TUGAS TUTORIAL 3
PENGANTAR EKONOMI MIKRO
ARIEF HANS KEVIN | NIM 054411002 UBPJJ SAMARINDA
1. KURVA PERMINTAAN PATAH (KINKED DEMAND CURVE)
A. Di pasar yang didominasi oleh beberapa perusahaan besar, setiap keputusan harga yang diambil oleh satu perusahaan akan berdampak langsung pada perusahaan lainnya. Jika sebuah perusahaan berani menurunkan harga produknya, perusahaan pesaing akan merasa tertekan untuk melakukan hal yang sama. Mereka khawatir akan kehilangan pelanggan yang tergiur oleh harga yang lebih murah. Akibatnya, semua perusahaan akan terlibat dalam persaingan harga yang ketat. Kurva Permintaan patah merupakan kurva permintaan bagi pengusaha duopoli. Syarat kurva ini adalah perlunya beberapa asumsi:
a. Harga pasar memuaskan bagi pengusaha duopoli terbentuk di harga P b. Apabila pengusaha menurunkan harga, pesaing menurunkan juga c. Apabila pengusaha menaikkan harga, pesaing tidak ikut menaikkan
harga agar konsumen beralih ke dia.
KURVA PERMINTAAN PATAH (KINKED DEMAND CURVE)
• Kurva D₁ : Menunjukkan permintaan jika perusahaan lain tidak mengubah harga.
• Kurva D₂ : Menunjukkan permintaan jika perusahaan lain mengikuti perubahan harga.
• Titik C₁ : Jumlah permintaan maksimum jika hanya satu perusahaan yang menurunkan harga.
• Titik C : Jumlah permintaan jika semua perusahaan menurunkan harga.
• Titik A₁ : Jumlah permintaan jika hanya satu perusahaan yang menaikkan harga.
• Titik A : Jumlah permintaan jika semua perusahaan menaikkan harga.
Kurva D1 menunjukkan apa yang terjadi jika sebuah perusahaan menurunkan harga produknya, namun perusahaan lain tetap mempertahankan harga mereka. Dalam skenario ini, perusahaan yang menurunkan harga (misalnya dari P0 ke P1) akan mengalami peningkatan permintaan yang signifikan hingga titik C1. Kenaikan permintaan
ini terjadi karena pelanggan dari perusahaan pesaing beralih dan juga karena adanya peralihan dari produk pengganti.
Kurva D2 menggambarkan skenario yang berbeda. Kali ini, jika sebuah perusahaan menurunkan harga, perusahaan lain juga akan mengikuti. Akibatnya, perusahaan yang pertama menurunkan harga tidak akan mendapatkan keuntungan sebanyak jika perusahaan lain tidak ikut menurunkan harga. Jika semua perusahaan menurunkan harga (misalnya dari P0 ke P1), maka peningkatan permintaan hanya akan mencapai titik C. Ini berarti, keuntungan tambahan dari penurunan harga akan dibagi rata dengan perusahaan-perusahaan lain.
Jika sebuah perusahaan menaikkan harga produknya (misalnya dari P0 ke P3), dan perusahaan lain tidak ikut menaikkan, maka perusahaan tersebut akan kehilangan banyak pelanggan hingga titik A1. Namun, jika semua perusahaan menaikkan harga, perusahaan yang pertama menaikkan harga tidak akan kehilangan pelanggan sebanyak itu, dan dapat mempertahankan sebagian besar pelanggannya hingga titik A.
Dalam pasar oligopoli, keputusan satu perusahaan sangat memengaruhi perusahaan lain. Jika sebuah perusahaan mengubah harga, perusahaan lain cenderung mengikuti.
Hal ini membuat perusahaan-perusahaan di pasar oligopoli sangat berhati-hati dalam menentukan harga produk mereka.
B. PENYEBAB KURVA PERMINTAAN PATAH
Mengapa Terjadi Kurva Permintaan Patah (Kinked)?
Kurva permintaan yang berbentuk patah atau 'kinked' pada pasar oligopoli terjadi karena perusahaan-perusahaan dalam pasar ini memiliki ekspektasi yang berbeda mengenai reaksi pesaing terhadap perubahan harga. Ada dua alasan utama mengapa kurva permintaan berbentuk demikian:
• Pesaing Tidak Peduli Kalau Harga Dinaikkan: Jika suatu perusahaan berani menaikkan harga produknya, perusahaan pesaing cenderung tidak akan ikut menaikkan harga mereka. Mereka lebih memilih untuk mempertahankan harga lama agar tidak kehilangan pelanggan. Akibatnya, perusahaan yang menaikkan harga akan kehilangan banyak pelanggan dan permintaan mereka akan turun drastis. Inilah sebabnya mengapa bagian atas kurva permintaan sangat sensitif terhadap perubahan harga (elastis).
