Langkah-Langkah Menulis 9 Model
Jurnal Refleksi
Oleh:
Nurfaidah, M.Pd
Pembentukan kelompok: Bentuklah kelompok dengan
beberapa anggota yang akan berpartisipasi dalam refleksi.
Pastikan bahwa setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk berbagi.
Penentuan topik atau pertanyaan: Tentukan topik atau pertanyaan refleksi yang akan dibahas oleh kelompok.
Misalnya, topik dapat berhubungan dengan pengalaman belajar, tantangan yang dihadapi, atau peran dalam sebuah proyek.
Urutan berbagi: Tetapkan urutan berbagi dalam kelompok.
Ini bisa secara acak atau diatur sebelumnya agar setiap anggota kelompok memiliki giliran yang jelas untuk berpartisipasi.
Berbagi refleksi: Mulai dengan anggota pertama yang berbagi pengalaman, pemikiran, atau pandangan mereka terkait dengan topik atau pertanyaan yang ditentukan.
Setiap anggota kelompok memiliki waktu tertentu untuk berbicara tanpa gangguan atau interupsi dari anggota lainnya.
Mendengarkan dan merespon: Anggota kelompok lainnya harus mendengarkan dengan seksama ketika satu anggota berbagi. Setelah selesai berbicara, anggota lain dapat
memberikan tanggapan, bertanya, atau memberikan umpan balik terhadap apa yang telah dibagikan.
Bergantian berbagi: Setelah anggota pertama selesai, lanjutkan ke anggota berikutnya sesuai dengan urutan yang ditentukan. Setiap anggota memiliki kesempatan
yang sama untuk berbagi dan mendapatkan tanggapan dari anggota lainnya.
Pemantapan dan penutup: Setelah setiap anggota kelompok telah berbagi dan mendapatkan tanggapan, bisa dilakukan sesi pemantapan di mana kesimpulan atau pemahaman umum dapat diambil dari refleksi yang dilakukan. Akhiri sesi dengan ringkasan dan penutup yang sesuai.
Refleksi gaya "round robin" adalah metode yang melibatkan kelompok atau tim dalam kegiatan refleksi. Dalam refleksi gaya round robin, setiap anggota kelompok secara bergantian berbagi pengalaman, pemikiran, atau pandangan mereka
tentang topik atau situasi tertentu. Berikut adalah langkah- langkah yang umum dilakukan dalam refleksi gaya round robin:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Refleksi gaya round robin memungkinkan setiap anggota
kelompok untuk aktif berpartisipasi, mendengarkan perspektif orang lain, dan memperoleh wawasan yang lebih luas tentang topik yang dibahas. Ini juga mempromosikan kerja sama dalam refleksi kelompok dan membangun hubungan tim yang lebih kuat.
Model Round Robin
Model Reflektif Storyboard
Identifikasi pengalaman yang akan direfleksikan: Tentukan pengalaman atau peristiwa yang ingin Anda refleksikan. Ini bisa berupa pengalaman belajar, proyek, situasi interaksi sosial, atau pengalaman pribadi lainnya yang memiliki dampak signifikan bagi Anda.
Pilih format storyboard: Pilih format atau template storyboard yang sesuai dengan kebutuhan Anda. Anda dapat membuat storyboard secara manual dengan menggambar atau menggunakan alat digital seperti aplikasi atau perangkat lunak khusus storyboard.
Bagi cerita menjadi rangkaian peristiwa: Membagi cerita atau pengalaman menjadi beberapa peristiwa atau momen penting yang dapat disusun secara berurutan. Setiap peristiwa akan menjadi "frame" dalam storyboard.
Gambar dan tulis setiap frame: Untuk setiap frame atau peristiwa, buatlah gambar atau ilustrasi yang mewakili peristiwa tersebut. Gambaran bisa berupa sketsa, ikon, atau gambar yang relevan. Di samping gambar, tambahkan teks atau deskripsi yang menjelaskan peristiwa atau refleksi yang terkait dengan frame tersebut.
Refleksi pada setiap frame: Untuk setiap frame, gunakan teks atau keterangan tambahan untuk merefleksikan pengalaman atau peristiwa yang ditampilkan dalam gambar. Tulis pemikiran, reaksi, pelajaran, atau wawasan yang Anda dapatkan dari peristiwa tersebut. Ini dapat berupa pertanyaan, refleksi, atau kesimpulan yang relevan.
Susun storyboard secara berurutan: Susun setiap frame secara berurutan untuk menggambarkan cerita atau rangkaian peristiwa dengan jelas. Pastikan urutan frame mencerminkan alur kronologis atau urutan logis pengalaman yang direfleksikan.
Tinjau dan refleksi lebih lanjut: Tinjau storyboard secara keseluruhan dan perhatikan refleksi Anda pada setiap frame.
Gunakan kesempatan ini untuk mendalami pemahaman Anda, menggali lebih dalam, dan melihat pola atau temuan yang muncul dari pengalaman tersebut.
Model reflektif storyboard adalah pendekatan yang melibatkan penggunaan storyboard dalam proses refleksi. Storyboard adalah alat visual yang digunakan untuk menggambarkan rangkaian peristiwa atau cerita secara berurutan melalui gambar dan teks.
Dalam konteks refleksi, storyboard digunakan untuk merekam dan memvisualisasikan pengalaman atau peristiwa yang signifikan, serta refleksi yang terkait dengannya. Berikut adalah langkah- langkah untuk menggunakan model reflektif storyboard:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Model reflektif storyboard memberikan pendekatan visual yang membantu memvisualisasikan pengalaman, memadukan aspek visual dan naratif dalam refleksi. Ini memungkinkan Anda untuk merangkum pengalaman secara komprehensif, mengaitkan gambar dengan pemikiran dan refleksi, dan menggali pemahaman yang lebih dalam melalui pendekatan yang kreatif.
Model Reflektif Storyboard
Topi putih (White Hat): Topi putih melibatkan pendekatan yang rasional dan berfokus pada fakta dan informasi yang tersedia.
Dalam refleksi, Anda dapat mempertimbangkan fakta, data, dan informasi yang relevan dengan pengalaman yang sedang direfleksikan. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang saya tahu?
Apa yang saya pelajari?"
Topi merah (Red Hat): Topi merah melibatkan pendekatan yang berfokus pada emosi dan intuisi. Dalam refleksi, Anda dapat mengeksplorasi perasaan, emosi, atau reaksi pribadi yang muncul selama pengalaman. Tanyakan pada diri sendiri, "Bagaimana saya merasa tentang pengalaman ini? Apa yang terasa benar atau salah?"
Topi hitam (Black Hat): Topi hitam melibatkan pendekatan kritis dan berfokus pada risiko, hambatan, atau masalah yang mungkin muncul dalam pengalaman. Dalam refleksi, Anda dapat mengidentifikasi aspek-aspek yang kurang ideal atau hambatan yang dihadapi. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang tidak berjalan dengan baik? Apa yang bisa menjadi masalah?"
Topi kuning (Yellow Hat): Topi kuning melibatkan pendekatan yang optimis dan berfokus pada manfaat, potensi, atau kelebihan dari pengalaman. Dalam refleksi, Anda dapat mencari sisi positif, pelajaran, atau manfaat yang dapat Anda ambil dari pengalaman tersebut. Tanyakan pada diri sendiri, "Apa yang berjalan dengan baik? Apa yang saya pelajari atau dapatkan dari ini?"
Topi hijau (Green Hat): Topi hijau melibatkan pendekatan yang kreatif dan inovatif. Dalam refleksi, Anda dapat menggali ide-ide baru, alternatif, atau solusi yang mungkin berkaitan dengan pengalaman tersebut. Tanyakan pada diri sendiri, "Apakah ada ide baru atau pendekatan yang bisa saya coba? Bagaimana saya bisa melihat ini dari sudut pandang yang berbeda?"
Topi biru (Blue Hat): Topi biru melibatkan pendekatan yang berfokus pada proses pemikiran itu sendiri. Dalam refleksi, topi biru digunakan untuk mengatur dan mengarahkan refleksi secara keseluruhan. Anda dapat mengatur waktu, mengidentifikasi tujuan refleksi, dan menyimpulkan pemikiran Anda secara keseluruhan.
Refleksi dengan menggunakan pendekatan "Six Thinking Hats"
melibatkan pemikiran kreatif dan refleksi yang terstruktur dengan mempertimbangkan berbagai sudut pandang atau mode pemikiran yang berbeda. Metode ini dikembangkan oleh Edward de Bono dan menggunakan enam "topi" yang berbeda, masing-masing mewakili pendekatan atau sudut pandang yang berbeda dalam proses refleksi.
Berikut adalah enam topi dan cara mengaplikasikannya dalam refleksi menggunakan model Six Thinking Hats:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dengan menggunakan pendekatan "Six Thinking Hats" dalam refleksi, Anda dapat melibatkan pemikiran yang lebih luas, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda, dan menggali berbagai aspek pengalaman dengan lebih mendalam. Ini membantu memperluas perspektif Anda dan memungkinkan pemikiran yang lebih holistik dalam proses refleksi.
Pengalaman (Experience): Tahap ini melibatkan merefleksikan pengalaman yang baru saja dialami.
Pertanyaan yang diajukan pada tahap ini termasuk:
Apa yang saya alami?
Apa yang terjadi?
Apa yang saya pelajari?
Pemahaman (Understanding): Tahap ini melibatkan pemahaman dan analisis terhadap pengalaman tersebut.
Pertanyaan yang diajukan pada tahap ini termasuk:
Mengapa pengalaman ini terjadi?
Bagaimana pengalaman ini terkait dengan pengetahuan atau pengalaman sebelumnya?
Apa yang saya pelajari dari pengalaman ini?
Refleksi Kritis (Critical Reflection): Tahap ini melibatkan pemikiran kritis dan evaluasi terhadap pengalaman tersebut.
Pertanyaan yang diajukan pada tahap ini termasuk:
Apa yang berhasil dan tidak berhasil dalam pengalaman ini?
Bagaimana pengalaman ini dapat ditingkatkan?
Bagaimana pengalaman ini memengaruhi pandangan atau pemikiran saya?
Tindakan (Action): Tahap ini melibatkan perencanaan dan tindakan lanjutan berdasarkan refleksi yang dilakukan.
Pertanyaan yang diajukan pada tahap ini termasuk:
Apa yang harus saya lakukan selanjutnya berdasarkan refleksi ini?
Bagaimana saya dapat mengimplementasikan apa yang saya pelajari ke dalam tindakan nyata?
Apa yang harus saya perubahan atau tingkatkan dalam praktik saya?
Model refleksi Driscoll adalah pendekatan refleksi yang dikembangkan oleh Dr. John Driscoll. Model ini mengajukan serangkaian pertanyaan reflektif yang membantu individu memahami dan menggali pengalaman belajar mereka secara lebih mendalam. Berikut adalah empat tahap dalam Model Refleksi Driscoll:
1.
2.
3.
4.
Dengan mengikuti model refleksi Driscoll, individu dapat menggali pengalaman belajar mereka dengan lebih sistematis dan mendalam. Model ini membantu dalam memahami makna dan nilai dari pengalaman belajar, serta mempromosikan pemikiran kritis dan tindakan reflektif yang bertujuan untuk peningkatan pribadi dan profesional.
Model Reflektif Driscoll
Model Reflektif DEAL
Describe (Deskripsikan): Tahap pertama adalah
menggambarkan secara objektif pengalaman yang dialami.
Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Apa yang terjadi dalam pengalaman tersebut?
Bagaimana perasaan saya selama pengalaman itu?
Apa yang dapat saya amati atau lihat?
Examine (Periksa): Tahap kedua adalah memeriksa atau menyelidiki pengalaman dengan lebih mendalam.
Pertanyaan yang relevan dalam tahap ini adalah:
Mengapa pengalaman ini penting atau berarti bagi saya?
Apa yang dapat saya pelajari dari pengalaman ini?
Bagaimana pengalaman ini berhubungan dengan pengetahuan atau pemahaman saya sebelumnya?
Articulate (Mengungkapkan): Tahap ketiga adalah
mengungkapkan pemikiran, refleksi, atau wawasan yang muncul dari pengalaman tersebut. Pertanyaan yang
diajukan pada tahap ini termasuk:
Apa yang telah saya pelajari tentang diri saya, orang lain, atau situasi ini?
Apa yang saya perhatikan tentang proses belajar atau pengembangan saya?
Bagaimana pengalaman ini dapat memengaruhi tindakan atau sikap saya ke depannya?
Learn (Belajar): Tahap terakhir adalah mengekstrak pelajaran atau pembelajaran yang dapat diambil dari
pengalaman tersebut. Pertanyaan yang relevan dalam tahap ini adalah:
Apa yang saya pelajari secara spesifik?
Bagaimana pembelajaran ini dapat diterapkan dalam situasi atau konteks lain?
Apa yang ingin saya lakukan selanjutnya berdasarkan pembelajaran ini?
Model refleksi DEAL (Describe, Examine, Articulate, Learn) adalah pendekatan yang digunakan untuk refleksi dalam konteks pembelajaran atau pengembangan pribadi. Model ini membantu individu menggali pengalaman mereka secara mendalam dan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang pembelajaran yang terjadi. Berikut adalah empat langkah dalam Model Refleksi DEAL:
1.
2.
3.
4.
Melalui langkah-langkah dalam Model Refleksi DEAL, individu dapat menggali pengalaman belajar atau pengembangan
pribadi dengan lebih mendalam. Model ini mempromosikan pemahaman diri, refleksi kritis, dan perumusan pembelajaran yang dapat diterapkan dalam praktik atau situasi lainnya.
Model Reflektif 5R
Recall (Ingat): Tahap pertama adalah mengingat atau
menggambarkan kembali pengalaman yang ingin direfleksikan.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini:
Apa yang terjadi dalam pengalaman itu?
Siapa yang terlibat dan apa peran saya?
Bagaimana suasana atau konteksnya?
Respond (Menanggapi): Tahap kedua adalah mengekspresikan perasaan, pemikiran, dan respons yang muncul selama
pengalaman tersebut. Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Bagaimana perasaan saya selama pengalaman itu?
