• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi Antara Lingkungan Pendidikan Formal Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Percaya Diri Siswa SMAN 1 Balong Tahun Pelajaran 2014/2015

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Korelasi Antara Lingkungan Pendidikan Formal Dan Pola Asuh Orang Tua Dengan Percaya Diri Siswa SMAN 1 Balong Tahun Pelajaran 2014/2015"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

Adakah hubungan yang signifikan antara lingkungan pendidikan formal dan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN I Balong Ponorogo. Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara lingkungan pendidikan formal dan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong Ponorogo.

Sistematika Pembahasan

Landasan Teori

Lingkungan pendidikan formal

Lembaga pendidikan formal berperan penting dalam membantu pendidikan di lingkungan keluarga, yang tugasnya mendidik dan memberikan pelajaran atau pengetahuan yang luas serta memperbaiki perilaku siswa. Sedangkan lingkungan sekolah atau pendidikan formal dapat mempengaruhi kepribadian anak. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh antara lain sebagai berikut: 19.

Pola asuh orang tua

Pola asuh yang kita bicarakan di sini adalah pola asuh demokratis dan otoriter. Orang tua demokratis ditandai dengan perilaku (1) menciptakan suasana kebebasan, (2) menghargai anak, (3) objektivitas, (4) pengambilan keputusan yang rasional.

Percaya diri

Karena percaya diri berhubungan dengan iman, berarti kita harus memupuk rasa percaya diri. Sebaliknya, mereka yang sering dipuji, diapresiasi, diberkahi (apalagi di depan umum) akan lebih mudah mengembangkan citra diri yang positif, sehingga lebih percaya diri.

Telaah Hasil penelitian Terdahulu

Sedangkan hubungan lingkungan pendidikan formal dengan pola asuh atau dengan kata lain pendidikan keluarga dan kepercayaan diri siswa merupakan faktor yang mempengaruhi, sehingga lingkungan pendidikan formal dan pola asuh sama-sama mempengaruhi kepercayaan diri siswa tanpa lingkungan pendidikan formal. dan pola asuh yang baik maka kepercayaan diri siswa tidak akan terpupuk dengan baik, yang akan mempengaruhi hasil belajar siswa, perilaku bahkan pada cita-cita masa depan anak. Penelitian yang dilakukan oleh Windi Oktavia Prodi Pendidikan Agama Islam STAIN Ponorogo Tahun 2013 berjudul: Mengkaji Hubungan Lingkungan Pendidikan dengan Disiplin Siswa SMP Negeri 1 Ma'arif Tahun Pelajaran Ponorogo. Menyimpulkan bahwa: 1). Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan pendidikan dengan disiplin siswa di SMP MA'ARIFF 1 Ponorogo tahun ajaran 2012/2013 dengan koefisien korelasi sebesar (0,578).

Terdapat persamaan dalam penelitian ini yaitu sama-sama merupakan penelitian kuantitatif lingkungan pendidikan, namun perbedaannya penelitian ini menggunakan rumus korelasi ganda karena menggunakan tiga variabel, sedangkan penelitian sebelumnya menggunakan rumus korelasi product-moment karena hanya memeriksa dua variabel. . Penelitian Annas Musthof pada program studi Pendidikan Agama Islam Negeri berjudul: Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Tingkat Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas XI SMK Wahid Hasyim Ponorogo Tahun Pelajaran. Kesimpulan: 1) ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua otoriter dengan tingkat kedisiplinan siswa kelas XI SMK Wahid Hasyim Ponorogo tahun ajaran 2013-2014 dengan koefisien.

Untuk menganalisis data, penulis menggunakan Rumus Korelasi Product Moment untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan tingkat kedisiplinan siswa kelas XI SMK Wahid Hasyim Ponorogo tahun ajaran 2013-2014, sedangkan jumlah sampel dalam penelitian ini adalah survei berjumlah 49 responden. Pada penelitian ini terdapat persamaan yaitu sama-sama meneliti variabel parenting dan keduanya merupakan penelitian kuantitatif sedangkan perbedaannya penelitian ini menggunakan rumus korelasi ganda sebagai tiga variabel yang diteliti sedangkan pada penelitian sebelumnya dua variabel merupakan penelitian kuantitatif dengan rumus korelasi product moment.

