• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk

memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

dalam waktu singkat. Demi mendukung kegiatan seperti itu dibutuhkan suatu

transportasi yang tepat. Salah satunya adalah angkutan udara atau sering disebut

sebagai pesawat terbang. Menurut Undang-Undang Penerbangan, pengertian

pesawat terbang adalah pesawat udara yang lebih berat dari udara, bersayap tetap

dan dapat terbang dengan menggunakan tenaganya sendiri. Cara kerja pesawat

terbang itulah yang membuat kalangan profesional dan para pelaku bisnis yang

memiliki mobilitas tinggi memilih transportasi pesawat terbang sebagai sarana

untuk bepergian ke luar kota maupun ke luar negeri. Lalu lintas udara yang bebas

hambatan memungkinkan bagi transportasi udara untuk lebih cepat dari sarana

transportasi yang lain.

Bidang transportasi ini sendiri ada hubungannya dengan produktivitas, hal

ini dikarenakan dampak dari kemajuan transportasi tersebut berpengaruh terhadap

peningkatan mobilitas manusia. Tingginya tingkat mobilitas itu menandakan

produktivitas yang positif.1

Pentingnya produktivitas yang berkaitan dengan transportasi, tentu tidak

lepas dari hambatan-hambatan, misalnya keterlambatan dan pembatalan jadwal

dari yang sudah disepakati sebelumnya. Kerugian adalah risiko yang harus

diterima oleh pengguna jasa angkutan sebagai konsekuensi dari peristiwa tersebut.

1

(2)

Pihak pengangkut sebagai penyelenggara mempunyai kewajiban untuk

mengganti kerugian yang diderita oleh pengguna jasanya. Karena secara hukum

pengguna jasa angkutan dilindungi, maka sesuai dengan Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dapat dilihat dalam Pasal 141 sampai 149

mengenai tanggung jawab pengangkut terhadap penumpang dan/atau pengirim

kargo. Diteruskan dengan Peraturan Menteri Perhubungan yang mengatur

ketentuan tentang besaran ganti kerugian yang ditanggung pihak pengangkut,

apabila kesalahan atau kelalaian terhadap pengguna jasa angkutan disebabkan

oleh kesalahan dari pihak pengangkut.

Perlindungan seperti ini pada dasarnya dibutuhkan oleh pengguna jasa

angkutan, dalam rangka meningkatkan kesadaran, pengetahuan, kepedulian, serta

kemandirian pengguna jasa angkutan itu sendiri untuk melindungi dirinya, serta

mengembangkan sikap dan perilaku usaha yang bertanggung jawab atas sedikit

kesalahan yang sebenarnya tidak diinginkan untuk terjadi oleh siapapun. Salah

satu tujuan diselenggarakannya penerbangan adalah mewujudkan

penyelenggaraan penerbangan yang tertib, teratur, selamat, aman, dan nyaman,

dari tujuan tersebut terlihat dengan jelas bahwa sangat bertentangan dengan

adanya peristiwa pembatalan serta keterlambatan jadwal penerbangan yang

mencerminkan kurang disiplinnya pihak dari pelaku usaha transportasi.

Kembali ke pembahasan tentang jenis angkutan udara, dari aspek

operasionalnya terdiri atas angkutan udara niaga berjadwal dan angkutan udara

tidak berjadwal baik dalam maupun luar negeri atau internasional. Melihat UU

(3)

berjadwal, meskipun demikian dapat merujuk kepada Keputusan Menteri

Perhubungan Nomor SK 13/S/1971 tentang Syarat-syarat dan

Ketentuan-ketentuan Mengenai Penggunaan Pesawat Terbang Secara Komersial di

Indonesia. Berdasarkan keputusan tersebut angkutan udara niaga berjadwal adalah

penerbangan yang berencana menurut suatu jadwal perjalanan pesawat udara yang

tetap dan teratur melalui rute yang telah ditetapkan, kemudian angkutan udara

niaga tidak berjadwal yaitu penerbangan dengan pesawat udara secara tidak

berencana. Biasanya angkutan udara niaga berjadwal disediakan bagi penumpang

yang beranggapan bahwa waktu lebih berharga apabila dibandingkan dengan

uang, pesawat udara akan tinggal landas sesuai dengan jadwal penerbangan yang

ditetapkan meskipun pesawat udara itu belum penuh, karena penumpang dari

angkutan udara ini umumnya diisi oleh orang-orang yang mempunyai urusan

penting (business people).2

Negara Indonesia merupakan suatu negara kepulauan dimana negara

kepulauan ini dipersatukan oleh wilayah perairan dan udara dengan batas-batas

wilayah serta kedaulatan masing-masing wilayah itu telah ditetapkan ke dalam

peraturan berbentuk undang-undang. Dengan struktur wilayah yang demikian,

tidak dapat dipungkiri bahwa angkutan udara adalah sebuah sistem transportasi

yang sangat mendukung kemajuan mobilitas masyarakat Indonesia. Selain

daripada itu, juga berperan bagi pertumbuhan ekonomi dan mempererat hubungan

antarbangsa.

