• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kultum Teladan Rasulullah

N/A
N/A
Dinda Fath

Academic year: 2023

Membagikan "Kultum Teladan Rasulullah"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Assalamualaikum wr.wb

Sholawat, robisrohli sodri. Bapak ibu adik2 jamaah sholat subuh rohimakumullah

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi nikmat serta karunia-Nya sehingga kita dapat menjalankan ibadah-ibadah di akhir romadhon ini dengan sehat dan penuh semangat.

Tak lupa Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar kita Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun kita semua untuk menjadi manusia yang berakhlak dan taat akan perintah Allah.

Hadirin jamaah rohimakumullah, pada pagi ini perkenankanlah kami untuk menyampaikan sebuah hikmah dengan judul “Teladan Rasulullah dalam menghadapi kekerasan dengan kelembutan dalam menyampaikan dakwahnya”

Menyikapi kekerasan dengan kekerasan ibarat menyiram kobaran api dengan bahan bakar, bukan membuat api tersebut padam, namun justru membuatnya semakin membesar. Inilah prinsip yang diajarkan Rasulullah berdakwah di tengah-tengah kaumnya. Terbukti, dalam kurun waktu 23 tahun saja agama Islam bisa tersebar luas dengan pemeluk yang sedemikian banyak.

Salah satu bukti paling nyata adalah saat peristiwa Haji Wada’ (haji terakhir Rasulullah). Sejumlah kurang lebih 114.000 orang dari seluruh penjuru Arab turut hadir dengan status Muslim. Banyak sekali ayat dan hadits yang menyinggung sifat lembut Nabi dalam berdakwah ini, salah satunya adalah firman Allah swt Q.S Ali Imran ayat 159 berikut ini:

Yang artinya “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” (QS. Al-Imran [3]: 159)

Sayyid Wajihuddin Abdurrahman ad-Diba’ dalam kitab maulidnya juga menggambarkan akhlak terpuji Rasulullah dengan ungkapan syair yang sangat indah. Ia mengatakan,

“Hatinya tidak pernah lengah dan tidak (pula) tidur, bahkan selalu berkhidmah dan mengingat Allah.

Jika disakiti, beliau selalu memaafkan dan tidak membalas menyakiti. Jika diajak bertengkar, beliau selalu diam dan tidak menjawab.”

Salah satu peristiwa bersejarah dalam dakwah Rasulullah yang menggambarkan kelembutan hatinya adalah saat mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang santun, tanpa paksaan, dan tanpa kekerasan, Nabi mengajak mereka untuk mengimani agama wahyu tersebut.

Namun tak disangka, respons penduduk justru sangat buruk. Mereka menolak mentah-mentah ajaran Nabi. Tidak hanya itu, mereka juga beramai-ramai mengusirnya dengan perlakukan yang tidak senonoh. Dari anak-anak, orang tua, anak muda, semuanya melempari Nabi dengan kerikil, bahkan sambil mencaci dengan sebutan, “Muhammad pendusta!”. Naudzubillah Min Dzalik

(2)

Merespons hal itu, Malaikat Jibril menawarkan kepada Nabi untuk membumihanguskan seluruh penduduk Thaif. Jika perlu, Jibril akan membalikkan gunung-gunung agar mereka semua binasa.

Namun dengan bijak Nabi menolak tawaran Jibril itu. Nabi memaafkan mereka semua bahkan mendoakan agar mendapat hidayah. Saat itu Nabi bersabda,

“Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak dan bukan (pula) orang yang melaknat. Akan tetapi Allah mengutusku untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat.

Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al- Baihaqi).

kisah penduduk Thaif tersebut adalah sebagian dari banyak kisah yang menunjukkan besarnya kasih sayang Rasulullah dalam berinteraksi dengan kaumnya. Berkat sikap tersebut, Nabi sukses besar dalam mendakwahkan ajaran Islam, padahal dalam catatan sejarah disebutkan tidak sedikit orang- orang yang menantang keras ajaran Nabi. Ini menjadi bukti bahwa kelembutan mampu

menundukkan kekerasan sebesar apapun. Wallahu a’lam.

Demikian kisah kelembutan rasulullah dalam menyampaikan dakwah kepada umatnya, maka sudah seharusnya kita sebagai umatnya mencontoh teladan rasul tersebut. Bila ada saudara kita yang mungkin masih belum menjalankan perintah Allah hendaknya kita juga harus tak bosan-bosannya mengingatkan dengan cara yang halus dan tidak menyinggung perasaan. Semoga kita semua selalu diberikan keistikomahan dalam menegakkan ajaran agama islam

Demikian sedikit hikmah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi saya dan jamaah sekaliah. Bila ada salah kata dalam penyampaian saya mohon maaf.

Saya akhiri, bilahit taufiq wal hidayah, wassalamualakium wr.wb.

Referensi

Dokumen terkait