor:

Prof. Dr. Hj. Sitti Aisyah Kara, M. A., Ph. D.

Kopromptor:

Dr. Indo Santalia, M. Ag.

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR

2022

(2)

II

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sa-iroh Kateh

NIM : 80100218002

Tempat/Tanggal Lahir : Yala /18 December 1991 Program Studi : Dirasah Islamiyah Konsentrasi : Syariah Hukum Islam

Alamat : Kampus I jln. Sultan Alauddin No. 36 Makassar 90221

Judul :Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan

Nusantara) Terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani (Thailand Selantan) Menurut Perspektif Hukum Islam

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa tesis ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka tesis dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Pattani, 14 September 2022 Penyusun,

Sa-iroh Kateh NIM: 80100218002

(3)

III

(4)

IV

KATA PENGANTAR

.ٍٛؼًجأ ّثبذصأٔ ّنآ ٗهػٔ ذًذي بَذٛع ٗهػ ىهعٔ مص ىٓهنا ,ًٍٛنبؼنا ةس لله ذًذنا Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. atas segala rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. Salawat dan salam tercurahkan kepada nabi Muhammad saw., sebagai suri teladan bagi manusia dalam kehidupan.

Tesis dengan judul:“Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) Terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani (Thailand Selantan) Menurut Perspektif Hukum Islam” di maksudkan untuk menyelesaikan masa studi strata II dan melengkapi tugas-tugas serta memenuhi syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum pada Program Studi Dirasah Islamiyah, Konsentrasi Syariah Hukum Islam Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapatkan wawasan, pengetahuan, dan masukan yang sangat berharga dari banyak pihak. Dan penulis menyedari bahwa terwujudnya tesis ini karena adanya bantuan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapkan terima kasih dengan setulus hati kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof. H.

Hamdan Juhanis, M.A., Ph.D. dan para wakil rector serta seluruh staf UIN Alauddin Makassar.

(5)

2. Direktur Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar Prof. Dr. H. M. Ghalib M, M.A. dan seluruh staf Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

3. Prof. Dr. Hj. Aisyah Kara, M. A., Ph. D. selaku promotor yang telah mengoreksi kesalahan-kesalahan penulis, membimbing dan memotivasi dengan nasihat-nasihatnya, memberikan saran, bantuan dan petunjuk dari awal penulisan hingga akhir.

4. Dr. Indo Santalia, M. Ag. selaku kopromotor yang telah mengoreksi kesalahan-kesalahan penulis, membimbing dan memotivasi dengan nasihat-nasihatnya, memberikan saran, bantuan dan petunjuk dari awal penulisan hingga akhir.

5. Seluruh dosen Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada penulis, staf administrasi yang telah membantu kelancaran proses perkuliahan, serta rekan-rekan mahasiswa Program Pascasarjana UIN Alauddin Makassar.

6. Kepada instansi Perpustakaan Wilayah dan Perpustakaan Umum UIN Alauddin, Perpustakaan Pascasarjana UIN Alauddin, dan Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan atas fasilitasnya memberikan kami referensi yang sangat membantu dalam proses penyelesaian tesis ini. Terima kasih juga kepada para pegawai perpustakaan atas keramahannya menyambut kami, memberikan saran dan rekomendasi referensi yang baik.

(6)

7. Kepada Ketua Mulnithi Nusantara Muhammadaladee Dengnik, Padilah nihsoh Nurhayatee Cehsmorceh, dan Staf-staf Mulniti NUSANTARA yang telah memberi izin penelitian kepada penulis, juga selalu membantu, kerjasama dan memberi sokongan, dorongan untuk menyelesaikan tesis ini 8. Orang tua kami tercinta, Ayahanda Muhammadzainun Kateh, Ibunda al-

Marhumah Misbah Binhusen dan Ibunda Nikdah Nikwae yang tak lelahnya menanyakan keadaan tesis kami, serta tak lelahnya menyemangati kami dalam proses penyelesaiannya. Terima kasih dan penghargaan tinggi yang kami haturkan kepada mereka bertiga yang telah membiayai, membesarkan, mendidik, memberikan kasih sayang dan mencurahkan segala perhatiannya kepada kami. Semoga kami dapat menjadi orang yang membuat mereka bangga.

9. Suamiku, Zainudin Samae, terima kasih yang senantiasa membantu, mendamping dan mendoakan dengan kesabaran dan kasih sayang, serta tak lelahnya menyemangati kami dalam penyelesaian tesis ini. Semoga kami dapat menjadi isteri yang membuat ia bangga dan bahagia di dunia.

dan akhirat.

10. Terima kasih juga kami haturkan kepada kakak kandung Sariframadhan Kateh yang selalu membantu, mendukung, mendamping kami dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dari awal sampai akhir perkuliahan dan penulisan tesis kami ini. Dan juga kakak kandung Sa‟biatee Kateh bersama dua adik: Su-aibah kateh dan Irfan Kateh dan Aesyah beraheng yang tak bosan-bosannya menanyakan keadaan tesis kami. Ditambah

(7)

dengan ejekan-ejekan mereka yang sebenarnya membuat kami lebih semangat lagi untuk menyelesaikan tesis ini.

11. Terima kasih juga kepada Keluarga Kateh dan Samae (Keluarga besar kami), yang selalu memberi motivasi, membantu dan mendoa dengan keikhlasan kasih sayang dari awal hingga akhir penyelesaian tesis ini.

12. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang tingi-tinggi kepada sahabat-sahabat sebangasa tercinta Toyyibah Adam, Humaida Pohtomgseng dan Masyeetoh Samohmae yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat, motivasi terhadap penulis dari awal hingga penyelesaian tesis ini.

13. Terima kasih kepada Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Konsultrasi Islamiyah Syari‟ah dan hukum Islam angkatan 2018 seperjuangan dari awal sampai akhir semester, Andi Nurafifah, Mustainnah, Muhaimin Bobihu, Sofiah, Siti Husnia, Amelia, Ade Surya dan lain-lain yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan kerjasama terhadap penulis selama perkuliahan dan penyusunan tesis ini.

14. Keluarga besar angkatan 2018 Pasca UINAM yang menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih atas motivasi dan dorongan semangatnya, kalian adalah teman-teman yang terbaik. Semoga sukses di manapun kalian berada.

15. Serta semua pihak yang tidak bisa kami ucapkan satu-satu. Terima kasih atas kesukarelaannya dalam memberikan bantuan dan motivasinya.

(8)

Harapan penulis semoga doa dan nasehat tetap ada dalam hati, menjadi mata air penyejuk, sehingga tetap istiqamah di jalan Allah. Amin ya rab al- Alamin. Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis mengharaplan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis sendiri.

Wassalam.

Pattani, 14 September 2022 Penyusun,

Sa-iroh Kateh NIM: 80100218002

(9)

IX

DAFTAR ISI

JUDUL I

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS II

PENGESAHAN III

KATA PENGANTAR IV

DAFTAR ISI IX

DAFTAR TABEL XI

DAFTAR GAMBAR XII

PEDOMAN TRANSLITERASI XIII

ABSTRAK XVII

BAB I PENDAHULUAN 1-17

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitia dan Deskripsi Fokus 9

C. Rumusan Masalah 11

D. Kajian Pustaka 12

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 16

BAB II TINJAUAN TEORETIS 18-57

A. Tinjauan Umum Anak Yatim 18

1. Pengertian Anak Yatim 18

2. Kondisi Penyebab Keyatiman 24

B. Konsep Kafalah Anak Yatim Menurut Hukum Islam 28

1. Pengertian Kafalah Anak Yatim 28

2. Hukum Kafalah (Memelihara) Anak Yatim 29 3. Bentuk-Bentuk Konsep Kafalah Anak Yatim 32 4. Hal-hal yang dilarang dilakukan terhadap Anak Yatim 42 C. Panti Asuhan atau Lembaga Penyatuan Anak Yatim 49 D. Undang-undang Pegaturan Yayasan di Thailand 51

E. Kerangka Konseptual 57

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 58-68

(10)

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 58

B. Pendekatan Penelitian 60

C. Sumber Data 61

D. Metode Pengumpulan Data 62

E. Instrumen Penelitian 64

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 65

G. Pengujian Keabsahan Data 67

BAB IV PEMBAHASAN 68-134

A. Gambaran Umum Mulnithi Nusantara Bagi Hak Asasi Manusia

Dan Pembangunan 68

1. Gambaran Umum Patani 68 2. Genealogi Mulnithi Nusantara 77 B. Analisis Konsep Kafalah Anak Yatim Mulnithi Nusantara Bagi

