• Tidak ada hasil yang ditemukan

KP 238 Tahun 2014

N/A
N/A
Tanita de Laclayton

Academic year: 2025

Membagikan "KP 238 Tahun 2014"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR :KP 238 TAHUN 2014

TENTANG

PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22

(ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-22),

PROSEDUR PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation, Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome), telah diatur mengatur mengenai jam operasi bandar udara;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-22 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139-22), Prosedur Penetapan Jam Operasi Bandar Udara dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4956);

(2)

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang

Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4973);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang

Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5296);

4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013;

6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System);

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan menteri Perhubungan Nomor

PM 74 Tahun 2013;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2009 tentang Peraturan Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

(3)

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun

2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun

2013;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22

{ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-22), PROSEDUR

PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA.

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan :

1. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan

terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar

udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya.

2. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.

3. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara.

4. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya;

(4)

5. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik

negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum

Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi,

yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara

untuk pelayanan umum.

6. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga

pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa

pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang

belum diusahakan secara komersial.

7. Jam Operasi Bandar Udara adalah ruang waktu beroperasinya bandar udara.

8. Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara adalah semua fasilitas dan peralatan baik di dalam maupun di luar batas-batas bandar udara, yang dibangun atau dipasang (diinstalasi) dan dipelihara untuk tujuan melayani kedatangan, keberangkatan dan permukaan pergerakan pesawat udara, termasuk pelayanan darat pesawat udara.

9. Personel Bandar Udara adalah personel yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas dan peralatan bandar udara.

10. Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication/AIP) adalah publikasi yang diterbitkan oleh atau di bawah kewenangan Direktur Jenderal yang berisikan informasi aeronautika yang diperlukan bagi navigasi.

11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

12. Direktur adalah Direktur Bandar Udara.

(5)

Pasal 2

Pengoperasian bandar udara harus sesuai dengan jam operasi

bandar udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal

Perhubungan Udara.

Pasal 3

(1) Direktur Jenderal Perhubungan Udara menetapkan jam operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2 didasarkan pada :

a. kajian kemampuan operasional bandar udara; dan b. buku pedoman pengoperasian bandar udara

(aerodrome manual).

(2) Kajian kemampuan operasional sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a, meliputi :

a. kemampuan operasional bandar udara;

b. kemampuan pelayanan lalu lintas penerbangan; dan c. permintaan jasa angkutan udara.

(3) Kajian kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II Peraturan ini.

(4) Buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) di setiap bandar udara umum yang beroperasi.

Pasal 4

Jam operasi bandar udara berlaku 7 (tujuh) hari setelah diinformasikan melalui publikasi informasi aeronautika (aeronautical information publication/AIP).

(6)

Pasal 5

(1) Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat mengajukan perubahan jam operasi

bandar udara.

(2) Permohonan perubahan jam operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan kajian kemampuan operasional bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2).

Pasal 6

(1) Setelah permohonan perubahan jam operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diterima secara lengkap, Direktur Jenderal melakukan evaluasi.

(2) Apabila berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat kajian yang dinilai tidak tepat, dapat dilakukan pemeriksaan lapangan.

(3) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh petugas yang melakukan pemeriksaan lapangan dan Kepala Bandar Udara.

Pasal 7

Pemberitahuan diterima atau ditolaknya permohonan perubahan jam operasi bandar udara disampaikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap atau setelah dilakukannya pemeriksaan lapangan.

(7)

Pasal 8

(1) Dalam keadaan tertentu Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat melakukan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara.

(2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. ganguan teknis operasional seperti:

1. operasi pesawat udara;

2. pelayanan lalu lintas penerbangan; dan 3. operasi bandar udara.

b. kondisi darurat seperti:

1. cuaca;

2. bencana alam; dan

3. bantuan kemanusiaan.

c. kegiatan yang bersifat nasional atau internasional.

(3) Bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan dapat ditanggulanginya atau selesai kegiatan tersebut.

Pasal 9

Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dalam melakukan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara, harus memperhatikan :

a. ketersediaan dan kemampuan fasilitas/peralatan bandar

udara;

b. ketersediaan personel bandar udara;

c. prosedur pengoperasian bandar udara;dan d. kemampuan pelayanan lalu lintas penerbangan.