2

(4)

Angkutan udara atau penerbangan mempunyai ciri yakni dapat bergerak

cepat dalam waktu singkat dan menggunakan teknologi canggih sehingga dapat

berfungsi untuk menciptakan distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Hal ini

sesuai dengan perkembangan zaman dari tahun ke tahun yang semakin maju serta

dunia globalisasi dalm bentuk hubungan antarbangsa. Kembali ke persoalan hak

penumpang sebagai konsumen, maka di dalam kegiatan transportasi angkutan

udara ini penumpang mempunyai hak untuk didengarkan pendapat dan

keluhannya atas jasa yang digunakan. Persoalan ini terkait dengan permasalahan

yang akan dibahas yaitu mengenai keterlambatan dan pembatalan jadwal

penerbangan yang terjadi akibat banyak sebab dan banyak faktor.

Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor teknis dan non teknis, misalnya

saja faktor cuaca yang buruk, hujan lebat, badai, petir atupun jarak pandang di

bawah standar minimal yang dapat mengganggu keselamatan penerbangan. Hal

tersebut adalah di luar dari teknis operasional, sedangkan faktor teknis yang dapat

menyebabkan terjadinya keterlambatan dan pembatalan jadwal penerbangan

antara lain bandar udara yang tidak dapat digunakan untuk keberangkatan pesawat

karena terjadi banjir atau kebakaran, keterlambatan pengisian bahan bakar

pesawat dan lain-lain.

Dalam rangka agar terciptanya suatu sistem transportasi yang baik, telah

ditetapkan sitem transportasi nasional (Sistranas) oleh Departemen Perhubungan.

Tujuannya adalah agar terwujud suatu kegiatan transportasi yang terpadu,

bersinergi, tertib, lancar, mengutamakan keamanan, efisiensi yang baik dan

(5)

landasan idiil Pancasila, landasan konstitusional UUD 1945, landasan visional

wawasan nusantara, landasan konsepsional Ketahanan Nasional dan landasan

operasional, peraturan perundangan di bidang transportasi serta peraturan lainnya

yang terkait.3

Sebuah tindakan nyata tentu diperlukan agar terlaksananya nilai-nilai dasar

tersebut, tindakan nyata dapat berupa suatu program dan kebijakan pemerintah

supaya tidak sekedar menjadi sebuah rencana tanpa ada hasil. Inilah yang menjadi

kaitannya dengan keterlambatan dan pembatalan jadwal penerbangan,

dimaksudkan agar peristiwa serupa dapat diminimalisir sebab kesalahan dan

kelalaian di dalam suatu sistem dapat terjadi kapanpun.

Regularity merupakan salah satu dari prinsip angkutan udara, dalam buku

M.N. Nasution yang berjudul Manajemen Transportasi, regularity mempunyai

pengertian tertib dan teratur. Pesawat udara yang sedang dioperasikan harus

menyesuaikan dengan jadwal penerbangan yang telah ditetapkan secara tepat

sesuai dengan waktu yang diinginkan oleh penumpang, hal ini penting mengingat

jaminan bagi kepuasan penumpang serta citra perusahaan penerbangan sehingga

kelangsungan perusahaan penerbangan dapat terus dijaga. Agar terlaksananya

operasi penerbangan yang tepat pada waktunya, kedisplinan dan koordinasi

diperlukan bagi bagian produksi/operasi dengan bagian pemeliharaan pesawat,

bagian pemasaran dan bagian-bagian yang lainnya.4

Sehubungan dengan Pasal 146 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Tentang Penerbangan bahwa pihak yang bertindak sebagai pengangkut

3

M.N. Nasution, Op.Cit., hal 297. 4

(6)

mempunyai tanggung jawab atas kerugian yang diderita karena keterlambatan

pada angkutan penumpang, bagasi, atau kargo, kecuali apabila pengangkut dapat

membuktikan bahwa keterlambatan tersebut disebabkan oleh faktor cuaca dan

teknis operasional.

