• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Materi pedagogik

N/A
N/A
eko hardianto

Academic year: 2024

Membagikan " Kumpulan Materi pedagogik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. Tipe Belajar menurut Ausubel

Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari itu. Atau sebaliknya, siswa terlebih dahulu menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru tersebut ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.

Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yakni pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian ia hafalkan.

Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu dikaitkan dengan pengetahuan lain yang telah dimiliki.

Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru ia peroleh itu hafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan lain yang telah ia miliki.

Meaningful Learning

Dikatakan bahwa proses belajar akan jauh lebih berarti dan berguna bagi peserta didik jika ia mengalami proses belajar bermakna. Ausubel dalam Trianto (2012, hlm. 37) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan meaningful learning atau belajar yang bermakna merupakan pembelajaran yang mampu mengaitkan pembelajaran materi sebelumnya dengan pembelajaran materi yang akan dipelajari.

Langkah-Langkah Meaningful Learning 1. Menentukan tujuan pembelajaran;

2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, motivasi, gaya belajar, dan sebagainya);

3. Memilih materi pelajaran ssesuai karakteristik siswa dan mengaturnya dalam bentuk konsep- konsep inti;

4. Menentukan topik-topik dan menampilkannya dalam bentuk advance organizer yang akan dipelajari siswa;

5. Mempelajari konsep-konsep inti tersebut, dan menerapkannya dalam bentuk nyata atau konkret;

6. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Sementara itu, menurut Herliani dkk (2021, hlm. 101) langkah-langkah atau implikasi yang biasanya dilakukan untuk menerapkan belajar bermakna atau meaningful learning Ausubel adalah sebagai berikut.

1. Advance Organizer (Handout)

Merupakan penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa yang dapat berupa Handout atau pengenalan singkat mengenai apa saja yang akan dipelajari secara umum.

Melalui dapat mempersiapkan siswa secara mental untuk menerima materi, jika mereka telah mengetahui sebelumnya apa yang akan disampaikan dalam pembelajaran (mengetahui di muka; in advance).

2. Progressive Differensial

(2)

Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap, diawali dengan hal-hal atau konsep yang umum, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh- contoh.

3. Integrative Reconcilliation

Dalam tahap ini, guru memberikan penjelasan mengenai kesamaan dan perbedaan konsep- konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari.

4. Consolidation

Pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh atau latihan sehingga siswa lebih bisa paham dan selanjutnya siap menerima materi baru.

B. Teori Belajar Gagne

Gagne (1979, hlm. 43) mendefinisikan belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulus dari lingkungan menjadi beberapa tahapan pengolahan informasi yang diperlukan untuk memperoleh kapasitas yang baru.

Dari pemaparan di atas dapat kita ketahui bahwa Gagne membedakan persyaratan eksternal dan internal pada kondisi belajar. Kondisi eksternal meliputi pernyataan-pernyataan seperti perhatian, motivasi, dan ingatan dari kemampuan yang dipelajari sebelumnya yang relevan dengan peristiwa belajar saat itu. Oleh karena itu, untuk mengenal tingkatan dan keanekaragaman belajar yang terjadi, pertama-tama kita harus melihat pada kemampuan yang ada di dalam siswa dulu, kemudian baru kepada situasi perangsangan yang berada di luar siswa.

Komponen Belajar

Menurut Gagne, terdapat tiga komponen utama dari belajar. Komponen-komponen belajar tersebut meliputi kondisi internal, kondisi eksternal, dan hasil belajar yang akan dijelaskan pada penjabaran di bawah ini.

1. Kondisi Internal

Kondisi internal adalah keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi di dalam individu.

2. Kondisi Eksternal

Kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran yang meliputi berbagai hal seperti perhatian, motivasi, dan ingatan dari kemampuan yang dipelajari sebelumnya yang relevan dengan peristiwa belajar saat itu.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah suatu kemampuan internal yang telah menjadi milik pribadi seseorang dicerminkan dalam wujud perbuatan tertentu untuk setiap jenis belajar.

Prinsip Pembelajaran Gagne

Berdasarkan fase-fase belajar yang telah ia susun, dalam buku Principle of Instructional Design (Gagne, 1992, hlm. 190) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Prinsip ini disebut Instructional Events (peristiwa pembelajaran) yaitu sebagai berikut:

1. Gaining Attention (Memperoleh Perhatian)

(3)

2. Informing the Learner of The Objective (Menginformasikan kepada Peserta Didik tentang Tujuan Pembelajaran)

3. Stimulating Recall of Prerequisite Learning Capabilities (Merangsang/Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari)

4. Presenting the Stimulus Material (Menyajikan Materi Pembelajaran) 5. Providing Learning Guidance (Memberikan Bimbingan Belajar) 6. Eliciting the Performance (Memunculkan Kinerja)

7. Providing Feedback About Performance Correctness (Memberikan informasi kepada peserta didik tentang kebenaran kinerja mereka.

