• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kutai Raya Dua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Kutai Raya Dua"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

19

A. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini penulis mendeskripsikan gambaran umum obyek penelitian, sehingga dengan adanya deskripsi gambaran umum obyek penelitian ini, pembaca dapat memahami dan mampu merasakan tentang hal yang terjadi saat penulis melakukan penelitian di MV. Kutai Raya Dua.

MV. Kutai Raya Dua adalah sebuah kapal General Cargo yang dikelola oleh PT. Kutai Timber Indonesia di Jl. Tanjung Tembaga Baru, Mayangan, Probolinggo, Jawa Timur, 67218. Kapal MV. Kutai Raya Dua memiliki nama panggilan (Call Sign). Yankee Echo Echo Zulu (YEEZ) Port Of Registry Samar inda IMO No. 8820183, memiliki Dead Weight Tonnage (DWT) 6.938 Ton. Ukuran-ukuran pokok kapal diantaranya panjang kapal / Length Over All (LOA) 107,33 meter dan lebar kapal 17 meter.

Gambar 4.1 MV. Kutai Raya Dua

Sumber:Gambar Kapal MV. Kutai Raya Dua

Kapal MV. Kutai Raya Dua mempunyai route yang tiap voyagenya Tanjung Probolinggo–Samarinda–Berau–Tifu–Masarete–Obi–Probolinggo.

(2)

Kapal ini memuat dan membongkar muatan berupa kayu log tiap sandarnya.

Dalam pengoperasiannya, muatan yang akan dibongkar dan dimuat atau dikenal dengan istilah Discharging dan Loading yang sudah terhitung dalam sebuah Cargo Manifest yang dibawa oleh Foreman. Dan akan di periksa kembali oleh Mualim I diatas kapal dengan dibuatnya sebuah Bay Plan untuk proses bongkar dan muat muatan. Hal tersebut diulang berulangkali tiap voyage dan dilakukan pada saat kapal telah sandar dipelabuhan.

B. HASIL PENELITIAN 1. PENYAJIAN DATA

Sesuai dengan masalah yang diangkat maka sebagai deskripsi data, akan dijelaskan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di kapal. Penulis mengharap agar pembaca mampu dan bisa merasakan semua hal yang terjadi selama penulis melaksanakan penelitian.

Penerapan sistem dinas jaga di atas kapal, harus dilakukan dengan baik dan benar, khususnya disaat kapal berlayar. Hal ini dikarenakan jika tidak diterapkan dengan baik akan mengakibatkan terjadinya kecelakaan, sehingga menimbulkan kerugikan. Saat penulis ikut melaksanakan tugas jaga bersama Mualim jaga.

(3)

Gambar 4.2 Anjungan MV. Kutai Raya Dua

Sumber:Gambar Kapal MV. Kutai Raya Dua

Gambar 4.2 Kamar Peta MV. Kutai Raya Dua

Sumber:Gambar Kapal MV. Kutai Raya Dua

Saat kapal berlayar, perwira dan juru mudi jaga harus selalu waspada dan sigap dalam melaksanakan dinas jaga. Peristiwa yang pernah terjadi diuraikan sebagai berikut :

a. MV. Kutai Raya Dua hampir menubruk Tugboat di selat Makassar.

Pada tanggal 9 Maret 2019 MV. Kutai Raya Dua berlayar dari Probolinggo menuju Samarinda. Saat itu cuaca cerah dan air

(4)

tidak terlalu tinggi. Mualim II , juru mudi dan cadet berjaga 00.00- 04.00 melintas selat Makassar.