Hak Asasi Manusia Dan Pembangunan 90

C. Analisis Respon Hukum Islam Terhadap Konsep Kafalah Anak Yatim Di Mulnithi Nusantara Bagi Hak Asasi Manusia

Dan Pembangunan 107

1. Bermuamalat Baik Dengan Anak Yatim 116

2. Memelihara Anak Yatim 122

3. Berinfak/Bersedekah Kepada Anak Yatim 124

4. Pemeliharaan Harta Anak Yatim 131

BAB V PENUTUP 135-137

A. Kesimpulan 135

B. Implikasi Penelitian 137

DAFTAR PUSTAKA 138

LAMPIRAN-LAMPIRAN 141

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 144

(11)

XI

DAFTAR TABEL

1. Daftar Petugas di Mulnithi Nusantara 85

2. Daftar Jumlah Kanak-Kanak di Mulnithi Nusantara 86

3. Daftar Sarana dan Prasarana 88

4. Daftar Jumlah Anak-anak Yatim yang Dapat Beasiswa 100 5. Daftar Konsep Kafalah Anak Yatim di Mulnithi Nusantara 128

(12)

XII

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar Lambang Mulnithi Nusantara 90

2. Gambar Menziarahi Anak Yatim 94

3. Gambar Kid‟s Camp ( Kursus Musim Panas) 96

4. Gambar Rumah Nusantara di Baloi 99

5. Gambar Program Pemberian Beasiswa 101

6. Gambar Program Berbuka bersama Anak Yatim 102 7. Gambar Program Pembagian Daging Qurban 104 8. Gambar Pembagian Baju Raya kepada Anak Yatim 105

9. Gambar Program Pembagian Tas Sekolah 106

10. Gambar Pembagian Zakat kepada Anak yatim 107

11. Gambar Seminar Pemuda-Pemudi 108

12. Gambar Seminar Pembinaan Potensi Petugas 109 13. Gambar JAringan Mulnithi Nusantara Menziarahi Anak Yatim 111

(13)

XIII

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad lainnya.

Yang dimaksud dengan transliterasi Arab-Latin dalam pedoman ini adalah penyalinan huruf-huruf Arab dengn huruf-huruf Latin serta segala perangkatnya.

Ada beberapa sistem transliterasi Arab-Latin yang selama ini digunakan dalam lingkungan akademik, baik di Indonesia maupun ditingkat global. Namun, dengan sejumlah pertimbangan praktis dari akademik, tim penyusun pedoman ini mengadopsi “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I., masing-masing Nomor: 158 Tahun 1987 dan nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Huruf-huruf bahasa Arab yang ditransliterasikan kedalam huruf latin sebagai berikut :

ا : a د : d ض : ḍ ن : k

ة : b ر : ż ط : ṭ ل : l

د : t س : r ظ : ẓ و : m

س : ṡ ص : z ع : „ ٌ : n

ج : j ط : s ؽ : g ٔ : w

ح : ḥ ػ : sy ف : f ْ : h

ر : kh ؿ : ṣ ق : q ي : y

B. Konsonan Rangkap

Konsonan rangkap (tasydid) ditulis rangkap

(14)

Contoh :

خَيِّذَمُي = muqaddimah

ُخَُِْٚذًنا

ُحَسًََُُّٕنا = al-madinah al-munawwarah C. Vokal

1. Vokal Tunggal

Fathah ﹷ ditulis a contoh َأَشَل Kasrah ﹷ ditulis i contoh َىِدَس Dammah ﹷ ditulis u contoh ٌتُزُك 2. Vokal Rangkap

Vokal rangkapْﻲﹷ (fathah dan ya) ditulis “ai”

Contoh : ٌتََُْٚص = zainab َفَْٛك = kaifa

Vokal rangkap ْﻮﹷ (fathah dan waw) ditulis “au”

Contoh : َلَْٕد = ḥaula َلَْٕل = qaula D. Vokal Panjang

ﺎ (fatḥah) ditulis ā contoh : بَيبَل = qāmā

ﻰ (kasrah) ditulis ī contoh : ىِْٛدَس= rahīm ﹷﻮ (dammah) ditulis ū contoh : و ُْٕهُػ= „ulūm E. Ta Marbūṭah

Ta Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun ditulis /h/

Contoh : خَيَّشَكًنا ُخَّكَي = Makkah al-Mukarramah خَؼِْٚشَّؾنا

خَِٛي َلَْعِلإا = al-Syarī‟ah al-Islamiyah Ta Marbūṭah yang hidup, transliterasinya /t/

(15)

ُخَيُْٕكُذنا

خَِّٛيَلَْعِلإا = al-ḥukūmatul-islāmiyyah

ُخَُُّغنا

حَشِرإََزًُنا = al-sunnatul-mutawātirah

F. Hamza

Huruf Hamzah (ء) di awal kata ditulis dengan vocal tanpa di dahului oleh tanda apostrof („)

Contoh : ٌبًٚإ = īmān, bukan „īmān ُدبَذِّرِإ

خَّيُلأا = ittihād al-ummah, bukan „ittihād al-„ummah G. Lafẓu’ Jalālah

Lafẓu‟ Jalālah ( kata الله ) yang berbentuk fase nomina ditransliterasi tanpa hamzah.

Contoh : الله ذجػ ditulis: „Abdullāh, bukan Abd Allāh الله سبج ditulis: Jārullāh

H. Kata Sandang “al-

a. Kata sandang “al-“ tetap ditulis “-al” baik pada kata yang dimulai dengan huruf qamariah maupun syamsiah

Contoh : خَعَّذَمًُناٍِكبَيلأا = al-amākin al-muqaddasah =

خعبَِّٛغنا

خَِٛػ ْشَّؾنا al-siyāsah al-syar‟iyyah

b. Huruf “a” pada kata sandang „al-“ tetap ditulis dengan huruf kecil, meskipun merupakan nama diri.

Contoh : ِْ٘دْسَٔبًنا = al-Māwardī ُشَْ ْصَلأا = al-Azhar حَسُْٕصًَُْنا = al-Manṣūrah

(16)

c. Kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Al-Qur‟ān ditulis dengan huruf kafital.

Contoh: Al-Afgānī adalah seorang tokoh pembaharu Saya membaca Al-Qur‟ān al-Karīm

Singkatan :

swt = Subḥānahū wa ta‟ālā

saw = Ṣallallāhu „alaihi wa sallam ra. = Radiyallāhu „anhu

Q.S. …/ …:4 = Qur‟an, Surah ….. ayat 4

UU = Undang-Undang

M. = Masehi

H. = Hijriah

SM. = Sebelum Masehi t.p. = Tanpa penerbit

t.t.p = Tanpa tempat penerbit t. Cet = Tanpa cetakan

Cet. = Cetakan

t.th. = Tanpa tahun

h. = Halaman

(17)

XVII

ABSTRAK

Nama : Sa-iroh Kateh

NIM : 80100218002

Judu : Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) Terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani - Thailand Selatan Menurut Perspektif Hukum Islam

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) Terhadap Pemberdayaan Anak Yatim Di Patani Menurut Perspektif Hukum Islam. Adapun masalah yang dibahas yaitu bagaimana profil Yayasan Nusantara di Patani, bagaimana Konsep Kafalah Yayasan Nusantara dalam Pemberdayaan Terhadap Anak Yatim di Patani, dan bagaimana Respon Hukum Islam terhadap Konsep Kafalah Yayasan Nusantara dalam Pemberdayaan terhadap Anak Yatim di Patani, Thailand Selatan.

Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan penelitian yang digunakan adalah Teologis normatif dan Sosiologis. Adapun sumber data penelitian ini adalah dari bahan primer dan bahan sekunder. Selanjutnya metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan melalui tiga tahapan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian adalah (1) Mulnithi Nusantara didirikan pada tahun 2015 M., bertujuan untuk membantu anak-anak yatim dan miskin yang berdampak dari konflik di Patani, sehingga kini jumlah anak-anak yatim dan miskin terdaftar di Mulnithi Nusanara ini berjumlah sekitar 1.997 orang anak. (2) Konsep kafalah anak yatim di Mulnithi Nusantara terbagi berupa program kegiatan untuk memudahkan dalam prosesnya. Program-program tersebut terbagi menjadi 12 program, dari program-program tersebut adalah program yang hasilnya kerjama antara Mulnithi Nusantara dan masyarakat. (3) Berdasar konsep kafalah anak yatim Islam yaitu bermuamalat baik dengan anak yatim, memelihara anak yatim, berinfak/bersedekah kepada anak yatim, pemeliharaan harta anak yatim. Jadi konsep kafalah anak yatim di Mulnithi Nusantara yang berupa program-program sudah sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum Islam. Untuk secara terinci yaitu program yang sesuai dengan konsep bermuamalat baik dengan anak yatim yaitu program menziarahi anak yatim, Kursus musim panas, Majelis berbuka puasa.