8. Assessing the Performance (Menilai Kinerja)

9. Enhancing Retention and Transfer (Meningkatkan Retensi dan Transfer) C. Teori Belajar Piaget

Piaget dalam (Suyono & Hariyanto, 2017, hlm. 83) berpendapat bahwa Setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur. Proses berpikir anak merupakan suatu aktivitas gradual, tahap demi tahap dari fungsi intelektual, dari konkret menuju abstrak

Apa yang diungkapkan oleh PIaget tersebut kemudian disebut dengan teori perkembangan kognitif, yang sering disebut pula teori perkembangan intelektual, atau teori perkembangan mental. Teori ini berkenaan dengan kesiapan siswa untuk belajar yang dikemas dalam tahap- tahap perkembangan intelektual

Proses Belajar Piaget

Piaget berpandangan bahwa perkembangan kognitif adalah suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf seorang individu. Piaget juga berpendapat bahwa pengetahuan sebagai hasil belajar berasal dari dalam individu, tidak sepenuhnya dari lingkungannya saja seperti yang diungkapkan pada Teori Behaviorisme. Teori Belajar Piaget juga mengemukakan bahwa proses pengamatan seseorang terhadap lingkungan atau adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui proses asimilasi dan proses akomodasi (Trianto, 2019, hlm. 70).

Proses asimilasi dan akomodasi ini sering juga disebut dengan proses adaptasi. Melalui kedua proses tersebut, seorang anak akan mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang disebabkan oleh adanya proses berpikir. Perubahan-perubahan tersebut akan terus berlangsung dan berkelanjutan hingga akhirnya terjadi ekuilibrium (keseimbangan). Selama proses pembelajaran sedang berlangsung, siswa akan terus melakukan proses asimilasi dan akomodasi hingga pengetahuan yang dimilikinya akan bertambah ataupun berubah.

D. Teori Belajar Kognitif

Kognitif merupakan kemampuan berpikir yang dimiliki seorang individu untuk memahami keterampilan dan konsep baru, maupun untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di sekitarnya. Setiap individu memiliki tingkat kemampuan kognitif yang berbeda-beda. Menurut

(4)

pandangan teori ini, tingkah laku seseorang sangat ditentukan oleh pemahamannya terhadap situasi yang berkaitan dengan tujuan.

apat disimpulkan bahwa teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih menekankan pada suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia secara utuh dalam semua situasi dan kondisi pembelajaran yang sedang dilakukan.

Menurut Teori Kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman, dan tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Asumsi dasar teori ini adalah setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam dirinya. Pengalaman dan pengetahuan tersebut tertata dalam bentuk struktur kognitif. Dalam teori kognitif, disebutkan bahwa proses belajar akan berjalan baik bila materi pelajaran yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki oleh siswa.

Perkembangan kognitif menurut Piaget dibedakan menjadi 4 tahapan perkembangan, yaitu sebagai berikut.

1.

Sensory-motor, usia 0 – 2 tahun.

Kemampuan pada tahap sensomotorik merujuk pada konsep permanensi objek, yaitu kecakapan psikis untuk mengerti bahwa suatu objek masih tetap ada, Kemandirian belum terbangun dan masih bergantung pada orang tua dan orang disekitarnya

2. Praoperasional, usia 2 – 7 tahun.

Kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek yang ada di sekitarnya. Cara berfikirnya masih egosentris dan terpusat.

3. Concrete Operational, usia 7 – 11 tahun

Mampu berpikir dengan logis dan konkret. Memperhatikan lebih dari satu dimensi dan juga dapat menghubungkan antar dimensi. Kurang egosentris dan belum bisa berpikir abstrak, Mulai berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas

4. Formal Operational, usia remaja – dewasa.

Mampu berpikir secara abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah hingga kemudian menyelesaikan masalah.

