• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Analisis dan penyajian data struktur kekar

N/A
N/A
02. Bintang Saputra

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Akhir Analisis dan penyajian data struktur kekar"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM GEOLOGI UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

Nomor Tugas : 08

Mata Kuliah : Praktikum Geologi Struktur

LAPORAN KEKAR (JOINT)

Nama : Bintang Saputra

NPM : 10070122051

Shift Praktikum : I (Satu) / 10.30 – 13.30 WIB Hari/ Tanggal Praktikum : Rabu, 25 Oktober 2023

Hari/ Tanggal Laporan : Rabu, 1 November 2023

Asisten : 1. Adam Rudiansyah.

2. Ali Marwan Asyikin.

3. Muhammad Zaki Fadhlurahman.

4. Lalu Dicky Adriana Bimantara.

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

1445 H / 2023 M

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT berkat segala anugrah, karunia, dan rahmat-Nya. Oleh karena kehadirat Allah SWT penulis dimudahkan dalam menyusun serta menyelesaikan laporan akhir mengenai Kekar (Joint). Tidak lupa juga penulis panjatkan Shalawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang menuntun penulis dalam segala kesusahan dalam menulis.

Adapun penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum Geologi Struktur serta dapat mengetahui dan memahami pengetahuan mengenai Kekar (Joint). Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada jajaran asisten laboratorium geologi. Karena telah menuntun penulis dalam penulisan laporan akhir praktikum Geologi Struktur.

Penulis menyadari bahwa laporan akhir praktikum Geologi Struktur yang telah disusun ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu, penulis sangat terbuka dengan masukan dari para pembaca seperti saran dan kritik yang dapat membantu penulis dalam menyempurnakan laporan kedepannya. Penulis sangat berharap laporan yang telah disusun dapat berguna dan diterima oleh para pembaca. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandung, 31 Oktober 2023 Penyusun,

Bintang Saputra

100.701.22.051

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... 2

BAB I ... 3

PENDAHULUAN... 3

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Maksud dan Tujuan ... 4

1.2.1 Maksud ... 4

1.2.2 Tujuan ... 4

BAB II ... 5

LANDASAN TEORI ... 5

2.1 Kekar ... 5

2.2 Keterbentukan Kekar ... 6

2.3 Jenis-jenis Kekar ... 7

2.4 Metode Pengambilan Data Kekar di Lapangan ... 9

2.5 Penyajian Data Kekar ... 11

BAB III ... 12

TUGAS DAN PEMBAHASAN ... 12

3.1 Tugas ... 12

3.2 Pembahasan ... 13

3.2.1 Pengukuran Kekar ... 13

3.2.2 Data Kekar ... 16

3.2.3 Data Kekar ... 22

3.2.4 Scanline ... 26

BAB IV ... 27

ANALISA ... 27

BAB V ... 29

KESIMPULAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 31

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerak bumi merupakan struktur lapisan bumi yang komponen utamanya terdiri dari batuan, baik itu batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf. Letak kerak bumi berada pada lapisan terluar dari struktur lapisan bumi, dan berada diatas lapisan selimut bumi yang berisi magma. Letak dari kerak bumi yang bersinggungan langsung dengan selimut bumi, akan secara tidak langsung menimbulkan dampak kepada kerak bumi dan permukaan bumi itu sendiri.

Secara teoritis diketahui bahwasanya kandungan pada selimut bumi adalah magma, dimana karena kandungannya adalah magma mempunyai sifat yang mobile dan akan selalu bergerak. Pergerakan ini akan menimbulkan gaya geologi endogen atau gaya tektonik yang akan berdampak pada lapisan diatasnya yaitu kerak bumi. Kerak bumi sendiri yang terkena gaya endogen akan mengalami suatu proses deformasi pada batuannya. Deformasi ini terjadi karena batuan pada kerak bumi tidak mampu lagi menahan gaya endogen yang bekerja padanya.

Adapun deformasi yang terjadi pada batuan di kerak bumi akan menimbulkan perubahan morfologi permukaan bumi. Perubahan morfologi permukaan bumi dan juga deformasi pada batuan ini sendiri dapat menciptakan sebuah struktur pada batuan. Salah satu struktur yang terjadi pada batuan yaitu kekar (joint), yang mana karakteristik dari struktur ini akan menciptakan suatu rekahan atau retakan pada suatu batuan. Rekahan pada batuan dapat terbentuk akibat dari adanya suatu gaya ataupun proses pembentukan batuan itu sendiri.

Oleh karena itu pembelajaran mengenai struktur kekar akan sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui proses keterbentukan ataupun lingkungan geologi disekitarnya secara empirik.

(5)

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Dengan dilaksanakannya praktikum mengenai struktur Kekar (Joint) memiliki maksud untuk memperkenalkan kepada penulis mengenai pemahaman struktur kekar dan analisa struktur kekar juga penerapan pengambilan data kekar dalam menunjang pembelajaran tentang geologi struktur.

