• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR IRIGASI M ROZAKUL AHWA

N/A
N/A
Ahwa99

Academic year: 2025

Membagikan "LAPORAN AKHIR IRIGASI M ROZAKUL AHWA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS BESAR PERKERASAN JALAN RAYA

Perencanaan Jalan Baru Menggunakan Perkerasan Kaku Berdasarkan Manual Desain Perkerasan Jalan Tahun 2024

Dosen Pembimbing

NIP .

Disusun Oleh:

Mohamad Rozakul Ahwa NIM . 2241320078

3 MRK 5

D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan Perencanaan Jalan Baru dengan Perkerasan Kaku ini dapat diselesaikan dengan baik

Laporan ini disusun sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan infrastruktur transportasi yang berkualitas, khususnya dalam perencanaan jalan menggunakan perkerasan beton semen. Perencanaan ini bertujuan untuk memberikan desain teknis yang sesuai dengan kondisi lapangan, kebutuhan lalu lintas, serta mengacu pada standar dan pedoman teknis yang berlaku, yaitu Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003.

Kami berharap laporan ini dapat memberikan kontribusi positif dalam pelaksanaan proyek pembangunan jalan baru, baik dari aspek teknis maupun implementasi di lapangan. Saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan laporan di masa yang akan datang.

Demikian, semoga laporan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai pedoman yang efektif dalam melaksanakan pembangunan jalan baru.

Malang, 15 Desember 2024 Penyusun

Kelompok 1

(3)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR... 2

BAB I... 5

PENDAHULUAN... 5

1.1 Latar Belakang... 5

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Tujuan... 5

BAB II...6

DASAR TEORI... 6

2.1. Pengertian Irigasi... 6

2.1.1 Jaringan Irigasi Level Primer dan Tersier...6

2.1.2 Jaringan Irigasi Level Tersier dan Kuarter...8

2.2 Kebutuhan Air Irigasi...9

2.2.1. Faktor Pengaruh Kebutuhan Air Irigasi...10

2.2.2. Kebutuhan Air Sawah...10

2.2.3 Kebutuhan Air Tanaman (Etc)... 10

2.1.4 Debit Andalan...14

2.1.5 Pembagian Air Irigasi (Rotasi)...14

2.1.6 Saluran Irigasi... 16

2.1.7 Bangunan Utama Irigasi... 23

2.1.8 Bangunan Pengukur dan Pengatur... 28

BAB III... 30

ANAILISIS DAN PERHITUNGAN...30

3.1 Kebutihan Air Tanaman...30

3.1.1 Pengaturan Pola Tanam Eksisting...30

3.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Metode Blaney Criddle (BC)...30

3.2 Perhitungan dan Jadwal Rotasi... 33

3.2.1 Perhitungan Debit Aliran...33

3.2.2 Jadwal Rotasi... 33

3.3 Dimensi Saluran...33

3.3.1 Elevasi Saluran...33

3.3.2 Menghitung Dimensi Saluran...34

3.4 Perencanaan Perhitungan Bendung...35

3.4.1 Perhitungan Lengkung Bendung...35

3.4.2 Persamaan Lengkung OGEE Type 4...36

(4)

BAB IV... 37

KESIMPULAN...37

DAFTAR PUSTAKA...38

LAMPIRAN...39

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan infrastruktur jalan merupakan salah satu elemen penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan mobilitas masyarakat. Sebagai jalur utama penghubung antarwilayah, jalan harus dirancang untuk memberikan kenyamanan, keamanan, dan daya tahan yang optimal terhadap beban lalu lintas yang terus meningkat. Salah satu solusi perkerasan yang banyak digunakan adalah perkerasan kaku atau rigid pavement, yang memiliki keunggulan dalam menahan beban berat dan umur layan yang lebih panjang dibandingkan perkerasan lentur.

Laporan ini disusun untuk memberikan perencanaan teknis yang komprehensif terkait pembangunan jalan baru dengan menggunakan perkerasan beton semen. Perencanaan ini mengacu pada Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T-14-2003, yang memberikan panduan lengkap dalam menentukan desain ketebalan pelat beton, jenis pondasi bawah, sambungan, hingga pertimbangan teknis lainnya

1.2 Tujuan

1. Merancang struktur perkerasan jalan baru yang mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan umur rencana.

2. Memberikan rekomendasi ketebalan pelat, jenis pondasi bawah, dan desain sambungan yang sesuai dengan kondisi lapangan.

