• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI KUALITAS INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PAI SD DI PURWOKERTO

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "UJI KUALITAS INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PAI SD DI PURWOKERTO"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

Oleh karena itu instrumen penilaian hasil belajar harus sesuai dengan apa yang akan dinilai agar menghasilkan data yang valid dan akurat. Salah satu ciri instrumen penilaian yang berkualitas adalah instrumen tersebut dapat membedakan kemampuan setiap siswa. Salah satu yang harus kita coba tingkatkan adalah pembuatan instrumen penilaian hasil belajar khususnya pada mata pelajaran PAI di sekolah dasar.

Apa kendala guru dalam proses penyusunan instrumen penilaian hasil belajar pendidikan agama Islam siswa sekolah dasar di Purwokerto. Sehingga instrumen penilaian benar-benar berfungsi sebagai alat ukur yang tepat, mampu mengukur apa yang perlu diukur. Dengan kata lain, dengan penelitian ini guru pendidikan agama Islam khususnya akan berusaha untuk dapat mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar yang lebih baik.

Instrumen Penilaian Hasil Belajar PAI a. Instrumen Penilaian

Hasil belajar PAI harus mencakup tiga ranah dalam pembelajaran, yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Anderson & Krathwohl, 2001). Alat penilaian yang akan digunakan dalam penelitian akan bergantung pada topik, dalam hal ini PAI. Mata pelajaran PAI dikondisikan oleh emosi, nilai dan perilaku yang akan menjadi amalan dalam kehidupan sehari-hari.

Oleh karena itu, instrumen yang akan banyak digunakan adalah instrumen yang berkaitan dengan nilai, dengan kata lain instrumen ranah afektif (walaupun tidak mengesampingkan dua ranah lainnya, yakni kognitif dan psikomotorik) akan menjadi dasar kerangka berpikir. pelajaran ini.

Penilaian

Mata Pelajaran PAI di SD

Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga serta cinta tanah air. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, mengajukan pertanyaan dan berusaha menyadari rasa ingin tahunya tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan aktivitasnya serta benda-benda yang ditemuinya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain. Penyajian pengetahuan faktual dan konseptual dengan bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya estetis, dalam gerak yang mencerminkan anak sehat dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak yang beriman dan bermoral.

At-Tin dan Al-Insyira yang betul dan betul 4.4 Contoh sikap saling mengingatkan dalam perkara kebajikan sebagai.

Sistematika Pelaporan

Persyaratan Instrumen Evaluasi

Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam proses pembelajaran, tanpa memandang perbedaan sosial ekonomi, latar belakang budaya dan kemampuan. Alat penilaian yang baik adalah alat yang dipahami baik oleh penilai maupun orang yang dinilai. Keterbukaan ini tidak hanya akan mendorong siswa untuk mencapai hasil yang baik, yang juga akan meningkatkan motivasi belajar mereka, tetapi pada saat yang sama mereka akan memahami posisinya sendiri dalam mencapai kompetensi.

Penilaian yang terstruktur dan terarah akan memberikan makna kepada semua pihak khususnya siswa untuk mengetahui posisinya dalam perolehan kompetensi dan memahami kesulitan yang dihadapi dalam mencapai kompetensi. Dengan demikian, hasil penilaian juga sangat berarti bagi guru maupun orang tua dalam memberikan bimbingan kepada siswa dalam upaya memperoleh kompetensi sesuai dengan tujuan kurikulum. Oleh karena itu, guru dalam melaksanakan evaluasi hendaknya menggunakan berbagai evaluasi, misalnya tes, evaluasi produk, skala sikap, presentasi, dan lain-lain.

Hal ini sangat penting karena hasil penilaian harus memberikan informasi yang detail mengenai perkembangan setiap aspek. Penilaian kelas tidak semata-mata ditujukan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa dalam mencapai kompetensi melalui skor yang diperoleh, tetapi hasil penilaian harus memberikan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran, baik oleh guru maupun siswa, sehingga hasil belajar lebih maksimal. optimal. Proses penilaian dengan demikian bukan hanya tanggung jawab guru, tetapi juga tanggung jawab siswa.

Artinya siswa harus dilibatkan dalam proses penilaian agar mereka sadar bahwa penilaian adalah bagian dari proses pembelajaran.1 Sementara itu, Daryanto membagi syarat penilaian menjadi 5 (lima) bagian, antara lain: 2. Artinya guru harus dalam merencanakan kegiatan evaluasi, memperhatikan hal-hal yang mendukung terciptanya evaluasi yang tepat, sehingga dapat pula mencapai hasil yang tepat.

