TAHUN 2012
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH
Diajukan Kepada
Program Studi Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Islam (M.Pd.I)
Oleh
Akhmad Ilman Nafia1, Samino2, dan Muinudinillah Basri3
1
Mahasiswa Magister Pendidikan Islam UMS Surakarta
2
Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta)
3
Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Akhmad Ilman Nafia NIM : O 100 100 001 Program Studi : Pendidikan Islam Jenis : Tesis
Judul Tesis : Pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga tahun 2012
Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:
1. Memberikan hak bebas royalti kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberi hak menyimpan, mengalih mediakan/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sesungguhnya dan untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Surakarta, 17 Januari 2013 Yang Menyatakan
2
Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3
Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta)
ABSTRACT
The management of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. The formulation of the problems raised in this research are; (1) How contextual learning plan of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?, (2) How the implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?, (3) How contextual learning evaluation of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?. The purposes of this study were; (1) to describe the planning of contextual learning of Islamic religious educations in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, (2) to describe the implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga, (3) to describe the evaluation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga.
The methodology of this research was the field research, because the researcher collected the data directly in the field. The aim was to describe the management of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga. The object of study were the principal, the curriculum coordinators, the theacers, and the students. Techniques of the data collection were; interview, observation, and documentation. The techniques of data analysis was the data that had been collected from the field consisting of field notes, interviews from a variety of sources, such as the related report documents, articles related to the research, and other references book which were still relevant. In addition,data analysis was also done by organized, sorted,categorized and grouped
The result of this study were planning done by technical and non technical analysis, and planning of learning scenarios by relating the material and the objective conditions experienced by the students. The implementation of contextual learning of Islamic religious education in improving student worship SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga was the inquiry, questioning, learning community, modeling, reflecting, and learning evaluation prioritize the behavior change of the students throught the scholl community as a basis fot valuation.
2
Pembimbing I (Staf Pengajar UMS Surakarta) 3
Pembimbing II (Staf Pengajar UMS Surakarta)
ABSTRAK
Pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga?, (2) Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga?, (3) Bagaimanakah evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga? Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mendiskripsikan perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. (2) Untuk mendiskripsikan pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga, (3) Untuk mendiskripsikan Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, karena peneliti langsung menggali data di lapangan. Bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga. Objek penelitian kepala sekolah, koordinator kurikulum, guru, dan siswa. Teknik pengumpulan data: Wawancara, Observasi dan Dokumentasi. Teknik analisis data. Data yang sudah terkumpul dari lapangan yang terdiri dari catatan lapangan, hasil wawancara dari berbagai sumber, dokumen yang berupa laporan yang terkait, artikel yang berhubungan dengan penelitian, dan dari buku-buku acuan lain yang masih relevan. Disamping itu, analisis data juga dilakukan dengan cara mengatur, mengurutkan, mengelompokkan dan mengategorikannya.
Hasil penelitian ini adalah perencanaan dilakukan dengan melakukan analisa teknis dan non teknis, serta merencanakan skenario pembelajaran dengan mengaitkan materi dan kondisi objektif yang dialami siswa. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar yaitu Inquiri, Questioning, Leanrning Community, Modelling, Refleksi, dan Evaluasi pembelajaran kontekstual memprioritaskan perubahan perilaku peserta didik dan seluruh warga sekolah sebagai dasar penilainan.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan sebagai bagian penting dalam kehidupan masyarakat di era
global seharusnya mampu memfasilitasi perkembangan kecerdasan baik
intelektual, emosional dan spiritual. Gulen sebagaimana dikutip Asma
Asfaruddin (2005: 18-19) hakikat pendidikan adalah tempat pelatihan dari
semua aspek kondisi manusia dalam mempromosikan pengembangan holistik
individu, spiritual, moral, rasional dan psikologis. Kualitas pendidikan tidak
hanya terdiskripsikan dibalik simbol angka saja, namun pendidikan juga harus
mampu menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Seperti
yang diungkapkan oleh Suprijono (2011: vi) bahwa ketrampilan intelektual,
sosial, dan personal dibangun tidak hanya dengan landasan rasio dan logika
saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi dan spiritual.
Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan
nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah salah satu ciri manusia berkualitas dalam rumusan UU No. 20
Tahun 2003 di atas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta
memiliki akhlak mulia, artinya salah satu indikator kompetensi dalam
pendidikan nasional adalah keunggulan dalam iman dan takwa serta memiliki
akhlak yang mulia. Hakikat tujuan pendidikan nasional menjelaskan bahwa
sistem pendidikan nasional menempatkan peserta didik sebagai makhluk yang
diciptakan oleh Tuhan dengan segala fitrahnya dengan tugas memimpin
pembangunan kehidupan yang berharkat dan bermartabat, sebagai makhluk
yang mampu menjadi manusia yang bermoral, berbudi luhur, dan berakhlak
mulia. Oleh karena itu, pendidikan merupakan upaya memberdayakan peserta
didik untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya, yaitu yang menjunjung
tinggi dan memegang dengan teguh norma-norma agama dalam kehidupan
sehari-hari, baik sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, makhluk individu,
maupun makhluk sosial.