E. Teori Belajar Konstruktivisme

Dalam konstruktivisme, pembelajaran bukanlah proses mentransfer ilmu, namun harus dibangun (constructed) sendiri oleh peserta didik. Dengan demikian, pusat pembelajaran harus dapat dilakukan secara mandiri oleh peserta didik. Guru atau pendidik dalam konstruktivisme hanya berperan sebagai fasilitator saja. Ini sebabnya, teori belajar ini melahirkan banyak pendekatan, model, dan metode pembelajaran yang berbasis student-centered atau berpusat pada siswa.

Konstruktivisme ingin memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk belajar menemukan sendiri kompetensi dan pengetahuannya, guna mengembangkan kemampuan yang sudah ada pada dirinya Dengan kata lain, peserta didik harus membangun suatu pengetahuan itu berdasarkan pengalamannya masing-masing

(5)

Taksonomi Bloom

Taksonomi dalam bidang pendidikan, digunakan untuk klasifikasi tujuan instruksional; ada yang menamakannya tujuan pembelajaran, tujuan penampilan, atau sasaran belajar, yang digolongkan dalam tiga klasifikasi umum atau ranah (domain), yaitu:

1. ranah kognitif, berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada kemampuan berpikir;

2. ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati);

3. ranah psikomotor (berorientasi pada keterampilan motorik atau penggunaan otot kerangka).

Taksonomi Bloom membagi kemampuan tingkat berpikir atau kognitif (cognitive) menjadi 6 tingkat, menjadi:

1. C1 – Pengetahuan 2. C2 – Pemahaman 3. C3 – Penerapan 4. C4 – Analisis 5. C5 – Sintesis 6. C6 – Evaluasi Revisi Taksonomi Bloom 1. mengingat (remembering),

yakni mengingat kembali suatu fakta atau gagasan;

2. memahami (understanding),

yaitu mampu menerjemahkan suatu konsep, kaidah, atau prinsip;

3. menerapkan (applying),

mampu memecahkan suatu masalah menggunakan metode, konsep, atau prosedur;

4. menganalisis (analyzing),

dapat mengenali, menguraikan, serta mengkritisi suatu struktur, bagian atau hubungan;

5. mengevaluasi (evaluating),

mampu menilai hasil karya, mutu suatu tulisan berdasarkan norma internal, dan 6. mengkreasi (creating),

yaitu dapat menghasilkan karangan, teori, klasifikasi, proposal, tulisan ilmiah, karya.

No. Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom Dimensi Proses Berpikir

C1 Pengetahuan Mengingat

Lower Order Thinking Skills

C2 Pemahaman Memahami

C3 Penerapan Mengaplikasikan

C4 Analisis Menganalisis Higher Order Thinking Skills

(6)

No. Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom Dimensi Proses Berpikir

C5 Sintesis Mengevaluasi

C6 Evaluasi Mengkreasi

Profil Pelajar Indonesia

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018.

Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia

Adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci: (a) akhlak beragama; (b) akhlak pribadi; (c) akhlak kepada manusia; (d) akhlak kepada alam; dan (e) akhlak bernegara.

2. Berkebinekaan global

Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

3. Bergotong royong

Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

4. Mandiri

Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta regulasi diri.

5. Bernalar kritis

Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.

(7)

6. Kreatif

Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

Learning Objective (Tujuan Pembelajaran)

Tujuan Pembelajaran adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang diharapkan dapat dicapai, dimiliki, dan dikuasai peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

Fungsi Tujuan Pembelajaran

1. Menjadi Arah dan Tujuan dalam Melaksanakan Kegiatan Belajar-Mengajar

Perumusan Tujuan Pembelajaran berfungsi untuk memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran karena sudah ada petunjuknya. Misalnya, bagaimana proses pembelajaran dilakukan, seperti apa hasil yang akan didapatkan, dan teknik atau metode pembelajaran apa yang akan digunakan.

2. Sebagai Bukti Akuntabilitas Kinerja Guru

Melalui Tujuan Pembelajaran, siswa mendapatkan gambaran mengenai kompetensi yang harus diraih dan seperti apa proses pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan begitu, kredibilitas dan akuntabilitas kinerja guru dapat semakin meningkat.

3. Menciptakan Pengalaman Belajar yang Menyenangkan

Fungsi Tujuan Pembelajaran berikutnya adalah mendorong komitmen guru untuk menciptakan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan, menarik, efektif, dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Mengukur Keberhasilan Pencapaian Tujuan Pembelajaran 1. Menggunakan deskripsi kriteria

Contoh, pada tugas menulis laporan mata pelajaran Bahasa Indonesia, guru menetapkan kriteria keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran berupa laporan menunjukkan kemampuan penulisan teks eksplanasi dengan runtut.