Kami berjaga seperti biasa melakukan pengamatan, melakukan plot posisi, mengecek apakah kapal di trek dll. Sekitar pukul 02.00 dari arah utara terlihat lampu kerlap-kerlip, setelah di teropong Mualim II mengindikasikan bahwa itu adalah lampu jaring nelayan. Namun Mualim II masih merasa ragu dengan apa yang diamatinya, setelah beberapa saat Mualim II lalu menyalakan RADAR ARPA saat itu masih dalam keadaan mati. Mualim II muali melakukan pengamatan di RADAR ARPA dan terlihat sosok benda yang di maksut seperti dua titik, diindikasikan seperti sebuah Tugboat, tetapi jika itu adalah sebuah Tugboat tidak terlihat lampu

navigasinya, setelah itu Mualim II memerintah saya untuk menyalakan lampu sorot dan diarahka ke sosok benda yang dimaksud, ternyata di lambung kiri sudah sangat dekat terlihat Tugboat menarik tongkang tanpa lampu navigasi dan tidak

memberi informasi ataupun berkomunikasi kepada kami, seketika itu kemudi langsung dipindah ke manual dan langsung di belokan kekanan untuk menghindari tongkang yang di tarikya, untungnya masih bisa terkendali dan tidak terjadi tubrukan. Setelah kami berhasil bersilangan, Mualim II memanggil tugboat tersebut dan dari pihak tugboat memberi informasikan bahwa lampu navigasi sedang di perbaiki.

(5)

b. MV. Kutai Raya Dau menyilang dengan MV. Meratus Gorontalo dilaut Flores dengan jarak yang terlalu dekat.

MV. Kutai Raya Dua melakukan pelayaran dari Probolinggo menuju Teluk Tifu saat itu melintas laut Flores, sekitar pukul 11.00 Mualim III meneropong melihat keadaan sekitar, ternyata dari arah tenggara sekitar jarak 3 Nm terlihat sebuah kapal yang belum diketahu nama dan jeninya. Mualim III mengecek di AIS ternyata nama kapalnya adalah MV.Meratus Gorontalo dengan jarak 3 Nm dan mempunyai haluan yang menyilang dengan MV. Kutai Raya Dua, saat itu kapal pada haluan timur. Mualim III MV. Kutai Raya Dua langsung mencoba memanggil MV.Meratus Gorontalo untuk berkomunikasi dan melakukan kesepakatan, tetapi dari pihak MV.Meratus Gorontalo tidak ada respon. Setelah beberapa saat dan kedua kapal mulai saling mendekat, Mualim III mencoba memanggilnya kembali tetapi tetap tidak ada jawaban. Saat jarak kedua kapal masih jauh, Mualim III MV. Kutai Raya Dua tidak melakukan perubahan haluan yang besar untuk menyimpang MV.Meratus Gorontalo. Setelah itu dilihat kapal sudah saling mendekat, dengan memperhatikan jarak di RADAR ARPA Mualim III MV. Kutai Raya Dua baru mengambil tindakan dengan mengarahkan haluan ke arah buritan MV.Meratus Gorontalo.

Walaupun jaraknya sudah sangat dekat untuk saling menghindar tetapi kedua kapal masih selamat.

(6)

c. Perwira jaga beserta anggotanya tidak pernah meninggalkan anjungan sebelum ada pengganti atau sebelum jam jaga berakhir.

Kegiatan di kapal salah satunya adalah dinas jaga. Dimana dinas jaga dilakukan dalam tiga shift. Dari pengalaman penulis setelah saya praktek di MV. Kutai Raya Dua dan ikut melaksanakan tugas jaga bersama Mualim I,11 dan III. Bulan Februari-Mei saya jaga bersama Mualim III, 3 bulang selanjutnya jaga bersama Mualim II dan tiga bulang terakhir jaga bersama Mualim I. Dari ketiga Mualim jaga tersebut tidak pernah saya temui Mualim jaga yang meninggalkan anjungan selama jam jaga berlangsung dan sebelum perwira pengganti naik ke anjungan. Hal ini terus dilakukan khususnya disaat kapal berlayar guna menunjang pelayaran yang aman.

Sebelum meninggalkan tempat jaga, setiap ABK (Anak Buah Kapal) dan cadet melakukan serah terima dengan sesamanya.