Konsep memelihara anak yatim yaitu rumah Nusantara yang berlokasi di kampung Baloi, Kabupaten Yaring, Provinsi Pattani. Konsep bersedakah kepada anak yatim yaitu program beasiswa, pembagian daging Qurban, pemberian baju raya, program back to school, dan program pemberian zakat. Terakhir konsep pemeliharaan harta anak yatim yaitu Mulnithi Nusantara tidak bertanggungjawab terntang harta warisan, namun lembaga ini menjaga harta anak yatim dari uang sedakah dan lain-lain.

(18)

XVIII

ABSTRACT

Name : Sa-iroh Kateh

ID : 80100218002

Title : The Contribution of Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) to the Empowerment of Orphans in Patani - Southern Thailand According to the Perspective of Islamic Law

This study aimed at determining, from an Islamic legal standpoint, the contribution of Mulnithi Nusantara (Nusantara Foundation) to the Empowerment of Orphans in Patani. Nusantara Foundation's Kafalah Concept in Empowering Orphans in Patani, and the Islamic Law Response to the Nusantara Foundation's Kafalah Concept in Empowering Orphans in Patani, Southern Thailand, were the topics of discussion.

Qualitative research was conducted, and normative theological and sociological research methods were employed. This research utilized both primary and secondary sources for its data. In addition, observation, interviews, and documentation were employed as data collection techniques. Data processing and analysis procedures were implemented in three steps: data reduction, data display, and conclusion drawing.

(1) Mulnithi Nusantara was created in 2015 AD with the intention of assisting orphans and poor children afflicted by the violence in Patani, with the current number of orphans and impoverished children registered with Mulnithi Nusantara being approximately 1,997. (2) To assist the process, the concept of the orphan caravan in Mulnithi Nusantara was broken down into a series of activities.

The collaboration between Mulnithi Nusantara and the community resulted in the creation of twelve of these initiatives. Based on the principle of kafalah for Islamic orphans, which was to do good with orphans, care for orphans, donate/give alms to orphans, and take care of orphans' possessions. Therefore, the concept of kafalah orphans in the form of programs in Mulnithi Nusantara was consistent with Islamic law. In accordance with the concept of having a good relationship with orphans, there were activities consisting of visits to orphanages, summer courses, and a breaking the fast assembly. Nusantara residence in Baloi village, Yaring Regency, Pattani Province, was founded on the principle of caring for orphans. Giving charity to orphans consisted of a scholarship program, the distribution of Qurban meat, the providing of festive attire, a back-to-school program, and a zakat giving program. Lastly, the concept of retaining orphans' property, called Mulnithi Nusantara, was not accountable for inheritance;

however, this institution safeguards orphans' property from alms money and others.

(19)

XIX

ص ّخلم ثحبلا

تنبطنا ىعا :

ربك حشئبع

ّٛ

ذٛمنا ىلس :

00000800008

عٕضٕي خنبعشنا

( اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي خًْبغي : Mulnithi Nusantara

خغعؤي( ٍي )

خٛيلَعلإا خؼٚشؾنا سٕظُي ٍي َٙبطف ٙف وبزٚلأا ٍٛكًر ٙف )اسبزَبعَٕ

فذٓر

ِزْ

خنبعشنا خؼضإزًنا اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي خًْبغي ٗهػ فشؼزنا ٗنإ

(Mulnithi

Nusantara) .خٛيلَعلإا خؼٚشؾنا سٕظُي ٍي َٙبطف ٙف وبزٚلأا ٍٛكًر ٙف )اسبزَبعَٕ خغعؤي(

رٔ

ٌٕك

ْٙ شذجنا ازْ ٙف خغٛئشنا خهكؾًنا :

( الوأ ) ؟َٙبطف ٙف اسبزَبعَٕ خغعؤي فهي ٌبك فٛك اايناث(

) وٕٓفي فٛك

؟َٙبطف ٙف وبزٚلأا ٍٛكًر ٙف اسبزَبعَٕ خغعؤًن خنبفكنا (

ااثلاث ) وٕٓفي غي خٛيلَعلإا خؼٚشؾنا ذثبجزعا فٛكٔ

ذَلَٚبر ةُٕجث َٙبطف ٙف وبزٚلأا ٍٛكًر ٙف اسبزَبعَٕ خغعؤًث ؿبخنا خنبفكنا

؟ .

جًُٓنأ

وذخزغًنا

ٙف ازْ

شذجنا

ْٕ

جُٓي

َٙاذٛي

ٙفٛك

ٙفصٔ

خمٚشطث ءاشجإ ىهػ شظَ خٓجٔ

.خَٕٚبصٔ خٛنٔأ دبَبٛث ٗهػ مًزؾر ْٙ شذجنا ازْ ٙف دبَبٛث سدبصًف .ٙػبًزجلاا ىهػٔ ٘سبٛؼًنا دْٕلَنا دبَبٛجنا خجنبؼي دبُٛمر ٌأ ىص .كٛصٕزنأ دلَثبمًنأ خظدلًَنا ْٙ خيذخزغًنا دبَبٛجنا غًج قشط بيأٔ

ٔ دبَبٛجنا مٛهمر :ْٙٔ مداشي سلَص للَخ ٍي ّشًر بٓهٛهذرٔ

.جئبزُنا ؿلَخزعأ بٓضشػ

دشٓظأف جئبزَ

شذجنا

ٙف

ِزْ

خعاسذنا بي

ٙهٚ

: ( الوأ ) اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕيتناك وبػ ٙف ذغعأ

ٍٛفنأ

خغًخٔ

شؾػ خٛذٛغًنا َٙبطف ٙف عاشصنا ٍي أسشضر ٍٚزنا ءاشمفنا لبفطلأأ وبزٚلأا حذػبغي ٗنإ فذٓزف

ٍٛؼغرٔ خؼجع خئبي فنأ ٙنإد اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي ٙف ٍٛهجغًنا ءاشمفنا لبفطلأأ وبزٚلأا دذػ ٌٜا ؾهجر شٛذث .ًلَفط اايناث( اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي ٙف وبزٚلأا خنبفك وٕٓفي ٌأ ) عُٕزٚ

مٛٓغزن ازْٔ خطؾَلأأ جيبَشث حذػ ٗنإ

ِٙزُِْْٛنُٕي ٍٛث ٌٔبؼزنا خجٛزَ جياشجنا ِزْ ٍئ بًجيبَشث حشؾػ بُصا ٗنإ جياشجنا ِزْ عُٕزرٔ .بٓٛف خٛهًؼنا اَسبَزَْبَعَُٕ

غي .غًزجًنا اايناث(

) ىٓزٚبػسٔ وبزٚلأا غي شٛخنا مؼفث مًززف وبزٚلأن خنبفكنا وٕٓفي ٗنإ ًادبُزعا ٌأ

مك للَخ ٍي اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي ٙف وبزٚلأن خنبفكنا وٕٓفي ٌبك ازهف .ىٓنإيأ خٚبػسٔ ىٓن حبكضنبث عشجزنأ

غي كفزر جياشث ْٙٔ ًلَٛصفر اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي جياشث بيأٔ .خٛيلَعلإا خؼٚشؾنا وبكدأ غي كفإزٚ بٓجيبَشث ِزْ ٍئ وبزٚلأا غي حذٛج خهيبؼي خٛفٛك خٛفٛصنا داسٔذنا جيبَشث ٔ وبزٚلأا حسبٚص خجيبَشث ْٙ جياشجنا

خٚشل ٙف غمٚ اسبزَبعَٕ ذٛث ٙف دٕجٕي ْٕ وبزٚلأا خٚبػس ٙف خٚشظُنا ِزْ ٌأ .ٙػبًجنا سبطفلإأ

ِٙؼُنَبث

( Baloi ) خؼطبمًث ؾِٚسبَٚ

( Yaring )

ٙف خظفبذي

َٙبطف ( Pattani ) ٍي زفُٚ وبزٚلأا ٗنإ خلذص وٕٓفي ٌأٔ .

