PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya konflik pengelolaan pemanfaatan ruang kota di pasar tradisional Pettarani.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
- Pemanfaatan Ruang Perkotaan
- Pasar Tradisional
- Kerangka Fikir
- Fokus Penelitian
- Deskripsi Fokus Penelitian
Teori perubahan fungsional yang dikemukakan oleh Talcott Parsons juga dapat digunakan untuk menunjukkan hubungan antara konflik dan berfungsinya posisi sosial yang ada dalam masyarakat. Orang mendasarkan pandangannya pada konsep stabilitas atau keseimbangan, yang dianggap sebagai ciri utama struktur. Konflik tertutup adalah konflik yang hanya diketahui oleh orang atau kelompok yang terlibat dalam konflik tersebut.
Hubungan kekerabatan bergeser ke hubungan struktural yang tersusun dalam organisasi formal, nilai-nilai ikut berubah menjadi individualisme dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu. Perantara berperan sebagai reservoir dan penyampai keluhan dan aspirasi yang dirasakan oleh masing-masing pihak. Secara nasional disebut rencana tata ruang wilayah nasional yang dituangkan dalam rencana tata ruang kota provinsi Sulawesi Selatan, dan rencana tata ruang wilayah (RTRW) harus dijabarkan ke dalam rencana tata ruang wilayah kota (RTRWK).
Penataan ruang mencakup pembagian tindakan yang dilakukan masyarakat dalam kegiatannya untuk mencapai tujuan sebagaimana telah dirumuskan sebelumnya. Menurut Sukandi, perencanaan kota dalam tesisnya (Marwah, 2013) merupakan syarat perlu. Barang yang diperdagangkan merupakan barang kebutuhan sehari-hari dengan sedikit memperhatikan kualitas barang, harga barang yang relatif murah, dan cara pembeliannya melalui sistem negosiasi.
Pasar tradisional merupakan tempat atau lokasi utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh pelaku ekonomi skala menengah, kecil, dan mikro.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Tipe Penelitian
Sumber Data
Informan
Teknik Pengumpulan Data
Para pedagang Makassar dan sekitarnya di pasar tradisional Pettarani yang berpotensi memberikan informasi tentang objek kajian dalam penelitian ini. Sebagaimana telah dijelaskan, tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan konflik antara penataan ruang kota dan pasar tradisional Pettarani di Kota Makassar serta mengetahui faktor-faktor penyebab konflik tersebut. Pada bab ini penulis memuat hasil penelitian dan akan menjelaskan secara detail dinamika konflik yang terjadi dalam tata kota dan Pasar Tradisional Pettarani Kota Makassar serta faktor penyebabnya.
Dalam hal ini seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan Tamamaung yang masih mencari strategi bagi para pedagang pasar tradisional di pusat kota, seperti rencana untuk membuat tempat baru bagi para pedagang. Permasalahan yang timbul akibat aktivitas pedagang di pasar tradisional Pettarani dan tujuan kebijakan yang dikeluarkan adalah sebagai berikut. Seperti konflik yang terjadi antara penataan ruang kota dengan pasar tradisional Pettaran yang tertutup karena masih banyak pedagang yang belum mengetahui permasalahan yang ada di pasar tersebut serta tentang perencanaan dan relokasi kota yang dilakukan oleh pemerintah. ditambah pembangunan jalan layang. dari pemerintah, sehingga mereka mau tidak mau pemerintah dan tata kota memberikan solusi bagi para pedagang.
Kompleksnya permasalahan antara pedagang dan pemerintah sangat jelas terlihat dan sudah ada sejak lama dimana pemerintah sepakat untuk pindah ke lokasi baru.Adanya tata kota di Pasar Tradisional Pettarani Makassar menjadikan konflik antara pihak pasar dan dinas tata ruang tak terhindarkan, ketidaknyamanan. dengan adanya pasar dalam perjalanannya Pemerintah melalui tata kota memulai langkah awal dengan merencanakan lokasi baru bagi para pedagang yang ada di Pasar Tradisional. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis, terlihat jelas bahwa Pasar Tradisional Pettarani Desa Tamamaung masih menjadi teka-teki bagi pemerintah karena para pedagangnya terpaku pada pasar. Seperti konflik tertutup antara tata kota di pasar tradisional yang terjadi saat ini dengan pedagang, dan juga bisa dilakukan di.
Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa konflik tertutup yang terjadi di pasar tradisional hanya diketahui oleh segelintir pihak saja. Konflik antara pasar dan Tata Ruang Kota sulit dihindari karena permasalahan yang ada di pasar tradisional Pettarani. Adanya penataan kota di pasar tradisional Pettarani Makassar membuat konflik antara pihak pasar dan Dinas Penataan Ruang tidak dapat dihindari.Ketidaknyamanan terhadap adanya pasar di jalan membuat Pemerintah melalui tata kota mengambil langkah awal dengan memindahkan rencana tempat baru. bagi para pedagang di pasar tradisional.
Perbedaan tujuan dalam konflik tata ruang kota di pasar tradisional terlihat pada pemerintah melalui tata ruang kota yang ingin segera memindahkan pedagang ke tempat lain karena berada di pusat kota dan mengganggu arus lalu lintas akibat adanya konflik tersebut. kurangnya tempat parkir. di kawasan pasar. “Pasar tradisional sama sekali tidak mengganggu pembangunan viaduct atau jalan tol dan bukan merupakan rolling market” (Wawancara AM 24 Juli 2018). Penyebab konflik merupakan hal yang biasa terjadi secara berkelompok atau bermasyarakat dan tidak dapat dihindari, seperti konflik kepentingan yang terjadi antara tata kota di pasar tradisional Pettarani yang melibatkan pemerintah, dinas tata ruang kota, dan PD. kota terlibat. pasar tradisional dan pedagang pasar.
Contoh perbedaan kepentingan yang menimbulkan konflik sosial adalah pemanfaatan ruang kota pada pasar tradisional. Penyelesaian perselisihan di pasar sulit dilakukan oleh pemerintah dan dinas luar angkasa karena adanya perbedaan pendapat, sehingga pemerintah saat ini sedang mencari solusi yang baik bagi para pedagang, salah satunya dengan merencanakan penataan ruang baru bagi para pedagang. , seperti yang disampaikan oleh Sekretaris Desa Tamamaung berikut ini. Perbedaan tujuan antara Dinas Tata Ruang Kota dan Pasar Tradisional Pettarani menimbulkan permasalahan yang menimbulkan konflik.
Perbedaan kepentingan antara tata kota dan pasar tradisional terlihat dari rencana tata ruang kota yang akan melaksanakan dan merencanakan relokasi tempat bagi para pedagang, namun tidak bagi para pedagang itu sendiri.