Pengembangan Instrumen Pembelajaran

Langkah-langkah Penyusunan dan Pengembangan Instrumen Tes

Spesifikasi yang jelas akan memudahkan penulisan soal dan siapa pun yang menulis akan mendapatkan soal dengan tingkat kesulitan yang relatif sama. Soal pilihan ganda biasanya memakan waktu kurang lebih 2 menit untuk setiap soalnya, namun tetap ada pengaruh dari tingkat kesulitan soalnya, ada yang kurang dari 2 menit dan ada yang lebih dari 2 menit. Penulisan query merupakan salah satu langkah dalam menerjemahkan pointer menjadi query yang karakteristiknya sesuai dengan detail dalam jaringan yang telah dibuat.

Proses penilaian soal dilakukan setelah soal dibuat untuk menghindari kesalahan yang mengakibatkan siswa tidak dapat memahami maksud dari soal. Hasil tes menjadi dasar perbaikan soal jika diketahui soal tidak sesuai dengan parameter kualitas soal. Misalnya, jika soal hanya untuk lingkup satu sekolah, maka dapat diujikan pada siswa dari sekolah lain meskipun berdekatan, tetapi jika soal untuk siswa dalam satu kecamatan, sebaiknya diujikan pada siswa di kecamatan lainnya.

Melalui analisis ini dapat diketahui tingkat kesulitan soal, daya pembeda soal dan fungsi distraktor untuk mendapatkan soal yang berkualitas. Soal yang tidak sesuai dengan yang diharapkan berarti soal tersebut tidak bermutu, pada titik ini perlu dilakukan upaya perbaikan agar soal tersebut masuk dalam kategori soal yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh evaluasi. ahli standar. Soal-soal yang sudah diperbaiki kemudian disusun oleh pembuat soal, tentunya harus cermat dalam menyusunnya menjadi satu set soal tes yang terintegrasi.

Pelaksanaan tes memerlukan pemantauan atau pengawasan agar tes benar-benar dilakukan oleh setiap testee secara jujur ​​dan sesuai dengan peraturan yang ada. Sehingga pada akhirnya nilai ini juga dijadikan umpan balik oleh pendidik dalam realisasi proses pembelajaran ke depan untuk perbaikan.

Ciri-ciri Tes Hasil Belajar yang Baik

Alat evaluasi harus bersifat diskriminatif, artinya alat evaluasi harus disusun sedemikian rupa sehingga menunjukkan perbedaan yang kecil sekalipun. Alat evaluasi harus kelayakan, suatu tes dikatakan memiliki kelayakan yang tinggi jika tes tersebut praktis dan mudah dalam pelaksanaannya, tes praktik adalah tes yang sifatnya praktis. Mudah dilaksanakan, misalnya tidak memerlukan banyak peralatan dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan bagian-bagian yang dianggap mudah terlebih dahulu oleh siswa.

Tes tersebut harus ekonomis, artinya pelaksanaan tes tersebut tidak memerlukan biaya yang tinggi, membutuhkan banyak tenaga dan memakan banyak waktu.

Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas

Jika definisi tersebut sudah memuat kerangka konseptual (memiliki standar), maka peneliti dapat langsung menggunakannya, namun jika belum maka harus dioperasionalisasikan agar ada standar yang jelas. Validitas isi alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat mewakili aspek kerangka konseptual. Misalnya, seorang peneliti ingin meneliti tingkat religiusitas suatu masyarakat, maka semua aspek (5 aspek agama: Keterlibatan Ritual, Keterlibatan Ideologis, Keterlibatan Intelektual, Keterlibatan Pengalaman, Keterlibatan Selanjutnya) harus dimasukkan dalam kerangka konseptual yang disusun dalam data. teknik dan instrumen koleksi.

Validitas eksternal berkaitan dengan hasil yang dicapai dari instrumen yang digunakan sesuai dengan data atau informasi lain mengenai variabel penelitian yang diteliti. Hasil yang diperoleh kemudian dikorelasikan dengan nilai IPS anak, misalnya dari nilai rapor, sebagai ukuran atau kriteria. Alat ukur yang dibuat oleh peneliti dimaksudkan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Contoh soal ujian masuk perguruan tinggi bagi siswa yang lulus diprediksi bisa sukses mengikuti pelajaran di perguruan tinggi.