ث للَخ خعسذًنا ٗنإ حدٕؼنأ ٍٚذٛؼنا وٕٚ ٙف ظثلَي شٛفٕرٔ ٌبثشمنا ىذن غٚصٕرٔ خٛعاسد خُي ىٚذمرا جيبَش ِزْ ٍكنٔ ىٓصاشٛي ٍػ ًلإئغي ظٛن اَسبَزَْبَعَُٕ ِٙزُِْْٛنُٕي ٙف وبزٚلأا خٚبػس كٛجطر ٌإ اًشٛخأٔ .حبكضنا ءبطػإٔ

ٍي وبزٚلأا لإيأ ًٙذر خغعؤًنا فشعإ

ٙف لَث فشصرٔ دبلذصنا .بْشٛؿٔ حذئبف

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak yatim adalah seorang anak yang masih kecil, lemah dan belum mampu berdiri sendiri yang ditinggalkan oleh orang tua yang menanggung biaya penghidupannya. Sebagai anak yang hidup penuh dengan penderitaan dan serba kekurangan pastilah mempunyai keinginan yang wajar baik dari segi fisik maupun segi mental.1 Kesedihan yang ditanggung si yatim sesaat setelah ayah/ibu meninggal, anak akan merasakan kesedihan yang tak terkira. Mereka merasa cemas dengan pemenuhan kebutuhan pokoknya, pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kesunyian dan kesepian yang bakal ditanggung serta terputusnya komunikasi dengan al-marhum dan al-marhumah.

Kondisi ini jelas teramat berat bagi anak di bawah umur. Mereka tidak mampu mengutarakan perasaannya. Apa pun yang mereka rasakan belum mereka pahami. Oleh karena itu, mereka seringkali menampakkan apa yang mereka rasakan (kebingungan, kesedihan) dalam bentuk perilaku yang merepotkan, misalnya rewel, menangis tanpa henti, murung, tidak bisa tidur, dan lain-lain.

Untuk itulah anak-anak yatim membutuhkan kehadiran orangtua asuh, yaitu orang yang mengikhlaskan dan mengorbankan diri termasuk harta untuk merawat mereka.2 Melalui orangtua asuh mereka dapat memperoleh nafkah dan kebutuhan

1Muhsin M. K, Mari Mencintai Anak Yatim (Jakarta: Gema Insani Pres, 2003), h. 2.

2Nurul Chomaria, Cara kita Mencintai Anak Yatim (Cet. I; Solo: Aqwam Media Profetika, 2014), h. 33.

(21)

sehari-hari, selain mendapat perhatian dan kasih sayang yang cukup. Apalagi mereka mendapat bimbingan dan mereka bisa mendapat bimbingan dan pendidikan yang berkaitan dengan pengetahuan, moral dan agama, sehingga dirinya mampu mengarungi bahtera kehidupannya sendiri sebagaimana anak-anak yang lain.

Agama Islam sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, termasuk pula, hak anak yatim dari keseluruhan kaum muslim yang tinggal di sekitarnya.

Sebelum Islam datang, nasib anak-anak yatim demikian tragis. Dalam keadaan miskin, terenggut kasih sayang dari orangtua yang dicintainya, mereka selalu menjadi warga kelas dua. Banyak pula dari mereka yang harus bertahan dan memenuhi kebutuhannya sendiri, walaupun menisbatkan diri sebagai budak.

Posisi ini sangatlah rentan terhadap perampasan harga diri, penindasan, sekaligus penganianyaan. Oleh karena itu, kedatangang Islam bak oase di padang sahar.

Islam sangat menjunjung tinggi hak setiap umat manusia walaupun mereka tak ber-ayah, tak beribu dan dalam kondisi teramat miskin.3

Islam adalah agama yang senantiasa memberi petunjuk kepada umatnya dengan memberikan beberapa wasiat untuk melindungi dan berinteraksi dengan anak yatim. Di dalam Al-Qur‟an, Allah swt. seringkali menekankan pada hambanya untuk selalu bersikap baik pada anak yatim, tidak mencela, dan menghardik. Memberikan setiap kebutuhannya, baik untuk hidup, sekolah, dan lain sebagainya. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah /2: 220.

3Nurul Chomaria, Cara kita Mencintai Anak Yatim, h. 50.

(22)























































Terjemahannya:

Tentang dunia dan akhirat. dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakalah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, Maka mereka adalah saudaramu; dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang Mengadakan perbaikan. dan Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia dapat mendatangkan kesulitan kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.4

Anak yatim menurut syariat Islam mendapat perhatian khusus melebihi seorang anak yang wajar yang masih memiliki kedua individu tua. Islam memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa memperhatikan nasib mereka, berbuat baik kepada mereka, mengurus dan mengasuh mereka sampai dewasa.

Islam juga memberi nilai yang sangat istimewa bagi individu-individu yang benar-benar menjalankan perintah ini.

Rasulullah saw.bersabda:

، ٍوِصبَد ِٙثَأ ٍُْث ِضِٚضَؼْنا ُذْجَػ بَََشَجْخَأ َحَساَسُص ٍُْثُٔشًَْػ بََُصَّذَد َِّْٛهَػ ُالله َّٗهَص ِ َّالله ُلُٕعَس َلبَل ،ٍمَْٓع ٍَْػ ،ِِّٛثَأ ٍَْػ

:َىَّهَعَٔ

اَزَكَْ ِخََُّجْنا ِٙف ِىِٛزَْٛنا ُمِفبَكَٔ بَََأ« .بًئَْٛؽ بًَََُُْٓٛث َجَّشَفَٔ، َٗطْعُْٕنأَ ِخَثبَّجَّغنبِث َسبَؽَأَٔ ،»

)٘سبخجنا ِأس(

5

Artinya:

A‟mru bin Zurarah telah bercerita kepada kami, Abdul-Azi>z bin abi hazi>m telah bercerita kepada kami, dari ayahnya, dari sahl, rasulullah saw.

Bersabda: Aku dan orang yang menanggung anak yatim (kedudukannya) di surga seperti ini, kemudian beliau saw. mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengah beliau saw., serta agak merenggangkan keduanya.dan 6

4Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Al-Karim &Terjemahan (Bandung: Syaamil Quran, 2009), h. 36.

5Abu Abdullah Muhammad bin Isma>i’l bin Ibra>him bin al-Mugi>rah bin Bardizbah, Sahi>h Bukha>ri Juz , No 5361, (Cairo: Jam’iyah al-Miknaz al-Isla>mi, 2000), h. 1111.

6Terjemahan Penulis.

(23)

Rasulullah saw. Bersabda:

َْٚص ٍَْػ ، ٌَبًََْٛهُع ِٙثَأ ٍِْث َْٗٛذَٚ ٍَْػ ، َةَُّٕٚأ ِٙثَأ ٍِْث ِذِٛؼَع ٍَْػ ،ِنَسبَجًُْنا ٍُْث ِ َّالله ُذْجَػ بََُصَّذَد ٍَْػ ،ٍةبَّزػ ِٙثَأ ٍِْث ِذ

ِٛزَٚ ِِّٛف ٌذَْٛث ًٍَِِٛهْغًُْنا ِٙف ٍذَْٛث ُشْٛ َخ " :َلبَل ،َىَّهَعَٔ َِّْٛهَػ ُالله َّٗهَص ِِّٙجَُّنا ٍَِػ ،َحَشَْٚشُْ ِٙث َأ ُّشَؽَٔ ،َِّْٛنِإ ٍَُغْذُٚ ٌى

َِّْٛنِإ ُءبَغُٚ ٌىِٛزَٚ ِِّٛف ٌذَْٛث ًٍَِِٛهْغًُْنا ِٙف ٍذَْٛث )ّجبي ٍثا ِأس(،

7

Artinya:

Abdullah bin al-Muba>rak telah bercerita kepada kami, dari sa’id bin abi aiyu>b, dari yahya bin abi sulaima>n, dari zaid bin abi ‘utta>b, dari abi hurairah, daripada Rasulullah saw. Bersabda: Sebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim dan diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diperlakukan dengan jahat. (HR. Ibnu Majah).8

Kedua hadis Rasullah saw. di atas menyerukan setiap muslim untuk memuliakan anak yatim. Jaminannya tidak hanya bisa didapatkan secara langsung di dunia ini, di akhirat pun akan memperoleh syurga. Tidak tanggung-tanggung, posisinya akan bersanding bersama Rasulullah saw. sungguh, kemulian yang teramat sangat tidak dapat dilukiskan kata-kata.9

Penanganan anak yatim jelas berbeda dengan anak yang masih lengkap orangtua. Perbedaan ini diberikan pada saat awal mereka mengalami kesedihan karena ditinggal mati orangtunya hingga mereka sampai bisa beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Jika hal itu telah terlewati, maka perlakuan hendaklah sama. Jika anak yang memiliki orang tua lengkap diberi beban tanggung jawab secara bertingkat, demikian pula yang terjadi dengan anak yatim. Jika anak lain diberikan peringantan kalau melanggar suatu aturan, maka hal demikianlah yang

7Muhammad bin yazi>d Abu Abdullah Ibnu Ma>jah Al-Quwaiza>ni, Sunan Ibnu Ma>jah, No.