1.2.2 Tujuan

Pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan mengenai struktur kekar ini sendiri mempunyai tujuan agar penulis dapat menguasai pemahaman mengenai struktur kekar baik itu secara karakteristik dan juga keterbentukannya.

1. Mampu mengetahui dan menjelaskan keterbentukan struktur kekar

2. Mampu mengetahui dan menjelaskan klasifikasi struktur kekar berdasarkan gaya yang mempengaruhinya.

3. Mampu mengetahui dan menjelaskan zona pemineralisasian berdasarkan data kekar melalui proyeksi kutub.

(6)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kekar

Struktur kekar adalah retakan atau patahan dalam batuan yang terbentuk ketika batuan mengalami tekanan atau tegangan yang melebihi batas kekuatannya. Kekar dapat memiliki berbagai ukuran, dari pecahan kecil hingga patahan besar dalam skala geologi. Mereka terbentuk sebagai akibat dari gaya tektonik, proses geologi, atau perubahan dalam kondisi lingkungan batuan.

Struktur kekar ini dapat terbentuk dalam berbagai arah dan orientasi, dan mereka memainkan peran penting dalam geologi struktural dengan mengungkapkan bagaimana tekanan dan deformasi terjadi dalam kerak bumi.

Kekar sering digunakan oleh geologis untuk mengidentifikasi sifat-sifat batuan, seperti jenis batuan, komposisi mineral, dan sejarah tektonik suatu wilayah. Mereka juga dapat menjadi saluran air atau jalur migrasi bagi fluida geologis seperti air, minyak, atau gas. Selain itu, kekar dapat memengaruhi perilaku batuan terhadap pengeboran dan konstruksi, serta memainkan peran dalam geohidrologi dan geotermal.

Sumber: Fossen, 2012

Gambar 2.1 Struktur Kekar

(7)

2.2 Keterbentukan Kekar

Struktur kekar merupakan produk dari suatu proses deformasi yang terjadi pada suatu batuan. Kekar sendiri terbentuk karena adanya beberapa gaya yang mempengaruhi suatu batuan mengalami deformasi dan membentuk struktur ini.

Pada dasarnya struktur kekar dapat terbentuk karena kemampuan batuan dalam menerima gaya yang bekerja sudah mencapai batas sehingga terjadi sebuah retakan. Adapun gaya-gaya yang bekerja dalam keterbentukan struktur kekar ialah gaya endogen dan eksogen, namun perlu diketahui bahwasanya gaya endogen lebih dominan dalam terjadinya struktur kekar ini.

1. Gaya Endogen.

Gaya endogen, atau gaya yang berasal dari dalam bumi, memainkan peran kunci dalam keterbentukan struktur kekar. Proses tektonik yang melibatkan pergerakan lempeng tektonik dan aktivitas geologis seperti orogeni (pembentukan pegunungan), rift (pemisahan lempeng), dan patahan bumi adalah contoh utama gaya endogen yang mempengaruhi pembentukan kekar.

Gaya endogen ini menciptakan tekanan dan tegangan dalam kerak bumi, yang dapat mengakibatkan pecahan batuan dan terbentuknya struktur kekar.

Selain itu, aktivitas vulkanik dan intrusi magma juga dapat menyebabkan pembentukan kekar akibat perubahan tekanan dan deformasi batuan sekitarnya. Gaya endogen dapat menciptakan kerutan, lipatan, patahan, dan peregangan dalam kerak bumi, yang semuanya dapat menyebabkan terjadinya kekar.

2. Gaya Eksogen.

Gaya eksogen merujuk pada gaya-gaya yang berasal dari luar bumi dan memengaruhi proses permukaan dan pemecahan batuan. Meskipun gaya ini bekerja di permukaan bumi, pengaruhnya juga dapat memengaruhi pembentukan struktur kekar dalam kerak bumi. Salah satu pengaruh utama gaya eksogen adalah erosi, yang dapat menghilangkan lapisan permukaan batuan dan mengungkapkan batuan yang lebih dalam. Proses erosi, seperti air sungai, es, angin, dan gelombang laut, dapat menciptakan tekanan lateral pada batuan yang ada di bawah permukaan. Tekanan ini dapat menyebabkan batuan pecah dan membentuk kekar, terutama pada batuan yang rentan terhadap erosi. Selain itu, perubahan suhu harian atau musiman, seperti perubahan suhu yang ekstrem di daerah gurun, juga dapat menyebabkan

(8)

kontraksi dan ekspansi pada batuan yang dapat memicu pembentukan kekar.

Secara umum, gaya eksogen seperti erosi, dan perubahan temperatur berperan dalam penciptaan tekanan dan tegangan pada batuan di permukaan yang dapat berkontribusi pada pembentukan struktur kekar dalam kerak bumi.

2.3 Jenis-jenis Kekar

Struktur kekar sendiri tidak hanya berupa atau memiliki satu bentuk saja.

Adapun dalam ranah struktur kekar terdapat beberapa bentuk rekahan atau retakan yang bermacam-macam seperti halnya pola rekahan atau retakan yang ada pada struktur kekar. Rekahan yang ada pada batuan tidak memiliki bentuk yang konsisten pada setiap batuannya, terdapat beberapa batuan yang memiliki pola rekahan yang menyilang ataupun berantakan. Selain itu kita ketahui bahwasanya keterbentukan struktur kekar ini disebabkan oleh gaya-gaya tertentu seperti gaya endogen ataupun eksogen. Berdasarkan gaya yang bekerja dan keterbentukannya, struktur kekar diklasifikakan menjadi kekar primer dan sekunder.

1. Kekar Primer

Kekar primer adalah jenis kekar yang terbentuk sebagai hasil langsung dari proses pembentukan batuan. Mereka muncul saat batuan mengalami tekanan atau pendinginan selama pembentukan geologis. Kekar primer dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kontraksi yang terjadi saat batuan mendingin dan mengeras setelah pembentukan magma atau lava. Selain itu, tekanan tektonik selama pembentukan pegunungan atau lipatan juga dapat menyebabkan pembentukan kekar primer. Kekar primer sering kali terdapat dalam berbagai orientasi dan pola dalam batuan dan cenderung menjadi bagian integral dari struktur batuan tersebut. Mereka dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik batuan, dan sering digunakan sebagai petunjuk dalam pemahaman sejarah geologi suatu wilayah. Contoh kekar primer termasuk patahan akibat pendinginan dalam batuan vulkanik atau retakan yang terbentuk saat lapisan sedimen mengering dan mengalami perubahan volume selama pengendapan.

2. Kekar Sekunder

Kekar sekunder adalah jenis kekar yang terbentuk setelah pembentukan batuan asli dan merupakan hasil dari gaya atau pengaruh eksternal yang

(9)

bekerja pada batuan di permukaan bumi. Faktor-faktor seperti erosi, perubahan suhu harian, tekanan lingkungan, pergerakan tanah, dan proses kimia dapat menyebabkan pembentukan kekar sekunder. Kekar sekunder cenderung memiliki orientasi yang lebih konsisten dan seringkali terbentuk dalam pola yang lebih teratur daripada kekar primer. Mereka dapat muncul sebagai serangkaian sesar, sesar yang paralel, atau lipatan dalam batuan, dan sering berperan dalam memecah batuan, mengarahkan aliran air tanah, serta membentuk struktur geologi di wilayah tertentu. Kekar sekunder memiliki dampak signifikan dalam pemahaman geologi permukaan dan pemecahan batuan di lingkungan geologis yang lebih baru. Adapun

3. Shear Joint

Shear joint, atau kekar geser, adalah jenis retakan geologis yang terbentuk akibat gaya geser yang bekerja pada batuan. Proses pembentukan shear joint ini terjadi ketika batuan mengalami tekanan horisontal yang mengakibatkan pergeseran horizontal antara dua blok batuan yang berdekatan. Hasilnya adalah bidang retakan dengan orientasi mendatar atau hampir mendatar, yang memungkinkan pergeseran lateral pada batuan tersebut. Shear joint penting dalam pemahaman geologi struktural dan tektonik, karena mereka dapat memberikan petunjuk tentang arah dan intensitas tekanan tektonik yang memengaruhi suatu wilayah. Struktur ini juga berperan dalam pemecahan batuan, terbentuknya sesar, dan pemahaman sejarah geologis suatu daerah.

Sumber: Frankie, 2014 Gambar 2.2 Ilustrasi Shear Joint 4. Tension Joint

Tension joint, atau kekar tarik, adalah jenis retakan geologis yang terbentuk akibat gaya tarik yang bekerja pada batuan. Proses pembentukan tension joint terjadi ketika batuan mengalami perpanjangan atau regangan, menghasilkan

(10)

perpisahan atau celah dalam batuan. Tension joint cenderung memiliki orientasi vertikal atau mendekati vertikal dan sering tampak sebagai bidang retakan yang membentang ke atas. Mereka terbentuk karena tekanan tarik mengatasi kekuatan pemadatan batuan. Tension joint penting dalam pemahaman geologi struktural dan tektonik, karena mereka memberikan wawasan tentang gaya perpanjangan dan regangan yang mempengaruhi suatu wilayah serta dapat mempengaruhi perkembangan sesar, rekahan batuan, dan struktur geologis lainnya. Dalam konteks lingkungan geologis tertentu, tension joint juga dapat berperan dalam aliran fluida dan penyimpanan mineral.

Sumber: Bobby, 2017 Gambar 2.3 Ilustrasi Tension Joint

2.4 Metode Pengambilan Data Kekar di Lapangan

Metode pengambilan data kekar di lapangan melibatkan pengamatan dan pengukuran langsung terhadap kekar, termasuk orientasi, panjang, dan jenisnya.

Geologis menggunakan alat seperti kompas geologi untuk mengukur orientasi kekar terhadap arah geografis dan alat pengukur jarak untuk mengukur panjangnya. Data ini digunakan untuk memahami sejarah geologi, aktivitas tektonik, serta memetakan pola kekar dalam wilayah tersebut. Selain itu, pengamatan mineralogis dan lingkungan batuan juga penting untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kekar. Data ini penting dalam analisis geologi struktural dan pemahaman tentang sejarah geologi suatu daerah.

Adapun dalam pengambilan data kekar di lapangan terdapat beberapa metode yaitu inventory dan scanline.

(11)

1. Inventory (Inventaris)

Metode inventaris adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai berbagai aspek geologi dalam suatu wilayah. Ini mencakup identifikasi dan dokumentasi berbagai jenis batuan, mineral, dan struktur geologi seperti kekar, lipatan, dan patahan. Selain itu, inventaris juga mencakup pengukuran orientasi lapisan batuan, panjang kekar, serta segala perubahan struktural yang dapat ditemui di lapangan. Data yang dikumpulkan melalui inventaris membantu geolog untuk memahami sejarah geologi, aktivitas tektonik, dan hubungan antara berbagai fitur geologi di wilayah tersebut. Inventaris merupakan langkah awal dalam analisis geologi struktural yang dapat membantu dalam pemetaan geologi dan penentuan interpretasi geologi yang lebih mendalam.

2. Scanline

Metode scanline dalam geologi struktur adalah teknik yang digunakan untuk mengukur dan memetakan sebaran serta orientasi kekar dan patahan di suatu wilayah geologi. Dalam metode ini akan ditarik "garis pindai" (scanline) di sepanjang suatu area penelitian. Selama proses ini, geolog akan mencatat setiap kekar atau patahan yang dipotong oleh garis tersebut, mencatat panjangnya, orientasi relatif terhadap garis pindai, serta jenis batuan yang terlibat. Data yang terkumpul kemudian digunakan untuk menganalisis pola sebaran dan orientasi struktur geologi, membantu geolog untuk memahami aktivitas tektonik serta sejarah geologi wilayah tersebut. Metode scanline berguna untuk pemetaan geologi struktural dan penentuan pola deformasi batuan.

Sumber: Watkins, 2018 Gambar 2.4 Metode Scanline

(12)

2.5 Penyajian Data Kekar

Penyajian data kekar adalah proses visualisasi dan komunikasi informasi tentang sebaran, orientasi, dan karakteristik kekar dalam geologi. Ini dilakukan melalui berbagai metode, termasuk peta geologi, diagram stereonet, grafik, foto, dan laporan ilmiah. Peta geologi menggambarkan kekar dengan simbol khusus, mencantumkan panjang, orientasi, dan hubungan dengan batuan di sekitarnya.

Diagram stereonet digunakan untuk merepresentasikan orientasi kekar dalam tiga dimensi. Grafik dan foto memberikan visualisasi langsung dari kekar yang teramati di lapangan. Laporan ilmiah mendokumentasikan data kekar dengan rinci, termasuk lokasi, jenis, dan dampaknya terhadap geologi regional. Penyajian data kekar merupakan salah satu kunci dalam pemahaman geologi struktural dan dapat digunakan sebagai alat untuk penelitian, pemodelan geologi, serta pemetaan geologi wilayah tertentu.

(13)

BAB III

TUGAS DAN PEMBAHASAN

3.1 Tugas

Oleh karena praktikum mengenai struktur Kekar (Joint) telah dilaksanakan,, maka didapatkan beberapa tugas tambahan pada praktikum kali ini yang dapat menunjang pembelajaran pada praktikum kali ini. Adapun tugas tambahan yang didapatkan adalah sebagai berikut:

1. Buatlah diagram alir pengukuran kekar.

2. Seorang Geologist melakukan kegiatan eksplorasi di suatu daerah yang diindikasikan terdapat mineralisasi emas, tembaga, dan perak dengan tipe cebakan epitermal berupa urat (stock work). Setelah diteliti, mineralisasi tercebak dalam sistem urat hasil terobosan batuan batuan asam-intermediet.

Urat (vein) kuarsa pembawa mineral merupakan tensional joint, dengan hasil pengukuran sebagai berikut:

N 227oE/39o N 063oE/40o N 112oE/46o N 246oE/76o N 311oE/71o N 055oE/56o N 113oE/40o N 141oE/82o N 258oE/72o N 252oE/85o N 102oE/52o N 097oE/45o N 021oE/42o N 115oE/75o N 173oE/29o N 287oE/67o N 306oE/37o

N 343oE/46o N 081oE/60o N 237oE/89o N 103oE/62o N 165oE/63o N 104oE/55o N 286oE/56o N 109oE/74o

Tentukan arah mineralisasi tersebut dengan menggunakan diagram rosette, diagram kipas, histogram dan diagram kontur serta tentukan arah kemenerusan dari pemineralisasian tersebut!.

3. PT BNN melakukan pengambilan data struktur berupa kekar guna menentukan arah datangnya gaya utama pada suatu lereng dengan data kekar sebagai berikut:

N 046oE/55o N 062oE/51o N 313oE/57o N 043oE/62o N 065oE/48o N 334oE/65o N 034oE/58o N 063oE/57o N 320oE/58o

(14)

N 052oE/60o N 052oE/59o N 317oE/53o N 055oE/45o N 062oE/55o N 330oE/58o N 043oE/48o N 307oE/55o N 325oE/63o N 047oE/58o N 314oE/58o N 327oE/65o N 041oE/65o N 312oE/56o N 317oE/70o N 044oE/57o N 322oE/60o N 312oE/70o N 048oE/60o N 323oE/55o N 307oE/69o Dari data diatas, buatlah analisis dengan menggunakan diagram roset, diagram kipas, dan diagram kontur dan tentukan pula arah tegasan gayanya.

4. Seorang geologist melakukan pemetaan geoteknik dengan mengukur data kekar menggunakan metode scanline sepanjang 1+Xmm dalam bentangan scanline tersebut didapatkan jumlah kekar sebanyak 33+X. Hitunglah nilai RQD berdasarkan data pengukuran yang didapatkan.

3.2 Pembahasan 3.2.1 Pengukuran Kekar

1. Siapkan alat-alat yang dibutuhkan yaitu kompas geologi untuk mengukur data strike dan dip, lalu siapkan juga papan dada sebagai bidang bantu dalam memperoyeksikan rekahan pada kekar.

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.1

Persipaan Alat dan Bidang Bantu

(15)

2. Pasangkan papan dada sebagai bidang bantu pada maket kekar yang telah disediakan. Hal ini untuk memproyeksikan rekahan pada kekar agar dapat mengukur kedudukannya.

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.2

Pemasanagan Bidang Bantu

3. Tentukan arah strike dan dip dengan menggunakan kaidah tangan kiri, agar pengukuran selanjutnya tepat.

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.3

Menentukan Arah Strike dan Dip

(16)

4. Sentringkan kompas dengan mengatur clinometer kepada arah 0°

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.4

Sentring Kompas

5. Tempelkan sisi W samping kompas geologi pada alat bantu, searah dengan arah strike yang telah ditentukan sebelumnya untuk mengukur arah strike.

Pengukuran dilakukan dengan menyentringkan nivo yang ada pada kompas geologi dan setelah sentring kunci dengan menekan tombol kunci pada pojok kanan kompas. Lalu catat hasil pengukuran dengan notasi azimuth.

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.5

Mengukur Arah Strike

(17)

6. Tempelkan sisi E kompas geologi pada papan dada dengan posisi yang tegak lurus arah strike dan ukur arah kemiringan (dip) dengan menyentringkan clinometer sampai nivo tabung sentring dan catat hasil pengukuran atau sudut kemiringan yang didapatkan.

Sumber: Praktikum Geologi Struktur, 2023 Gambar 3.6

Mengukur Besaran Dip

3.2.2 Data Kekar

1. Data strike dan dip yang telah didapatkan, kemudian ditambahkan dengan 3 angka terakhir NPM penulis pada data strike saja.

2. Lakukan plotting pada kertas kalkir dengan bantuan stereonet. Adapun plottingan yang dilakukan berupa proyeksi kutub

3. Setelah semua data telah di proyeksikan pada kertas kalkir, gunakan kertas kalkir baru untuk membuat pola segi enam berdasarkan titik proyeksi kutub sebelumnya dengan bantuan kalsbeek net.

4. Buat segi enam pada titik proyeksi kutub hingga semua titik proyeksi kutub mempunyai pola segi enam tanpa terkecuali.

5. Kemudian gunakan kertas kalkir baru kembali untuk membuat diagram kontur sesuai dengan pola segi enam dan proyeksi kutub yang telah dibuat sebelumnya.

6. Pembuatan garis kontur dimulai dari titik proyeksi kutub terbanyak pada satu pola segi enam. Lalu dilanjutkan kepada jumlah titik proyeksi kutub yang lebih

(18)

sedikit pada pola segi enam. Titik terbanyak di pola segi enam merupakan indikasi bahwa daerah tersebut memiliki elevasi tertinggi.

7. Buatlah garis kontur sampai semua proyeksi kutub mempunyai garis konturnya masing-masing.

8. Setelah garis kontur telah dibuat, tentukan titik pada elevasi tertinggi atau kontur yang paling rapat dan kecil.

9. Setelah menentukan titik, proyeksikan titik kepada proyeksi kutub, lalu setelah itu tarik garis bidang sesuai dengan garis pada stereonet dan tentukan arah bidang yang akan menjadi zona pemineralisasian.

10. Setelah itu, buatlah tabel tabulasi data strike yang telah ditambahkan NPM untuk membuat diagram rosette, kipas, dan histogram.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.7 Proyeksi Kutub

Gambar diatas merupakan hasil dari proyeksi kutub berdasarkan data strike dan dip yang telah disediakan dan tentunya telah ditambahkan dengan 3 angka terakhir NPM penulis.

(19)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.8 Membuat Pola Segi Enam

Gambar diatas merupakan hasil dari pembuatan pola segi enam berdasarkan proyeksi kutub yang telah dibuat sebelumnya, dalam pembuatan pola segi enam ini dibantu dengan kalsbeek net.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.9 Diagram Kontur

Pada gambar diatas merupakan hasil dari penarikan garis kontur berdasarkan proyeksi kutub dan pola segi enam sebelumnya. Perlu diketahui bahwasanya pembuatan garis kontur diatas dilakukan secara subjektif, dan garis kontur memiliki kemungkinan untuk melenceng. Dapat dibandingkan secara langsung dengan diagram kontur hasil dari software.

(20)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.10

Bidang 1 atau Zona Pemineralisasian

Pada kedua gambar diatas, merupakan hasil dari penggambaran kedudukan atau garis bidang berdasarkan data-data yang telah dibuat sebelumnya. Adapun garis bidang diatas akan menyatakan zona pemineralisasian dari data kekar yang telah didapatkan, berdasarkan pengukuran secara manual dan software didapatkan kedudukannya adalah N155°/47°.

Tabel 3.1 Tabulasi Data

F NE SE NW SW %NE %SE %NW %SW

0 – 10 1 1 4% 4%

11 - 20 4 1 16% 1%

21 – 30 3 2 12% 8%

31 – 40 1 1 1 4% 4% 4%

41 – 50 1 1 4% 4%

51 – 60 2 8%

61 – 70 1 1 4% 4%

71 – 80 1 1 1 4% 4% 4%

81 - 90 1 4%

Pada tabel diatas merupakan hasil dari pengisian data strike yang telah digunakan sebelumnya. Adapun pembuatan tabel ini adalah untuk menggambarkan data ke dalam diagram rosette.

(21)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.11 Digaram Rosette

Tabel 3.2 Tabulasi Data

F NE NW %NE %NW

0 – 10 1 1 4% 4%

11 – 20 1 4 4% 16%

21 – 30 5 20%

31 – 40 2 1 8% 4%

41 – 50 1 1 4% 4%

51 – 60 2 8%

61 – 70 2 8%

71 – 80 1 2 4% 8%

81 - 90 1 4%

Tabel diatas merupakan tabel tabulasi data kedua dengan parameter yang lebih sederhana dimana hanya terdapat kuadran NW dan NE. Adapun dalam menentukan data yang ada dalam tabel diatas adalah dengan mengakumulasikan data pada tabel tabulasi sebelumnya dengan syarat SE = NW dan SW = NE. Tabel tabulasi diatas digunakan untuk meenggambarkan diagram kipas dan histogram, berikut adalah gambar diagram yang telah dibuat.

(22)

Sumber: Dokumen Pribadi Gambar 3.12 Diagram Kipas

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.13 Diagram Histogram

(23)

3.2.2 Data Kekar

1. Data strike dan dip yang telah didapatkan ditambahkan dengan 3 angka terakhir NPM pada data strike.

2. Lakukan plotting data pada kertas kalkir dengan menggunakan proyeksi kutub. Lakukan sampai semua data terplot pada kalkir.

3. Gunakan kertas kalkir baru untuk membuat pola segi enam berdasarkan data titik yang telah di plot sebelumnya.

4. Lalu gunakan kalkir baru kembali untuk membuat diagram kontur yang mana garis kontur akan dibuat secara subjektif dan mengikuti pola segi enam dan juga titik kutub sebelumnya.

5. Setelah semua titik tergambarkan menjadi sebuah kontur, lakukan penentuan titik pada elevasi tertinggi yang ditandai dengan banyaknya titik kutub pada suatu segi enam.

6. Setelah menentukan titik kutub pada elevasi tertinggi. Tambahkan jarak titik dengan 90 derajat untuk mendapatkan titik kedudukan yang sebenarnya.

Setelah itu buat garis bidang kedudukan.

7. Garis bidang yang telah dibuat akan menimbukkan perpotongan, maka langkah selanjutnya adalah menentukan arah tegasan gayanya.

8. Tegasan 2 atau sigma 2 akan berada pada titik perpotongan antara dua bidang. Sedangkan tegasan utama berada 90 derajat dari titik tegasan 2, lalu untuk tegasan 3 berada 90 derajat di bidang bantu dari tegasan utama.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.14 Proyeksi Kutub

(24)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.15 Pola Segi Enam

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.16 Diagram Kontur

Berdasarkan gambar diagram kontur diatas, didapatkan garis kontur atau zona kontur yang sama dengan hasil diagram kontur pada software.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.17 Bidang Tegasan Gaya

(25)

Tabel 3.3 Tabulasi Data

F NE SE NW SW %NE %SE %NW %SW

0 – 10 6 2 20% 6,67%

11 - 20 5 16,67%

21 – 30 2 6,67%

31 – 40 41 – 50 51 – 60

61 – 70 4 13,33%

71 – 80 3 10

81 - 90 1 7 3,33% 23,33%

Pada tabel diatas merupakan hasil dari pengisian data strike yang telah digunakan sebelumnya. Adapun pembuatan tabel ini adalah untuk menggambarkan data ke dalam diagram rosette.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023

Gambar 3.18 Diagram Rosette

Dapat dilihat pada gambar diatas merupakan hasil penggambaran data dalam diagram rosette, antar pengerjaan manual dan software di dapatkan hasil yang serupa atau sama.

(26)

Tabel 3.4 Tabulasi Data

F NE NW %NE %NW

0 – 10 6 2 20% 6,67%

11 – 20 5 16,67%

21 – 30 2 6,67%

31 – 40 41 – 50 51 – 60

61 – 70 4 13,33%

71 – 80 3 10%

81 - 90 1 7 3,33% 23,33%

Tabel diatas merupakan tabel tabulasi data kedua dengan parameter yang lebih sederhana dimana hanya terdapat kuadran NW dan NE. Adapun dalam menentukan data yang ada dalam tabel diatas adalah dengan mengakumulasikan data pada tabel tabulasi sebelumnya dengan syarat SE = NW dan SW = NE. Tabel tabulasi diatas digunakan untuk meenggambarkan diagram kipas dan histogram, berikut adalah gambar diagram yang telah dibuat.

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.19 Diagram Kipas

(27)

Sumber: Dokumen Pribadi, 2023 Gambar 3.20 Diaram Histogram

3.2.4 Scanline Diketahui

Panjang scanline = 2 mm Jumlah kekar = 34 Ditanya

Nilai RQD =?

Jawab:

Tentukan nilai λ terlebih dahulu

λ = (1/Jumlah Kekar)/Panjang scanline λ = 1/ 34 x 2 = 0,014705

maka, RQD = 100. e-0,1 x 0,014705 x (0,014075 x 0,1 +1) = 99,99989

(28)

BAB IV ANALISA

Struktur geologi kekar memiliki karakteristik yang mencakup berbagai aspek penting dalam pemahaman geologi. Kekar seringkali ditandai oleh retakan atau celah di batuan yang terbentuk sebagai akibat tekanan, tarikan, atau pergeseran dalam kerak bumi. Mereka memiliki berbagai orientasi dan ukuran, tergantung pada gaya tektonik yang mempengaruhinya. Kekar dapat juga muncul sebagai zona-zona patahan dalam batuan yang berperan sebagai jalur aliran magma atau air tanah. Pemahaman karakteristik ini adalah kunci dalam mengidentifikasi zona-zona potensial untuk eksplorasi sumber daya alam atau dalam merancang struktur konstruksi yang tahan terhadap tekanan dan perubahan geologis.

Alasan di balik terbentuknya struktur geologi kekar dapat sangat bervariasi.

Tekanan tectonik, seperti gaya kompresi atau tarikan, adalah faktor utama yang menyebabkan pembentukan kekar. Ketika batuan mengalami tekanan yang melebihi ketahanan internalnya, celah dan retakan akan muncul. Selain itu, faktor- faktor seperti pendinginan, perubahan suhu, dan erosi juga dapat memainkan peran dalam pembentukan kekar. Adapun dalam jenis-jenis kekar terdapat shear joint dan tensional joint, yang mana perbedaan jenis struktur kekar ini didasarkan dari arah gaya yang bekerja pada suatu massa batuan. Perlu diketahui bahawasanya gaya geologi akan bekerja dengan arah yang bermacam-macam, baik itu gaya endogen ataupun eksogen. Keberagaman arah gaya ini akan menyebabkan distribusi gaya pada batuan akan tidak stabil sehingga ketika batuan telah mencapai batas dalam menerima suatu gaya akan terjadi suatu pecahan atau rekahan padda batuan tersebut.

Selain itu, struktur kekar dapat dianalisa untuk mengetahui keterbentukannya, lingkungan geologi sekitarnya ataupun mempelajari manfaat dari adanya kekar itu sendiri. Analisa terhadap struktur kekar dapat menggunakan metode analisa scanline ataupun inventoris, keduanya akan menghasilkan data kekar seperti strike dan dip. Adapun dalam melakukan pengambilan data kekar akan lebih baik untuk menggunakan metode inventoris, hal ini dikarenakan pada

(29)

saat menggunakan metode ini akan diambil data struktur kekar pada orientasi tertentu secara acak. Hal ini akan mempermudah dan mempercepat data yang akan diambil dan diolah. Pengolahan data kekar dilakukan dengan cara proyeksi kutub, dan manfaat dari memproyeksikan data kekar ini adalah untuk mengetahui seperti zona pemineralisasian ataupun lainnya. Menggambarkan kedudukan kekar atau proyeksi kekar harus melalui beberapa tahapan secara manual yaitu membentuk segi enam dan membentuk kontur dan kemudian baru akan dibuatkan sebuah keduduan bidang untuk menentukan zona yang akan dicari.

(30)

BAB V KESIMPULAN

Oleh karena pelaksanaan praktikum dan penulisan laporan telah selesai, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yaitu:

1. Kekar adalah struktur geologi yang terbentuk dalam batuan karena berbagai gaya tektonik, termasuk tekanan, tarikan, atau pergeseran. Tekanan tektonik, seperti tekanan kompresi dan tarikan, adalah penyebab utama pembentukan kekar. Ketika batuan mengalami tekanan yang melebihi ketahanannya, retakan atau celah akan muncul di dalamnya. Kekar dapat terjadi di berbagai skala, mulai dari celah kecil hingga patahan besar dalam batuan. Selain gaya tektonik, faktor-faktor seperti perubahan suhu, pendinginan, dan erosi juga dapat mempengaruhi pembentukan kekar. Kekar sering berperan sebagai jalur aliran air tanah, magma, atau gas, dan pemahaman tentang karakteristik dan alasan di balik terbentuknya kekar penting dalam pemahaman geologi, eksplorasi sumber daya alam, dan perencanaan konstruksi.

2. Struktur kekar dapat diklasifikasikan berdasarkan gaya yang mempengaruhinya menjadi beberapa tipe utama. Pertama, terdapat kekar tipe tensional yang terbentuk akibat tarikan, di mana batuan retak dan membentuk celah dengan orientasi sejajar dengan gaya tarikan tersebut. Kedua, kekar tipe kompresi terbentuk akibat tekanan, di mana batuan mengalami tekanan mendalam sehingga retakan terbentuk dengan orientasi yang sejajar dengan gaya kompresi tersebut. Ketiga, kekar tipe geser terjadi akibat gaya pergeseran, di mana retakan membentuk sudut dengan arah pergeseran tersebut. Klasifikasi struktur kekar berdasarkan gaya ini membantu para geolog untuk memahami proses pembentukan kekar dan bagaimana gaya tektonik memengaruhi kerak bumi, serta memiliki implikasi dalam pemahaman sejarah geologis dan dalam industri seperti eksplorasi sumber daya alam dan rekayasa konstruksi.

3. Zona pemineralisasi dapat dijelaskan berdasarkan data kekar melalui proyeksi kutub yang membantu mengidentifikasi pola dan orientasi distribusi mineral.

Proyeksi kutub adalah metode analisis yang memungkinkan kita untuk

(31)

menggambarkan orientasi kekar dan retakan dalam tiga dimensi. Dengan menggunakan data kekar, kita dapat mengidentifikasi arah dominan dari kekar-kekar yang terbentuk, dan hal ini dapat mengindikasikan arah aliran fluida mineralisasi di dalam kerak bumi. Misalnya, jika kekar-kekar utama memiliki arah yang sama dalam proyeksi kutub, ini dapat mengindikasikan kemungkinan adanya suatu zona pemineralisasi di sepanjang arah tersebut.

Analisis proyeksi kutub data kekar ini sangat penting dalam eksplorasi mineral, karena membantu dalam menentukan potensi lokasi mineral berharga dan sumber daya alam.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

1. Djauhari, Noor. 2012. “Pengantar Geologi Edisi 2”. Universitas Pakuan. Bogor.

2. John, G. 1987. “Modern Structural Geology. Harcourt Barce Jovanich. New York. Diakses pada tanggal 30 Oktober 2023 pukul 22.23 WIB.

3. Pollard, David. 2005. “Fundamentals Structural Geology. Cambridge University. Iggris. Diakses pada tanggal 31 Oktober 2023 pukul 20.18 WIB.

4. Polontalo, Alfandi. 2020. “Modul Struktur Geologi”. Universitas Negeri Gorontalo. Gorontalo.

5. Runi, A. 2013. “Struktur Geologi”. Universitas Brawijaya. Malang.

6. Richard, J. 2004. “Stereographic Projection Techniques for Geologists and Civil Engineers. Cambridge University Press. Cambridge. New York.

(33)

FORM PENILAIAN LAPORAN

Laporan Akhir Format

(10)

Bab I (15)

Bab II (5)

Bab III (30)

Bab IV (20)

Bab V (15)

Dapus (5)

Total Nilai

(34)

LAMPIRAN

Gambar

Gambar 2.1  Struktur Kekar
Gambar  diatas  merupakan  hasil  dari  proyeksi  kutub  berdasarkan  data  strike  dan  dip  yang telah disediakan dan tentunya telah  ditambahkan  dengan 3  angka terakhir NPM penulis
Gambar 3.9  Diagram Kontur
Gambar  diatas  merupakan  hasil  dari  pembuatan  pola  segi  enam  berdasarkan proyeksi kutub yang telah dibuat sebelumnya, dalam pembuatan pola  segi enam ini dibantu dengan kalsbeek net
+7

Referensi

Dokumen terkait