(8)

Pasal 10

Perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara harus 1 (satu) jam diNOTAMkan sebelum keberangkatan pesawat udara dari bandar udara asal oleh Kepala Badan

Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar

Udara.

Pasal 11

Penetapan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara wajib dilaporkan oleh Kepala Badan Usaha Bandar

Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara kepada Direktur dan Kepala Otoritas Bandar Udara.

Pasal 12

(1) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara wajib menjamin beroperasinya seluruh fasilitas dan peralatan bandar udara serta bertugasnya personel bandar udara sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit sebelum jam operasi bandar udara

dimulai.

(2) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat menghentikan kegiatan operasional bandar udara sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit setelah jam operasi bandar udara berakhir.

Pasal 13

(1) Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara yang melanggar ketentuan jam operasi bandar udara sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, dikenakan sanksi administratif berupa:

a. peringatan tertulis; dan

b. denda administratif.

(9)

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu masing-masing 1 (satu) bulan.

(3) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya peringatan tertulis ketiga, Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara tidak melakukan perbaikan, dikenakan denda administratif.

Pasal 14

Direktur melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan

Peraturan ini.

Pasal 15

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Disahkan di : Jakarta

pada Tanggal: 17 April 2014

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd

HERRY BAKTI

SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan;

2. Sekretaris Jenderal;

3. Inspektur Jenderal;

4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

6. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero);

7. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero);

8. Direktur Utama Perum LPPNPI; dan

9. Ketua Asosiasi Penyelenggara Bandar Udara Indonesia (APBI).

SALINAN dihttat^esuai dengan aslinya KEPALA^afeiS^lKUM DAN HUMAS

HUBUD

AYAT

(10)

LAMPIRAN I

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR:

TANGGAL:

TENTANG

PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION PART 139-22), PROSEDUR PENETAPAN JAM

OPERASI BANDAR UDARA

KP 238 TAHUN 2014

17 April 2014

KAJIAN KEMAMPUAN OPERASIONAL BANDAR UDARA

I. DATA BANDAR UDARA

1. Nama Bandar Udara 2. Kota/Propinsi

3. Pemilik

4. Pemegang Sertifikat Bandar Udara

5. Status 6. Koordinat

7. Jarak Terhadap Kota 8. Elevasi

9. Aerodrome Reference Temperatur 10. Jenis Pelayanan Penerbangan 11. Dimen si Runway

12. Klasifikasi Bandar Udara

13. Tipe Runway

14. Strength (PCN) and Surface of Runway 15. Pesawat terbesar yang beroperasi 16. Jam Operasi

17. Sertifikat/Register Bandar Udara Nomor

0C

1 / 2 / 3 / 4 (A/B/C/D/E/F)

23.00- 11.00UTC / (..,...+ 7- ... + 7) WIB

(11)

II. DATA KAJIAN KEMAMPUAN OPERASIONAL BANDAR UDARA

A. CHECKLIST RUNWAY

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

1. Marka:

KM 21/2005

SNI 03-7095-

2005/MOS

a. Pre-runway-end MOS.8.3.2

b. Runway Centreline marking

SNI.6.1.1/MOS. 8.3.3

c. Runway Designation Marking

SNI.6.1.1/MOS.8.3.4

d. Runway end marking MOS.8.3.5

e. Runway Side-stripe marking

SNI.6.1.4/MOS.8.3.6 f Aiming Point marking SNI.6.1.5/MOS.8.3.7 g. Touchdown zone marking SNI.6.1.6/MOS.8.3.8 h. Threshold marking SNI.6.1.3/MOS. 8.3.9

i. Temporarily Displaced Threshold marking

MOS.8.3.11

j. Displaced Threshold marking

SNI.6.1.7

k. Pre-threshold marking SNI.6.1.8

2. Runway Lighting (warna dan

kondisi); MOS.9.9

a. Runway Edge Lights. MOS.9.9.2

b. Runway Threshold Lights. MOS.9.9.9

c. Runway End Lights. MOS.9.9.16

d. Runway Turning Area Edge Lights.

MOS.9.9.21

e. Stopway Lights. MOS. 9.9.22

f Runway Center Line Lights. MOS. 9.9.23

. Runway Touchdown Zone Lights.