Kerangka Berfikir

Pengajuan Hipotesis

Rancangan Penelitian

Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel kontrol adalah variabel yang terkontrol atau konstan sehingga hubungan antara variabel dependen dan independen tidak dipengaruhi oleh faktor (variabel) lain yang tidak termasuk dalam penelitian. Variabel bebasnya adalah lingkungan pendidikan formal dan pola asuh siswa, sedangkan variabel terikatnya adalah kepercayaan diri siswa.

Yang akan dikorelasikan dalam penelitian ini adalah lingkungan pendidikan formal (�1) dan pola asuh (�2) dengan kepercayaan diri (Y). Untuk mengetahui apakah lingkungan pendidikan formal dan pola asuh memiliki hubungan dengan harga diri, dilakukan analisis korelasi berganda.

Populasi

Instrumen pengumpulan data

Alat pengumpulan data adalah alat yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dengan demikian menjadi lebih mudah. Untuk mengumpulkan data variabel X1 dan X2 dan Y digunakan kuesioner yang masing-masing terdiri dari 20 pertanyaan, jawaban dikelompokkan menjadi 4 tingkatan jawaban dengan mengacu pada skala Likert. ANTARA LINGKUNGAN DAN PENDIDIKAN FORMAL DAN KETERAMPILAN PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN PERCAYA DIRI SISWA SMA N 1 BALONG TAHUN PELAJARAN 2014-2015.

Tabel 3.2  Kisi-kisi Angket  Judul
Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Judul

Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini kami menggunakan angket berupa pernyataan untuk memperoleh informasi tentang lingkungan pendidikan formal siswa, pola asuh dan harga diri siswa di GŠM N 1 Balong Ponorogo. Dokumentasi sebagai data pendukung yang berkaitan dengan hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, tanda, risalah rapat, catatan harian, agenda, dll. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang struktur organisasi, status guru dan siswa, sejarah, letak geografis dan kegiatan yang dilakukan di SMAN 1 Balong.

Teknik analisis data

Uji validitas instrumen

Suatu teknik evaluasi dikatakan memiliki validitas yang tinggi (disebut valid) jika teknik evaluasi atau tes tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya diukur.81. Apabila instrumen layak digunakan karena sesuai dengan teori yang ada, maka perlu dilakukan uji instrumen untuk mengetahui valid atau tidak validnya instrumen yang digunakan.

Tabel Validitas Variabel Lingkungan Pendidikan Formal
Tabel Validitas Variabel Lingkungan Pendidikan Formal

Uji Reliabilitas instrumen

Perhitungan Reliabilitas Instrumen Lingkungan Pendidikan Formal Dari hasil perhitungan variansi seluruh item pernyataan pada lampiran 9. Dari hasil perhitungan reliabilitas dapat diketahui bahwa nilai reliabilitas variabel instrumen lingkungan pendidikan formal sebesar 0,8435 atau 0,844, kemudian dikonsultasikan dengan tabel “r” pada taraf signifikansi 1 % dengan. Dari hasil perhitungan varians seluruh item pernyataan pada lampiran 11. Dari hasil perhitungan reliabilitas terlihat bahwa nilai reliabilitas instrumen variabel Parenting Parenting sebesar 0,7626 atau 0,763, selanjutnya lihat tabel “r” pada taraf signifikansi 1% dengan N = 68 sama dengan 0,306.