3810, ( Cairo: Jam’iyah al-Miknaz al-Islami, 2000), h. 530

8Terjemahan Penulis.

9Nurul Chomaria, Cara kita Mencintai Anak Yatim, h. 50.

(24)

diberlakukan terhadap anak yatim. Bagaimanapun, kita yang peduli dengan anak yatim, selain memberikan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, perhatian, mereka juga harus dididik untuk bertangguung jawab sehingga bisa mandiri kelak di kemudian hari.

Daerah yang berkonflik atau negara yang terjajah, biasanya akan berdampak pada lahirnya anak yatim yang banyak dalam waktu singkat. Para lelaki dewasa yang berperan sebagai ayah akan diterjunkan untuk berperang.

Dalam kondisi ini, hanya ada dua kemungkinan yaitu selamat atau wafat. Oleh karena itu, begitu banyak anak yatim yang terlantar ketika daerah/negara dalam keadaan tidak aman.10

Setiap konflik bersenjata atau peperangan pasti munculnya beberapa masalah yang harus masyarakat saling menangani penderitaan-penderitaan, seperti hak sipil, hak wanita, dan apalagi hak-hak anak yatim akibat dari konflik bersenjati atau peperangan. Anak yatim akibat dari konflik bersenjata mereka bukan hanya kehilangan orang tuanya bahkan tersimpan di dalam jiwa-jiwa mereka beberapa kesulitan seperti tuduhan masyarakat terhadap kematian orangtuanya, pelanggaran hak asasi manusia terhadap keluarganya, dan lain-lain lagi, namun wajib bagi masayarakat memberi perlindungan terhadap mereka sebaik-baiknya supaya mereka mampu mengarungi bahtera kehidupan sendiri dan menjadai seornag individu yang baik terhadap masyarkat dan agama.

Konflik Patani di Thailand Selatan sedang bergejolak hingga tahun 2020 ini. Ada banyak korban yang terdampak pada penduduk Patani saat itu sehingga

10Nurul Chomaria, Cara kita Mencintai Anak Yatim, h. 26.

(25)

angka jumlah korban yang meninggal tidak menurun baik dari aspek fisik maupun pesikis. Kehidupan sehari-hari mereka tidak terlepas dari kasus-kasus pelanggaran hak dan kebebasan, terutama golongan wanita dan kanak-kanak yang telah menjadi mangsa korban secara terus-menerus. Dari konflik yang tidak berhenti sampai saat ini juga diakibatkan pada pencabulan hak-hak terhadap kanak-kanak dan wanita, banyak di kalangan mereka hidup seharian dalam trauma yang berkepanjangan.11

Konflik Patani Thailand Selatan yang tak kunjung usai mengakibatkan banyak kalangan kanak-kanak menjadi terlantar dan yatim piatu, bahkan ada yang meninggal dunia disebabkan beberapa kasus yang terjadi di saat ini. Justru jika terhitung jumlah anak yatim dan janda semakin meningkat angka jumlahnya. Oleh karena itu, Yayasan Nusantara sebagai wadah gerakan peduli korban dari konflik kekerasan Patani - Thailand khususnya di kalangan anak yatim, fakir miskin dan janda.

Menurut Muhammad Aladi Dengnik, director Yayasan Nusantara juga mengadakan proyek pembinaan perumahan anak yatim, membantu anak-anak dan fakir miskin khususnya dari sudut perjagaan dalam kehidupan harian dan pendidikan. “Kami juga sedang mempersiapkan pembinaan sekolah dan untuk membantu tempat kediaman bagi mereka.” tegasnya.12

Fenomena anak yatim akibat konflik di Patani sekarang, keluarga anak- anak yatim telah mengatakan bahwa mereka sibuk dengan kerja dan tidak bisa

11Bukhari Abdul Razak dan Mohammad Tofi Luedo, “Peduli Anak Yatim di Patani”,

Suara Tunas, No. 13,(2019), h. 2.

12Muhammad Aladi Dengnik, “Peduli Anak Yatim di Patani”, Suara Tunas, No. 13 (2019), h. 2.

(26)

membesarkan anak-anak yang menjadi yatim piatu itu disebabkan faktor kewangan. Sering kali dapat melihat anak-anak yatim telah berada dalam keadaan yang amat buruk dan terbiar. Kehidupan mereka sangat berbeda dengan anak-anak seusia yang bukan tergolong sebagai anak-anak yatim. Bahkan terdapat juga anak- anak yatim yang tidak mempunyai waris karena mati akibat peristiwa-peristiwa yang berlaku. Yang sangat menyedihkan lagi ialah sebahagian daripada anak yatim tidak punya tempat tinggal, tidak tahu di mana tempat tidur mereka dan apa untuk di makan. Kehidupan mereka umpama tidak bernilai jika hak-hak yang perlu bagi mereka di biarkan begini rupa.

Adapun dari aspek material mereka belum dapat bantuan dan kepudilian dari masyarakat, lambaga atau pemerintah, maupun bantuan makanan, persekolahan atau tempat tinggal, yang biasa didapat oleh anak-anak yatim yang lain. Adapun dari aspek rohani, mereka rasa kesepian, tidak mau bergaul dalam masyarakat bahkan terdapat beberapa gangguan atau tuduhan terhadap mereka seperti dituduh dia sebagai anak pemberuktak, anak yang nakal, melaggar hak-hak asasi manusia terhadap keluarganya dan lain-lain. Jesteru itu mereka menjadi anak yang tidak mau belajar, tidak mempunyai cita-cita dan sebahagiannya menjadi anak yang nakal dalam masyarakat.

Contoh kasus seorang anak yatim kematian kedua ayahnya yang bernama Asan (nama hipotetis), peristiwa terjadi pada 8 tahun yang lalu, Ayah tirinya yang mengajar di sebuah sekolah agama Islam di provinsi Yala, akan pergi ke rumah sakit. Tetapi dia ditembak mati sekitar 500 meter sebelum mencapai tujuannya.

Sebelum kematian ayah tirinya, ayah kandungnya di tembak mati juga. Oleh

(27)

karena 2 perstiwa tersebut, mengakibatkan Asan menjadi anak yang nakal, tidak mau pergi sekolah sehingga terpaksa pindah sekolah karena tidak bisa ujian.

Menurut ilmu psikologi, di antara kondisi-kondiri anak yatim adalah: kurang percaya diri, sensitif dan cepat tersinggung, kurang displin, kurang bisa bersyukur atau berterima kasih dan mudah terpengaruh dengan hal yang negatif.

Ketika Yayasan Nusantara menziarahi Asan, Muhammad Aladi bertanya kepada Asan: “apa cita-cita kamu di masa depan nanti”, jawab Asan: “aku mau jadi pejuang”. kata Muhammad Aladi: “kalau mau jadi pejuang belajar dulu sampai tingkat BA setelah itu kalau mau senjata kami akan kasi kepada mu”.13 Untuk itulah, Yayasan Nusantara didirikan bertujuan melindungi dan membela hak asasi manusia khususnya membantu hak terhadap anak yatim dan orang fakir miskin. Selain itu, juga upaya mewujudkan kesempatan dalam pendidikan dan pembangunan demi kesejahteraan dan kedamaian di Patani.

Menurut hukum Islam ada beberapa hak-hak yang wajib diberikan kepada anak yatim seperti hak mendapatkan perlakuan baik, hak pemenuhan kebutuhan pokok, hak memperbaiki atau menyediakan tempat tinggal dan lain-lain. Yayasan Nusantara ini sebagai lembaga independen yang berupaya dalam menangani hak- hak tersebut kepada anak yatim di masyarakat Patani Thailand Selatan, perlu dianalisis implementasi Yayasan Nusantara sesuai dengan penanganan hak-hak anak yatim menurut perspektif hukum Islam.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka penelitian ingin meneliti tentang

“Kontribusi Mulnithi Nusantara (Yayasan Nusantara) Terhadap

13https://www.bbc.com/thai/thailand-44572036, diakses pada tanggal 22 June 2018.

