MASALAH LAPANGAN USAHA PERMODALAN DAN IZIN USAHA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Koperasi dan UKM
DOSEN PENGAMPU:
Prof. Dr. H. Suratno, M.Pd
DISUSUN OLEH:
Gusti Juniharto 2110113210007 Daniel Aditya Putra 2110113210010 Muhammad Ridho 2110113310006
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURURSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2024
A. Lingkup Modal Koperasi
Setiap usaha sangat memerlukan modal untuk mencapai hasil yang diinginkan. tanpa adanya modal aktivitas usaha tidak dapat berjalan dengan baik. besar kecilnya lapangan usaha termasuk koperasi juga tergantung pada besar kecilnya modal yang dapat dihimpun.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian mempertegas kedudukan Koperasi sebagai badan hukum yang ditandai dengan adanya pemisahaan kekayaan para anggotanya sebagai modal awal untuk menyelenggarakan usaha Koperasi.
Usaha yang dijalankan ialah dalam upaya penyelengagaan pelayanan hanya kepada anggota (Koperasi Simpan Pinjam), kepada anggota dan bukan anggota (Koperasi produsen, Koperasi konsumen dan Koperasi Jasa).
Kekayaan yang dipisahkan dan bersumber dari anggota yang merupakan komponen modal sendiri Koperasi tersebut, adalah berupa Setoran Pokok (SP) dan Sertifikat Modal Koperasi (SMK). Setoran Pokok (SP) dibayarkan oleh anggota pada saat yang bersangutan mengajukan permohonan sebagai anggota suatu Koperasi dan sifatnya menetap di perusahaan Koperasi yang berarti tidak dapat diambil kembali oleh anggota yang bersangkutan kapan pun, termasuk pada saat anggota tersebut keluar (exit) dari keanggotaan Koperasi. Sertifikat Modal Koperasi (SMK) adalah tanda bukti penyertaan Anggota Koperasi dalam modal koperasi.
Setoran Pokok (SP) dan Sertifikat Modal Koperasi (SMK) inilah yang merupakan modal awal yang digunakan untuk biaya pendirian Koperasi dan memulai usaha 7 pelayanan kepada anggota. Dalam penyelenggaraan usaha manakala pada akhir tahun buku Koperasi membukukan Selisih Hasil Usaha (SHU) yang positif (Surplus), barulah Koperasi mulai menyisihkan sebagian dari SHU tersebut untuk membentuk cadangan yang dalam terminilogi ilmu keuangan disebut sebagai modal organik (organic capital). Begitu pun selanjutnya sesuai perkembangan usaha dan kebutuhan permodalan, Koperasi dapat menerbitkan ulang Sertifikat Modal Koperasi (pemahaman luas terhadap pasal 68 ayat (1) dan penjelasan pasal 78 ayat (1) huruf b). Sumber lain juga dibuka khususnya untuk memanfaatkan sumber pendanaan inovatif yang berbasis pada investasi dan pinjaman (liabilities).
B. Sumber-Sumber Permodalan
Masalah permodalan dalam Koperasi menjadi bagian dari tugas pengurus. Pengurus memikul tugas bagaimana dapat menjalankan Koperasi dengan cara 6 memperoleh dana yang tidak merugikan Koperasi, dan menggunakannya seefektif dan seefisien mungkin. Hal ini merupakan wujud dari tujuan manajemen keuangan Koperasi. Tujuan tersebut adalah memaksimisasi laba (SHU) yang pada akhirnya dapat memaksimisasi kesejahteraan anggota.
Berbicara mengenai permodalan dalam Koperasi, maka dapat dibedakan atas: 1) permodalan dari luar Koperasi 2) permodalan dari dalam Koperasi.
1) Permodalan dari luar koperasi
Makna dari luar Koperasi bukan berarti dari orang atau pihak di luar Koperasi.
Permodalan dari luar Koperasi menunjukkan sumber-sumber modal yang berasal dari orang-orang atau pihakpihak yang berkepentingan dengan Koperasi, baik sebagai anggota Koperasi maupun bukan anggota seperti pihak perbankan atau pemerintah.
Permodalan dari luar Koperasi dapat dibedakan atas permodalan sendiri dan permodalan asing. Permodalan sendiri menunjukkan sumber modal yang merupakan atau menjadi kekayaan sendiri Koperasi. Dengan kata lain modal yang berasal dari
sumber manapun (anggota atau non anggota) apabila sifatnya menjadi harta/kekayaan Koperasi maka disebut dengan permodalan sendiri
2)
Permodalan dari dalam koperasiPermodalan dari dalam Koperasi menunjukkan sumber-sumber modal yang berasal dari kemampuan atau kekuatan Koperasi dalam membentuk modal, yaitu dari hasil kegiatan usaha yang telah dijalankannya. Semakin berhasil Koperasi memperoleh laba yang besar, maka Koperasi akan dapat membentuk modal yang besar pula.
Sebaliknya, apabila dari kegiatan usaha yang dijalankan tidak memperoleh hasil/laba, maka pembentukkan modal pun menjadi rendah dan terhambat. Ada dua jenis permodalan dari dalam Koperasi, yaitu permodalan intern dan intensif.
Ditinjau dari wujudnya, modal dapat berupa: a) Modal yang berwujud yaitu harta yang dapar dinilai dengan uang yang digunakan untuk menjalankan usaha seperti uang tunai, alat-alat produksi, mesin-mesin, tanah gedung. b) Modal tidak berwujud yaitu hak-hak istimewah atau posisi yang menguntungkan koperasi untuk memperoleh pendapatan seperti hak patent, hak cipta, hak merk dagang, hak monnopoli.
C.
Perizinan Usaha Koperasi Simpan PinjamDengan dikeluarkannya Kepmenkop UKM No.49 Tahun 2021 yang kemudian didukung dengan Kementerian Investasi, semua klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia untuk usaha simpan pinjam sudah masuk ke dalam sistem OSS. Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No.5 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko (OSS RBA) sekaligus mencabut ketentuan sebelumnya, yakni PP No.24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan telah mengidentifikasikan permasalahan awal perizinan koperasi pasca terbitnya aturan tersebut. Kementerian koperasi dan UKM telah menerbitkan Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No.49 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko OSS Sektor Koperasi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemudahan pelayanan perizinan berusaha simpan pinjam sektor koperasi yang dilaksanakan melalui sistem perizinan berusaha yang terintegrasi secara elektronik.
Ada 8 klasifikasi baku lapangan usaha indonesia yang sudah bisa diakses sistem OSS oleh seluruh koperasi dan masyarakat yang ingin mendapatkan izin usaha simpan pinjam, yaitu:
Kode 641441 Koperasi simpan pinjam primer (KSP Primer)
Kode 641442 Unit simpan pinjam koperasi primer (USP Koperasi Primer) Kode 641443 Koperasi simpan pinjam sekunder (KSP sekunder)
Kode 641444 Kode 641445
Unit simpan pinjam koperasi sekunder (USP koperasi sekunder)
Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah primer (KSPPS Primer) Kode 641446 Unit simpan pinjam dan pembiayaan syariah primer (KSPPS Primer)
Kode 641447 Koperasi simpan dan pinjam pembiayaan syariah sekunder (KSPPS Sekunder) Kode 641448 Unit simpan pinjam dan pembiayaan syariah koperasi sekunder (USPPS
koperasi Sekunder)
Kesimpulan
Dari materi yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa modal merupakan elemen kunci dalam menjalankan usaha koperasi. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang
Perkoperasian menegaskan pentingnya pemisahan kekayaan para anggota sebagai modal awal untuk usaha koperasi. Komponen modal koperasi seperti Setoran Pokok (SP) dan Sertifikat Modal Koperasi (SMK) menjadi landasan untuk pendirian dan operasional koperasi. Selain itu, permodalan dalam koperasi dapat berasal dari dalam koperasi melalui hasil kegiatan usaha yang menghasilkan laba, serta dari luar koperasi melalui sumber-sumber eksternal seperti perbankan atau pemerintah.
Dalam konteks perizinan usaha koperasi simpan pinjam, implementasi sistem OSS (Online Single Submission) memberikan kemudahan akses bagi koperasi dan masyarakat dalam mendapatkan izin usaha. Dengan adanya klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia yang terintegrasi dalam sistem OSS, proses perizinan usaha koperasi menjadi lebih efisien dan transparan. Keputusan Menteri Koperasi dan UKM No.49 Tahun 2021 tentang Perizinan Berusaha Berbasis Risiko OSS Sektor Koperasi menjadi langkah penting dalam meningkatkan kemudahan pelayanan perizinan berusaha bagi koperasi. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung perkembangan koperasi sebagai salah satu pilar ekonomi yang penting dalam memajukan sektor UKM di Indonesia.
Daftar Pustaka
Feni Dwi Anggraeni, Imam Hardjanto, Ainul Hayat. (2013). PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) MELALUI FASILITASI PIHAK EKSTERNAL DAN POTENSI INTERNAL (Studi Kasus pada Kelompok Usaha “Emping Jagung” di Kelurahan Pandanwangi Kecamatan Blimbing, Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP), 1(6), 1286-1295.
ifhadiyanti, N. (2022, April 16). ASPEK PERMODALAN KOPERASI. pp. 1-20.
Sri Rezky. (2022, April 22). ASPEK PERMODALAN KOPERASI. pp. 1-11.