• Pesaing Ikut Kalau Harga Diturunkan: Sebaliknya, jika suatu perusahaan menurunkan harga produknya, perusahaan pesaing biasanya akan segera mengikuti untuk menjaga daya saing mereka. Akibatnya, perusahaan yang pertama kali menurunkan harga tidak akan mendapatkan tambahan pelanggan yang signifikan karena pelanggan sudah punya banyak pilihan dengan harga yang sama. Inilah sebabnya mengapa bagian bawah kurva permintaan kurang sensitif terhadap perubahan harga (inelastis).
2. PERMINTAAN DAN PENERIMAAN MARJINAL (MR) PERUSAHAAN OLIGOPOLIS a. Gambar dan Jelaskan Kurva Permintaan dan Penerimaan Marjinal (MR) yang
Relevan Bagi Perusahaan Diketahui:
Dua kurva permintaan perusahaan oligopolistik:
- Permintaan jika pesaing tidak bereaksi: Q1 = 200 - 10P nantinya akan menjadi Fungsi untuk D1
- Permintaan jika pesaing bereaksi: Q2 = 100 - 4P nantinya akan menjadi Fungsi untuk D2
Jawab:
Menentukan Titik kordinat D1:
Saat Q = 0, maka:
Q1 = 200-10P 0 = 200-10P
10P = 200 P = 20 Saat P = 0, maka:
Q = 200-10P Q = 200-10(0)
Q = 200
Sehingga, kurva D1 akan melewati titik (P, Q) = (20,0) dan (P, Q) = (0, 200).
Menentukan Titik kordinat D2:
Saat Q = 0, maka:
Q = 100-4P 0 = 100-4P 4P = 100
P = 25 Saat P = 0, maka:
Q = 100-4P Q = 100-4(0)
Q = 100
Sehingga, kurva D2 akan melewati titik (P, Q) = (25,0) dan (P, Q) = (0, 100).
• Titik keseimbangan pasar oligopoli:
Keseimbangan terjadi ketika memenuhi syarat Q1 = Q2 masukkan ke dalam rumus:
Q1 = Q2 200-10P = 100-4P -10P + 4P = 100 – 200
-6P = -100 P = 16,6 Q = 200-10P
Q = 200-10(16,6) Q = 200-166
Q = 34 gambar:
- Dalam kurva diatas terdapat garis D1 dan D2, kemudian MR1 dan MR2. Kurva MR1 merupakan pendapatan marginal untuk D1, sedangkan MR2 adalah pendapatan marginal untuk kurva D2. Kurva MR ditandai dengan garis putus-putus.
- Keterangan E merupakan titik ekuilibrium atau keseimbangan yang ditandai dengan betemunya kurva D1 dan D2.
- Letak kurva MR1 berada dibawah titik Pmax dari fungsi (P=20) D1 sampai titik Q = 100 yang didapatkan dari hasil 200 dibagi 2
- MR2 memiliki garis kurva putus-putus yang dimulai dari titik Pmax (P = 25) pada kurva D2 hingga batas wilayah titik potong antara D1 dan D2, dan memiliki garis yang jelas pada wilayah yang telah melewati titik potong antara D1 dan D2 hingga titik Q = 50 (100/2).
- Dari diagram diatas kurva yang menunjukkan permintaan yang relevan ditunjukkan pada garis ABF yang berwarna kuning. Garis kuning AB menunjukkan keadaan perusahaan tidak mengundang reaksi pesaing karena harga yang ditetapkan sama dengan kurva D2 artinya harga yang ditawarkan wajar dan berada dibawah harga ekuilibrium.
- Sedangkan Pada garis kuning BF menunjukkan perilaku perusahaan mengundang reaksi pesaing karena harga yang ditawarkan berada dbawah P ekuilibrium.
- Titik A,C,D,E merupakan titik kurva MR yang relevan
b. Pada Harga Jual Berapa Pesaing Akan Bereaksi?
Pesaing akan bereaksi jika perusahaan menurunkan harga lebih jauh di bawah harga yang diperkirakan akan memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan.
Titik di mana pesaing mulai bereaksi adalah ketika harga berada di titik tertentu di bawah tingkat harga yang menyebabkan mereka kehilangan pelanggan, titik tersebut adalah titik P. Karena P adalah titik potong Q1 dengan Q2 maka besarny P adalah sebagai berikut.
Q1 = Q2 200 – 10P = 100 – 4P
100P = 6P P = 16,667
Jadi, pada harga jual 16.67 per unit, pesaing diperkirakan akan bereaksi terhadap perubahan harga yang dilakukan oleh perusahaan.
3. KELEMAHAN PEMBERIAN SUBSIDI MEGATASI POLUSI
Berikut adalah beberapa kelemahan utama dari pemberian subsidi:
• Tidak Tepat Sasaran: Seringkali, subsidi yang diberikan tidak tepat sasaran, artinya tidak semua perusahaan yang benar-benar berupaya mengurangi polusi mendapatkan manfaatnya. Hal ini membuat program subsidi menjadi kurang efektif.
• Inefisiensi Penggunaan Dana: Proses pemberian subsidi yang rumit dan birokrasi yang panjang membuat banyak dana yang seharusnya digunakan untuk mengurangi polusi justru terbuang percuma. Selain itu, subsidi juga cenderung tidak mendorong perusahaan untuk mencari solusi inovatif karena mereka sudah merasa terjamin dengan adanya subsidi.