(28)

Pemberdayaan Anak Yatim Di Thailand Selatan menurut Perspektif Hukum Islam”

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan titik yang menjadi inti dari penelitian, terkhusus dalam kontribusi Yayasan Nusantara serta kaitannya dengan anak yatim. Untuk menentukan penyelesaian penelitian maka fokus sangat perlu diperhatikan agar sasaran penelitian dapat langsung ditemukan dan pembahasannya akurat. Memperolah gambaran yang jelas dan tidak menimbulkan kesalah pahaman atas judul penelitian ini, maka dijelaskan beberapa maksud dari sub judul sebagai berikut:

a. Anak yatim

b. Kafa>lah anak yatim c. Hukum Islam

2. Deskripsi Fokus a. Anak yatim

Kalimah anak yatim terdiri dari kata “anak” dan “yatim”. Anak menurut UU Perlindungan Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Kata yatim berasal dari bahasa Arab yang bentuk fi‟il Madi-nya yaitu yatuma, dan fi‟il mud}a>ri’-nya yati>mu yang berarti menyendiri, mengurangai, dan memperlambat.14 Juga bisa

14Louis Ma‟luf, Al-Munjid fi Al-logih wa A‟lam (Beirut: Dar Al-Mantiq, 1987), h. 923.

(29)

berarti lemah, letih, dan terlepas. Sedangankan bentuk ism masdar-nya yaitu:

yati>mun yang artinya sedih, atau duka. Sedangkan bentuk ism fa>’il-nya ialah yatim yang mempunyai arti anak yang sendirian, mutiara yang sangat berharga dan tiada bandingannya.15

Kemudian dalam al-Qur‟an kata yatim terulang dalam bentuk tunggal sebanyak 8 kali, dan dalam bentuk jamak 14 kali dan dalam bentuk muṡanna (bentuk dua dalam bahasa arab) disebutkan sebanyak sekali.16

b. Kafalah anak yatim

Dalam al-Munjid fi> al-Lugah dijelaskan bahwa kata kafalah berasal dari kata kafala dan jamaknya akfāl. Dari struktur bahasa, kata tersebut berpola taṣrῑf

مفك - مفكٚ

- لَفك

ٔ

لإفك yang artinya ,ِشيأث وبلٔ ّٛهػ كفَأ ّنبػ yakni meninggikan atau memuliakan dan memberi nafkah atasnya serta senantiasa mengurusnya. Dalam Kamus al-Munawwir dikatakan bahwa kata kafa>lun tersebut ism fi‟il-nya adalah kāfilūn yang berarti mengurusi dan memelihara anak yatim.17

c. Hukum Islam

Perspektif hukum Islam yang dimaksudkan penulis adalah pendekatan yang digunakan penulis dalam menganalisis kontribusi Yayasan Nusantara terhadap anak yatim yaitu dengan menggunakan pendekatan hukum Islam.

Hukum Islam yang dimaksudkan adalah hukum yang bersumber dari wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. yang kemudian dituangkan dalam

15A. Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia, h. 1587.

16M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Pesan, Kesan dan Kreasi Al-Qur‟an, Vol 15, (Jakarta; Lentera Hati, 2002), h. 283.

17Ahmad Warson al-Munawwir, Kamus al-Munawwir (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h. 1220.

(30)

al-Qur‟an dan Hadis yang diformulasikan ke dalam tempat produk hukum yaitu fikih, perundangan-undangan, fatwa dan yurisprudensi.

Dari beberapa penjelasan di atas, maka penelitian ingin meneliti tentang kontribusi Yayasan Nusantara Terhadap Pemberdayaan Anak Yatim Di Thailand Selatan menurut Perspektif Hukum Islam

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan pokok yang akan diteliti adalah bagaimana kontribusi Mulnithi Nusanatara (Yayasan Nusantara) terhadap Pemberdayaan Anak Yatim di Patani Thailand Selatan, di terapkan sub masalah berikut:

1. Bagaimana profile Mulnithi Nusantara di Patani Thailand Selatan?

2. Bagaimana Konsep Kafalah Mulnithi Nusantara dalam Pemberdayaan Terhadap Anak Yatim di Patani, Thailand selatan?

3. Bagaimana Respon Hukum Islam terhadap Konsep Kafalah Mulnithi Nusantara dalam Pemberdayaan terhadap Anak Yatim di Patani Thailand Selatan?

D. Kajian Pustaka

Tinjauan Pustaka bertujuan untuk memberikan kejelasan bahwa masalah pokok atau judul yang akan dibahas serta diteliti memiliki relevansi dengan beberapa teori yang dikemukakan oleh pakar-pakar ilmu serta cendekiawan muslim. Sejauh pengetahuan peneliti, terdapat beberapa karya ilmiah yang memliki tema serupa dalam pemberdayaan anak yatim berikut ini:

(31)

1. Magdalena dkk. (2014), jurnal PMIS-UNTAN-PSS ini berjudul tentang:

“Pola Pengasuhan Anak Yatim Terlantar Dan Kurang Mampu Di Panti Asuhan Bunda Pengharapan (PABP) Di Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya”. Dari tulisan dalam jurnal ini para pembaca akan menemukan banyak hal tentang Pola pengasuhan yang diterapkan di Panti Asuhan Bunda Pengharapan (PABP) yaitu dengan menggunakan pendekatan kekeluargaan, yakni dengan cara menggantikan peran dan kedudukan orang tua, yang diterapkan menyesuaikan dengan kondisi anak asuh, memakai pola asuh demokratis. Kegiatan-kegiatan pengasuhan meliputi pengasuhan fisik, intelektual, moral, spiritual, mental, ketrampilan dan aktivitas sosial. Dalam pelaksananya ditemui sejumlah hambatan yaitu, kondisi anak yang kurang baik, kurangnya peran serta keluarga, keterbatasan dana, keterbatasan tenaga pengasuh, sedangkan factor pendukungnya adalah rasa kekeluargaan yang harmonis di lingkungan panti, rasa tanggungjawab sosial pendidikan dalam diri pengurus dan pengasuh, kepercayaan masyarakat untuk menitipkan anaknya di panti, dukungan dari masyarakat dan pemerintah sebagai donator tidak tetap, dukungan moril maupun materiil dari pengurus Kabupaten Kubu Raya dan masyarakat setempat.

2. Mardan Mahmudal (2018), Al-Hikmah Jurnal Dakwah dan Ilmu Komunikasi ini berjudul tentang: “Anak yatim sebagai objek dakwah dalam perspektif Al-Qur‟an”. Dari tulisan dalam jurnal ini para pembaca akan menemukan banyak hal tentang anak yatim. Penulisan menjelaskan

(32)

pengertian anak yatim adalah anak yang telah meninggal salah satu atau kedua orang tuanya sebelum ia baligh, baik kaya (memiliki warisan) atau miskin dan tergolong lemah (d}u’afa>), sehingga sangat membutuhkan perlindungan, pendidikan dan bimbingan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan material maupun non-material mereka seperti kebutuhan ekonomi, keberagamaan, intelektual dan lain sebagainya. Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa anak yatim sebagai objek dakwah perlu disejahterakan secara khusus melalui pendekatan dakwah perspektif Al-Qur‟an yakni melalui pendekatan pemberdayaan seperti Mengembangkan harta anak yatim kepada hal yang bermanfaat, Menyantuni anak yatim dengan kasih sayang, pendidikan dan lain sebagainya hingga mereka berdaya, Melindungi anak yatim dan hartanya dengan cara menjadikan anak yatim mencapai kesuksesan, istiqamah, memperoleh pendidikan dan pemeliharaan yang sempurna, memperdayakan anak yatim secara maksimal dan berkesinambungan diwujudkan dengan evaluasi terhadap beberapa kegiatan pemberdayaan dan lain-lain lagi.

3. Hamdi Yusliani (2021), jurnal AL-FATHANAH ini berjudul tentang:

“Pola asuhan anak yatim pada yayasan penyatunan Islam Seutui Banda Aceh” dari tulisan dalam jurnal ini para pembaca akan menemukan banyak hal tentang pola pengasuhan yang diterapkan yaitu dengan menggunakan metode-metode dan langkah-langkah pembinaan sikap dan perilaku anak yatim yayasan penyantunan Islam yaitu: Melalui nasehat, melalui keteladanan, melalui kebiasaan belajar dan melalui bimbingan agama.

(33)

Dalam pelaksanaannya ditemui sejumlah hambatan yaitu kurangnya tenaga pengajar dalam proses bimbingan, kurangnya pendanaan, kurangnya dukungan dan kepedulian masyarakat setempat dan pemerintah setempat dalam keberlangsungan kehidupan anak-anak di yayasan tersebut.