Rosnani Hasyim dalam jurnal internasional berpendapat ;
…..that people fulfill their roles as `abd and khalifah, all of their intellectual, physical, spiritual, emotional, moral, social, and other potentials have to be developed. Therefore, the role of education and instruction is to initiate the
ger i atio a d later flo eri g of ea h hild’s pote tial. To this effect,
Islamic education is designed to produce God-conscious (taqwa) people who serve Him and who are aware of their individual vertical relations with Him (hablu min Allah) and their horizontal social relations with their fellow human beings (hablu min al-nas)……..
Rosnani berpendapat bahwa Pendidikan harusnya menyentuh pada
aspek haikikat a usia itu se diri se agai A d’ da Kholifah, arti ya
pendidikan harus mampu memunculkan kesadaran dalam mengembangkan
potensi fitrah yang dimiliki dalam rangka patuh dan tunduk pencipta, dan
pendidikan juga harus mampu menanamkan kesadaran manusia dalam rangka
mengembangkan kompetensi intekeltual, personal, dan sosial sebagai bentuk
tanggung jawab pengabdian sebagai makhluk sosial
Di dalam surat At Tahrim (66) ayat 6 :
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
Pendidikan Islam sebagai bagian integral dari pendidikan nasional
nasional khususnya pembentukan dalam aspek iman dan taqwa. Seperti yang
diungkapkan oleh Mahmud Al-Sayyid dalam Suharto (2011: 168) pendidikan
Isla harus e akup aspek kog itif fikkriyah a’rafiyah , affektif
(khuliqiyyah), psikomotorik (jihadiyyah), spiritual (ruhiyyah) dan sosial
ke asyarakata ijti a’iyah . Dala pa da ga Isla , ko pete si i a da
takwa (imtak) serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), juga akhlak mulia
diperlukan oleh manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah di
muka bumi. Jadi, dapat di garis bawahi bahwa dalam pandangan Islam, peran
kekhalifahan manusia dapat direalisasikan melalui tiga hal, yaitu:
a. Landasan yang kuat berupa iman dan takwa
b. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Islam saat ini adalah mulai
tergerusnya budaya Islam kedalam arus globalisasi. Pendidikan agama yang
disampaikan di kelas seakan hanyalah pertemuan formal yang hanya mengena
dalam aspek kognitif saja, seharusnya pendidikan Islam tidak hanya
mengajarkan pengetahuan tentang agama saja akan tetapi jauh lebih penting
bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan
ketakwaan yang kuat dan kehidupannya yang senantiasa dihiasi dengan akhlak
yang mulia dimanapun mereka berada, dan dalam posisi apapun mereka
bekerja. Maka saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang
harus dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk
mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas
pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agamanya, mendorong
mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan
kepribadiannya.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah dengan Pendekatan Kontekstual.
Seperti yang diungkapkan Muhammad Jauhar (2011: 182) berikut
Pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru
mendorong siswa untuk membentuk hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari
Sehubungan dengan hal tersebut makadalam hal ini peneliti akan
melakukan penelitian pembelajaran kontekstual dalam pendidikan agama Islam
sebagai salah satu alternatif model dalam pengembangan pembelajaran PAI di
sekolah. Maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul;
pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan ibadah siswa SMP Islam AL Azhar 18 Salatiga
2. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah pengelolaan pembelajaran
kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP
Islam Al Azhar 18 Salatiga, dengan tiga sub fokus sebagai berikut :
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran kontekstual pendidikan Agama
Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?
b. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kontekstual pendidikan Agama
Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?
c. Bagaimana evaluasi pembelajaran kontekstual pendidikan Agama Islam
dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk :
a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan
Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga.
b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan
Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18
Salatiga.
c. Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan
Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar 18
4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memiliki beberapa manfaat, baik secara teoretis
maupun secara praktis. Kedua jenis manfaat tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat memberi kelengkapan
khazanah teori yang berkaitan dengan pembelajaran Kontekstual dalam
Pendidikan Agama Islam.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh
beberapa pihak, antara lain diuraikan sebagai berikut.
1) Bagi siswa, memberikan motivasi dan informasi tentang belajar secara
langsung serta dapat memecahkan permasalahan sehingga dapat
mengamalkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan atau
memperkaya khasanah dalam proses kegiatan belajar mengajar.
3) Bagi yayasan pendidikan AL-Azhar Salatiga, hasil penelitian ini akan
memberikan sumbangan yang berarti dalam rangka meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar sehingga dapat menjadikan SMP Islam
AL-Azhar 18 Salatiga sebagai lembaga pendidikan yang lebih dinamis
dan kreatif sesuai tuntutan perkembangan zaman.
4) Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman secara langsung tentang
penerapan pendidikan kontekstual Pendidikan Agama Islam dan
memberikan bekal agar mahasiswa sebagai calon pendidik siap
melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
B. Kajian Pustaka
Pembealajaran kontekstual dalam mencapai keberhasilan belajar memiliki
kontekstual lebih menekankan pada perubahan perilaku yang sesuai dengan
tujuan belajar. Oleh sebab itu, metode ini banyak menarik minat peneliti untuk
melakukan penelitian. Secara umum penelitian akan mengacu pada penelitian lain
yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam penelitian selanjutnya. Penelitian
terdahulu dalam bidang yang diteliti, diantaranya:
1. Peningkatan Pemahaman Belajar Konsep IPA Materi Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan Melalui Pembelajaran Kontekstual (Studi Kasus pada Siswa
Kelas V SDN Purwokerto 02 Tayu, Pati Tahun Ajaran 2009/ 2010). Skripsi
Durrotun Nashihah: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah,
STAIN Salatiga Tahun 2010.
Berdasarkan hasil dari data per siklus menunjukkan bahwa perolehan
nilai rata- rata pada pra siklus yaitu 62 dengan tingkat ketuntasan 62%. Pada
siklus I nilai rata-rata kelas 68 dengan tingkat ketuntasannya 69%. Pada siklus
II nilai rata-rata kelas 71 dengan tingkat ketuntasannya 77%. Pada siklus III
nilai rata-rata kelas 78 dengan tingkat ketuntasannya 85%. Ini berarti
menunjukkan bahwa hasil per siklusnya, mengalami peningkatan yang
tergolong baik dan penelitian ini telah memenuhi indikator keberhasilan yaitu
ketuntasan belajar siswa yang telah ditetapkan sebanyak ≥ %.
2. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PAI melalui pendekatan Contextual
Teaching and Learning pada kelas IV SD Negeri 1 Cingkrong Kecamatan
Purwodadi Kabupaten Grobogan. Skripsi Tri Susilowati: Program Studi
Pendidikan Agama Islam, jurusan Tarbiyah, STAIN Salatiga, Agustus 2009.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : (1)
Berdasarkan tindakan kelas putaran I dari hasil belajar siswa yang diukur
dengan tes formatif dari 30 siswa baru 16 siswa yang memenuhi kriteria
ketuntasan belajar yang telah ditentukan guru yaitu 65. Untuk Kompetensi
Dasar )ikir sesudah salat de ga pe ggu aa etode quetioning, hasilnya
dengan menghadirkan model dalam proses pembelajaran, hasil belajar dari 30
siswa sebanyak 27 siswa dinyatakan tuntas belajar. Penelitian ini tidak
dilaksanakan SIKLUS 3 karena sudah mencapai kriteria ketuntasan belajar.
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Contextual Teaching and
Learning (CTL) Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas VIII Di SMPN
18 Malang. Skripsi Sahiran: Program Studi Pendidikan Agama Islam, jurusan
Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Malang, Agustus 2009.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
Pendidikan Agama Islam dengan menerapkan metode CTL dapat
meningkatkan motivasi siswa. Terlihat pada siklus I tingkat aktifitas siswa yang
berkategori sangat baik (A) mencapai 15,7%, sedangkan kerjasama siswa
dalam kelompok yang tergolong sangat baik (A) mencapai 35,8%, dalam ranah
perhatian siswa yang tergolong A sebanyak 13,1%, dan untuk kategori
perhatian yaitu mencapai 27,8% untuk nilai A. Peningkatan terjadi pada siklus
II dan III, itu terbukti dari analisis data Bab IV diatas. Jadi penerapan metode
CTL dapat meningkatkan motivasi belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa
kelas VIII SMP 18 Malang
4. Penerapan Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran Fiqih di MI NU KH.
Mukmin Sidoarjo (2009/2010). M. Samik Rafiqi MI Darul 'Ulum II, Pamekasan.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpukan bahwa prestasi belajar
siswa mengalami peningkatan dari siklus I dan siklus II yaitu siklus I daya serap
klasikal 59% dan siklus II daya serap klasikal 91%. Dari hasil kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dengan dua siklus, dan berdasarkan
seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di Kelas V MI NU KH. Mukmin
Sidoarjo.
Dari hasil penelitian yang dikembangkan terdahulu dapat ditarik
begitu juga lokasinya. Oleh karna itu penelitian ini memenuhi unsur orisinalitas.
Penelitian ini memiliki ciri khusus dibandingkan dengan penelitian di atas, karena
penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan design penelitian
lapangan (field research). Penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya
bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar, dalam
penelitian ini dikaji lebih mendalam terkait pembelajaran kontekstual beserta
proses penerapan secara teknis materi Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan Ibadah siswa
C. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian.
Berdasarkan tujuan penelitian ini, jenis penelitian ini termasuk
penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, metode ini bertujuan untuk
mengumpulkan data dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai
dengan persoalan yang akan dipecahkan (Sugiyono, 2010: 33).
2. Design Penelitian
Penelitian ini dapat digolongkan sebagai penelitian lapangan (field
research), karena peneliti langsung menggali data di lapangan. Disamping itu,
penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu penelitian yang prosedurnya
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang diamati (Moleong, 2008: 3).