MOS. 9.9.24

3. Lebar Runway 18m

s/d 60m MOS. 6.2.3

4. Runway Strip

a.Panjang Runway Strip (Code Number 1 : 30m), (Code Number 2,3 A :60m)

MOS. 6.2.17

(12)

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

b. Lebar Runway Strip

(Code Number lab: 60m/30m), (Code Number 2c : 80m),

(Code Number 3 : 90m), (Code Number 3,4 : 150m)

MOS.6.2.18.

5. RESA

(panjang min. 90m, lebar 2 x lebar runway )

(panjang min 60 m untuk code number 3,4 (pesawat

propeller))

(Code Number 1,2 & non instrument tdk diperlukan RESA)

MOS.6.2.25

6.

Kondisi runway dan runway strip

a. Runway bebas dari FOD.

b. Permukaan runway (retak, crack).

c. Ketinggian rumput di runway strip.

7. PAPI/VASI MOS.9.8.3/9.8.4.

8. Wind Direction Indicator MOS.8.7

9. Rambu : SNI 03-7095-2005

a. Mandatory Instruction Sign SNI7.1.1/M0.8.6.7 1). Runway Designation Sign MOS.8.6.8

2). Runway Intersection Sign MOS.8.6.13

b. Information Sign SNI.7.1.1/MOS.8.6.14 1) Direction Sign MOS.8.6.16

2) Designation Sign MOS.8.6.17

3) Take-OffRun Available Sign

MOS.8.6.18

Keterangan:

N/A = Not Available S = Satisfactory U = Unsatisfactory

(13)

B. CHECKLIST TAXIWAY

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

1. Marka : KM 21/2005

SNI 03-7095-2005/MOS a. Taxi Guideline Marking MOS. 8.4.2

b. Runway Holding Position Marking

SNI.6.2.2/MOS. 8.4.3

c. Intermediate Holding Position Marking

MOS. 8.4.4

d. Taxiway Edge Marking SNI.6.2.3/MOS.8.4.5 e. Holding Bay Marking MOS.8.4.6

f. Taxiway Pavement Strength Limit Marking

MOS.8.4.7

g. Taxiway Centreline Marking

SNI.6.2.1

h. Taxi Shoulder Marking SNI.6.2.4 i. Exit Guidance Line

Marking

SNI.6.2.6

j. Road Holding Position Marking

SNI.6.2.7

2.

Taxiway Lighting (warna

dan kondisi): MOS.9.12

a. Taxiway Center Line Lights MOS.9.12.1

b. Taxiway Edge Lights. MOS.9.12.7

c. Runway Guard Lights. MOS.9.12.16

3. Lebar taxiway 7.5m s/d

25m MOS.6.3.1

4. Taxiway Strip MOS.6.3.11

5. Kondisi taxiway strip

6. Rambu : SNI 03-7095-2005

a. Mandatory Instruction

Sign SNI7.1.1/MOS.8.6.7

1). Runway Holding Position

Sign MOS.8.6.10

2). Aircraft NO ENTRY MOS.8.6.11

3). Vehicular STOP MOS.8.6.12

(14)

1

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

4). Runway Intersection Sign MOS.8.6.13

b. Information Sign. SNI.7.1.1/MOS.8.6.14 1) Taxiway Location Sign MOS.8.6.15

2). Direction Sign MOS.8.6.16

3). Designation Sign MOS.8.6.17

4). Runway exit sign MOS.8.6.19

(15)

C. CHECKLIST LAIN-LAIN

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN

1. Pemberian tanda obstacle

berupa marka dan perlampuan

pada malam hari

MOS.139.9.1.4

2. Kendaraan beroperasi di

areamanouver bandar udara

harus dilengkapi dengan rambu dan lampu.

MOS.139.8.10.4

3. Pada daerah yang sedang dalam pekerjaan

pembangunan dilengkapi dengan marka dan atau lampu

berwarna merah, bendera warna merah/orange/kuning dan putih

MOS.139.8.9.4.

Keterangan:

N/A = Not Available S = Satisfactory U = Unsatisfactory

(16)

1. CHECKLIST GANGGUAN BINATANG LIAR

NO. OBJEK REF. PERATURAN S u CATATAN

1. Apakah mempunyai SOP Bird

Strike?

MOS.139.10.14

2. Ketika terjadi hazard apakah

sudah dilakukan tindakan

mitigasi?