4. Abdan Syakuuroo Sukiran (2019), skripsi ini berjudul tentang: “Makna Kafi>l dalam Hadis Nabi (Analisis hadis tentang Anak yatim dengan pendekatan Sosio-Historis dalam riwayat Imam Abi Daud Nomor indeks 5150). Dari tulisan dalam skripsi ini para pembaca akan menemukan banyak hal tentang istilah Kafi>l dalam hadis nabi dan kedudukkan merurut pendekatan Sosio-Historis yaitu hadis Ibi Daud ini berkualitas sahih li z\atih sebab telah menemuai kriteria kesahihan sanad dan kesahihan matan hadis, tergolong sebagai hadis makbul yang memenuhi syarat-syarat hadis ma’mu>lun bih (hadis yang dapat diamalkan). Manakala pemaknaan hadis tentang al-Kafi>l menjelaskan tentang dasar pemeliharaan anak yatim, yakni mengimplementasi dengan berbagai hal seperti, menjadi pengajar (sukarelawan) dan mendirikan panti asuhan atau lembaga penyantunan.

Adapun kepudilian sosial anak sangat beragam, ada yang berupa memberikan bantuan uang makanan dan pakian, tenaga relawan, obat- obatan, dan masih banyak lagi bentuk kepedulian sosial. Bentuk-bentuk kepedulian terhadap anak yatim yang lain dapat dilakukan menjadi pengasuh anak yatim dalam keluarga, menjadi donator, menjadi pengajar (sukarelawan) dan mendirikan panti asuhan atau lembaga penyantunan.

(34)

5. Rosmaniah Hamid (2013), jurnal AL-FIKR Volume 17 Nomor ini berjudul tentang: “ Kafalah Al-Yatim dari perspektif Hadis Nabi saw.”. Dari tulisan dalam jurnal ini para pembaca akan menemukan banyak hal tentang anak yatim sebagaimana yang dijelaskan oleh hadis-hadis Nabi saw. dalam jurnal ini. Kita akan menemukan bahwa banyak petunjuk pokok yang diberikan oleh Nabi saw. terhadap anak yatim. Dalam memelihara anak yatim adalah terkait dengan motivasi memelihara anak yatim, hukum mengelola harta anak yatim dan keuntungan substansial yang diperoleh bagi orang yang memelihara anak yatim.

Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, secara substantif memiliki hubungan dengan penelitian ini. Hasil penelitian-penelitian tersebut difokuskan pada cara-cara menyantuni (kafa>lah) anak yatim secara pribadi atau berlembaga. Sedangkan penelitian ini difokuskan pada kontribusi yayasan terhadap pemberdayaan anak yatim menurut perspektif hukum Islam.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengidentifikasi profile Mulnithi Nusantara di Patani Thailand selatan

b. Untuk mengidentifikasi Mulniti Nusantara menangani hak-hak anak yatim di Patani Thailand selatan menurut perspektif hukum Islam

(35)

c. Untuk mengindentifikasi Respon Hukum Islam terhadap Konsep Kafalah Mulnithi Nusantara dalam Pemberdayaan terhadap Anak Yatim di Patani Thailand Selatan

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kegunaan teoretis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan khazanah keilmuan dalam bidang hukum Islam tentang bentuk implemetasi Yayasan Nusantara dalam memperlindungkan hak-hak anak yatim di mayasarakat Patani Thailand selatan, serta hal-hal yang terkait dengan penelitian tersebut.

Sehingga dapat menjadi bahan referensi dan acuan bagi para cendekiawan muslim dalam bidang hukum Islam dan dapat menjadi bahan perbandingan pula bagi peneliti selanjutnya dalam bidang hukum Islam.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memberikan informasi akademis dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat menjadi bahan diskusi lebih lanjut dikalangan akademisi maupun praktisi.

b. Kegunaan praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan bagi para pakar, lembaga-lembaga dalam bidang hukum Islam mengenai tingkat

(36)

kepahaman orang muslim di masayarakat Patani dalam Mempeduli hak- hak anak yatim.

2) Menjadi bahan kajian dalam pengembangan pelaksanaan hukum Islam di masyarakat Patani Thailand selatan.

(37)

18

BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Tinjauan Umum Anak Yatim 1. Pengertian Anak Yatim

Dalam buku besar bahasa Indonesia, yatim adalah tidak beribu atau berayah (karena ditinggal mati). Sedangkan anak yatim dalam pengertian bahasa hukum syariah adalah mereka yang kehilangan bapak, termasuk mereka yang ditinggal pergi oleh bapaknya tanpa meninggalkan apapun yang mencukupi kebutuhan nafkahnya, dan juga mereka yang bapaknya dibatasi kebebasan pribadinya oleh hukum yang menyebabkan mereka kehilangan sumber penghidupan pada masa hukuman ini.

Secara terminology kata yati>m )ىٛزٛنا( berasal dari bahasa Arab. Yatim dalam bentuk jamak yata>ma )ماتيلا( atau aita>m )ماتيلأا), berarti anak yang ditinggal mati bapaknya sebelum ia ba>lig (dewasa), baik dalam keadaan kaya atau miskin, berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, beragama Islam maupun non muslim.18

ُّػ د بي ٍي ىٛزٛنا ىهذنا ؾهجٚ ىنٔ ِٕثا

Artinya:

Yatim adalah anak yang telah ditinggal mati ayahnya dan dia belum pernah mimpi basah.19

18Irfan Supandi dan Harits, Keajaiban Mengasuh Anak Yatim (Solo: Ziyad Books, 2008), h. 15.

19Muhammad Rawwas Qal'ahji, Mausu>'ah Fiqhi Umar Ibnil Khathab Ra, Terj. M. Abdul Mujieb AS, Et.Al., "Ensiklopedia Fiqh Umar Bin Khathab" (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), h. 657.

(38)

Dalam ensiklopedi Islam dijelaskan bahwa yang dinamakan yatim adalah anak yang belum dewasa dan bapaknya telah meniggal dunia, baik ia kaya ataupun miskin, laki-laki atau perampuan. Adapun anak yang bapak dan ibunya telah meninggal biasanya disebut yatim piatu, namun istilah ini hanya dikenal di Indonesia, sedangkan dalam literatur fikih klasik di kenal istilah yatim saja.

Ra>gib al-Isfah>ani menjelaskan bahwa istilah yatim bagi manusia

digunakan untuk orang yang ditinggal mati ayahnya dalam keadaan belum dewasa, sedangkan bagi binatang yang disebut yatim adalah binatang yang ditinggal mati ibunya. Namun, kata “yatim” itu juga digunakan untuk setiap orang yang hidup sendiri tanpa kawan, misalnya terlihat dalam ungkapan “durrah yatimah”. Kata d}urrah (intan) disebut yatim, karena ia menyendiri dari segi sifat dan nilainya.20

Adapun menurut Hasbi Al-S{iddi>qi, Anak yatim adalah anak-anak yang telah ditinggal ayahnya sebelum anak itu sampai umur dengan tidak meninggal harta.21 Maksudnya sampai umur itu sebelum ia mencapai umur dewasa, dengan tidak mempunyai harta peninggalan orang tuanya setelah meninggal, ataupun tidak punya keluarga yang mampu mengurus dirinya dan kehidupannya.

Menurut pengertian yatim dalam istilah syar‟i para ulama telah memberikan batasan dengan redaksi yang berbeda-beda. Di antaranya adalah sebagai berikut:

20Mardan Mahmudal, “Anak Yatim Sebagai Objek Dakwah Dalam Perspektif Al- Qur‟an”, Al-Hikmah, (2018): h, 86.

21Muhammad Hasbi al-S{iddi>qi, Al-Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, t.th.), h. 100.

(39)

a. Muhammad Rasyi>d Rid}a, berpendapat bahwa anak yatim ialah anak yang tidak ada bapaknya sebelum in mencapai usia yang memungkinkan dibebaskan dari pemeliharaan.22

b. AL-Zamakhsyariy mengemukakan bahwa yang dinamakan anak yatim adalah anak yang meninggal bapaknya sebelum Iia mencapai umur kedewasaan. Apabila sudah mampu mengurusi kelangsungan hidupnya dan mampu pula mengurusi di luar daripada kepentingannya, maka bukanlah ia termasuk anak yatim.23

c. Abu Yazi>d berpendapat bahwa yatim perempuan tidak lepas keyatimmannya karena balig, cerdik, akan tetapi batas keyatimannya ialah apabila sudah bersuami.24

Para ulama dan ahl al-Ilm (pakar) bersepakat bahwa predikat yatim disematkan kepada anak yang ditinggal mati ayahnya sebelum ba>lig (dewasa).