Mualim dengan Mualim, jurumudi dengan jurumudi, begitu juga dengan cadet. Akan tetapi cadet juga melakukan serah terima jaga dengan Mualim jaga selanjutnya, melaporkan keadaan kapal seperti posisi, haluan, kecepatan, keadaan sekitar dst, meneruskan perintah dari Nakhoda bila ada, memberikan informasi kapal-kapal yang melakukan penyusulan, berhadapan ataupun menyilang terhadap kapal kita aman atau tidak.

(7)

2. ANALISIS DATA

a. MV. Kutai Raya Dua hampir menubruk Tugboat di selat Makassar.

Mualim II melaksanakan tugas jaga hanya dengan pengamatan secara visual dan terlambat menggunakan RADAR ARPA untuk mengidentifikasi target yang ternyata adalah sebuah Tugboat menarik tongkang, sehingga bersilangan pada jarak yang terlalu dekat.

Sedangkan dari pihak Tugboat tidak menghidupkan lampu navigasi saat berlayar dengan alasan sedang dipebaik dan tidak menginformasikan keadaanya kepada MV. Kutai Raya Dua.

Penyimpangan

1) aturan 2 tanggung jawab

Tidak akan membebaskan perwira jaga dari setiap kelalaian.

Perwira jaga MV.kuta Raya Dua dan Tugboat tidak melaksanakan tanggung jawab dinas jaga dengan optimal.

2) STCW VIII dinas jaga navigasi bagian 3

Perwira tugas jaga navigasi harus menggunakan seluruh peralatan navigasi seefektif mungkin.

3) aturan 5 pengamatan

Setiap kapal melakukan pengamatan dengan cermat, baik dengan pengelihatan, pendengaran maupun semua sarana yang tersedia.

Saat berlayar diharuskan seluruh alat navigasi seperti RADAR ARPA harus di gunakan untuk menunjang keselamatan pelayaran.

Mualim dari kedua kapal tidak menggunakan alat navigasi secara

(8)

optial. Mualim II MV. Kutai Raya Dua tidak memaksimalkan penggunaan RADAR ARPA.

Dikarenakan menggunakanya setelah Mualim II merasa tidak yakin dengan pengamatanya, setelah beberapa saat baru menyalakan RADAR ARPA dan ternyata sosok benda yang dimaksud sudah cukup dekat sehingga tindakan untuk menghindar terjadi terlalu dekat.

4) STCW VIII dinas jaga navigasi bagian 3

Jika merasa ragu tenteng tindakan apa yang akan di ambil, demi keselamatan kapal harus memanggil Nakhoda.

5) aturan 7 bahaya tubrukan

Setiap kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai keadaanya. Jika timbul keragu-raguan, maka bahaya semacam itu harus dianggap ada.

Mualim II saat melihat lampu kerlap-kerlip yang diduga lampu jaring nelayan, saat itu tidak langsung melakukan tindakan karena dirasa aman walaupun Mualim II tidak yakin terhadap sosok benda yang diamatinya.

6) aturan 22 daya tampak lampu-lampu

Di kapal-kapal dengan panjang 12 meter atau lebih dan kurang dari 50 meter, diharuskan menyalakan lampu-lampu navigasi.

Saat berpapasan dengan MV. Kutai Raya Dua pihak Tugboat tidak menyalakan lampu navigasi seperti lampu tiang, lampu lambung, lampu buritan, lampu tunda dan hal itu menyulitkan

(9)

pengidentifikasian dari MV. Kutai Raya Dua sehingga proses berpapasan terjadi dengan membahayakan.

7) aturan 24 menunda dan mendorong

Sebuah kapal yang menunda harus memperhatikan

Sebagai pengganti lampu yang di tetapkan di ATURAN 23, dua lampu tiang yang bersusun tegak lurus. Apabila panjang tundaan diukur dari buritan kapal yang menunda sampai buritan kapal yang di tunda lebih dari 200 meter maka tiga lampu bersusun tegak lurus Tugboat tidak menyalakan lampu navigasi, hanya menyalakan

lampu di tongkangnya.

Penerapan

1) aturan 23 kapal tenaga yang sedang berlayar

Saat berlayar MV. Kutai Raya Dua menyalakan lampu tiang depan, lampu tiang kedua yang lebih tinggi dari lampu tiang depan, lampu lambung, buritan khususnya saat petang atau tengah malam.

2) STCW VIII dinas jaga navigasi bagian 3

Petugas jaga harus selalu menjamin bahwa pengamatan secara baik dilakukan terus-menerus, pada kapal yang memiliki kamar peta yang terpisah, perwira tugas jaga navigasi boleh mengunjungi kamar peta ini jika memang perlu untuk kepentingan navigasi, asal terlebih dahulu memastikan bahwa tindakanya bersifat aman dan pengamanan tetap dilaksanakan.

(10)

3) Standing Order

Pada malam hari apabila diperlukan ke kamar peta harus dilakukan sesingkat mungkin

Mualim II saat berjaga 00.00-04.00 dan dibutuhkan ke kamar peta selalu melakukanya dengan cepat. Agar bisa langsung kembali melanjutkan pengawasannya.

a. MV. Kutai Raya Dua menyilang dengan MV.Meratus Gorontalo di laut Flores dengan jarak yang cukup dekat.

Dalam situasi saling menyilang alangkah baiknya bila kedua kapal melakukan komunikasi untuk mencapai sebuah kesepakatan. MV.

Kutai Raya Dua sudah melakukan panggilan kepada MV. Meratus Gorontalo untuk melakukan kesepakan karena kapal diindikasi akan bersilangan tetapi MV. Gorontalo tidak merespon dan akhirnya kedua kapal bersilangan dengan jarak yang cukup dekat.

Penyimpangan

1) aturan 5 pengamatan

Setiap kapal melakukan pengamatan dengan cermat, baik dengan pengelihatan, pendengaran maupun semua sarana yang tersedia.

Perwira jaga MV.Meratus Gorontalo tidak mengoptimalkan seluruh alat navigasi khususnya penggunaan VHF, pada saat dipanggil MV. Kutai Raya Dua untuk melakukan kesepakatan tidak memberikan respon.

(11)

2) aturan 8 tindakan untuk menghindari bahaya tubrukan

a) Setiap perubahan haluan atau kecepatan untuk menghindari bahaya tubrukan harus dilakukan dengan cukup besar sehingga diketahui dengan jelas oleh kapal lain.

Dalam mengubah haluan untuk menyimpang MV. Meratus Gorontalo, Mualim III MV. Kutai Raya Dua melakukan dengan perubahan yang kecil.

b) Jika ada ruang gerak yang cukup, perubahan haluan kapal merupaka tindakan yang paling tepat untuk menghindari situasi saling mendekat, perubahan haluan dilakukan dengan waktu yang cukup, tepat dan tidak mengakibatkan situasi saling mendekat.

Saat MV. Kutai Raya Dua mempunyai jarak aman untuk menyimpang MV.Meratus Gorontalo, Mualim III tidak melakukan perubahan haluan yang berarti atau besar. Setalah kedua kapal sudah semakin dekat Mualim III baru melakukan tindakan perubahan haluan besar sehingga saat terjadi persilangan jarak MV. Kutai Raya Dua dan MV.Meratus Gorontalo sudah terlalu dekat.

3) aturan 17 tindakan kapal yang bertahan

Jika oleh karena suatu sebab, kapal diwajibkan mempertahankan haluan dan kecepatanya mengetahui bahwa dirinya terlalu dekat sehingga tubrukan tidak dapat dihindari oleh kapal yang menyimpang saja, maka kapal tersebut harus melakukan tindakan.

(12)

Dalam situasi bersilangan, berpapasan ataupun penyalipan maka tindakan antar kedua kapal harus saling berkomunikasi untuk menyesuaikan dengan kondisi masing-masing agar mendapatkan kesepakatan yang aman antar kapal. Saat MV. Kutai Raya Dua bersilangan dengan MV.Meratus Gorontalo kedua kapal ini tidak saling berkomunikasi untuk melakukan kesepakan, dikarenakan dari pihak MV.Meratus Gorontalo tidak menjawab panggilan dari MV. Kutai Raya Dua dan akhirnya kedua kapal bersimpangan dengan jarak yang terlalu dekat, dan itu sangat membahayakan.

4) STCW VIII dinas jaga navigasi bagian 3

Perwira jaga navigasi harus melakukan pemeriksaan tetap untuk menjamin bahwa: Lampu navigasi dan lampu isyarat peralatan navigasi lain berfungsi dengan baik. Kemungkinan perwira Tugboat tidak melakukan pengecekan sebelum kapal berlayar.

5) Standing Order

Pada situasi bersilangan, tentukan sedini mungkin apakah ada bahaya tubrukan atau tidak, jika ada ambilah tindakan pada waktu dan jarak yang cukup dengan tetep memperhatikan aturan 15 (P2TL) tahun 1972.

Keadaan di kapal, Mualim III seudah mengidentifikasi bahwa akan terjadi situasi bersilangan dengan jarak yang cukup Mualim III tidak langsung mengambil tindakan baru setelah jarak sudah semakin dekat dengan kapal lain Mualim III mengambil tindakan.

(13)

Penerapan

1) aturan 5 pengamatan

Setiap kapal melakukan pengamatan dengan cermat, baik dengan pengelihatan, pendengaran maupun semua sarana yang tersedia.

Mualim III MV. Kutai Raya Dua melaksanakan dinas jaga dengan baik memaksimalkan penglihatan, pendengaran dan seluruh alat navigasi. Menggunakan VHF untuk memnggil MV.Meratus Gorontalo dan menggunakan RADAR ARPAuntuk mnegetahui jaraknya.

2) aturan 7 bahaya tubrukan

a) Jika dipasang dan bekerja dengan baik, penggunaan radar dilakukan dengan tepat termasuk penggunaan skala jarak jauh untuk memperoleh peringatan bahaya tubrukan dan penggunaan radar ploting atau pengamaytan secara cermat benda yang terdeteksi.

Kejadian diatas kapal, Mualim III MV. Kutai Raya Dua memaksimalkan sarana yang ada, sebagaimana mongoptimalan radar dalam mengatur jarak saat bersilangan dengan MV.Meratus Gorontalo dan menggunakan VHF untuk memanggilnya.

b) Bahaya yang demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman kapal yang sedang mendekat tidak menunjukan perubahan yang berarti.

(14)

Mualim III mengidentifikasi dengan baik bahwa baringan MV.

Kutai Raya Dua dengan MV.Meratus Gorontalo tidak menunjukan perubahan yang berarti dan hal tersebut dapat di artikan sebagai situasi bersilangan.

3) aturan 15 situasi menyilang

Jika dua kapal tenaga dengan haluan saling menyilang sehingga menimbulkan bahaya tubrukan, maka kapal yang yang mengetahui ada kapal lain pada lambung kanan, maka menyimpang dan jika keadaan mengijinkan harus menghindari untuk memotong di depan kapal lain itu.

Keadaan di kapal, kedua kapal yang saling bersilangan MV. Kutai Raya Dua dan MV.Meratus Gorontalo menjalankan sesuai prosedur.

4) aturan 16 Tindakan Yang Menyimpang

Kapal yang melihat kapal lain di lambung kananya maka harus menyimpang

Kejadian di kapal, MV. Kutai Raya Dua melakukannya sesuai prosedur.

5) aturan 17 tindakan kapal yang bertahan

Apabila kedua kapal harus menyimpang, maka kapal yang harus tetap mempertahankan haluanya

Kejadian di atas kapal MV. Meratus Gorontalo mempertahankan kecepatan dan haluanya saat berpapasan dengan MV. Kutai Raya Dua.

(15)

6) Standing Order

Adalah penting bagi seorang Perwira Jaga yakin bahwa selama dia bertugas dilakukan pengamatan yang baik.