2. Menggunakan rubrik

Contoh, pada tugas menulis laporan mata pelajaran Bahasa Indonesia, ada dua bagian yang menjadi kriteria keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, yaitu isi laporan dan penulisan.

Dalam rubrik terdapat empat tahap pencapaian, yaitu baru berkembang, layak, cakap hingga mahir. Dalam setiap tahapan ada deskripsi yang menjelaskan performa siswa.

3. Menggunakan skala atau interval nilai

Selain deskripsi kriteria dan rubrik, guru juga dapat menggunakan skala atau interval nilai untuk menentukan kriteria keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

(8)

Untuk menggunakan skala atau interval nilai ini, guru harus menentukan terlebih dahulu intervalnya dan langkah selanjutnya yang akan dilakukan pada siswa.

Sebagai contoh skala atau interval 0 – 40% artinya siswa belum berhasil mencapai tujuan pembelajaran sehingga harus melakukan remedial.

Individualized Education Program (IEP) dan Prinsip-prinsip differentiated learning

Program pembelajaran individual (PPI) atau dikenal juga dengan The Individualized Education Program (IEP) adalah suatu program pembelajaran yang didasarkan pada kebutuhan, kemampuan, kecepatan, dan cara belajar setiap anak yang diterapkan pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) untuk mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan lebih berfokus pada kemampuan dan kelemahan kompetensi mereka.

Adapun tujuan program pembelajaran individual, antara lain:

 Memastikan setiap siswa berkebutuhan khusus mendapatkan perlakuan dalam proses pembelajaran yang sesuai kebutuhannya.

 Mendeskripsikan serangkaian strategi yang diarahkan untuk kebutuhan pengajaran khusus bagi siswa berkebutuhan khusus.

 Menjadi sarana manajemen program pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, sebagai media komitmen tertulis dari pihak pengelola sekolah untuk memberikan layanan

pendidikan dna menyediakan sarana yang dibutuhkan anak sebaik-baiknya.

 Mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki anak dalam proses pembelajaran.

 Menjadi media komunikasi antara orang tua dan guru untuk bersama-sama

mengidentifikasi kebutuhan anak, bagaimana cara memenuhi kebutuhan anak tersebut dan cara mengantisipasi hambatan yang muncul dalam proses pemenuhan kebutuhan anak, serta mengevaluasi kemajuan pendidikan anak.

Tahapan Pembuatan Program Pembelajaran Individual 1. Tahap perencanaan

Pada tahapan ini, perlu dilakukan kegiatan asesmen dan kolaborasi sebelum memulai tahapan penulisan program. Asesmen dilakukan untuk mengidentifikasi atau sebagai screening awal, penentuan, dan evaluasi dari proses pembelajaran.

Selain itu, asesmen juga dilakukan agar tim perancang program pembelajaran individual mengetahui kemampuan dan kesiapan siswa berkebutuhan khusus sebelum mengaplikasikan sebuah rancangan pembelajaran. Tim perancang PPI ini biasanya terdiri dari guru, manajer, kasus, konselor sekolah, ahli komunitas, orang tua, dan terapis.

Secara umum, kegiatan asesmen ini terdiri dari 4 jenis kegiatan, yaitu reviewing, intervening, observing, dan testing.

2. Tahap pelaksanaan

Setelah program pembelajaran individual selesai dibuat, maka tahap selanjutnya adalah pengenalan program kepada siswa untuk kemudian dilaksanakan. Pada tahap ini, komunikasi antara pemangku kepentingan yang telah terjalin dari proses awal harus tetap terjalin

dengan baik agar fungsi kontrol dan pemantauan perkembangan siswa tetap terjaga.

(9)

Proses pemantauan ini dilakukan oleh seluruh anggota yang terlibat dalam pembuatan program pembelajaran individual dengan guru sebagai penanggung jawab utamanya.

Pemantauan dilakukan dengan menggunakan serangkaian metode asesmen, baik formal maupun informal, misalnya menggunakan behavioral checklist untuk melakukan observasi.

Dari proses pemantauan ini, nantinya akan diperoleh feedback atau umpan balik sehingga dapat dilakukan perbaikan apabila data menunjukkan adanya ketidakcocokan strategi yang diaplikasikan pada siswa atau tujuan yang dicanangkan kurang realistis.

3. Tahap evaluasi

Tahapan terakhir dalam pembuatan program pembelajaran individu adalah evaluasi. Pada tahap ini, ada dua kegiatan pokok yang perlu dilakukan yaitu peninjauan (reviewing) dan pelaporan.