MOS. 139.10.14

3. Apakah sudah dilakukan

upaya nyata untuk

mengurangi gangguan binatang liar di lapangan?

MOS. 139.10.14

Keterangan:

S = Satisfactory U = Unsatisfactory

(17)

2. CHECKLIST PERTOLONGAN KECELAKAAN PESAWAT KEBAKARAN (PKP-PK)

DAN PEMADAM

NO. OBJEK REF. PERATURAN S U CATATAN

1. Apakah sudah tersedia layanan PKP-PK?

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005 ANNEX 14.9 2. Periksa movement 3 (tiga)

bulan terakhir apakah < 700 movement, jika ya kategori dapat ditoleransi turun satu level kategori.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

3. Hasil uji petik terakhir Respon time kendaraan PKP-PK, mobil pertama maksimal 3 menit, Mobil berikutnya 4 menit).

KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6

4. Periksa dokumen lisensi &

rating personil PKP-PK. KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

5. Periksa kelengkapan peralatan personil PKP-PK antara lain : Helm, sarung tangan, sepatu boat, masker, baju tahan api.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

6. Periksa apakah area sekitar bandara terdapat gunung, danau, rawa rawa, perairan, sehingga memerlukan

kendaraan khusus.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

7. Periksa kelengkapan grid map termasuk yang ada dimobil.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

8. Periksa kelengkapan rescue pada tiap kendaraan PKP-PK.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

9. Mimimum jumlah kendaraan yang tersedia sesuai dengan kategori PKP-PK.

KM 24/2005

SNI 03-7095-2005

ANNEX14.9.2.3/5/6

Keterangan:

S = Satisfactory U = Unsatisfactory

(18)

3. CHECKLIST PERSONEL B A N D A R U D A R A

NO. OBJEK REF. PERATURAN S U CATATAN

l. Apakah personel Teknik bandara memiliki STKP/Lisensi

CASR 139.045

2. Apakah personel Listrik bandara memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

3. Apakah personel Mekanikal bandara memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

4. Apakah personel Elektronika bandara memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

5. Apakah personel PKP-PK memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

6. Apakah personel pergerakan pesawat / Apron Movement Control memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

7. Apakah personel Marshalling memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

8. Apakah personel Aviobridge memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

9. Apakah personel Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara (GSE) memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

10. Apakah personel pengelola &

pemantau lingkungan memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

11. Apakah personel salvage memiliki STKP/ Lisensi

CASR 139.045

Keterangan:

S = Satisfactory U = Unsatisfactory

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd

HERRY BAKTI

SALINAN KEPA

i dengan aslinya

M DAN HUMAS UBUD

(19)

LAMPIRANIIPERATURANDIREKTURJENDERALPERHUBUNGANUDARA

SPx^SS, KP 238 TAHUN 2014

TANGGAL:17April2014

TENTANGPETUNJUKDANTATACARAPERATURANKESELAMATANPENERBANGANSIPILBAGIAN139-22(CIVILAVIATIONSAFETYREGULATIONPART139-22),

PROSEDURPENETAPANJAMOPERASIBANDARUDARA

KAJIANKEMAMPUANPELAYANANLALULINTASPENERBANGAN

I.DATAKERJAPELAYANAN

1.NamaUnitKerja/Penyelenggara

2.Alamat

3.JamOperasiPelayanan

4.No.Telp/Fax

(20)

II.DATAFASILITAS/PERALATANNAVIGASIPENERBANGAN

NOOBJEKREF.PERATURAN KELENGKAPANPERALATAN PEMENUHAN

PERATURANCATATAN

A

TAMTM 1.FasilitasKonunikasiPenerbangan KM.6Tahun2008

a.VHFA/GKM.6Tahun2008

b.ATISKM.6Tahun2008

c.VSCSKM.6Tahun2008

d.RECORDERKM.6Tahun2008

e.AMSCKM.6Tahun2008

f.RADIOLINKKM.6Tahun2008

g.DS/IDDKM.6Tahun2008

h.HF-SBBKM.6Tahun2008

i.AMHSKM.6Tahun2008

j.ATNKM.6Tahun2008

k.VHFDATALINKKM.6Tahun2008

1.AIDCKM.6Tahun2008

m.TELEPRINTERSKEP157Tahun2003

n.DIRECTSPEECH(DS)SKEP157Tahun2003

o.IRCMSSKEP157Tahun2003

p.HF-A/GSKEP157Tahun2003

(21)