Keadaan di kapal, Mualim III melakukan pengamatan dengan baik memaksimalkan pendengaran dan pengelihatan serta seluruh alat navigasi.

b. Untuk menunjang pelayaran yang aman, maka setiap dinas jaga harus di lakukan dengan optimal, dimana dinas jaga di MV. Kutai Raya Dua di lakukan dalam tiga shift. Dari pengalaman penulis setelah ikut berjaga dangan MualimI, II, III dari ketiga Mualim tersebut yang saya temui meninggalkan dinas jaga sebelum jam jaga berakhir atau sebelum perwira pengganti telah berada di anjungan.

Penerapan

1) STCW VIII dinas jaga navigasi bagian 3

Anjungan tidak boleh ditinggalkan tanpa seorangpun yang menjaganya.

2) Standing Order

Perwira Jaga harus melakukan tugasnya di anjungan, dimana dia tidak boleh meninggalkan anjungan sekejappun tanpa ada perwira pengganti.

Seluruh perwira jaga dari Mualim I,II dan III selama penulis ikut berjaga di anjungan tidak sekalipun meninggalkan anjungan, bila ada keadaan yang mengharuskan mereka meninggalkan anjungan untuk waktu yang tidak lama pasti harus ada juru mudi atau cadet

(16)

yang mengawasi dan Mualim jaga jitak pernah meninggalkan anjungan sebelum berakhir jam jaganya serta sebelum perwira pengganti sudah tiba di anjungan.

C. PEMBAHASAN

Pemecahan masalah-masalah kejadian yang pernah penulis alami selama praktek berlayar di MV. Kutai Raya Dua berdasarkan rumusan masalah dan analisa data.

1. Bagaimana pelaksanaan dinas jaga anjungan di MV. Kutai Raya Dua?

Pelaksanaan dinas jaga di MV. Kutai Raya Dua untuk keseluruhanya sudah baik tapi masih terdapat beberapa kelalaian yang dilakukan mualim jaga seperti saat penulis ikut berjaga dengan mualim II dan III, masih kurangnya tanggung jawab yang dilakukan mualim II dengan tidak menghidupkan RADAR ARPA saat kapal berlayar.

Seharusnya saat kapal berlayar baik itu di laut lepas maupun di alur tetap seluruh alat navigasi harus dalam keadaan standby. Dari kelalaian tersebut mengakibatkan pengidentifikasian sebuah target yang merupakan sebuah Tugboat dilaukukan dengan terlambat sehingga proses menghindarinya dilakukan dengan jarak yang terlalu dekat sehingga mengkibatkan bahaya tubrukan dan saat Mualim III bersilangan dengan MV. Meratus Gorontalo dengan jarak yang terlalu dekan dikarenakan proses pemanggilang dari pihak MV. Kutai Raya Dua tidak di respon sebagai kapal yang harus menyilang dan proses mengubah haluan oleh Mualim III pada jarak yang aman dilakukan dengan sedikit-sedikit dan setelah kapal sudah pada jarak yang dekat baru mualim III melakukan

(17)

perubahan halua besar sehingga proses bersilangan dilakukan dengan jarak yang terlalu dekat.

2. Upaya apa yang dilakukan dalam penerapan prosedur dinas jaga untuk mencegah tubrukan di MV. Kutai Raya Dua ?

Selama penulis melakukan praktek berlayar di MV. Kutai Raya Dua dan ikut melaksanakan tugas jaga anjungan tidak ada tindakan apapun diantara mualim jaga untuk saling mengingatkan satu dengan yang lain atau terkesan masih mempunyai anggapan bahwa setelah jam jaganya selesai sudah bukan tanggung jawabnya lagi, jadi mualim jaga sebelumnya hanya melakukan serah terima jaga sesuai biasa melaporkan yang ada di log book dan menyampaikan keadaan sekitar. Seperti kejadian di kapal saat Mualim II hampir menubruk Tugboat diselat Makassar, sebenarnya Mualim II ragu-ragu atas apa yang di amatinya tetapi Mualim II tidak langsung merseponya bahkan tidak memberitahu Nakhoda kejadian tersebut walaupuan ragu-ragu dengan apa yang diamatinya, membuktikan masih kurangya keterbukaan diantara Mualim jaga dengan Nahkoda dan saat Mualim III MV. Kutai Raya Dua bersilangan dengan MV. Meratus Gorontalo dengan tidak merubah haluan yang besar saat kapal pada jarak yang aman, baru setelah jarak kapal sudah dekat Mualim III MV. Kutai Raya Dua merubah haluan dengan besar sehingga mengakibatkan proses bersilangan dilakukan denga jarak yang dekat dan hal tersebet sangat berbahaya, dari kejadian itu Mualim III tidak menanyakan kepada atasan apakah tindakan yang dilakukanya sudah sesuai ataupun belum sesuai.