Dari hasil perhitungan varian seluruh item pernyataan pada lampiran 12. Dari hasil perhitungan reliabilitas terlihat bahwa nilai reliabilitas instrumen variabel Trust sebesar 0,8774 atau 0,877, kemudian dikonsultasikan dengan tabel “r” pada tabel Tingkat signifikansi 1% dengan N = 68 dari 0, 306.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Latar Belakang SMAN 1 Balong

Sejak berdiri hingga tahun 2014/2015, lembaga pendidikan SMAN 1 Balong mengalami lima kali pergantian kepemimpinan sekolah. Awalnya SMAN 1 Balong berada di bawah bendera SMAN Slahung, namun pada tanggal 5 Mei 1992, Hoërskool Staatshoër (SMAN) 1 Balong Ponorogo berdiri sendiri dan disahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yaitu Prof. Letak geografis SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo. Jumlah guru (guru/kependidikan) negeri terdiri dari 24 orang di Golongan III dan 12 di Golongan IV, sehingga total ada 36 orang dengan 8 orang guru GTT.

Serta jumlah PNS (staf/administrasi) terdiri dari 4 Golongan II, 1 Golongan III, sehingga total ada 5 dengan pegawai PTT 3 orang.97. Hasil pendokumentasian kondisi guru dan siswa di SMAN 1 Balong Ponorogo dapat dilihat pada lampiran 23.98. Sarana dan prasarana di SMAN 1 Balong Ponorogo terdiri dari ruang kelas, perpustakaan, lab fisika, lab biologi, lab komputer, ruang manajemen, ruang pendidikan, ruang administrasi, tempat ibadah, ruang konseling dan ruang UKS.

Hasil dokumentasi terkait sarana dan prasarana di SMAN 1 Balong Ponorogo tahun ajaran 2014/2015 dapat dilihat pada lampiran 24.99. Struktur organisasi di SMAN 1 Balong Ponorogo terdiri dari Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha (TU), Deputi Kurikulum, Deputi Sarana Prasarana, Asisten Kemahasiswaan, Asisten Kurikulum dan Asisten Kemahasiswaan.

Deskripsi Data

Selanjutnya hasil nilai Lingkungan Pendidikan Formal kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong dapat dilihat pada tabel berikut. Lihat lampiran 2 untuk mengetahui skor jawaban angket lingkungan pendidikan formal siswa kelas Xa, Xb, Xc di SMAN 1 Balong tahun ajaran 2014/2015. Untuk memperoleh data tentang pola asuh siswa di SMAN 1 Balong, peneliti membagikan angket kepada responden yang merupakan siswa kelas Xa, Xb, Xc SMA N 1 Balong sesuai kisi-kisi instrumen yang telah ditentukan.

2 Indikator No. Item Instrumen

Analisis Data

  • Lingkungan pendidikan formal Siswa Kelas Xa, Xb, Xc SMAN Balong Tahun Ajaran 2014/2015
  • Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas Xa, xb, Xc SMAN 1 Balong Tahun Ajaran 2014/2015
  • Percaya Diri Siswa Kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong Tahun Ajaran 2014/2015
  • Korelasi antara Lingkungan Pendidikan Formal dan Pola Asuh Orang Tua dengan Percaya Diri Siswa Kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong Tahun
  • Korelasi Kondisi Pola Asuh Orang Tua dengan Percaya Diri Siswa Kelas Xa, b, c di SMAN 1 Balong Ponorogo Tahun Pelajaran 2014/2015
  • Korelasi Lingkungan Pendidikan Formal dan Pola Asuh Orang Tua Siswa Kelas Xa, b, c di SMAN 1 Balong Ponorogo Tahun Pelajaran
  • Korelasi Lingkungan Pendidikan Formal dan Pola Asuh oRang Tua dengan Percaya Diri Siswa Kelas Xa, b, c di SMAN 1 Balong Ponorogo

Perhitungan simpangan baku pola asuh pada siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong tahun pelajaran. Kategori mengenai pola asuh pada siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong tahun ajaran 2014/2015. Dari kategori diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh pada siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong berada pada kategori baik dengan frekuensi 12 responden (17,65%), pada kategori cukup dengan frekuensi 35 responden. (51,47%), dan pada kategori kecil dengan frekuensi sebanyak 21 responden (30,88%).

Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa pola asuh siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong dinilai sudah cukup. Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong cukup. Hubungan kondisi lingkungan pendidikan formal dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa,b,c di SMAN 1 Balong Ponorogo tahun pelajaran 2014/2015.

Artinya ada hubungan antara lingkungan pendidikan formal dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc di SMAN 1 Balong tahun pelajaran 2014/2015 dengan kategori kuat dilihat dari tabel interpretasi koefisien korelasi. nilai "r". Berarti menerima Ha yang artinya ada hubungan yang signifikan antara lingkungan pendidikan formal dan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong tahun ajaran 2014/2015.

Tabel 4.13  Hasil Uji Normalitas dengan Rumus  Lilliefors
Tabel 4.13 Hasil Uji Normalitas dengan Rumus Lilliefors

Pembahasan dan Interpretasi

Jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lingkungan pendidikan formal dan pola asuh orang tua dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong tahun ajaran 2014/2015 yaitu sebesar 0,709 dengan melihat tabel interpretasi koefisien korelasi, adalah rentang koefisien dalam kategori kuat. Secara umum dengan demikian dapat dikatakan bahwa pola asuh siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong dikategorikan cukup dengan interval 33-40. Berdasarkan tabel 4.9 analisis kategori kepercayaan diperoleh nilai interval kepercayaan untuk kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong bervariasi antara nilai lebih dari 53 dengan kategori baik dengan frekuensi sebanyak 13 responden (19,12%) , interval 42-53 pada kategori cukup dengan frekuensi 40 responden (58,82%), dan kurang dari 42 pada kategori kecil dengan frekuensi 15 responden (22,06%).

Dengan demikian secara umum dapat dikatakan bahwa kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc di SMAN 1 Balong adalah cukup dengan rentang 42-53. Hubungan lingkungan pendidikan formal dan pola asuh dengan kepercayaan diri pada siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong Tahun Pelajaran 2014/2015. Berdasarkan hasil analisis data diatas dengan menggunakan perhitungan statistik dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Lingkungan Pendidikan Formal dengan Pola Asuh Orang Tua Setia pada Kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong Tahun Pelajaran 2014/2015 dengan koefisien korelasi sebesar 0,709 termasuk dalam kategori kuat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa baik atau tidaknya lingkungan pendidikan formal dan pola asuh orang tua siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong berhubungan dengan kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc. Jadi untuk sisa nilai kepercayaan diri siswa kelas Xa, Xb, Xc di SMAN 1 Balong dipengaruhi oleh faktor lain di luar ruang lingkup penelitian.

PENUTUP

Kesimpulan

Jadi Fhitung > Ftabel Maka tolak Ho dan terima Ha yang artinya ada hubungan yang signifikan antara Lingkungan Pendidikan Formal dan Pola Asuh Orang Tua dengan Kepercayaan Diri pada siswa kelas Xa, Xb, Xc SMAN 1 Balong tahun ajaran 2014/2015 dengan koefisien korelasi sebesar 0,709 .

Saran

Gambar

tabel  sebesar 0,306. Dengan r  hitung  sebesar 0,595 maka r  hitung  > r  tabel  maka Ha diterima
Tabel 3.2  Kisi-kisi Angket  Judul
Tabel 3.3  Skor jawaban angket
Tabel Validitas Variabel Lingkungan Pendidikan Formal
+3

Referensi

Dokumen terkait

Barangsiapa yang mempunyai banyak kebutuhan sekali baik di dunia dan akhirat maka dengan membaca do’a Arasy ini akan dikabulkan dan dipenuhi kebutuhannya oleh Allah Ta’ala..

Dari 6 indeks dalam IPKM 2013 selain status gizi balita, sesuai dengan kerangka teori yang digunakan maka dipilih 5 indeks untuk dihubungkan dengan prevalensi