• Memutarbalikkan Insentif: Paradoksnya, pemberian subsidi justru bisa memicu perusahaan untuk terus melakukan aktivitas yang menyebabkan polusi karena mereka merasa akan tetap mendapatkan kompensasi. Hal ini dikenal sebagai moral hazard.
• Beban Fiskal: Pemberian subsidi dalam jumlah besar tentu saja akan membebani anggaran negara. Dana yang seharusnya digunakan untuk sektor lain yang lebih penting seperti pendidikan atau kesehatan, bisa jadi teralihkan untuk membiayai program subsidi.
• Tidak Menjamin Pengurangan Polusi yang Signifikan: Meskipun subsidi bisa mendorong perusahaan untuk mengurangi polusi, namun tidak ada jaminan bahwa pengurangan polusi yang terjadi akan signifikan. Bahkan, dalam beberapa kasus, subsidi justru bisa menyebabkan perpindahan polusi dari satu sektor ke sektor lain atau dari satu wilayah ke wilayah lain.
4. BARANG PUBLIK
1) Barang publik (public goods) adalah barang atau layanan yang umumnya tersedia untuk semua orang dalam suatu komunitas atau masyarakat. Barang publik memiliki dua sifat khusus, yakni tak dapat dikecualikan (non-excludability) dan tak dapat disaingi (non-rivarly). Berikut penjelasan singkat keduanya:
- Non-excludability : Tak ada pengecualian untuk individu atau kelompok dalam menggunakan barang publik.
- Non-rivalry : Penggunaan barang publik oleh beberapa individu tak menyebabkan berkurangnya ketersediaan barang tersebut untuk orang lain.
Jenis-jenis Barang Publik menurut ekonom:
a. Keamanan : Salah satu jenis barang publik adalah menyediakan keamanan bagi penduduk di suatu daerah. Masyarakat biasanya membayar pajak ke lembaga penegak hukum. Sebagai imbalannya, mereka berharap dapat hidup dengan aman dan damai di rumah dan komunitas mereka.
b. Pendidikan dan Pengetahuan : Sekolah dan Taman Belajar yang dikelola pemerintah.
c. Lingkungan : Taman Kota
d. Infrastruktur : Tempat Pengolahan Limbah, Tempat Pembuangan Sampah Akhir, Jalan
e. Kesehatan Masyarakat : Puskesmas, Posyandu
2) Mengapa Sektor Publik Seringkali Tidak Efisien?
Sektor publik, yang seharusnya menjadi pilar utama dalam memenuhi kebutuhan masyarakat, seringkali terkendala oleh berbagai masalah yang menyebabkan inefisiensi.
Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap kondisi ini antara lain:
- Kurangnya Insentif: Tanpa adanya tekanan persaingan seperti di sektor swasta, pegawai sektor publik cenderung kurang termotivasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi kerja. Sistem penggajian yang kaku dan kurangnya penghargaan atas kinerja juga memperparah masalah ini.
- Birokrasi Berbelit: Prosedur birokrasi yang rumit dan berlapis-lapis seringkali menjadi hambatan utama dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan program. Birokrasi yang lamban ini tidak hanya menghambat efisiensi, tetapi juga dapat memicu frustasi di kalangan masyarakat.
- Kurangnya Transparansi: Kurangnya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran dan program publik membuka celah bagi terjadinya korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Masyarakat sulit untuk mengawasi penggunaan uang pajak, sehingga praktik-praktik yang tidak sehat dapat terus berlanjut.
- Informasi yang Tidak Sempurna: Pemerintah seringkali kesulitan mendapatkan data yang akurat dan terkini mengenai kondisi masyarakat. Akibatnya, kebijakan yang diambil tidak selalu tepat sasaran dan dapat menimbulkan masalah baru.
- Tujuan yang Bertentangan: Pemerintah memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai, seperti pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, dan pelestarian lingkungan. Terkadang, tujuan-tujuan ini saling bertentangan dan sulit untuk diharmonisasikan, sehingga kebijakan yang diambil menjadi kompromi yang tidak optimal.
- Tekanan Politik: Keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah seringkali dipengaruhi oleh pertimbangan politik, seperti kepentingan kelompok tertentu atau popularitas. Akibatnya, keputusan yang diambil tidak selalu didasarkan pada analisis yang rasional dan berorientasi pada kepentingan publik.
Dampaknya adalah:
1. Korupsi: Sebagai dampak paling serius, korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat.
2. Alokasi Sumber Daya yang Tidak Optimal: Masalah ini sangat krusial karena menyangkut penggunaan uang pajak yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
3. Pertumbuhan Ekonomi yang Lambat dan Kualitas Pelayanan Publik yang Rendah: Kedua dampak ini saling terkait dan berdampak langsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari.
4. Kurangnya Insentif, Birokrasi yang Rumit, dll: Setelah menjelaskan dampak yang paling terasa, kita baru bahas faktor-faktor penyebabnya.