Peninjaun dilakukan untuk menentukan kelayakan dan keefektifan sebuah program, melihat kemampuan siswa, dan mengidentifikasi strategi yang efektif pada masa persiapan transisis.

Idealnya, setiap program pembelajaran individual ditinjau paling tidak setahun sekali.

Hasil peninjauan program pembelajaran ini nantinya akan menjadi dasar dari pembuatan program pembelajaran individual berikutnya. Jadi, ketika siswa naik kelas, guru di tingkat berikutnya tidak perlu membuat program dari awal.

Guru tinggal melanjutkan saja berdasarkan evaluasi terhadap kemajuan siswa sehingga ada keberlanjutan dalam proses pembelajaran individual pada siswa berkebutuhan khusus.

Peran Guru dalam Program Pembelajaran Individual

Dalam program pembelajaran individual ini, siswa berkebutuhan khusus akan dibantu oleh guru pembimbing khusus (GPK). Guru ini berfungsi untuk membantu guru kelas dalam membuat program layanan khusus dan melaksanakan pembelajaran secara individual sehingga siswa berkebutuhan khusus dapat menerima pembelajaran sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Berdasarkan fungsi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa peran guru pembimbing khusus dalam PPI adalah sebagai fasilitator dan mediator yang menampung dan melayani segala sesuatu yang menjadi kebutuhan siswa berkebutuhan khusus sekaligus bertugas melaksanakan pembelajaran individual.

Teori dasar komunikasi

Teori komunikasi adalah panduan atau pedoman bagi manusia untuk lebih mudah memahami gejala, fenomena, dan proses komunikasi.

Berdasarkan jenisnya, teori komunikasi masih dibagi lagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

 Teori struktural dan fungsional

Para ahli yang termasuk dalam kategori ini, memandang komunikasi sebagai suatu proses di mana individu menggunakan bahasa sebagai sarana utama penyampaian makna.

 Teori kognitif dan tingkah laku

Kategori teori ini memusatkan perhatiannya pada individu. Maka dari itu, psikologi menjadi sumber utama teori kognitif dan tingkah laku. Secara garis besar, teori ini menjelaskan bagaimana individu berpikir, serta kondisi psikologi individu dalam berkomunikasi.

 Teori interaksi

(10)

Kelompok teori komunikasi yang masuk dalam teori interaksi memandang bahwa kehidupan sosial merupakan proses interaksi. Para ahli melihat bahwa komunikasi merupakan perekat hubungan antarmasyarakat. Salah satu fokus utama teori interaksi adalah bagaimana bahasa digunakan untuk membentuk struktur sosial, serta bagaimana bahasa dan sistem simbol diproduksi, dipelihara, serta diubah dalam proses penggunaannya.

 Teori interpretasi

Kumpulan teori yang masuk dalam teori interpretasi berusaha menemukan makna dari tindakan serta teks. Mulai dari makna dalam dokumen tua, hingga tingkah laku remaja.

Tujuan teori interpretasi adalah menjelaskan bagaimana seseorang memahami pengalamannya sendiri.

 Teori kritis (critical theory)

Adalah kumpulan teori yang memberi perhatian utama pada isu seputar ketidakadilan serta penindasan yang terjadi di masyarakat. Para penganut teori kritis tidak sekadar meneliti atau mengamati, melainkan juga memberi kritik.

Active listening

Mendengar adalah kemampuan yang sangat sulit dilakukan. Sebagian orang tidak bisa mengalahkan egonya sendiri untuk mendengarkan orang lain. Padahal active listening itu setingkat di atas mendengar.

Pengertian

active listening juga diterjemahkan sebagai mendengarkan aktif. adalah menaruh perhatian, berespon dengan tepat sesuai pesan dan seringkali berkaitan dengan upaya menggali dan menangkap seluruh pesan dengan tepat dan benar.

Cara Melakukan Active Listening

1. Parafrase, yaitu mengungkapkan kembali kalimat lawan bicara dengan bahasa yang sama tapi dalam kalimat yang berbeda tanpa mengubah arti.

2. Restament, yaitu mengungkapkan kembali kalimat lawan bicara dengan bahasa dan kalimat yang sama tanpa mengubah makna.

3. Mirroring, yaitu pengungkapan ulang kalimat atau perasaan yang sama. Namun dalam keperawatan ada batasnya, misalnya jika pasien menangis tidak boleh ikut menangis.