NOOBJEKREF.PERATURAN KELENGKAPANPERALATAN PEMENUHANPERATURAN CATATAN

ATAMTMOBJEK

2. FasilitasNavigasi Penerbangan KM.6Tahun2008

a.NDBKM.6Tahun2008

b.VORKM.6Tahun2008

c.DMEKM.6Tahun2008

d.SBASKM.6Tahun2008

e.ILSKM.6Tahun2008

f.RVRKM.6Tahun2008

g.GBASKM.6Tahun2008

h.SMGSKM.6Tahun2008

i.PSRKM.6Tahun2008

j.SSR/MSSRKM.6Tahun2008

k.ATCAUTOMATIONKM.6Tahun2008

Keterangan:

A=Ada

TA=TidakAda

M=Memenuhi

TM=TidakMemenuhi

(22)

III.DATAPERSONEL NO.OBYEKREF.PERATURAN KELENGKAPAN

PERALATAN PEMENUHAN

PERATURANCATATAN

ATAMTM

1JumlahPersonelATCPM1Tahun2014SKEP16/11/2009

a.J.ATC PM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

b.S.ATC PM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

c.R.ATC PM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

2JumlahPersonelBreafingOfficePM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

3JumlahPersonelAISPM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

a.J.AISPM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

b.S.AISPM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

4TeknikNavigasiUdara PM1Tahun2014

SKEP16/11/2009

Keterangan:

A-Ada

TA=TidakAda

M=Memenuhi

T=TidakMemenuhi

.«2**T

(23)

IV.DATAFLIGHTPROCEDURE NO.OBJEKREF.PERATURAN KELENGKAPAN

PERALATAN PEMENUHAN

PERATURANCATATAN

ATAMTM 1IAPKM.21Tahun2009

2SIDKM.21Tahun2009

3STARKM.21Tahun2009

4RADARPROCEDURDoc.AC170-02SKEP25/11/2009

5MNA(MinimumVectorAltitude)Doc.AC170-02SKEP25/11/2009

6Dll...

Keterangan:

A=Ada

TA=TidakAda

M=Memenuhi

TM=TidakMemenuhi

(24)

V.CHECKLISTLAIN-LAIN NOOBJEKREF.PERATURAN KELENGKAPAN

PERALATAN PEMENUHAN

PERATURANCATATAN

ATAMTM 1.FasilitasMeteorologypadaATSUnitPKPS170170.053

2.3.

Keterangan:

A=Ada

TA=TidakAda

M=Memenuhi

TM=TidakMemenuhi

SALINANdi

KEPALA denganaslinya

MDANHUMAS

UBUD DIREKTURJENDERALPERHUBUNGANUDARA

ttd

HERRYBAKTI

Referensi

Dokumen terkait

Pemilik, agen ekspedisi muatan pesawat udara, pengirim, badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar udara, badan usaha pergundangan, atau badan usaha angkutan udara niaga

(1) Pelayanan jasa kebandarudaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 yang diberikan oleh Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan Usaha Bandar Udara dikenakan tarif

Berdasarkan data penerbangan yang ada di bandar udara sebagai berikut : No Pesawat Udara Panjang Keseluruhan Pesawat Udara Lebar Maksimum Badan Pesawat Udara Kategori Untuk

bahwa rencana penanggulangan keadaan darurat untuk pelayanan menyelamatkan jiwa dan harta dari kejadian dan/atau kecelakaan pesawat udara di bandar udara disusun dalam

antara lain bandar udara yang tidak dapat digunakan untuk keberangkatan pesawat.. karena terjadi banjir atau kebakaran, keterlambatan pengisian bahan

Penghawaan di dalam terminal bandar udara khususnya pada area check in sampai pada area keberangkatan penumpang menuju ke pesawat dan pada area keberangkatan

Permohonan slot time untuk penerbangan di luar bandar udara sebagaimana dimaksud butir 2.3.4 dan untuk penerbangan tidak berjadwal (irregular flight) diajukan kepada Kepala

Kegiatan penatausahaan di Bidang Angkutan Udara, Bandar Udara, Keamanan Penerbangan, Navigasi Penerbangan dan Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara dilakukan