Menurut Pasal 1 angka 30 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan, keterlambatan berarti terjadinya perbedaan waktu antara

keberangkatan atau kedatangan yang dijadwalkan dengan realisasi waktu

keberangkatan atau kedatangan. Sedangkan pembatalan dalam hal ini jadwal

penerbangan, menurut Penulis adalah dialihkannya jadwal penerbangan yang telah

ditentukan sebelumnya menjadi ke hari lain dikarenakan sebab-sebab tertentu.

Hubungan perdata dalam bentuk perikatan antara perusahaan penerbangan

sebagai pengangkut dan penumpang diwujudkan dalam bentuk pembelian tiket

pesawat. Berdasarkan KUHPerdata buku ke tiga tentang perikatan dalam Pasal

1313 menyebutkan:

“suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

Sedangkan dasar hukum perjanjian pengangkutan lainnya ialah Pasal 1338

KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak:

“bahwa setiap orang bebas mengadakan suatu perjanjian apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur dalam Undang maupun belum diatur dalam Undang-Undang.”

Pasal 1320 KUHPerdata:

a. Adanya kesepakatan para pihak

b. Kecakapan dalam bertindak

(7)

d. Sebab yang halal.

Asas Pacta Sunt Servanda yang terdapat dalam Pasal 26 Konvensi Wina

Tentang Hukum Perjanjian Internasional, bahwa perjanjian yang dibuat secara sah

oleh para pihak adalah mengikat bagi mereka yang menyelenggarakannya seperti

Undang-Undang.

Hubungan perikatan yang sudah terjadi tersebut selanjutnya menjadi

kewajiban kedua belah pihak untuk memenuhi prestasi yang telah disepakati.

Salah satu yang menjadi kewajiban pelaku usaha tercantum dalam

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 7 huruf a

yakni beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya, artinya perusahaan

penerbangan harus memenuhi kewajibannya kepada penumpang sebagai bentuk

iktikad baik tersebut kemudian penumpang juga memenuhi kewajibannya sebagai

konsumen. Tidak jarang dalam pelaksanaannya salah satu dari kedua belah pihak

baik pengangkut maupun penumpang tidak terlepas dari suatu kesalahan sehingga

terjadi pelanggaran terhadap butir-butir kesepakatan. Namun dalam pembahasan

skripsi ini yang diangkat adalah tentang kerugian yang dialami oleh penumpang

angkutan udara melalui sudut pandang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor

PM 92 Tahun 2011 tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara,

dimana mengenai keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal penerbangan ini

dibahas dalam Pasal 9 sampai Pasal 13 dalam Peraturan Menteri tersebut.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan, Penulis mempunyai keinginan untuk

membahas skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri

(8)

Angkutan Udara Atas Keterlambatan dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan

Penumpang Angkutan Udara ( Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan ).”

B. Permasalahan

Permasalahan yang dirumuskan oleh penulis antara lain adalah:

1. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab keterlambatan (delay) dan

pembatalan jadwal keberangkatan penumpang angkutan udara ?

2. Bagaimana penerapan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 92

Tahun 2011 yang mengatur tanggung jawab pengangkut angkutan udara

terhadap penumpang ?

3. Bagaimana Tindakan Maskapai Penerbangan (pengangkut) sebagai bentuk

tanggung jawab atas keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal

keberangkatan penumpang ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan diperlukan agar maksud dari penulis dalam mengemukakan isi dari

skripsi ini dapat diketahui. Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah:

1. Untuk mengetahui faktor penyebab dari keterlambatan (delay) dan

pembatalan jadwal keberangkatan penumpang angkutan udara.

2. Untuk mengetahui sejauh apa penerapan Peraturan Menteri Perhubungan

Nomor PM 92 Tahun 2011 di dalam upaya mengatur tentang tanggung

(9)

3. Untuk mengetahui tindakan maskapai penerbangan sebagai pengangkut

atas keterlambatan dan pembatalan jadwal keberangkatan yang dialami

penumpang.