Farid wajdi, seorang serjarahwan Mesir dalam bukunya ‚Dauratu al-Ma’a>rif Qarni>l Isyri>n‛ memberikan defenisi anak yatim sebagai anak yang ditinggal mati oleh bapaknya. Pendapat senada juga disampaikan oleh Sayyid Alwi Sayyid Abbas. Hanya, Alwi menambah batasan yatim sampai batas baligh.25

22Muhammad Rasyi>d Rid{a, Tafsir al-Manar, Juz IV (Cet IV; Cairo: Maktabah al-Qahirah li al-S{ahib al-Haj’Ali Yusuf, 1880, h.324.

23Al-Zamakhsyari, Tafsir al-Kasysyaf, Juz I (Mesir: Mushthafa al-Babiy al-Halabiy wa Awladuh, .th), h. 494.

24 Rosmaniah Hamid, Kafalah Al-yatim dari Perspektif Hadis nabi, Jurnal Al-fikr Vol 17, No 1 (2013), h.110.

25M.Khalilurrahman Al hamfani, Dahsyatnya Doa Anak Yatim Mengungkap Rahsia Keberkahan Menyantuni Anak Yatim (Cet. I; Jakarta Selatan: Kawah Media, 2009), h. 4.

(40)

Sementara itu, menurut Al-Lais| anak yatim adalah yang ditinggal mati ayahnya sebelum baligh. Jika telah baligh, hilanglah predikatnya itu. Batasan ini ditambahkan karena ada hadis yang mengatakan tidak ada yatim bagi kanak yang telah sampai umur baligh. Rasulullah saw. bersabda:

ٍِْث ِذِنبَخ ٍُْث ِ َّالله ُذْجَػ بََُصَّذَد ،ُُِِّٙٚذًَْنا ٍذًََّذُي ٍُْث َْٗٛذَٚ بََُصَّذَد ،ٍخِنبَص ٍُْث ُذًَْدَأ بََُصَّذَد ،ِِّٛثَأ ٍَْػ ،َىَْٚشَي ِٙثَأ ٍِْث ِذِٛؼَع

ِضَٚ ٍِْث ًٍَِْدَّشنا ِذْجَػ ٍِْثا ِذِٛؼَع ٍَْػ ِ َّالله ِذْجَػ ِِّنبَخ ٍِْئَ ،ٍفَْٕػ ٍِْث ِٔشًَْػ َُِٙث ٍِْي بًخُُٕٛؽ َغًَِع َََُّّأ ،ٍؼَْٛلُس ٍِْث َذٚ

َىَّهَعَٔ َِّْٛهَػ ُالله َّٗهَص ِ َّالله ِلُٕعَس ٍَْػ ُذْظِفَد :ٍتِنبَط ِٙثَأ ٍُْث ُِّٙهَػ َلبَل :َلبَل ،َذًَْدَأ ِٙثَأ ٍِْث َلَِز ْدا َذْؼَث َىْزُٚ َلا:

، ٍو

ِمَّْٛهنا َٗنِإ ٍوَْٕٚ َدبًَُص َلأَ

.)دٔأد ٕثأ ِأس(

26

Artinya:

Ahmad bin s}alih telah beritakan kepada kami, Yahya bin Muhammad al- madi>ni> telah beritakan kepada kami, Abdullah bin Kha>lid bin sa’id bin Abi Maryam telah beritakan kepada kami daripada ayahnya, daripada sa’id bin Abdul-Rahma>n bin Yazi>d bin Ruqasy, bahwasanya telah mendengar syaikh dari bani umar bin ‘auf, dan daripada padasaudaranya Aldullah bin Abi Ahmad berkata: telah berkata ali bin Abi Tha>lib : Aku menghafal hadis dari rasulullah saw.: bahwa tidak ada status yatim setelah ihtilam (mimpi basah/baligh) dan tidak diperbolehkan diam (tak berbicara) dari siang hingga malam.27

Maksud baligh di sini adalah dewasa dan mandiri, batasan ini sebagaimana disinyalir oleh dalil-dalil berikut:

Allah swt. berfirman QS Al-Isra‟/17: 34.



































Terjemahnnya:

26Abu daud al-Azdi al-Sajista>ni, Sunan Abi Daud Juz 2, No 2307 ( Cairo: Jami‟yah al- Miknaz al-Islami, 2000.), h. 394.

27Terjemahan Penulis.

(41)

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji;

Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.28

Imam al-Qurt}ubi menafsirkan ayat ini sebagaimana yang dikutip oleh M.

Khalilurrahman Al-Hamfani bahwa batasan yatim yakni hingga si anak mencapai dan memperoleh kekuatan (kuat fisik), pengetahuan, serta wawasan (IQ). Secara umum kondisi dewasa dapat digambarkan sebagai segala organisme yang telah matang, tapi lazimnya merujuk pada manusia (orang yang bukan lagi anak-anak dan telah menjadi pria atau perempuan dewasa). Kedewasaan dapat didefinasikan dari aspek biologi, hukum, karekter pribadi, atau status sosial, berbagai aspek kedewasaan ini sering tidak konsisten dan kontradiktif. Seseorang dapat saja dewasa secara biologis dan memiliki karekteristik perilaku dewasa, tapi tetap diperlakukan sebagai anak kecil jika berada di bawah umur dewasa secara hukum.

Sebaliknya seseorang dapat secara legal dianggap dewasa, tapi tidak memiliki kematangan dan tanggung jawab yang mencerminkan karekter dewasa.29

Sementara, Allah swt. dan rasul saw. menanggap manusia telah dewasa dan mandiri apabila telah “rusyd” (bijaksana, benar, berakal). Allah swt.

berfirman dalam QS al-Nisa‟/4: 6.













































































28Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Al-Karim &Terjemahan (Bandung: Syaamil Quran, 2009), h. 285.

29M. Khalilurrahman al-Hamfani, Dahsyatnya Doa Anak Yatim Mengungkap Rahasia Keberkahan Menyatuni Anak Yatim, h.6.

(42)

Terjemahannya:

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu Makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, Maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan Barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia Makan harta itu menurut yang patut. kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).30

Sanggup menikah adalah batasan dewasa dan mandiri. Secara fisik telah matang, secara rohani telah siap mental, dan secara intelektual mempunyai kecergasan yang cukup untuk mengelola harta benda, mengatur hidup, dan mampu mencari penghidupan guna memenuhi kebutuhan hidupnnya. Dalam basaha yang lebih sederhana adalah telah mandiri. Rasulullah saw. bersabda:

َخََّٛيُأ ٍِْث َمِٛػبًَْعِإ ٍَْػ ، ٌُبَْٛفُع بََُصَّذَد ،َشًَُػ ِٙثَأ ٍُْثا بََُصَّذَد :َلبَل ،َضُي ْشُْ ٍِْث َذِٚضَٚ ٍَْػ ،ِِّ٘شُجْمًَْنا ٍذِٛؼَع ٍَْػ ،

. . .

،ٌذْؽُس ُُِّْي َظََْؤَُٚٔ َؾُهْجَٚ َّٗزَد ِىْزُْٛنا ُىْعا َُُّْػ ُغِطَمَُْٚ َلا ََُِّّإَٔ

. . . .) ىهغي ِأس(

31

Artinya:

Ibnu Abi ‘Umar telah beritakan kepada kami, Sufy>an telah beritakan kepada kami, dari Isma’il bin Amaiyan, dari Sa’id al-Maqburi, dari Yazi>d bin Hurmuz, berkata:. . . dan sesungguhnya tidak hilang prediket yatim hingga ia dewasa dan dianggap dapat berlaku baik/lurus,. . . ‛32

Kata “rusyd” berasal dari kata “rasyada-yarsyudu” yang mempunyai arti bijajsana, petunjuk/jalan, benar, atau berakal. Disebut sebanyak sembilan belas kali dalam Al-Qur‟an. Para ulama berbeda pandangan tentang makna “rusyd”

pada dua dalil di atas. Al- Hasan dan Qata>dah berkata maknanya adalah cerdas

30Departemen Agama RI, Al-Qur‟an Al-Karim &Terjemahan, h.77.

31Muslim bin al-Hujja>j bin muslim al-Naisabu>ri, Sahih Muslim Juz 2, No 4789 ( Cairo:

Jami‟yah al-Miknaz al-Islami, 2000 ), h. 798.

32Terjemahan Penulis.

Gambar

10. Gambar Pembagian Zakat kepada Anak yatim  107
Gambar bersama Anak Yatim di Rumah Nusantara di Baloi

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait