• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I PENGGUNAAAN MESIN PENCACAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK LIMBAH JAGUNG DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I PENGGUNAAAN MESIN PENCACAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK LIMBAH JAGUNG DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

PENGGUNAAAN MESIN PENCACAH DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK LIMBAH JAGUNG

DI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

PROVINSI JAWA BARAT

Oleh:

SAMSIAH SANI NIM. 07.14.20.045

PROGAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTRIAN PERTANIAN

2022

(2)

i

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

NAMA : SAMSIAH SANI

NIM : 07.14.20.045

PROGAM STUDI : TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN JUDUL LAPORAN : PENGGUNAAN MESIN PENCACAH DALAM

PEBUATAN PUPUK ORGANIK LIMBAH

JAGUNG DI BALAI PENGKAJIAN

TEKNOLOGI PERTANIAN KECAMATAN

LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

Menyetujui : Pembimbing I

Bagus Prasetia, S.TP., M.P NIP. 198706282019021001

Pembimbing II

Athoillah Azadi, S.TP., M.T NIP . 198310222011011007

Mengetahui Ketua Program Studi

Athoillah Azadi, S.TP., MT NIP. 198310222011011007

(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur terhadap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya Penulis dapat Menyusun laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) I dengan judul “Penggunaan Mesin Pencacah Dalam Pembuatan Pupuk Organik Limbah Jagung Di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”.

Laporan ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas (PKL) I Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia Tahun Akademik 2021/2022. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak mungkin berjalan lancar tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Muharfiza,STP.,M.Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia

2. Athoillah Azadi, S.TP.,M.T selaku Ketua Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian sekaligus selaku pembimibing II

3. Bagus Prasetia, S.TP.,M.P selaku pembimbing I

4. Dr. Rustan Massinai, S.TP, M.Sc selaku Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat

5. Wawan Wahyudin selaku dosen eksternal yang selalu mendukung setiap kegiatan PKL I di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat 6. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, do’a dan semangat 7. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini.

Penulis menyadarai laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya mambangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini sehingga dapat menghasilkan laporan yang sempurna.

Tangerang, 01 Agustus 2022 Penulis

Samsiah Sani

(4)

iii DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 8

1.1. Latar Belakang ... 8

1.2. Tujuan ... 9

1.3. Manfaat ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1. Teknologi Pertanian ... 11

2.2. Mesin Pencacah ... 12

2.3. Pupuk Organik ... 13

BAB III METODE PELAKSANAN ... 15

3.1. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan I ... 15

3.2. Materi Kegiatan ... 15

3.3. Prosedur Pelaksanaan ... 17

BAB IV HASIL PELAKSANAAN ... 18

4.1. Gambaran Umum ... 18

4.1.1. Sejarah ... 18

4.1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi... 18

4.1.3. Visi dan Misi ... 19

4.1.4. Organisasi dan keraguan sumberdaya... 21

(5)

iv

4.2. Hasil Kegiatan ... 25

4.2.1. Penggunaan Mesin Pencacah Dalam Pengolahan Limbah jagung ... 25

4.2.2. Perawatan dan Perbaikan Mesin Pencacah ... 28

4.2.3. Proses Pengolahan Pupuk Organik ... 29

4.2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ... 31

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 33

5.1. Kesimpulan ... 33

5.2. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 1.3 Materi Kegiatan... 15 Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan PKL I ... 17 Tabel 3.4 Penyebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 01 Desember 2021 ... 22 Tabel 4.4 Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan per 01 Desember 2021 ... 23 Tabel 5.4 Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Jabatan 31 Desember 2021... 23 Tabel 6.4 Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat Per 31 Desember 2021 . 24

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Mesin Pencacah ... 12

Gambar 2.4 Struktur Organisasi ... 22

Gambar 3.4 Pencacahan jagung ... 25

Gambar 4.4 Pembersihan mata pisau mesin Pencacah ... 29

Gambar 5.4 Mengasah/ menajamkan mata ... 29

Gambar 6.4 Diagram Proses Pengolahan Limbah Jagung ... 31

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL I) ... 36 Lampiran 2.Format lembar konsultasi ... 41

(9)

8 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatan produksi beras nasional telah dilakukan baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Cara intensifikasi di antaranya perbaikan teknik budidaya seperti pemupukan. Akan tetapi lahan sawah tingkat produktivitasnya mengalami penurunan hasil. Kondisi ini disebabkan pemakaian pupuk anorganik/kimia secara intensif serta penggunaan bahan organik yang terabaikan, sehingga mengakibatkan bahan organik tanah menurun. Penggunaan pupuk kimia merupakan bagian dari revolusi hijau, sebuah proyek pada masa pemerintahan orde baru untuk mendorong produktivitas pertanian dengan menggunakan teknologi modern, yang diadakan sejak tahun 1990-an. Gebrakan revolusi hijau di Indonesia memang terlihat pada decade 1990-an. Waktu itu, pemerintah mengkomando penanaman padi pemaksaan pemakaian bibit impor, pupuk kimia, dll. Indonesia yang berjaya saat itu sempat mengalami swasembada beras. Namun hal itu tidak berlangsung lama. Berbagai dampak negatife yang ditimbulkan oleh pemakaian pupuk anorganik yaitu Berbagai organisme penyubur tanah musnah karena pupuk anorganik, kesuburan tanah yang merosot/tandus, keseimbangan ekosistem tanah yang rusak dan, terjadi peledakan dan serangan jumlah hama.

Menurut Altieri (2000), pupuk anorganik/kimia secara temporer telah meningkatkan hasil pertanian, tetapi keuntungan hasil panen akhirnya berkurang banyak dengan adanya penggunaan pupuk ini karena adanya sesuatu yang timbul akibat adanya degradasi (pencemaran) lingkungan pada lahan pertanian. Alasan utama kenapa pupuk anorganik menimbulkan pencemaran pada tanah adalah karena dalam prakteknya banyak kandungan yang terbuang. Disamping itu, fraksi tanah yang halus lebih mudah tererosi sehingga unsur hara terutama pospor sebagian besar diserap butir-butir tanah tersebut maka banyak unsur pospor yang hilang karena erosi.

Pupuk anorganik yang digunakan terus menerus dengan tidak dilakukan penambahan pupuk organik dapat mengakibatkan ketidak seimbangan unsur hara di dalam tanah, struktur tanah menjadi rusak, mikrobiologi di dalam tanah sedikit.

Selama ini penggunaan pupuk anorganik berdosis tinggi tanpa menambahkan bahan

(10)

9

organik pada budidaya padi sawah, akibatnya dapat menurunkan kadar bahan organik tanah, sehingga produksi tinggi tidak dapat dicapai. Oleh karena itu dalam budidaya padi sebaiknya digunakan secara tepadu dengan pupuk organik.

Sugiyanta, Rumawas, Chozin, Mugnisyah, & Ghulamahdi (2008)bahwa kombinasi pupuk organik (10 ton/ha) dengan pupuk anorganik (Urea 200 kg/ha + SP36 100 kg/ha + KCl 100 kg/ha) mampu meningkatkan efektifitas agronomi tanaman padi jika dibandingkan hanya menggunakan pupuk anorganik.Selanjutnya Gusmiatun dan Marlina (2018), penggunaan pupuk organik (20 ton ha/ha) dapat mengurangi pemakaian pupuk anorganik/kimia (Urea= 200 kg/ha, SP-36= 100 kg/ha, KCl= 50 kg/ha), pada kombinasi pupuk anorganik 50% + organik 50%, dapat meningkatkan hasil tanaman padi sebesar 23.8% dibandingkan tanpa menambahkan pupuk organik.

Dengan demikian potensi kompos sebagai pupuk organik diharapkan dapat mengatasi permasalahan petani tentang rendahnya kadar bahan organik tanah sawah.Pemakaian pupuk organik yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik diharapkan dapat menyediakan hara yang cukup bagi tanaman padi. Dan untuk mempercepat proses pembuatan pupuk organik itu sendiri di perlukan sebuah teknologi berupa mesin pencacah, dimana dengan penggunaan mesin ini dapat membantu mempercepat proses fermentasi pada pupuk organik, sehingga di perlukan nya kajian tentang “Penggunaan Mesin Pencacah Dalam Pembuatan Pupuk Organik Limbah Jagung”

1.2. Tujuan

Praktik Kerja Lapangan (PKL I) memiliki tujuan yaitu sebagai berikut:

a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang penggunaan teknologi alat mesin pertanian serta permasalahan dan pemecahan masalahnya.

b. Mahasiswa mampu meningkatkan keterampilan dalam pengunaan alat mesin pertanian.

c. Mahasiswa mampu mempelajari dan mengamati secara langsung kondisi sektor pertanian di lapangan.

d. Meningkatkan keterampilan, pengalaman dan wawasan mahasiswa serta mengenal praktik kerja nyata di BPTP Jawa Barat Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

(11)

10 1.3. Manfaat

Praktik Kerja Lapangan (PKL I) memiliki manfaat adalah sebagai berikut:

a. Mengenalkan mahasiswa/i Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI) sebagai penyelenggara pendidikan vokasi dibidang enjiniring pertanian.

b. Melatih mahasiswa untuk mengerjakan pekerjaan lapangan sekaligus melaksanakan serangkaian keterampilan yang sesuai dengan bidang keahliannya.

c. Melatih mahasiswa untuk berfikir kritis dan menggunakan daya nalarnya dengan cara memberi komentar logis terhadap kegiatan yang dilakukan.

d. Melatih mahasiswa untuk dapat mewujudkan jiwa kemandirian beradaptasi dan bersosialisasi dengan keadaan dilapangan.

e. Menumbuhkan jiwa wirausaha dan sikap kerja yang berkarakter.

(12)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teknologi Pertanian

Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk

mempercepat proses pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi- teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.(Rukman dan Yuniarsih 2005)

Limbah pertanian berupa tanaman jagung merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan dan kaya bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk tanaman. jagung merupakan limbah yang kaya bahan organik yang bisa diolah menjadi pupuk organik yang akan sangat berperan dalam siklus produksi tanaman karena bermanfaat bagi tanah dan tanaman dalam hal memperbaiki struktur dan ph tanah, serta meningkatkan kehidupan mikroba dan unsur mikro tanah.

Untuk mengelola limbah jagung menjadi pupuk organik diperlukan beberapa teknologi pertanian serta tahapan kegiatan dan peralatan mekanis yang dapat memudahkan proses tersebut. Tahapan kegitan tersebut meliputi pengumpulan batang jagung dengan menggunakan peralatan, pengangkutan batang jagung dari lahan ke tempat pengolahan menggunakan gerobak yang digandengkan pada traktor sebagai tenaga penarik atau menggunakan truk, pencacahan jagung menggunakan mesin pencacah, proses fermentasi, penggilingan jagung dengan alat penggiling, dan penyeragaman ukuran jagung menggunakan pengayak.

(13)

12 2.2. Mesin Pencacah

Mesin pencacah merupakan mesin yang digunakan untuk mencacah daun, jerami, dahan pisang, ranting pohon, batang jagung dan bahan kompos lain hingga bentuknya menjadi cukup halus. Dengan menggunakan mesin ini, proses pembuatan kompos menjadi lebih mudah dan cepat. Sebab, hasil pencacahan ini sudah bisa langsung diproses untuk membuat kompos. Tidak hanya untuk membuat pupuk, alat ini juga bisa digunakan untuk mencacah bahan pakan ternak, seperti sisa sayuran, rumput gajah, dan sebagainya.

Gambar 1.2 Mesin Pencacah

Mesin pencacah ini mempunyai sistem transmisi berupa pully. Gerakan putaran dari motor bensin ke pully 1 ditransmisikan ke pully 2 dengan menggunakan V-belt, ketika motor diesel dihidupkan maka motor diesel akan berputar kemudian putaran ditransmisikan oleh Vbelt untuk menggerakan kedua poros hingga poros menggerakan mata pisau pencacah. Jika kedua poros beputar maka bahan organik siap dimasukan kedalam penampung atau hopper input menuju proses pencacahan dan akan tercacah dengan bentuk partikel kecil (Daryanto, 1984).

Bahan yang dimasukan kedalam mesin pencacah harus diatur agar tidak berlebihan karena dapat menyebabkan tumpukan yang terlalu banyak, akibatnya putaran mesin pencacah akan tidak maksimal atau mengalami beban yang berlebihan. Putaran mesin pencacah itu sendiri dihasilkan oleh mesin diesel yang

(14)

13

dihubungkan dengan menggunakan transmisi V-belt. Jadi putaran mesin diteruskan ke pisau pencacah dan mencacah bahan yang masuk melalui saluran pemasukan menjadi potongan-potongan kecil (Pramono, 2015).

Dengan sistem pencacahan ini, bahan organik dihancurkan menjadi potongan- potongan yang berukuran kecil, sehingga proses fermentasi menjadi lebih cepat.

Proses hancurnya bahan organik yang masuk disebabkan karena mata pisau yang tajam mencacah bahan tersebut pada putaran tinggi dengan proses pemotongan yang masuk menjadi ukuran yang lebih kecil. Bahan organik yang telah tercacah oleh mesin akhirnya dikumpulkan untuk diolah kembali menjadi kompos atau pupuk organik (Aboejoewono, 1985).

2.3. Pupuk Organik

Pupuk organik merupakan hasil dekomposisi bahan-bahan organik baik tumbuhan kering (humus) maupun limbah dari kotoran ternak yang diurai (dirombak) oleh mikroba hingga dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pupuk organik sangat penting, artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan (Supartha, 2012).

Pupuk organik dapat meningkatkan anion-anion utama untuk pertumbuhan tanaman seperti nitrat, fosfat, sulfat, borat, dan klorida serta meningkatkan ketersediaan hara makro untuk kebutuhan tanaman dan memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Lestari, 2015).

Menurut Hadisuswito dan Sukamto dalam Oktavia (2015) pupuk organik berdasarkan bentuk dan strukturnya dibagi menjadi dua golongan yaitu pupuk organik padat dan pupuk organik cair.

Pupuk organik mengandung asam humat dan asam folat serta zat pengatur tumbuh yang dapat mempercepat pertumbuhan tanaman (Supartha, 2012).

Frekuensi pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda menyebabkan hasil produksi jumlah daun yang berbeda pula dan frekuensi yang tepat akan mempercepat laju pembentukan daun. Penggunaan pupuk organik mampu menjadi solusi dalam mengurangi aplikasi pupuk buatan yang berlebihan dikarenakan adanya bahan organik yang mampu memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Perbaikan terhadap sifat fisik yaitu menggemburkan tanah, memperbaiki

(15)

14

aerasi dan drainase, meningkatkan ikatan antar partikel, meningkatkan kapasitas menahan air, mencegah erosi dan longsor, dan merevitalisasi daya olah tanah (Kelik, 2010).

(16)

15 BAB III

METODE PELAKSANAN 3.1. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Lapangan I

Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL I) mahasiswa Program Studi Teknologi Mekanisasi Pertanian, Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia dilaksanakan selama 26 hari mulai 11 juli 2022 – 5 Agustus 2022 bertempat di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Jl. Kayu Ambon No.80, Kayu ambon, Kec. Lembang, Kab. Bandung Barat.

3.2. Materi Kegiatan

Tabel 1.3 Materi Kegiatan No Materi

kegiatan Rincian kegiatan

Output kegiatan

1

Keadaan dan informasi umum lokasi PKL I serta organisasi manajemen sumber daya manusia

- Sejarah dan perkembangan - Profil lokasi PKL I

- Posisi dan denah - Tata letak (lay out) - Struktur organisasi

- Personalia, tenaga kerja dan kualifikasi

- Tata kerja pegawai (jam kerja, shift)

Gambaran dan informasi lokasi PKL I

2

Jumlah dan jenis alsintan yang ada di lokasi PKL I

- Mengidentifikasi jenis alsintan yang ada

- Menghitung jumlah alsintan yang ada

- Menghitug jumlah alsintan yang layak pakai

- Identifikasi pemanfaatan alsintan lapangan

Informasi data jumlah dan jenis alsintan serta pemanfaatannya

3 Proses optimalisasi

- Mengidentifikasi potensi lahan yang bisa di tanami

Optimalisasi pemanfaatan

(17)

16 pemanfaatan

alsintan di lapangan

- Koordinasi dengan lokasi PKL I untuk memobilisasi alsintan untuk mengolah lahan

- Mendorong pemanfaatan alsintan secara maksimal - Menetapkan target harian

pemanfaatan alsintan

- Relokasi alsintan yang tidak dimanfaatkan

alsintan di lapangan

4

Mengoperasi kan alsintan dilokasi PKL I

- Mengoperasikan alsintan sesuai dengan SOP yang terstandar sesuai dengan program studi masing-masing

Pengalaman dalam

mengoperasikan alsintan

irigasi/prapanen/

pascapanen dan pengolahan pertanian

5

Menerapkan prinsip keamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja (K3) di lokasi PKL I

- Memeriksa kelengkapan alsintan

irigasi/prapanen/pascapanen dan pengolahan pertanian - Menerapkan prinsip K3 dalam

mengoperasikan alsintan irigasi/prapanen/ pascapanen dan pengolahan pertanian

Pengalaman dalam penerapan prinsip K3 dalam mengoperasikan alsintan

irigasi/prapanen/

pascapanen dan pengolahan pertanian

(18)

17 3.3. Prosedur Pelaksanaan

Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan PKL I

No Materi kegiatan Waktu (Minggu)

I II III IV

1 Keadaan dan informasi umum BPTP Jawa Barat

2 Identifikasi alsintan yang ada di bawah naungan BPTP Jawa Barat 3 Pemanfaatan alsintan yang ada di

bawah naungan BPTP Jawa Barat 4 Evaluasi penggunaan alsintan yang

ada di BPTP Jawa Barat

5 Proses pengoptimalan pemanfaatan alsintan di lapangan

6 Menetapkan prinsip keamanan K3 di lapangan

(19)

18 BAB IV

HASIL PELAKSANAAN 4.1. Gambaran Umum

4.1.1. Sejarah

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat didirikan pada tanggal 1 April 1994 ditetapkan dengan Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor:

798/Kpts/OT.210/12/94. Pada waktu itu BPTP Jawa Barat disebut dengan nama BPTP Lembang dengan wilayah tugas meliputi Provinsi Jawa Barat dan Provinsi DKI Jakarta. Berdasarkan perkembangannya Keputusan Menteri Pertanian RI No.

798/Kpts/OT.210/12/94 telah mengalami beberapa kali perubahan yaitu melalui Peraturan Menteri Pertanian RI No. 350/Kpts/OT.210/6/2001, namanya berubah menjadi BPTP Jawa Barat dan Peraturan Menteri Pertanian RI No.

20/Permentan/OT.140/3/2013.

Sejak tahun 1994 telah banyak yang dilakukan BPTP Jawa Barat, dan diantaranya telah banyak pula yang dimanfaatkan oleh stakeholders maupun petani.

Namun demikian masih banyak pula masalah sepenuhnya belum tertangani pada periode waktu tersebut dan oleh karenanya diperlukan upaya untuk mengantisipasi masalah tersebut dan masalah yang akan timbul pada lima tahun berikutnya

4.1.2. Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

BPTP Jawa Barat adalah unit pelaksana teknis di bidang pengkajian dan diseminasi pertanian yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Dalam pelaksanaan tugas sehari- hari dikoordinasikan oleh Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Kementerian Pertanian.

BPTP Jawa Barat dipimpin oleh seorang Kepala, yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP Jawa Barat menyelenggarakan fungsi:

1. Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

(20)

19

2. Pelaksanaan inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

3. Pelaksanaan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

4. Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian serta perakitan materi penyuluhan;

5. Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi;

6. Pemberian pelayanan teknik pengkajian, perakitan dan pengembangan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan

7. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan BPTP.

4.1.3. Visi dan Misi

Renstra Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang berisi visi, misi, tujuan, sasaran, strategis, kebijakan, program, dan kegiatan pembangungan pertanian yang akan dilaksanakan oleh BPTP Jawa Barat selama lima tahun (2015-2019). Renstra BPTP Jawa Barat ini merupakan turunan dari Renstra Balitbangtan 2015-2019 yang disinergiskan dengan Renstra Provinsi Jawa Barat 2005-2025.

Visi BPTP Jawa Barat dirumuskan sebagai berkut: Menjadi lembaga terkemuka dalam pengkajian dan pengembangan teknologi dan inovasi pertanian spesifik lokasi mendukung pertanian maju, mandiri dan modern di Provinsi Jawa Barat".

Misi BPTP Jawa Barat dirumuskan dengan mengacu pada Misi Pembangunan Pertanian Indonesia 2015-2045, Misi Balitbangtan 2015-2019 dan Misi Jangka Panjang Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2005-2025 dan Misi Jangka Menengah Pemerintah Provinsi Jawa Barat 2013-2018. Misi dan tujuan BPTP Jawa Barat ditetapkan sebagai berikut:

(21)

20

Misi Tujuan

1. Menghasilkan dan

mengembangkan teknologi pertanian Spesifik Lokasi Jawa Barat yang memiliki nilai scientific and impact recognition dalam mendukung pertanian maju, mandiri dan modern.

2. Mewujudkan BPTP Jawa Barat sebagai Institusi yang mengedepankan transparansi, profesionalisme dan akuntabilitas.

1. Menyediakan teknologi inovasi pertanian spesifik lokasi yang produktif dan efisien serta ramah lingkungan yang siap dimanfaatkan oleh stakeholder (pengguna) dalam mendukung pertanian maju, mandiri dan modern.

2. Mewujudkan akuntabilitas dan profesionalisme dalam pelayanan jasa dan informasi teknologi spesifik lokasi kepada pengguna.

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya BPTP menganut beberapa tata nilai yang ditetapkan Balitbangtan sebagai pedoman dalam pola kerja dan mengikat seluruh komponen yang ada di BPTP, meliputi: pejabat struktural, peneliti, penyuluh, teknisi, arsiparis, pustakawan dan staf pendukung. Tata nilai tersebut antara lain:

1. BPTP adalah lembaga yang terus berkembang yang merupakan Fast Learning Organization.

2. Dalam melaksanakan pekerjaan selalu mengedepankan prinsip efisiensi dan efektivitas kerja.

3. Menjunjung tinggi integritas lembaga dan personal sebagai bagian dari upaya mewujudkan corporate management yang baik.

4. Selalu bekerja secara cerdas, keras, ikhlas, tuntas, dan mawas.

Dalam kerangka pencapaian sasaran umum kebijakan, strategi utama, sasaran strategis, dan program Balitbangtan maka arah kebijakan Balitbangtan 2020- 2024 adalah sebagai berikut:

(22)

21

1. Tersedianya varietas dan galur/klon unggul baru, adaptif dan berdaya saing dengan memanfaatkan advanced technology dan bioscience.

2. Tersedianya teknologi dan inovasi budidaya, pasca panen, dan prototipe alsintan berbasis bioscience dan bioenjinering dengan memanfaatkan advanced technology, seperti teknologi nano, bioteknologi, iradiasi, bioinformatika dan bioprosesing yang adaptif.

3. Tersedianya data dan informasi sumberdaya pertanian (lahan, air, iklim dan sumberdaya genetik) berbasis bio-informatika dan geo-spasial dengan dukungan IT.

4. Tersedianya model pengembangan inovasi pertanian, kelembagaan, dan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian.

5. Tersedianya dan terditribusinya produk inovasi pertanian (benih/bibit sumber, prototipe, peta, data, dan informasi) dan materi transfer teknologi.

6. Penguatan dan perluasan jejaring kerja mendukung terwujudnya lembaga litbang pertanian yang handal dan terkemuka serta meningkatkan HKI.

4.1.4. Organisasi dan keraguan sumberdaya

1. Susunan organisasi BPTP Jawa Barat ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013 terdiri atas: (a) Kepala; (b) Subbagian Tata Usaha; (c) Seksi Kerja Sama dan Pelayanan Pengkajian; (d) Kelompok Jabatan Fungsional. Namun sesuai dengan kubutuhan kelembagaan internal kelembagaan tersebut dikembangkan dengan menambahkan beberapa struktur yang diperlukan dalam menunjang kinerja Balai. Adapun struktur organisasi BPTP Jawa Barat adalah sebagai berikut:

(23)

22

Gambar 2.4 Struktur Organisasi 2. Sumberdaya Manusia BPTP Jawa barat

Pegawai BPTP Jawa Barat tersebar di dua lokasi, yaitu Lembang, Bandung dan Cipaku, Bogor. Berjumlah 132 yaitu Pegawai Negeri Sipil 101 orang, dan tenaga kontrak 31 orang, hal ini dikarenakan adanya pegawai negeri Sipil yang pensiun sebanyak 7 orang, disajikan pada tabel 1. Jumlah dan Status pegawai BPTP Jawa Barat per Desember tahun 2021 disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3.4 Penyebaran Pegawai BPTP Jawa Barat per 01 Desember 2021 No Unit Kerja Status Kepegawaian

Jumlah PNS CPNS Kontrak

1 BPTP Jawa Barat 86 - 29 115

2 KP. Cipaku 8 - 10 10

(24)

23

Jumlah 94 - 31 125

Sumber BPTP JABAR 2021

Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan Tingkat Pendidikan per Desember 2021 terdiri dari S3 : 9 orang (10 %); S2: 24 orang (26 %), S1: 23 orang (24 %), D4 : 5 orang (5 %), D3: 6 orang (6 %) SLTA : 21 Orang (22 % ), SLTP: 1 orang (1 %) dan SD : 5 orang (5 %).

Berdasarkan golongan pegawai, dari 94 orang adalah pegawai golongan IV, 12 orang (13 %), pegawai golongan III, 59 Orang (63 %), pegawai golongan II, 19 orang (20 %), dan pegawai golongan I, 4 orang (4 %). Jumlah PNS BPTP Jawa Barat berdasarkan Golongan per Desember 2021 seperti pada Tabel 4.

Tabel 4.4 Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan per 01 Desember 2021

No Unit Kerja Golongan (Orang)

Jumlah

IV III II I

1 BPTP Jawa Barat 12 55 17 2 86

2 KP. Cikupa 4 2 2 8

Persentasi (%) 13% 63% 20% 4% 100%

Sumber BPTP JABAR 2021

Berdasarkan kelompok jabatan, pegawai BPTP Jawa Barat dapat dibagi dalam kelompok struktural: 2 orang (2 %), tenaga administrasi/Fungsional Umum 36 Orang (38 %), dan pejabat fungsional 56 orang (60 %) terdiri atas Peneliti, Penyuluh Pertanian, Teknisi Litkayasa, Pustakawan, Arsiparis, Pranata Humas, Pranata Keuangan APBN Mahir dan Analis Kepegawaian Mahir. Tenaga administrasi dan kelompok jabatan fungsional peneliti merupakan kelompok jabatan yang memiliki jumlah anggota paling banyak dibandingkan kelompok jabatan lainnya.

Tabel 5.4 Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Kelompok Jabatan 31 Desember 2021

No Jabatan

Lokasi

Jumlah Lembang Cikupa

Bogor

1 Struktural 2 - 2

(25)

24

2 Tenaga Fungsional Umum 32 4 36

3 Tenaga Fungsional Khusus:

- Peneliti 26 - 26

- Penyuluh Pertanian 16 1 17

- Teknisi Litkayasa 5 3 8

- Pustakawan 1 - 1

- Arsiparis 1 - 1

- Pranata Humas 1 - 1

- Pranata Keuangan APBN 1 - 1

- Analisis Kepegawaian 1 - 1

Jumlah 86 8 94

Sumber BPTP JABAR 2021

Tabel 6.4 Jumlah Pejabat Fungsional BPTP Jawa Barat Per 31 Desember 2021

No Jabatan Fungsional

Jumlah (orang) PENELITI

1 Peneliti Utama 2 orang

2 Peneliti Madya 5 orang

3 Peneliti Muda 9 orang

4 Peneliti Pertama 10 orang

Jumlah 26 orang

PENYULUH

1 Penyuluh Pertanian Utama 1 orang

2 Penyuluh Pertanian Madya 2 orang

3 Penyuluh Pertanian Muda 7 orang

4 Penyuluh Pertanian Pertama 7 orang

Jumlah 17 orang

TEKNISI LITKAYASA

1 Teknisi Litkayasa Penyelia 2 orang

2 Teknisi Litkayasa Mahir 2 orang

3 Teknisi Litkayasa Terampil 3 orang

(26)

25

4 Teknisi Litkayasa Pemula 1 orang

Jumlah 8 orang

No Jabatan Fugsinonal Jumlah

1 Pustakawan Pertama 1 orang

2 Arsiparis Mahir 1 orang

3 Pranata Humas Pertama 1 orang

4 Pranata Keuangan APBN Mahir 1 orang

5 Analis Kepegawaian Mahir 1 orang

Jumlah 5 orang

Sumber BPTP JABAR 2021 4.2. Hasil Kegiatan

4.2.1. Penggunaan Mesin Pencacah Dalam Pengolahan Limbah jagung

Limbah pertanian berupa jagung merupakan hasil sampingan dari tanaman yang dibudidayakan, kaya akan bahan organik yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai pupuk tanaman berupa kompos yang akan sangat berperan dalam siklus produksi tanaman karena bermanfaat bagi tanah dalam hal memperbaiki struktur dan ph tanah, serta meningkatkan kehidupan mikroba dan unsur mikro tanah.

Jagung yang telah selesai di panen di lahan BPTP Jawa Barat tidak langsung dibuang begitu saja, akan tetapi dengan melalui beberapa tahapan proses yang di lakukan limbah jagung akan dimanfaatkan menjadi pupuk organik.

Tahapan pertama yang dilakukan yaitu mencacah jagung menggunakan mesin pencacah, terlihat seperti gambar berikut

Gambar 3.4 Pencacahan jagung

(27)

26 a. Cara Pengoperasian Mesin

1. Periksa kelengkapan mesin diesel sebelum dihidupkan, seperti air radiator, bahan bakar dan oli.

2. Kemudian hidupkan mesin diesel dan stel pengaturan sesuai dengan kecepatan yang di inginkan

3. Sebelum memasukkan bahan baku yang akan dicacah, pastikan sebelumnya sudah melakukan proses sortir atau memilah bahan baku kompos dari benda-benda keras seperti besi, batu, atau benda keras lainnya

4. Selanjutnya masukkan bahan baku (jagung) ke hopper atau corong pemasukkan mesin yang tersedia

5. Untuk memudahkan pengambilan hasil cacahan mesin pencacah, sebaiknya siapkan wadah penampungan hasil cacahan pada corong pengeluaran.

6. Jika proses pencacahan telah selesai, pastikan untuk segera mematikan mesin.

b. Komponen mesin 1. Kerangka

Kerangka adalah kontruksi yang mampu menahan komponen lain yang berfungsi sebagai penopang dalam suatu rancang bangun suatu mesin atau alat bantu. Kerangka yang digunakan adalah besi berbentuk persegi empat dan besi siku dengan tujuan mampu menahan beban mesin (Satrio, 2014).

2. Poros atau As

Poros merupakan bagian stasioner yang beputar, biasanya berpenampang bulat dimana terpasang elemen-elemen seperti roda gigi (gear), pulleyflywheel, engkol, sprocket dan elemen pemindah lainnya (Shigley, 1984).

3. V-belt

Sabuk-V atau V-belt adalah salah satu transmisi penghubung yang terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Dalam penggunaannya sabuk-V dibelitkan mengelilingi alur pully yang

(28)

27

berbentuk V pula. Bagian sabuk yang membelit pada pully akan mengalami lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar Sabuk-V banyak digunakan karena sabuk-V sangat mudah dalam penangananya dan murah harganya. Selain itu sabuk-V juga memiliki keunggulan lain di mana sabuk-V akan menghasilhan transmisi daya yang besar pada tegangan yang relative rendah serta jika dibandingkan dengan transmisi roda gigi dan rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tak bersuara. Sabuk-V selain juga memiliki keungulan dibandingkan dengan transmisitransmisi yang lain, sabuk-V juga memiliki kelemahan di mana sabuk-V dapat memungkinkan terjadinya slip (Sularso, 1991).

4. Pulley

Pulley adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai komponen atau penghubung gerakan yang diterima tenaga dari motor diteruskan dengan menggunakan V-belt ke benda yang ingin digerakan. Dalam penggunaan pully harus mengetahui berapa besar putaran yang akan digunakan serta dengan menetapkan diameter dari satu pully, pully biasanya terbuat dari besi tuang, besi baja dan alumunium (Sonawan, 2010).

5. Bearing

Berfungsi untuk menumpu poros berbeban, sehingga putaran atau gerakan bolak balik dapat berlangsung secara halus, aman dan berumur panjang (Sularso dan Suga,1997).

6. Hopper

Merupakan bagian dari alat yang berfungsi untuk penampung bahan yang akan diproses dalam mesin. Hopper disesuaikan ukuran dan bentuknya sesuai dengan model dan kebutuhan dari alat yang akan digunakan. Hopper biasanya terbuat dari plat besi yang dirangkai sedemikian rupa (Sarifuddin, 2015).

7. Unit Transmisi

Berfungsi untuk menyalurkan daya dari motor diesel menuju unit yang memerlukan daya penggerak seperti tabung pengupas,unit transmisi dapat berupa sabuk dan pully, roda gigi, sproket dan rantai.

(29)

28

Sabuk banyak digunakan dalam mesin-mesin pertanian karena rasio kecepatan yang tepat tidak pernah dipertahankan. Jika didesain sistem yang memadai, slip yang terjadi tidak lebih dari 1 sampai 2% dan efisiensi penyalur daya (dengan menghasilkan kehilangan daya pada bantalan shaft) sekitar 97,99% (Frans, 2008).

8. Mesin (engine)

Mesin (Engine) adalah mengatur proses untuk mengubah energi yang terkandung dalam bahan bakar menjadi tenaga, dengan sistem pembakaran didalam silinder dan karena itu, mesin bisa dikatakan didalam (internal combustion energi) energi ini dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar. Alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau alat membantu mempermudah pekerjaan (Uicker, 2003).

4.2.2. Perawatan dan Perbaikan Mesin Pencacah

Perawatan adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada sehingga sesuai dengan standar fungsional dan kualitas. (M.S Sehrawat dan J.S Narang, 2001)

Setelah menggunakan mesin, agar mesin dapat digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama, maka perlu melakukan perawatan. Perawatan juga penting untuk menghindari mesin dari kerusakan.

Hindari memasukan benda padat pada mesin pencacah.

Selalu matikan mesin setelah digunakan.

Bersihkan mesin setelah digunakan dan simpan kembali di tempat yang aman.

Rawat mesin agar tetap dalam kondisi baik saat akan digunakan.

Perawatan yang saya lakukan pada mesin pencacah di BPTP Jawa Barat diantara nya yaitu:

1. Membersihkan mata pisau dari sisa tanaman yang di cacah setelah selesai mengoperasikan mesin. Tujuan dari perawatan ini adalah agar kondisi mesin

(30)

29

tetap terjaga kebersihan nya serta terhindar dari pengkaratan yang disebabkan oleh sisa-sisa tanaman yang menempel.

Gambar 4.4 Pembersihan mata pisau mesin Pencacah

2. Mengasah/ menajamkan kembali mata pisau yang telah tumpul menggunakan gerinda tangan. Tujuan dari perawatan ini adalah agar mempermudah proses pencacahan pada mesin ketika sedang beroperasi.

Gambar 5.4 Mengasah/ menajamkan mata 4.2.3. Proses Pengolahan Pupuk Organik

a. Alat dan bahan yang di butuhkan Bahan

1. Batang jagung 2. Kotoran kelinci 3. Sisa tanaman/sayuran 4. Agrisimba

5. Air

(31)

30 Alat/Mesin

1. Mesin Pencacah 2. Cangkul

3. Terpal/Plastik 4. Drum

b. Cara Pengolahan

• Langkah pertama yang dilakukan yaitu menghancurkan batang jagung menjadi bagian-bagian kecil dengan menggunakan mesin pencacah

• Kemudian campurkan batang jagung yang telah dicacah dengan kotoran kelinci dan sisa tanaman/sayuran lainnya

• Setelah kira-kira setinggi 20-30 cm maka disiram dengan larutan dari campuran air dan agrisimba dengan dosis (50 liter air dan ½ liter agrisimba)

• Kemudian tambahkan lagi jagung yang telah di cacah ke atas nya, dan di siram Kembali

• Terakhir tutup menggunakan terpal/plastik dan diamkan selama 15 hari kemudian dibuka dan di aduk

• Setelah 30 hari maka pupuk organik bentuk padat siap di aplikasikan ke tanaman.

(32)

31

Diagram alir proses pengolahan limbah jagung menjadi pupuk organik

Gambar 6.4 Diagram Proses Pengolahan Limbah Jagung 4.2.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

a. Pengertian K3

K3 adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman, baik dari pekerjaan, perusahaan, masyarakat dan lingkungan sekitar tempat kerja

Bahan baku

1. limbah jagung 2. Daun-daunan 3. Kotoran kelinci 4. Agrisimba 5. Air

Mesin Pencacah

Proses Pencacahan

Penyiraman Larutan

Fermentasi

Pengemasan

(33)

32

atau dengan kata lain suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak sehat yang mengakibatkan kecelakaan.

b. Tujuan Penerapan K3

Tentunya K3 dibuat dengan tujuan menjaga keamanan para pekerja, namun selain itu terdapat banyak lagi tujuan dari K3 tersebut. Tujuan adanya K3 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap pekerja di tempat kerja 2. Menjamin setiap produksi dapat digunakan secara aman dan efisien 3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktifitas

4. Memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja c. Manfaat Penerapan K3

1. Melindungi diri dari cedera dan luka

2. Mencegah tejadinya kecelakaan kerja bagi orang lain 3. Bekerja lebih nyaman

(34)

33 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Mesin pencacah sangat membantu dalam proses pengolahan limbah jagung menjadi pupuk organik, dengan sistem pencacahan ini, bahan organik (jagung) dihancurkan menjadi potongan-potongan yang berukuran kecil, sehingga proses fermentasi menjadi lebih cepat, dan akan mempercepat ke proses selanjutnya yaitu menjadi pupuk organik.

Dengan demikian potensi pemanfaatan limbah jagung sebagai pupuk organik diharapakan mampu mengatasi permasalahan petani tentang rendahnya kadar bahan organik dalam tanah.

5.2. Saran

Pemanfaatan mesin pencacah masih sangat minim dikalangan masyarakat, sehingga dengan adanya kajian tentang mesin ini di harapkan mampu menjadi acuan bagi masyarakat untuk menggunakan mesin pencacah dalam pengolahan pupuk organik sehingga permasalahan akan kurang nya kadar bahan organik tanah serta kerusakan struktur tanah dapat di atasi.

(35)

34

DAFTAR PUSTAKA

Sugiyanta, Rumawas dkk, 2008. Pertanian dan Perkebunan Mengenal dan Merawat. Kanisius:Yogyakarta.

Alteri, 2000. Pemakaian Pupuk Buatan: Makassar.

Rukman dan Yuniarsih, 2005. Sukses Membuat kompos dari sampah: Surabaya.

H.J, Crawford Modifikasi,Memanfaatan Bahan Komposr, Jurnal Ilmiah Tambur, Vol 8 N0 3: Hal 431-425. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat. 2003.

Supharta, 2012. Pengolahan Pupuk Organik: Malang

Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pengunaan Kompos, Kalimantan Barat 2002.

Lestari, 2015. Pencemaran Tanah Oleh Pupuk: Malang

Kreasnatita, Susi, Keosriharti, dan Madi santoso, Aplikasi Pupuk Kompos pada Limbah Jagung,. Jurnal Agritek diakses pada tanggal 20 juni 2003.

Hadisuswito, Sukamto, 2015. Pengolahan Pupuk Organik: Malang Kelik, 2010. Perbaikan Terhadap Fisik Tanah:Malang

Sutejo , Mul. Mulyani Pupuk dan Cara Pembuatan Pupuk Kompos Jakarta PT 2002.

Daryanto, 1984. Mesin Pencacah Sampah Organik: Mataram Pramono, 2015. Pencacah Sampah Organik: Mataram

Aboejoewono, 1985. Pengolahan Sampah Organik: Mataram

Aqurar, Supratu dan rasyid, Memanfaatan Limbah Jagung ,Balai kajian jakarta 2002.

Arief, 2009. Efisiensi Mesin: Bandung Daywin,dkk 2008 Kapasitas Mesin: Jakarta

(36)

35

Umam Khairul, 2017. Rendemen Pada Mesin : Surabaya

Bakhri S. Budidaya Jagung Dengan Konsep Pengolahan Tanaman Terpadu (PTT) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BHT) Sulawesi Tengan 2009.

Fadli, 2015. Konsumsi Bahan Bahan Bakar Pada Mesin : Bandung Satrio, 2014. Komponen Pada Mesin : Surabaya

Shigley, 1984. Elemen-elemen Pada Mesin : Jakarta

Riskiardi, Hermawati, Penggunakan pupuk organik , Petani Desa Sukopuro Kecamatan Jabung Kabupaten Malang 2006.

Sularso, 1991. Sistem Transmisi Pada Mesin : Yogyakarta

Sonawan, 2010. Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik: Bandung Sarief, Pemanfaatan limbah pertanian penerbit Universitas Terbuka jakarta

1986.

Sularso, Suga. 1997 Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik: Kediri Sarifuddin, 2015. Rancang Bangun Alat Pencacah Sampah Organik: Mataram Sariawiria, Syaklifani Pemanfaatan Jerami padi bahan kompos 2002 Fakultas

induk Nopember, Surabaya, 2002.

Frans, 2008. Penyaluran Daya Mesin Diesel : Mataram

Uicker, 2003. Engine Pada Alat Pencacah Sampah Organik: Mataram

(37)

36 LAMPIRAN

Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL I)

JURNAL HARIAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)1

POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Samsiah Sani

NIM : 07.14.20.045

Proram Studi : Teknologi Mekanisasi Pertanian (TMP)

Lokasi PKL : BPTP Jawa Barat Kec. Lembang Kab. Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

No. Hari/

Tanggal Kegiatan

Paraf Pembimbing

Eksternal

Keterangan

1

Senin/

11 juli 2022

Melakukan kegiatan upacara bersama seluruh pegawai BPTP Jawa Barat Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

(38)

37 2

Selasa/

12 juli 2022

Melakukan kegiatan penyiraman sekaligus penanaman pakcoy di greenhouse BPTP Jawa Barat.

3

Rabu/

13 juli 2022

Mendiskusikan perihal laporan dengan pegawai yang ada di BPTP jawa barat dikarenakan

kurangnya alat dan mesin pertanian sehingga judul laporan akan di sesuaikan dengan alat yang ada di BPTP Jawa barat.

4

Kamis/

14 juli 2022

Melakukan kegiatan penanaman (tumpang sari) tomat dan pakcoy di greenhouse BPTP jawa barat.

5

Jum’at/

15 juli 2022

Melakukan kegiatan olahraga (volley) bersama para pegawai BPTP jawa barat.

(39)

38 6

Senin/

18 juli 2022

Kegiatan yang dilakukan yaitu memisahkan gabah padi dari malay nya dengan cara manual yang nantinya gabah padi tersebut akan di

masukkan ke dalam seed cleaner guna untuk memisahkan padi bernas dan tidak bernas

(hampa).

7

Selasa/

19 juli 2022

Melakukan perawatan pada pada mesin

pencacah setelah diguna- kan, yaitu dengan membersihkan mata pisau dari sisa-sisa tanamanyang menempel.

8

Rabu/

20 juli 2022

Mencacah tanaman jagung menggunakan mesin pencacah untuk dijadikan pupuk organik (kompos).

9

Kamis/

21 juli 2022

Memasang implement pada kultivator untuk kemudian di operasikan di lahan BPTP Jawa Barat.

(40)

39 10

Jum’at/

22 juli 2022

Mengikuti kegiatan seminar proposal Universitas Garut di BPTP Jawa Barat.

11

Senin/

25 juli 2022

Melakukan kegiatan penyiraman pada tanaman pakcoy di greenhouse BPTP Jawa barat.

12

Selasa/

26 juli 2022

Kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan

pemanenan pada cabai yang telah siap di panen.

13

Rabu/

27 juli 2022

Kegiatan yang dilakukan yaitu menyiram tanaman strowbery yang ada di lingkungan BPTP Jawa Barat.

14

Kamis/

28 juli 2022

Melakukan kegiatan pengamatan komponen hasil gabah.

15

Jum’at/

29 juli 2022

Melakukan kegiatan pemanenan di

greenhouse BPTP Jawa Barat.

(41)

40 16

Senin/

01 agustus

2022

Mengerjakan laporan PKL I di perpustakaan BPTP Jawa Barat

17

Selasa/

02 agustus

2022

Mengerjakan laporan PKL I di perpustakaan BPTP Jawa Barat

18

Rabu/

03 agustus

2022

Mengerjakan laporan PKL I di perpustakaan BPTP Jawa Barat

19

Kamis/

04 agustus

2022

Menyiapkan bahan tayang untuk presentasi terkait materi yang sudah di pelajari selama

kegiatan PKL I di BPTP Jawa Barat

…………,………,2022 Yang membuat

Samsiah Sani

(42)

41 Lampiran 2.Format lembar konsultasi

LEMBAR KONSULTASI PKL I

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI MEKANISASI PERTANIAN TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Samsiah Sani

NIM : 07.14.20.045

Program studi : Teknologi Mekanisasi Pertanian

Lokasi PKL : BPTP Jawa Barat Kec. Lembang Kab. Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Pembimbing Internal : 1. Bapak Bagus Prasetia, S.TP.,M.P 2. Bapak Athoillah Azadi, S.TP.,M.T Pembimbing Eksternal :

No Tanggal Materi Konsultasi Koreksi Pembimbing

Paraf

Pembimbing

…..……,……….2022 Yang membuat

Samsiah Sani

Gambar

Gambar  1.2 Mesin Pencacah
Gambar  2.4 Struktur Organisasi  2.  Sumberdaya Manusia BPTP Jawa barat
Tabel  5.4  Jumlah  PNS  BPTP  Jawa  Barat  Berdasarkan  Kelompok  Jabatan  31  Desember 2021
Tabel 4.4 Jumlah PNS BPTP Jawa Barat Berdasarkan Golongan per 01 Desember  2021
+6

Referensi

Dokumen terkait