Reliabititas

Alat dan metode untuk mengukur atau mengamati keduanya memegang peranan penting sekaligus 9 Menurut Arifin suatu tes dapat dikatakan reliabel apabila tes tersebut memiliki hasil yang konsisten 10. Sedangkan Sudjana mengatakan reliabilitas suatu tes adalah ketepatan atau konsistensi tes adalah menentukan apa adanya, artinya kapan pun tes itu digunakan akan menghasilkan hasil yang sama atau relatif sama. Berdasarkan beberapa pendapat tentang reliabilitas di atas, dapat disimpulkan bahwa reliabilitas adalah pengukuran suatu tes yang melihat apakah tes tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. A.

Salah satu syarat agar hasil suatu tes dapat dipercaya adalah bahwa tes tersebut harus cukup reliabel. Reliabilitas ini selalu menimbulkan pertanyaan tentang reaksi atau keberatan responden terhadap tes tersebut apakah baik atau konsisten. Dalam artian jika tes yang dicoba diukur kembali pada objek yang sama, hasilnya akan tetap sama dengan pengukuran sebelumnya.

Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan ketidakkonsistenan, maka hasil pengukuran tidak mencerminkan kondisi objek yang sebenarnya. 32 . stabil atau konsisten, maka tes/instrumen tersebut harus diuji berulang kali pada objek pengukuran yang sama. Apabila untuk bagian objek pengukuran yang sama hasil pengukuran melalui satu item bertentangan atau tidak konsisten dengan hasil pengukuran melalui item yang lain, maka pengukuran dengan tes (alat ukur) sebagai satu kesatuan tidak dapat dipercaya.

Oleh karena itu, jika hal ini terjadi, kita tidak dapat menyalahkan benda ukurnya, tetapi alat ukurnya (tes) yang disalahkan karena tes tersebut tidak reliabel atau reliabilitasnya rendah.

Kepraktisan Suatu Instrumen

Kepraktisan mengacu pada sejauh mana pengguna (atau profesional lainnya) menemukan intervensi menarik dan berguna dalam kondisi 'normal'” 15. Artinya, kepraktisan mengacu pada sejauh mana pengguna (atau profesional lainnya) menganggap bahwa intervensi berguna dan diinginkan dalam kondisi normal. Untuk mengukur tingkat kepraktisan yang dikaitkan dengan pengembangan instrumen berupa bahan ajar, Nieveen berpendapat bahwa mengukur kepraktisan adalah untuk melihat apakah guru (dan profesional lainnya) menganggap bahan tersebut mudah dan dapat digunakan oleh guru dan siswa.

Khusus untuk pengembangan model yang dikembangkan dalam penelitian pengembangan, model dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan bahwa model tersebut secara teoritis dapat diterapkan di lapangan dan tingkat implementasi model tersebut berada pada kategori “baik”.

Efek Potensial (Efektivitas)

Disajikan dalam kalimat siswa dapat menyebutkan nama salah satu nabi Ulul Azmi. Disajikan dalam bentuk kalimat, siswa dapat memaknai hakikat fatonah. Disajikan dalam bentuk kalimat, siswa dapat menyebutkan arti dari sifat-sifat wajib bagi nabi. Disajikan dalam bentuk kalimat, siswa dapat menyebutkan salah satu nama nabi/rasul. Disajikan dalam kalimat-kalimat siswa dapat menyebutkan mukjizat Nabi Ibrahim a.s. Disajikan dalam bentuk kalimat, siswa dapat memaknai zaman Jahiliyah.

Disajikan dalam kalimat, siswa dapat menyebutkan salah satu upaya yang dilakukan Abu Bakar dalam menegakkan Islam. Disajikan dalam kalimat-kalimat sederhana, siswa dapat menyebutkan nama panggilan yang diberikan oleh nabi Muhammad saw. Abu Bakar. Disajikan dalam kalimat siswa dapat menyebutkan nama khalifah pertama Disajikan dalam kalimat siswa dapat menyebutkan berapa lama Umar Hattabi memerintah.

Kendala guru dalam proses penyusunan instrumen penilaian hasil belajar pendidikan agama Islam siswa SD di Purwokerto adalah masih banyak guru PAI yang kurang memahami instrumen itu sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

In our speci- fications, we disaggregate total crime by violent and prop- erty crime and also consider murder as a separate category to investigate whether lengthy trials are more