3. Mengidentifikasi kebutuhan teknis dan material untuk memastikan mutu dan kinerja perkerasan beton semen.

1.3 Ruang Lingkup

1. Analisis data lalu lintas harian rata-rata (LHR) dan proyeksi pertumbuhan lalu lintas.

2. Evaluasi kondisi tanah dasar menggunakan nilai California Bearing Ratio (CBR).

3. Perencanaan tebal pelat beton dan desain sambungan berdasarkan analisis tegangan dan kelelahan.

4. Penyusunan desain teknis dan spesifikasi material untuk pelaksanaan konstruksi.

(6)

BAB II DASAR TEORI

2.1. Struktur dan Jenis Perkerasan Beton Semen

Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4 jenis :

1. Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan 2. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan 3. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan 4. Perkerasan beton semen pra-tegang

Jenis perkerasan beton semen pra-tegang tidak dibahas dalam pedoman ini.

Perkerasan beton semen adalah struktur yang terdiri atas pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan, terletak di atas lapis pondasi bawah atau tanah dasar, tanpa atau dengan lapis permukaan beraspal. Struktur perkerasan beton semen secara tipikal sebagaimana terlihat pada Gambar 1.

Pada perkerasan beton semen, daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Sifat, daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan perkerasan beton semen. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah kadar air pemadatan, kepadatan dan perubahan kadar air selama masa pelayanan. Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :

1. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.

2. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.

3. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.

4. Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di bawahnya. Bila diperlukan tingkat kenyaman yang tinggi, permukaan perkerasan beton semen dapat dilapisi dengan lapis campuran beraspal setebal 5 cm.

(7)

2.2 Persyaratan Teknis 2.2.1. Tanah Dasar

Daya dukung tanah dasar ditentukan dengan pengujian CBR insitu sesuai dengan SNI 03- 1731-1989 atau CBR laboratorium sesuai dengan SNI 03-1744-1989, masing- masing untuk perencanaan tebal perkerasan lama dan perkerasan jalan baru. Apabila tanah dasar mempunyai nilai CBR lebih kecil dari 2 %, maka harus dipasang pondasi bawah yang terbuat dari beton kurus (Lean-Mix Concrete) setebal 15 cm yang dianggap mempunyai nilai CBR tanah dasar efektif 5 %

2.2.2. Pondasi Bawah

Bahan pondasi bawah dapat berupa : 1. Bahan berbutir.

2. Stabilisasi atau dengan beton kurus giling padat (Lean Rolled Concrete) 3. Campuran beton kurus (Lean-Mix Concrete).

Lapis pondasi bawah perlu diperlebar sampai 60 cm diluar tepi perkerasan beton semen. Untuk tanah ekspansif perlu pertimbangan khusus perihal jenis dan penentuan lebar lapisan pondasi dengan memperhitungkan tegangan pengembangan yang mungkin timbul.

Pemasangan lapis pondasi dengan lebar sampai ke tepi luar lebar jalan merupakan salah satu cara untuk mereduksi prilaku tanah ekspansif.

Tebal lapisan pondasi minimum 10 cm yang paling sedikit mempunyai mutu sesuai dengan SNI No. 03-6388-2000 dan AASHTO M-155 serta SNI 03-1743-1989. Bila direncanakan perkerasan beton semen bersambung tanpa ruji, pondasi bawah harus menggunakan campuran beton kurus (CBK). Tebal lapis pondasi bawah minimum yang disarankan dapat dilihat pada Gambar 2 dan CBR tanah dasar efektif didapat dari Gambar 3.

(8)

2.2.3 Lalu Lintas

Penentuan beban lalu-lintas rencana untuk perkerasan beton semen, dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan niaga (commercial vehicle), sesuai dengan konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama umur rencana.

Lalu-lintas harus dianalisis berdasarkan hasil perhitungan volume lalu-lintas dan konfigurasi sumbu, menggunakan data terakhir atau data 2 tahun terakhir. Kendaraan yang ditinjau untuk perencanaan perkerasan beton semen adalah yang mempunyai berat total minimum 5 ton.

Konfigurasi sumbu untuk perencanaan terdiri atas 4 jenis kelompok sumbu sebagai berikut :

1. Sumbu tunggal roda tunggal (STRT).

2. Sumbu tunggal roda ganda (STRG).

3. Sumbu tandem roda ganda (STdRG).

4. Sumbu tridem roda ganda (STrRG).

2.2.3.1 Lajur rencana dan koefisien distribusi

2.1.4 Debit Andalan

Debit andalan adalah ketersediaan air yang dapat diandalkan di sungai sepanjang tahun. Berbeda dengan debit banjir rancangan, debit andalan adalah analisa debit rendah, menggunakan data curah hujan rata-rata setahun. Debit banjir rancangan adalah analisa debit tinggi, menggunakan data curah hujan harian maksimum setahun. Debit andalan digunakan untuk keperluan perhitungan perencanaan pertanian, perikanan, industri, air minum, dan PLTA. Peluang debit andalan untuk air minum sebesar 95% , irigasi 80 %,

(9)

waduk wisata 50% dan PLTA 50%. Metode analisa jika diketahui data hujan menggunakan metode simulasi FJ. Mock, N-reca, Tank model. Jika diketahui data debit menggunakan metode Distribusi Gumbel, Distribusi Log Pearson, Distribusi Log Normal.

 Tahun Dasar Perencanaan

Metode ini umumnya digunakan dalam perencanaan atau pengelolaan irigasi. Pada umumnya di bidang irigasi dipakai debit dengan keandalan 80%

Q80 = (n/5) + 1 Dimana:

n: jumlah data

Angka 5 berasal dari = 100%/100-80% = 5

Data yang tersedia sebelum dilakukan perhitungan harus diurutkan dari kecil ke besar terlebih dahulu.

2.1.5 Pembagian Air Irigasi (Rotasi)

Rotasi dilakukan untuk memanfaatkan air irigasi secara efisien di saat air yang tersedia terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan air irigasi. Yang perlu dipertimbangkan adalah debit andalan sungai dan NFR di tingkat primer. Bentuk sistem rotasi, pada petak kuarter dalam 1 petak tersier dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok rotasi, 3 kelompok rotasi, 4 kelompok rotasi, dan 5 kelompok rotasi.

1. 2 Kelompok Rotasi

Jika Qtersedia > 50%q, maka tanpa rotasi (air diberikan 24 jam) Qa = NFR x Luas petak

Jika Qtersedia < 50%q, maka dibagi menjadi 2 priode dalam 7 hari (168 jam).

a. Periode 1 : a diairi, b ditutup Lama pemberian air =

𝐴𝑎𝐴

x 168 jam Kapasitas saluran = NFR x A x 50%

b. Periode 2 : b diairi, a ditutup Lama pemberian air =

𝐴𝑏𝐴

x 168 jam Kapasitas saluran = NFR x A x 50%

2. 3 Kelompok Rotasi

Jika Qtersedia 65% - 100%q, maka tanpa rotasi (air diberikan 24 jam) Qa = NFR x Luas petak

Jika Qtersedia 30% - 65%q, maka dibagi menjadi 3 priode dalam 14 hari (336 jam).

a. Periode 1 : a,b diairi, c ditutup

b. Periode 2 : b,c diairi, a ditutup

(10)

c. Periode 3 : a,c diairi, b ditutup

Jika Qtersedia < 30%q, maka dibagi menjadi 3 priode dalam 14 hari (168 jam).

a. Periode 1 : a diairi, b,c ditutup Lama pemberian air :

Qa = (NFR x A x 30%)

b. Periode 2 : b diairi, a,c ditutup Lama pemberian air :

Qb = (NFR x A x 30%)

c. Periode 3 : c diairi, a,b,d ditutup Lama pemberian air

Qc = (NFR x A x 25%)

d. Periode 4 : d diairi, a,b,c ditutup Lama pemberian air

Qd = (NFR x A x 25%) 2.1.6 Saluran Irigasi

Saluran irigasi adalah sarana untuk membawa dan membuang air irigasi agar tanaman di lahan dapat tumbuh dengan baik.

1. Saluran Pembawa

Saluran yang berfungsi untuk membawa air dari sumbernya

(sungai, waduk, mata air) sampai dimanfaatkan untuk tanaman. A

a. Jenis-jenis saluran pembawa adalah sebagai berikut:

(11)

1) Saluran Primer

Saluran primer membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan ke petak petak tersier yang diairi.

Batas ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi 2) Saluran Sekunder

Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir

3) Saluran Tersier

Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.

4) Saluran Kuarter

Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui bangunan sadap kuarter atau parit sawah ke sawah.

b. Jenis saluran pembawa berdasarkan ketahanannya 1) Saluran Tahan Erosi

Saluran yang tahan erosi digunakan untuk saluran pembawa primer, sekunder, dan tersier. Bentuk salurannya dengan pasangan pasangan/lining. Pasangannya berupa pasangan batu, beton tumbuk, beton bertulang, atau semen tanah. Untuk metode perhitungannya menggunakan metode Chezy, Manning, dan Stickler.

2) Saluran Tidak Tahan Erosi

Saluran tidak tahan erosi umunya digunakan untuk saluran pembuang, saluran pembawa tersier dan kuarter.

Bentuk salurannya tanpa pasangan, sehingga salurannya menggunakan tanah. Metode perhitungan menggunakan metode Permissible Velocity (kecepatan ijin), Tractive Force (gaya seret), Penampang Hidrolik Stabil, Kennedy, serta Lacey.

c. Perhitungan Saluran Pembawa 1) Saluran Tahan Erosi

Pada perencanaan saluran ini, diasumsikan aliran airnya berupa aliran seragam (uniform flow) pada saluran terbuka.

A. Metode Perhitungan

a. Metode Stickler

(12)

Keteranagan:

V = kecepatan aliran (m/dt)

k = koefisien kekasaran saluran Stickler (m1/3/dt) batu : 60 dan beton 70

R = radius hidrolis (m) S = kemiringan dasar saluran A = luas penampang basah (m2 )

P = keliling basah (m) Q = debit saluran (m3 /dt)

b. Metode Manning

Keterangan:

V = kecepatan aliran (m/dt)

n = koefisien kekasaran saluran Manning (m1/3/dt) R

= radius hidrolis (m)

S = kemiringan dasar saluran A = luas penampang basah (m2 ) P = keliling basah (m)

Q = debit saluran (m3 /dt) c. Metode Chezy

Keterangan;

V = kecepatan aliran (m/dt)

C = koefisien kekasaran saluran Chezy (m1/3/dt) R = radius hidrolis (m)

S = kemiringan dasar saluran A = luas penampang basah (m2 ) P = keliling basah (m)

Q = debit saluran (m3 /dt) B. Penampang Hidrolis

Penampang hidrolis terbaik (menghemat bahan saluran, tapi tidak menghemat lahan).

Persegi : b=2h, A=2h2 , P=4h

Trapesium :h=b/(2/3x31/2),P=2.31/2h,A=31/2h2

(13)

Kemiringan talud umumnya digunakan untuk saluran trapesium (menghemat lahan. Batu adalah < 0,25 atau hamper tegak lurus. Sedangkan untuk beton 0,5 s/d 1.

Perbandingan b-h yang umum digunakan untuk saluran persegi (menghemat lahan) adalah h=b atau h=2b C. Kemiringan Dasar

Ditentukan dari topografi muka tanah sesuai trase saluran atau coba-banding untuk melihat kesesuaian dengan kecepatan izin. Jika ternyata topografi asli terlalu curam sehingga V>Vmax, perlu dibuat bangunan terjun.

Sebaliknya jika ternyata topografi asli terlalu landau sehingga V

D. Kecepatan Ijin

Kecepatan minimum yang diizinkan adalah 0,61 s/d 0,91 m/dt. Sedangkan kecepatan maksimum yang diizinkan untuk pasangan batu 2m/dt dan pasangan beton 3m/dt. Kecepatan minimum ini berkaitan dengan endapan atau sedimen serta tumbuhnya tanaman air.

Sedangkan kecepatan maksimum berkaitan dengan gerusan.

E. Tinggi Jagaan dan Lengkung Saluran

Jagaan berfungsi menjaga agar muka air dapat naik diatas air maksimum serta mencegah kerusakan tanggul di saluran. Lengkung saluran adalah r > 3T.

F. Tebal Minimum Pasangan

Untuk batu 30 cm. Beton tumbuk dengan Q < 6 m3/dt adalah 8 cm, sedangkan Q > 6 m3/dt adalah 10 cm.