3. Sumber Data
Menurut Lofland dalam Moleong (2005: 157) Sumber data utama dalam
penelitian kualitatif adalah kata kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain lain
a. Kata kata dan tindakan
Dalam penelitian ini sumber data kata kata dan tindakan adalah
hasil wawancara dan pengamatan. Wawancara dilakukan untuk menggali
data kepada kepala sekolah, koordinator kurikulum, guru PAI, Siswa, dan
yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama
Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga.
b. Tertulis
Sumber tertulis dalam penelitian ini adalah adalah buku, arsip,
dokumen yang berhubungan dengan pembelajaran kontekstual Pendidikan
Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa seperti buku buku
pembelajaran kontekstual, RPP, Lembar penilaian, profil sekolah, dll.
c. Foto
Sumber penelitian tambahan dalam penelitian ini adalah Foto foto
terkait pembelajaran kontektual Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan ibadah siswa di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk dapat memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini
penulis menggunakan beberapa metode, yaitu:
a. Interview atau wawancara
Interview adalah suatu ara e gu pulka data de ga
menanyakan langsung kepada informan atau pihak yang kompeten dalam
suatu per asalaha “urya rata, 200 : 17). Wawancara dalam penelitian
ini adalah wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data secara
langsung kepada responden yang memiliki kompetensi dalam penggalian
data penelitian ini, sehingga akan diperoleh data yang terkait dengan
pengelolaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan ibadah siswa
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah untuk memperoleh data langsung dari
tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan,
laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, dan data yang relevan
memperoleh data tentang sejarah berdirinya, visi dan misi, keadaan guru
dan siswa serta photo-photo penunjang penelitian
c. Observasi
O ser asi adalah elakuka pe ga ata se ara la gsu g ke o jek
penelitian untuk melihat dari dekat kegiata ya g dilakuka “uharsi i,
2010;30). Metode ini penulis gunakan untuk mengamati, mendengarkan,
dan menganalisa terhadap pengelolaan pembelajaran kontekstual
Pendidikan Agama Islam dalam Peningakan Ibadah siswa.
5. Pengecekan Keabsahan Temuan
Teknik pemeriksaan data dalam penelitian ini dilaksanakan berdasarkan
beberapa kriteria tertentu, yang dibagi menjadi empat kriteria yang digunakan
untuk melakukan pemeriksaan keabsahan, yaitu:
a. Uji kredibilitas (Credibility)
1) Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan peneliti lakukan jika data belum dapat
mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran
kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan ibadah siswa
SMP Al Azhar 18 Salatiga
2) Meningkatkan Ketekunan
Memperpanjang masa observasi, menganalisis kasus negatif,
menggunakan bahan referensi, tri angulasi serta member check. jika
data belum dapat mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga
3) Keteralihan (transferability)
Konsep ini merupakan pengganti dari vadilitas eksternal dalam
penelitian kuantitatif. Validitas eksternal diperlukan dalam penelitian
kuantitatif untuk memperoleh generalisasi. Dalam kualitatif generalisasi
lagi atau tidak, karena tidak akan terjadi situasi yang sama.
Transferability hanya melihat kemiripan sebagai kemungkinan terhadap
situasi-situasi yang berbeda. Teknik yang digunakan untuk
transferabilitas ini dilakukan dengan uraian rinci (Thick descrition)
4) Kebergantungan (Dependendability)
Konsep ini merupakan pengganti dari konsep reability dalam
penelitian kuantitatif, reability tercapai bila alat ukur yang digunakan
secara berulang-ulang dan hasilnya sama. Dalam penelitian kualitatif,
alat ukur bukan benda melainkan manusia atau si peneliti itu sendiri.
Lain dari pada itu, rancangan penelitian terus berkembang. Yang dapat
dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah pengumpulan data
sebanyak mungkin selama penelitian. Teknik yang digunakan untuk
mengukur kebergantungan adalah auditing, yaitu pemeriksaan data
yang sudah dipolakan untuk mendeskripsikan perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama
Islam dalam peningkatan ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga
5) Kepastian (confirmability)
Konsep ini merupakan pengganti dari konsep objektifitas pada
penelitian kuantitatif. Bila pada kualitatif, objektifitas itu diukur melalui
orangnya atau penelitianya. Diakui bahwa peneliti itu memiliki
pengalaman subjektif. Namun, bila pengamatan tersebut dapat
disepakati oleh beberapa orang, maka pengalaman peneliti itu bisa
dipandang objektif. Jadi persoalan objektifitas dan subjektifitas dalam
peneliti kualitatif sangat ditentukan oleh seseorang (Meleong, 2008:
140).
6. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan.