D. Manfaat Penulisan

Selain dari tujuan di atas, penulisan skripsi ini juga memberikan manfaat

antara lain:

a. Secara teoretis, pembahasan terhadap masalah ini akan memberikan

pemahaman terhadap sebab-sebab dari keterlambatan hingga pembatalan

jadwal keberangkatan pesawat, kemudian terkait Peraturan Menteri

Perhubungan yang menjadi rujukan skripsi ini akan diketahui bagaimana

penerapannya, manfaat selanjutnya adalah akan diketahui pula apa yang

menjadi tindakan dari maskapai penerbangan dalam menangani persoalan

tersebut.

b. Secara praktis, pembahasan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

para pembaca terutama bagi para pihak yang terlibat dalam kegiatan atau

aktivitasnya dalam dunia pengangkutan udara, terutama mengenai

tanggung jawab maskapai penerbangan atas tidak sesuainya jadwal

keberangkatan pesawat dari apa yang telah ditetapkan sebelumnya.

E. Metode Penelitian

Metode ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan yaitu segala cara dalam rangka

(10)

suatu ilmu pengetahuan itu sebenarnya bukan suatu ilmu, tetapi suatu himpunan

pengetahuan saja tentang berbagai gejala, tanpa dapat disadari hubungan antara

gejala yang satu dengan gejala lainnya.5

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan penulis untuk

menyelesaikan skripsi ini adalah :

1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah

metode penelitian hukum normatif-empiris, dimana dalam penelitian empiris

dimaksudkan untuk memperoleh data primer, yaitu melakukan wawancara dengan

narasumber yang terkait dengan tempat penelitian skripsi ini yakni PT. Sriwijaya

Air, sementara itu penelitian hukum normatif yaitu melakukan suatu kajian

terhadap peraturan perundang-undangan serta bahan–bahan hukum yang berkaitan

dengan skripsi ini.

2. Sifat Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam menyusun skripsi ini bersifat penelitian

kasus, pada umumnya sifat dari penelitian ini bertujuan untuk mempelajari secara

mendalam terhadap suatu individu, kelompok, institusi ataupun masyarakat

tertentu, tentang latar belakang, keadaan/kondisi, faktor-faktor, atau

interaksi-interaksi sosial yang terjadi di dalamnya.6

5

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2010, hal 45.

6

(11)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam rangka menyusun skripsi

ini ialah berupa teknik pengumpulan data kualitatif, dimana penulis melakukan

wawancara dengan narasumber terkait, observasi serta pengumpulan dokumen

untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk melengkapi skripsi ini.

4. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh terbagi atas tiga macam, yakni bahan hukum

primer sebagai bahan utama kemudian bahan hukum sekunder dan tersier.

a. Bahan Hukum Primer

Sehubungan dengan judul skripsi ini, maka bahan hukum utama yang

digunakan penulis adalah Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 77 Tahun

2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan Udara sebagaimana telah

diubah menjadi Peraturan Menteri Nomor PM 92 Tahun 2011. Kemudian

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan sebagai aturan yang

mencakup segala ketentuan tentang angkutan udara.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan

mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, pendapat para ahli dan sarjana

serta kasus-kasus yang berkaitan dengan permasalahan angkutan udara.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier berperan sebagai bahan hukum penunjang yang

(12)

Sebagai contoh adalah seperti kamus hukum, ensiklopedia dan bahan hukum

penunjang yang lainnya.

5. Analisis Data

Data-data yang telah dikumpulkan disusun secara sistematis, kemudian

dilakukan penelaahan terhadap data-data tersebut. Dan penarikan kesimpulan

sebagai upaya agar permasalahan yang dirumuskan dapat terjawab.

F. Keaslian Penulisan

Judul berikut ini “Analisis Yuridis Penerapan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor 92 Tahun 2011 Tentang Tanggung Jawab Pengangkut

Angkutan Udara Atas Keterlambatan Dan Pembatalan Jadwal Keberangkatan

Penumpang Angkutan Udara (Studi Pada PT. Sriwijaya Air Medan)” yang telah

diangkat penulis sebagai judul skripsi terbilang masih judul yang baru,

berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan penulis di perpustakaan Fakultas

Hukum Universitas Sumatera Utara, belum ada yang membahas dengan

pendekatan maupun perumusan masalah yang sama, sehingga dapat dinyatakan

bahwa isi dari tulisan ini adalah asli dan keasliannya dapat

dipertanggungjawabkan secara akademis. Beberapa judul skripsi beserta rumusan

masalah yang dituliskan berikut ini adalah sebagai bukti bahwa tidak ada

kesamaan dengan judul yang pernah ditulis sebelumnya.

Nama : Desy Hariani Nasution

(13)

Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Barang

Bagasi Penumpang.

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana hukum pengangkutan udara di Indonesia menurut

Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan ?

2. Bagaimana penyelenggaraan angkutan Udara oleh PT. Garuda

Indonesia Airlines (selanjutnya disingkat dengan PT. GIA)?