(18)
(19)

36 A. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan analisa data penulis menyipulkan : 1. Bagaimana pelaksanaan dinas jaga anjungan di MV. Kutai Raya Dua?

Pelaksanaan dinas jaga di MV. Kutai Raya Dua untuk keseluruhan Mualim jaga melaksanakan tugas jaganya dengan baik walaupun adakalanya masih terdapat beberapa pelanggaran yang dilakukan oleh Mualim jaga, seperti masih kurangya rasa tanggung jawab dan masih terdapat kelalaian saat melaksanakan tugas jaganya yang mengakibatkan timbulnya bahaya tubrukan walaupun masih bisa ditangani. Seperti saat Mualim II hampir bertubrukan dengan Tugboat di selat makasar dikarenakan kelalaian Mualim II yang tidak memaksimalkan RADAR ARPA sehingga pengidentifikasian sosok benda berupa Tugboat terlalu lama sehingga proses menghindar dilakukan dengan jarak yang terlalu dekat dan saat Mualim III bersilangan dengan MV. Meratus Gorontalo dengan jarak yang terlalu dekat karena proses mengubah haluanya untuk mengambil buritan dilakukan dengan sedikit-sedikit dan baru setelah kapal sudah dekat baru menguba haluan dengan besar.

2. Upaya apa yang dilakukan dalam penerapan prosedur dinas jaga untuk mencegah tubrukan di MV. Kutai Raya Dua ?

Untuk menunjang melayaran yang aman dibutuhkan kekompakan team agar tercapai sebuah tujuan, di MV. Kutai Raya Dua terutama untuk dinas jaga masih kurang untuk pengupayaan penerapan prosedurnya

(20)

terkesan masih belum bekerja secara terbuka bilamana terjadi sebuah kejadian yang menyimpang dan diantara perwira masih enggan menanyakan kepada atasan bilamana terjadi sebuah kejadian yang menyimpang untuk tindakan seperti apa yang tepatnya dilakukan.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan, dari masalah-masalah penelitian tentang penerapan prosedur dinas jaga yang baik di MV. Kutai Raya Dua, penulis memberikan beberapa saran untuk Mualim dan Nakhoda demi mendukung pelaksanaan pelayaran yang aman :

1. Agar kejadian- kejadian hampir menubruk seperti di atas tidak terjadi lagi diharapkan untuk para perwira lebih meningkatkan rasa tanggung jawabnya saat melaksanakan dinas jaga, lebih terbuka kepada atasan karena di atas kapal kita semua adalah sebuah team yang harus bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dan bilamana terjadi keragu-raguan tidak mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan langsung memanggil Nakhoda sebagai penanggung jawab kapal bilamana ada sesuatu yang kurang dipahami alangkah lebih baiknya ditanyakan kepada atasan demi keselamatan pelayaran, seluruh alat navigasi harus standby saat kapa berlayar tidak terkecuali.

2. Untuk Nahkoda saat safety meeting untuk aturan-aturan dinas jaga lebih di sosialisaikan mengingat begitu pentingya dinas jaga agar menjadi perhatian yang lebih. Serta memastikan bawahanya bekerja dengan baik serta memberi pengarahan kepada Mualim yang masih kurang memahami aturan-aturan dinas jaga.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang diperoleh dari pengamatan mengenai dinas jaga dianjungan kapal pada malam hari adalah, perwira jaga telah melaksanakan tugas jaga dengan rasa penuh tanggung jawab