Menyusun data berarti menggolongkan kedalam pola, tema, atau kategori
menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep
(Suharsimi, 2010: 133). analisis data ini sendiri akan dilakukan dalam tiga cara
yaitu :
a. Reduksi Data
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan
yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada
temuan. peneliti dalam melakukan peneletian, menemukan segala sesuatu
atau data yang mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan
ibadah siswa SMP Al Azhar 18 Salatiga
b. Pengkajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya Sugiyono (2010: 341)
c. Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles and
Huberman dalam Sugiyono (2010: 345) adalah penarikan kesimpulan dan
verivikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti bukti
yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan kesimpulan yang kredibel
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
Perencanaan dalam merumuskan pembelajaran kontekstual materi
a. Analisa yang mendalam terhadap lingkungan sekitar
b. Mengaitkan antara materi PAI dengan kehidupan nyata yang di alami anak
c. Melakukan musyawarah di awal pembelajaran kepada siswa dalam
melakukan pengamatan lingkungan sekitar atau permasalahan yang sering
dialami anak
d. Melakukan skenario pembelajaran (RPP)
e. Bekerjasama dengan siswa untuk membuat kontrak belajar
Dari pernyataan ahli dan wawancara di atas menunjukkan dalam
merencanakan pembelajaran kontekstual diperlukan analisa yang mendalam
untuk menentukan objek atau fenomena yang terjadi dilingkungan sekitar anak
dengan cara berdiskusi dengan peserta didik terkait masalah yang akan di
jadikan bahan pembelajaran, siswa juga dilibatkan dalam konsep
pelaksanaanya.
2. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
a. Menemukan (Inquiry)
Berdasarkan pernyataan para ahli dan hasil wawancara kepada guru
dan murid di atas disertai dengan pengamatan peneliti secara langsung
Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan
ibadah di SMP Islam AL Azhar dilaksanakan oleh Guru dengan memberikan
stimulus atau menggugah siswa untuk melakukan usaha berfikir atau usaha
untuk menemukan sendiri hikmah dari setiap pembelajaran ibadah,
sehingga siswa menemukan sendiri pengetahuan tersebut, dan hal
tersebut secara tidak langsung akan membangun kesadaran siswa dalam
hal ibadah dibanding dengan pengetahuan yang diberikan guru (doktrin)
kepada siswa.
b. Bertanya (Questioning)
Dari pernyataan di atas, secara jelas digambarkan bahwa informasi
yang didapat oleh peserta didik, selain dari proses pembelajaran, namun
memberikan kesempatan seluasnya kepada siswa untuk menggali
informasi dengan bertanya kepada siapapun seluruh warga sekolah untuk
kepentingan pembelajaran. Bertanya merupakan aktifitas mandiri peserta
didik yang merasakan sesuatu yang belum dipahami atau dimengerti,
bertanya merupakan salah satu indikator motivasi belajar siswa dalam
mengambil makna dari sebuah materi pembelajaran, dengan bertanya
siswa dapat mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan guru dapat
melakukan analisa terhadap pertanyaan siswa untuk menilai keberhasilan
pembelajaran.
c. Maysarakat Belajar (Learning Community)
Pernyataan ahli sesuai dengan hasil wawancara kepada guru dan
siswa, learning community merupakan salah satu keutamaan dari
pembelajarn kontekstual, karena pembelajaran harus bersifat
komperhensif dimulai dari pendidik, teman peserta didik, pegawai,
lingkungan belajar, seluruhnya harus mengacu pada tujuan pembelajaran,
di SMP Islam Al-Azhar siswa diberikan kesempatan belajar kepada teman
sejawat yang memiliki kemampuan lebih, karena pada dasarnya
pembelajaran adalah proses transformasi ilmu, transformasi ilmu tidak
hanya dilakukan oleh guru kepada murid namun seluruh warga dan
lingkungan sekolah harus bisa memberikan transformasi ilmu kepada
peserta didik, karena pembelajaran kontekstual mengedepankan falsafah
pembelajaran kontruktifisme dimana siswa menjadi pribadi yang
mengembangkan, menemukan, menaganalisa, dan mengambil hikmah
sendiri dari pembelajaran yang diikuti
d. Permodelan (Modeling)
Terkait hal ini pernyataan ahli dan hasil wawancara kepada guru
dan murid sesuai. Dalam pembelajaran kontesktual di SMP Islam Al Azhar
18 Salatiga, Seluruh warga sekolah termasuk guru, pegawai, teman
oleh siswa terutama dalam penampilan seperti busana muslim, budaya
muslim seperti cium tangan guru, salam, tidak berbaur dengan non
muhrim, berkata yang baik. Jika lingkungan sekolah bisa dijadikan model
pembealajaran yang baik, maka peserta didik akan terbiasa dengan
lingkungan atau budaya islami di sekolah, dan kebiasaan tersebut akan
meresap kepada sikap peserta didik yang akan dilakukan dimanapun
tempatnya.
e. Refleksi (Reflection)
Dari pernyataan ahli sesuai dengan wawancara terhadap guru dan
murid. Pembelajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar, tolak ukur dari
keberhasilan bersifat dinamis, keberhasilan pembelajaran tiada batas,
karena pembelajaran kontekstual memprioritaskan perubahan perilaku
yang sebaik baiknya, sehingga dibutuhkan refleksi untuk perbaikan
pembelajaran selanjutnya.
3. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
meningkatkan ibadah siswa SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
Hasil dokumentasi yang peneliti peroleh terkait penilaian pembelajaran
kontekstual Pendidikan Agama Islam SMP Islam Al Azhar Adalah Sebagai
berikut:
a. Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan
ibadah siswa adalah perubahan perilaku yang dialami siswa, khususnya
kesadaran dalam menjalankan ibadah dan mengilhaminya dalam bentuk
perilaku keseharian
b. Berdasarkan data dokumentasi, instrument penilaian dalam pembelajaran
kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 dibagi dua yaitu instrument test dan
1) Instrument test
Prinsip penilaian dalam instrument test adalah objektivitas dan
subjektif berdasar, dalam hal ini karakteristik penilaian instrument test
ini adalah:
a) Benar Salah (true and false)
b) Menjodohkan (Matching)
c) Pilihan Ganda (Multiple choice)
d) Test Uraian Bebas (extended responses test)
e) Test Uraian Terbatas (Restriced Response Test)
2) Instrument non test
Instrument non test merupakan bagian dari alat ukur hasil
belajar peserta didik. Instrument non test yang digunakan dalam
pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam di SMP Islam Al
Azhar 18 adalah; participation charts, checking lists, Rating scale,
attitude scales
a) Participation charts
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses
belajar mengajar dalam pembelajaran kontestual adalah
keikutsertaan peserta didik secara sukarela dalam kegiatan
mengajar tersebut, dengan demikian keikutsertaan peserta didik
dalam kegiatan ini harus diukur karena ia memiliki informasi yang
kaya tentang hasil belajar mengajar yang bersifat non kognitif,
participation chartz ini digunakan untuk mengetahui laju kembang
anak dengan menggunakan pengamatan dalam perkembangan
aktifitas keseharianya.
b) Checking list (Daftar cek)
Esensi dari check list adalah untuk menyatakan ada
tidaknya suatu unsure, komponen, sifat, karakteristik atau
komplek. Dalam daftar cek pengamat hanya dapat menyatakan
ada atau tidaknya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi
peringkat atau derajat kualitas hal tersebut seperrti pada rhating
scale. Pada pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
Daftar cek digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
perkembangan karakter pada anak dalam jangka waktu tertentu.
c) Rating scale
Rating scale adalah alat pengukuran non tes yang menggunakan
suatu prosedur terstruktur untuk memperoleh informasi tentang
suatu yang diobservasi, yang menyatakan posisi sesuatu dalam
hubunganya dengan yang lain, pengukuran non tes ini biasanya
berisikan tentang suatu pernyataan tentang karakteristik atau
kualitas sesuatu yang akan diukur, dalam rating scale ini menurut
pengamatan penulis, pengamatan yang dilakukan oleh guru
terhadap indikator indikator pembelajaran yang bersifat non test,
seperti kejujuran, kedisiplinan, kesopanan, dengan system
penilaian huruf (A, B, C , K)
d) Attitude scale
Perubahan sikap merupakan prioritas penilaian dalam
pembelajaran kontekstual, sikap sebagai suatu konstruk yang
dapat diamati dan diukur, sikap adalah identitas kecenderungan
positive atau negative terhadap suatu objek psikologis tertentu.
Untuk mengukur sikap harus dikontruksi skala sikap, yang dimulai
dengan menentukan dan mendefinisikan objek sikap yang diukur
da de ga kata lai sikap terhadap apa? sehi gga di te tuka
dalam Attitude scale ini dengan indicator indicator sikap yang
ditentukan terlebih dahulu, dalam pengamatan peneliti indicator
sikap dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
dalam peningkatan ibadah siswa SMP Islam Al-Azhar adalah
secara teks dideskrepsikan oleh guru terkait beberapa perilaku
peserta didik dalam mengatasi masalah tersebut. Salah satu point
adalah bagaimana yang dilakukan peserta didik ketikan
mendengar adzan, ada sebuah deskripsi bahwa anak yang
bernama (x) langsung mengambil wudlu, disisi lain anak yang
bernama (y) masih berbincang dengan temannya di depan masjid.