3. Bagaimana tanggung jawab PT. GIA terhadap barang bagasi

penumpang ?

Nama : Eko August Sihombing

NIM : 060200296

Judul : Tanggung Jawab Perusahaan Penerbangan Terhadap Pengangkutan Orang

dan Barang Dalam Pengangkutan Udara Ditinjau Undang-Undang Nomor

1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan (Studi Kasus Pada PT. Garuda

Indonesia Cabang Mongonsidi Medan).

Rumusan Masalah :

1. Bagaimana peranan tanggung jawab pengangkut terhadap orang dan barang

menurut Undang-Undang No. 1 tahun 2009 ?

2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam realisasi tanggung

jawab PT. Garuda Indonesia terhadap penumpang penerbangan domestik ?

3. Bagaimana realisasi pertanggung jawaban PT. Garuda Indonesia terhadap

(14)

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan menjadi salah satu metode yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini, hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam

menyusun serta mempermudah untuk memahami isi dari skripsi ini.

Keseluruhan skripsi ini meliputi 5 (lima) bab yang secara garis besar isi

dari bab-perbab diuraikan sebagai berikut :

BAB PERTAMA: PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang,

Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan,

Metode Penelitian, Keaslian Penulisan, serta Sistematika

Penulisan.

BAB KEDUA : TINJAUAN MENGENAI PENGANGKUTAN UDARA

Dalam bab ini dibahas mengenai Asas dan Tujuan

Diselenggarakannya Pengangkutan Udara, Subjek dan

Objek Pengangkutan Udara, Hak dan Kewajiban

Para Pihak Dalam Pengangkutan Udara, Manfaat serta

Fungsi Jasa Angkutan Udara dan Pelaksanaan

Pengangkutan Udara.

BAB KETIGA: PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN

PENUMPANG DAN BARANG DALAM ANGKUTAN

UDARA

Dalam bab ini dibahas tentang Angkutan Udara Niaga

(15)

Pengangkutan Udara, Tarif Penumpang dan Barang dalam

Angkutan Udara dan Tanggung Jawab Pengangkut

Angkutan Udara terhadap Penumpang dan Barang.

BAB KEEMPAT: TINDAKAN MASKAPAI PENERBANGAN

(PENGANGKUT) SEBAGAI BENTUK TANGGUNG

JAWAB ATAS KETERLAMBATAN DAN

PEMBATALAN KEBERANGKATAN PENUMPANG

DALAM PERSPEKTIF PERATURAN MENTERI

PERHUBUNGAN NOMOR PM 92 TAHUN 2011

Dalam bab ini diuraikan mengenai Faktor-faktor penyebab

keterlambatan (delay) dan pembatalan penerbangan,

Penerapan peraturan menteri perhubungan nomor PM 92

Tahun 2011 sebagai aturan tentang tanggung

jawab pengangkut angkutan udara, dan Tindakan maskapai

penerbangan sebagai bentuk tanggung jawab atas

keterlambatan (delay) dan pembatalan jadwal

keberangkatan penumpang.

BAB KELIMA: PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan serta saran-saran dari

Referensi

Dokumen terkait

Adapun judul skripsi yang saya ajukan dalam penelitian ini adalah “Pengaruh Whistleblowing System, Internal Auditor Professionalism dan Red Flags Method Terhada p

Penelitian agama yang demikian banyak memberikan makna terhadap kompleksitas dan nuansa agama Jawa yang penuh dengan campur aduk dengan kebudayaan lokal, simbolisme

(4) Urusan kepegawaian terhadap pegawai-pegawai Propinsi di lapangan pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, yang mengenai keahlian, ialah yang tidak khusus untuk tata-usaha,

Upaya hukum pertama yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia Cabang Solo dalam menyelesaikan perselisihan antara bank dan nasabah terkait perjanjian khususnya dalam

Kadar gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menurunkan fungsi fagositosis oleh sel leukosit sehingga rentan terkena infeksi dan menyebabkan inflamasi yang

asumsi klasik harus menggunakan data yang akan digunakan dalam

Data yang diberikan dalam dokumen ini adalah benar dan sesuai dengan keadaan sesungguhnya2. Saya bertanggung jawab atas jawaban dan pernyataan yang diberikan dalam

Perusahaan harus mengetahui apa saja yang dapat mempengaruhi persaingan bisnis dalam perusahaan, seperti ancaman pendatang baru apakah mudah atau sulit, bagaimana