Apa yang saya pikirkan saat itu?
Apakah ada hal yang membuat saya kagum, frustrasi, atau terinspirasi?
Reflect (Merfleksi): Tahap ketiga adalah merefleksikan
pengalaman dengan lebih mendalam. Pertanyaan yang relevan dalam tahap ini termasuk:
Mengapa pengalaman ini penting atau berarti bagi saya?
Apa yang saya pelajari tentang diri saya atau orang lain?
Bagaimana pengalaman ini mempengaruhi pandangan atau sikap saya?
Relate (Menghubungkan): Tahap keempat adalah
menghubungkan pengalaman tersebut dengan pengetahuan,
pengalaman, atau konteks yang lebih luas. Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Bagaimana pengalaman ini berhubungan dengan pengalaman sebelumnya?
Apakah ada konsep atau teori yang dapat saya terapkan pada pengalaman ini?
Bagaimana pengalaman ini relevan dengan konteks atau situasi yang lebih besar?
Reconstruct (Merekonstruksi): Tahap terakhir adalah merekonstruksi pemahaman, perspektif, atau tindakan
berdasarkan refleksi yang telah dilakukan. Pertanyaan yang relevan dalam tahap ini termasuk:
Apa yang saya pelajari secara khusus dari pengalaman ini?
Bagaimana pemahaman baru ini dapat membantu saya dalam tindakan atau pengembangan selanjutnya?
Apa yang ingin saya lakukan berdasarkan pemahaman baru ini?
Dalam melakukan refleksi pembelajaran ada 5 teknik yang dapat
digunakan atau disebut dengan Teknik 5R yang terdiri dari Reporting (pelaporan), Responding (menanggapi), Relating (mengaitkan),
Reasoning (penalaran), dan Reconstructing (rekonstruksi) 1.
2.
3.
4.
5.
Model Refleksi 5R memberikan kerangka kerja untuk menggali pengalaman dengan lebih mendalam dan memperoleh pemahaman yang lebih baik. Dengan mengikuti langkah-langkah ini, individu dapat melibatkan pemikiran kritis, pengenalan emosi, dan hubungan dengan konteks yang lebih luas dalam proses refleksi.
Model Reflektif 4C
Concrete Experience (Pengalaman Konkrit): Tahap pertama melibatkan menggambarkan secara rinci pengalaman yang ingin direfleksikan. Fokus pada aspek-aspek konkret pengalaman, seperti apa yang terjadi, siapa yang terlibat, dan apa yang dirasakan.
Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Apa yang terjadi dalam pengalaman itu?
Bagaimana perasaan dan emosi saya selama pengalaman itu?
Apa yang saya lakukan dan apa yang terjadi di sekitar saya?
Contextualize (Kontekstualisasi): Tahap kedua melibatkan menempatkan pengalaman dalam konteks yang lebih luas.
Pertimbangkan faktor-faktor lingkungan, situasi, dan konteks yang mempengaruhi pengalaman tersebut. Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Apa yang membuat pengalaman ini relevan atau penting?
Bagaimana lingkungan atau situasi mempengaruhi pengalaman ini?
Apakah ada norma, nilai, atau kepercayaan yang memainkan peran dalam pengalaman ini?
Confront (Konfrontasi): Tahap ketiga melibatkan konfrontasi atau pemikiran kritis terhadap pengalaman tersebut.
Pertanyaan yang relevan dalam tahap ini termasuk:
Apa yang berhasil atau tidak berhasil dalam pengalaman ini?
Apa yang bisa saya pelajari dari pengalaman ini?
Apakah ada tantangan atau hambatan yang saya hadapi dan bagaimana saya mengatasinya?
Conceptualize (Konseptualisasi): Tahap terakhir melibatkan merumuskan pemahaman baru atau konsep yang muncul dari refleksi tersebut. Pertanyaan yang dapat membantu dalam tahap ini adalah:
Apa yang saya pelajari tentang diri saya, orang lain, atau topik tertentu?
Bagaimana pengalaman ini berhubungan dengan pengetahuan atau pemahaman saya sebelumnya?
Bagaimana pemahaman baru ini dapat diaplikasikan dalam konteks lain atau tindakan di masa depan?
Model refleksi 4C adalah pendekatan refleksi yang menggabungkan empat langkah utama untuk memperdalam pemahaman tentang pengalaman belajar atau pengembangan pribadi. Berikut adalah langkah-langkah dalam Model Refleksi 4C:
1.
2.
3.
4.
Melalui langkah-langkah dalam Model Refleksi 4C, individu dapat menggali pengalaman dengan lebih dalam dan memperoleh pemahaman yang lebih kaya. Model ini mempromosikan pemikiran kritis, pengenalan konteks, dan konseptualisasi pemahaman yang dapat diterapkan dalam situasi atau konteks yang lebih luas.