c. Setiap peserta didik memiliki rekam laku atau penilaian test dan non test
seperti yang dijelaskan di point b
Berdasarkan para ahli dapat digaris bawahi sesuai dengan hasil
wawancara terhadap guru, siswa, dan wali murid disertai dengan hasil
dokumentasi terkait instrument penilaian pembelajaran kontekstual
Pendidikan Agama Islam dilakukan dengan prinsip bahwa perubahan perilaku
menjadi prioritas utama dalam penilaian, maka secara langsung akan
merangsang kesadaran kolektif seluruh warga sekolah untuk saling menjaga
perilaku, selanjutnya akan menjadikan kebiasaan, selanjutnya kebiasaan akan
membentuk nilai pada perilaku dan kebiasaan tersebut secara tidak disadari
akan membentuk sikap dari seluruh warga sekolah, artinya pembelajaran
kontekstual tidak hanya berhenti pada perubahan perilaku peserta didiknya
namun akan membawa kesadaran kolektif seluruh warga sekolah
E. Penutup
1. Simpulan dan Saran
Berdasarkan fokus dalam penelitian ini maka, kesimpulan kami rinci
dalam tiga aspek sebagai berikut :
a. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan ibadah di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
1) Perencanaan diawali dengan analisa oleh guru terhadap kondisi
lingkungan siswa dengan cara memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat dalam proses perencanaan
2) Identifikasi masalah yang di alami langsung oleh siswa sebagai awal
3) Mengaitkan permasalahan yang dialami oleh siswa ke dalam materi
pembelajaran Pendidikan Agama Islam
4) Siswa dilibatkan dalam pembuatan konsep pembelajaran kontekstual
dengan tujuan agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat
dipahami seluruh siswa, sebagai awal pembentukan nilai yang ada
dalam pembelajaran
b. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
peningkatan ibadah di SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga
1) Menemukan (Inquiry)
Guru memberikan stimulus atau menggugah siswa untuk
melakukan usaha berfikir atau usaha untuk menemukan sendiri
hikmah dari setiap pembelajaran ibadah, Strategi penemuan
pengetahuan yang dilakukan oleh guru adalah dengan memberikan
kesempatan siswa untuk membuat testimony, dan disampaikan
kepada teman-teman yang lain, dengan maksud agar teman yang lain
termotivasi, terdorong, dan memudahkan teman yang lain dalam
menemukan hikmah dalam beribadah
2) Bertanya (Questioning)
Pembajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
dilaksanakan dengan Tanya jawab interaktif dari keseluruhan unsur
yang terlibat dalam pembelajaran, melalui Tanya jawab diharapkan
peserta didik mampu menggali informasi dan memiliki ketrampilan
untuk melakukan konfirmasi artinya siswa mampu mengonfirmasikan
apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek
yang belum diketahuinya.
3) Maysarakat Belajar (Learning Community)
Pembelajaran kontekstual di SMP Islam Al Azhar 18 Salatiga
menekankan arti penting pembelajaran sebagai proses sosial, melalui
lebih bermakna. Hasil belajar diperoleh dari kolaborasi dan
berkooperasi, Hasil belajar yang diperoleh dari sharing antar teman,
antar kelompok, dan antar yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang
kelas ini, di sekitar sini, juga orang orang yang ada di luar sana, semua
adalah anggota masyarakat belajar.
4) Permodelan (Modeling)
Pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam di SMP
Islam Al Azhar, Dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama
Islam guru selain berperan sebagai stimulator, guru juga berperan
sebagai pemberi contoh (model), namun guru bukan satu satunya
model. Pemodelan dapat dirancang dengan melibatkan siswa yang
sudah berhasil dalam pembelajaran. Seorang bisa ditunjuk untuk
memodelkan sesuatu berdasarkan pengalaman yang diketahuinya,
Dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam guru selain
berperan sebagai stimulator, guru juga berperan sebagai penmberi
contoh (model)
5) Refleksi (Reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari
atau berfikir ke belakang tentang apa apa yang sudah kita lakukan di
masa yang lalu. Dalam pembelajaran kontekstual refleksi dilakukan
secara terus menerus setiap hari, guru melakukan pengamatan
terhadap peserta didik dalam perkembangan kesadaran ibadahnya,
dan hasil refleksi merupakan bahan untuk memperbaiki pembelajaran,
indikator pembelajaran kontekstual dalam peningkatan ibadah adalah
perubahan perilaku (personal, sosial dan kesadaran emosional)
c. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam
1) Standard penilaian atau evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan
Agama Islam tidak hanya menggunakan penilaian angka namun,
disertai dengan penilaian perilaku keseharian
2) Perubahan perilaku menjadi prioritas penilaian dalam pembelajaran
kontekstual Pendidikan Agama Islam
Penilaian perilaku dilakukan secara menyeluruh (kesopanan,
pergaulan, penampilan, kesadaran sosial, kesadaran menjalankan ibadah
di sekolah dan dirumah)
2. Implikasi
a. Perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
Jika perencanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
dalam peningkatan ibadah di lakukan dengan baik seperti melakukan
analisa teknis seperti sarana prasarana, jadwal, dan administrasi
pembelajaran, melakukan analisa non teknis seperti keadaan siswa terkait
kemampuan, mental, dan potensi yang berbeda beda selanjutnya
menyusun skenario pembelajaran yang mengaitkan antara materi belajar
dengan strategi pembelajaran kontekstual, dan melakukan rencana
evaluasi, maka pembelajaran kontekstual akan berjalan lancar dan sesuai
dengan yang diharapkan
b. Pelaksanaan pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
Prinsip utama yang harus terealisasi dalam pembelajaran
kontekstual adalah; pertama, Inquiry artinya siswa diberikan kesempatan
dan kebebasan untuk menemukan pengetahuanya secara mandiri dan
dalam hal ini guru berperan sebagai stimulator atau perangsang agar siswa
secara aktif berusaha menemukan nilai dari setiap pembelajaran. kedua
Questioning artinya siswa diberikan kesempatan untuk mengolah informasi
yang didapatkan dari setiap pembelajaran dengan diberikan kesempatan
seluasnya untuk bertanya karena bertanya merupakan bagian dari aktifitas
mandiri siswa untuk mencari informasi dan pengetahuan. ketiga Learning
pembelajaran seperti lingkungan, sarana prasarana, media, metode
segalanya harus mengarah pada tujuan pembelajaran termasuk guru,
teman sejawat, dan seluruh warga sekolah, artinya siswa diberikan
kesempatan seluasnya untuk belajar terhadap sesuatu yang ada
disekitarnya termasuk belajar dengan teman sejawatnya atau warga
sekolah ya g lai seperti pak o sekalipu , keempat modeling
(permodelan) artinya seluruh warga sekolah termasuk guru, pegawai,
teman sejawat, lingkungan harus bisa menjadi model atau sesuatu yang
bisa ditiru oleh siswa terutama dalam penampilan seperti busana muslim,
budaya muslim seperti cium tangan guru, salam, tidak berbaur dengan non
muhrim, berkata yang baik, dsb. Kelima refleksi, dalam pembelajaran
kontekstual tolak ukur dari keberhasilan bersifat dinamis, keberhasilan
pembelajaran tiada batas, karena pembelajaran kontekstual
memprioritaskan perubahan perilaku yang sebaik baiknya, sehingga
dibutuhkan refleksi untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. Jika kelima
prinsip tersebut dapat dijalankan dengan baik maka effektifitas
pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dapat
terimplementasikan dengan baik.
c. Evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
Jika evaluasi pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
dilakukan dengan prinsip bahwa perubahan perilaku menjadi prioritas
utama dalam penilaian, maka secara langsung akan merangsang kesadaran
kolektif seluruh warga sekolah untuk saling menjaga perilaku, selanjutnya
akan menjadikan kebiasaan, selanjutnya kebiasaan akan membentuk nilai
pada perilaku dan kebiasaan tersebut secara tidak disadari akan
membentuk sikap dari seluruh warga sekolah, artinya pembelajaran
kontekstual tidak hanya berhenti pada perubahan perilaku peserta didiknya
3. Saran
Berdasarkan penelitian, pembahasan dan kesimpulan di atas maka
penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
a. Kepada Kepala Sekolah
1) Semangat untuk menciptakan budaya islami sekolah sangat
berpengaruh terhadap suasana nyaman, tenteram, damai di sekolah,
maka peneliti memberikan masukan agar hal ini terus dikembangkan
2) Kondisi geografis sekolah yang jauh dari lingkungan penduduk
mengakibatkan sosialisasi peserta didik terhadap masyarakat sangat
kurang, untuk itu peneliti memberikan saran agar sekolah membentuk
desa binaan dengan tujuan sebagai sasaran amal bagi sekolah, dan
untuk mengembangkan kesadaran peserta didik terhadap pentingnya
bersosialisasi terhadap masyarakat
b. Kepada Guru
1) Pembelajaran kontekstual terbukti mampu merubah perilaku peserta
didik kepada yang lebih baik, namun dalam hal ini pembelajaran
kontekstual masih terbatas pada materi, artinya tidak semua materi
dalam Pendidikan Agama Islam dilaksanakan dengan pembelajaran
kontekstual, untuk itu peneliti memberikan masukan kepada guru
khususnya guru agama untuk bisa mengembangkan pembelajaran
kontekstual ini pada materi yang masih berjalan secara klasikal dengan
melakukan strategi dan skenario yang baik
2) Penilaian dalam pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam
dalam peningkatan ibadah siswa memprioritaskan perubahan perilaku
peserta didik, dalam hal ini penilaian perilaku belum teradministrasikan
dengan baik, dalam hal ini peneliti memberikan saran dalam hal
penilaian agar teradministrasikan dengan baik seperti membuat berita
acara harian tiap peserta didik dengan pengamatan, memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menilai perilaku temannya setiap hari,
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Akhmad Ilman Nafia lahir disebuah desa pesantren tepatnya di desa Kesongo, Tuntang, Kab. Semarang , Jawa
Tengah pada tanggal 09 Desember 1985. Menyelesaikan
Pendidikan dasar di SD Kesongo III 1999, SLTP N 2 Tuntang
2002 dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di tempuh di
SMK Muhammadiyah lulus tahun 2004. Selanjutnya penulis
bekerja menjadi buruh di salah satu perusahaan seni di
Salatiga, Setahun kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana S-1 pada
Jurusan Tarbiyah Fakultas Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Salatiga lulus tahun 2010. Setelah lulus S-1 penulis langsung
melanjutkan pendidikan S-2 Program Magister Pendidikan Islam Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (UMS) Surakarta. Pada tanggal 21
Januari 2012 penulis berhasil menyelesaikan tesisnya yang berjudul “Pengelolaan
pembelajaran kontekstual Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Ibadah
Siswa SMP Islam AL Azhar 18 Salatiga dihadapa de a pe guji da di yataka
lulus dalam menyelesaikan pendidikan S-2 Program Magister Pendidikan Islam
Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah (UMS) Surakarta. Selain kuliah,
penulis juga aktif dan pernah menjadi Ketua Umum di HMI Cabang Salatiga