4. Merespon perasaan, yaitu membaca dan mengikuti perasaan lawan bicara dengan melakukan validasi atas emosi tersebut.

5. Intentional silence, yaitu diam sejenak untuk memberi waktu lawan bicara mengorganisasikan pikirannya dan sebagai tanda bahwa masih ingin mendengarkan.

6. Accepting, yaitu teknik yang menunjukkan tetap fokus dan berminat pada apa yang dibicarakan lawan bicara. Caranya bisa dengan mengangguk atau menggeleng sesuai dengan topik pembicaraan.

7. Drawing out, yaitu itu teknik mempertajam ide dari lawan bicara.

8. Memfokuskan, yaitu mengarahkan pembicaraan agar tetap pada masalah dan kebutuhan lawan bicara tanpa memutus pembicaraan.

(11)

9. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan, yaitu menanyakan hal-hal yang bertujuan untuk membantu memahami lawan bicara lebih menyeluruh dan terfragmentasi.

Behavior modification & habit formation

Modifikasi perilaku adalah teknik pengubahan tingkah laku yang dapat digunakan oleh orangtua maupun guru untuk mengubah tingkah laku siswa melalui prosedur yang sistematis dan mendasarkan pada prinsip– prinsip teori pembelajaran. Perilaku yang perlu diubah adalah perilaku yang tidak dikehendaki kemudian diubah menjadi perilaku yang dikehendaki melalui proses belajar. Salah satu ciri belajar adalah adanya perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Berfikir kritis

Berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk kritis dan objektif dalam mempertimbangkan informasi, argumen, dan bukti yang diberikan. Dalam hal ini, berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan dalam argumen atau bidang informasi tertentu.

Manfaat Berpikir Kritis

 Meningkatkan kreativitas

 Lebih mudah dan tenang dalam menyelesaikan berbagai masalah

 Mengetahui potensi diri hingga sejauh mana

 Dapat berkomunikasi dengan baik dengan banyak orang

 Memiliki pemikiran yang terbuka (open minded), namun di sisi lain tidak mudah termakan sejumlah informasi baru yang belum pasti kebenarannya

.

Asesmen

Asesmen/ penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengetahui kebutuhan belajar, perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik

Jenis asesmen sesuai fungsinya mencakup:

 Assessment as Learning (asesmen sebagai proses pembelajaran), memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu berfungsi sebagai formatif dan di laksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan penilaian tersebut. Peserta didik di beri pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh assessment as learning

Assessment for Learning (asesmen untuk proses pembelajaran), di lakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya di gunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar

(12)

Assessment of learning (menilai capaian pembelajaran) asesmen pada akhir proses pembelajaran, merupakan penilaian yang di laksanakan setelah proses pembelajaran selesai

Guru diharapkan memberikan proporsi lebih banyak pada pelaksanaan asesmen formatif daripada menitikberatkan orientasi pada asesmen sumatif. Harapannya, ini akan mendukung proses penanaman kesadaran bahwa proses lebih penting daripada sebatas hasil akhir.

Asesmen formatif, yaitu asesmen yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar

Asesmen sumatif, yaitu asesmen yang dilakukan untuk memastikan ketercapaian keseluruhan tujuan pembelajaran. Asesmen ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran atau dapat juga dilakukan sekaligus untuk dua atau lebih tujuan pembelajaran, sesuai dengan pertimbangan pendidik dan kebijakan satuan pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Proses pembentukan teori baru atau perubahan teori yang sudah dimiliki anak dalam. perkembangan

Teori-teori belajar yang dikembangkan oleh Ausubel merupakan penerapan struktur kognitif di dalam mempelajari informasi baru karena merupakan kerangka dalam bentuk

(Dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan

pelajaran itu harus cocok dengan kemampuan siswa dan harus relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Kebermaknaan belajar sebagai hasil dari peristiwa

Intisari dari teori belajar konstruktivisme adalah bahwa belajar merupakan proses penemuan (discovery) dan transformasi informasi kompleks yang berlangsung pada

Materi yang dibahas adalah hakikat belajar dan pembelajaran, berbagai teori belajar seperti teroi belajar behavioristik, teori belajar kognitif dan teori belajar sosial,

Ausubel adalah pelopor aliran kognitif, dia mengemukakan teori belajar bermakna ( meaningful learning ). Belajar bermakna adalah proses mengaitkan informasi baru

Sehingga kategori hubungan motivasi dengan hasil belajar kognitif adalah adanya kemauan belajar dalam diri siswa untuk mempelajari pelajaran fisika khususnya materi