Untuk beton bertulang 7 cm dan semen tanah 10-15 cm 2) Saluran Tidak Tahan Erosi

A. Metode Perhitungan

Menggunakan metode Manning dengan koefisien kekasaran untuk saluran primer, sekunder, atau debit besar adalah

Q > 10 m3/dt : 0,022 5 < Q < 10 : 0,024 1 < Q < 5 : 0,025

Q < 1 dan saluran tersier : 0,029

Saluran kuarter : 0,33

(14)

B. Tinggi Jagaan

Saluran tersier 0,3 m dan kuarter 0,2 m.

C. Kemiringan Talud

Saluran tersier, kuarter, dan saluran dengan debit kecil m

= 1.

D. Lebar Tanggul

E. Jari Jari Lengkung Saluran (Minimum)

Saluran tanah, lengkung tanpa pasangan R > 8 B (B = lebar atas)

Saluran tanah lengkung diberi pasangan Q < O,6 m3 /dt  r >3B 0,6 < Q ≤ 10 m3 /dt  r = 4B s/d 6B Q > 10 m3 /dt

r > 7B

F. Kecepatan Ijin

Perhitungan seperti saluran tahan erosi, namun kecepatan minimum yang diijinkan adalah 0,2 m/dt.

3) Elevasi Muka Air

Elevasi muka air yang diperlukan di saluran primer/sekunder adalah :

P = A + a + b + nxc + d + mxc + f +g +ΔH + z Dimana:

P = muka air hulu bangunan sadap tersier A = elevasi sawah di petak tersier

a = kedalaman ai di sawah +10 cm

b = kehilangan energy dari saluran kuarter sampai sawah +10 cm

c = kehilangan di boks kuarter (5-15cm/boks) n = jumlah boks bagi kuarter pada saluran yang direncanakan

d = kehilangan tinggi energi selama pengairan di saluran tersier dan kuarter (SxL)

e = kehilangan tinggi energy boks tersier (10cm/boks)

m = jumlah boks tersier pada saluran yang

direncanakan

(15)

f = kehilangan tinggi di gorong-gorong (5cm/goronggorong)

z = kehilangan tinggi energi bangunan-bangunan tersier yang lain

g = kehilangan tinggi di pintu (2/3H)

ΔH = variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier (0,18h100)

h100 = kedalaman air rencana di saluran primer/sekunder pada bangunan sadap

2. Saluran Pembuang

Saluran pembuang adalah saluran untuk membuang kelebihan air (yang telah digunakan) dari lahan irigasi menuju ke sungai.

a. Jenis-jenis saluran pembuang adalah sebagai berikut:

1) Saluran Pembuang Primer

Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran pembuang sekunder keluar daerah irigasi. Pembuang primer sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.

2) Saluran Pembuang Sekunder

Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan keluar daerah irigasi

3) Saluran Pembuang Tersier

Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak petak tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari sawah sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan pembuang sekunder.

4) Saluran Pembuang Kuarter

Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu petak tersier, menampung air langsung dari sawah dan membuang air tersebut ke dalam saluran pembuang tersier.

b. Syarat Perencanaan

(16)

1) Trase saluran posisinya di tempat yang rendah (lebih rendah dari sal. irigasi), elevasi muka air rencana di saluran < elevasi muka tanah, elevasi muka tanah asli – Elevasi dasar saluran > 0,6 m, sedapat mungkin mengikuti kemiringan medan.

2) Kecepatan aliran maksimum pada saluran tersier 0,7 m/dt dan kuarter 0,50 m/dt. Kecepatan minimumnya 0,45 m/dt.

3) Kemiringan talud umumnya m = 1. Untuk kontrol D < 1,0 = 1,0 (Tanah baik); 1,0 < D < 2,0 = 1,5 (Tanah jelek); D > 2,0 = 2,0 (Tanah jelek).

4) Saluran pembuang tersier dan kuarter terletak di dalam satu petak yang sama, menampung air langsung dari petak sawah, arah aliran searah dengan saluran irigasi.

5) Saluran pembuang primer membuang air dari saluran pembuang tersier dan membawanya keluar daerah irigasi.

c. Penemaan

1) Penamaan ruas saluran: dt + urutan petak tersier searah jarum jam dari tempat tertinggi

2) Penamaan ruas saluran: dk + nama petak kuarter searah jarum jam dari tempat tertinggi

d. Perhitungan Saluran Pembuang 1) Jumlah Kelebihan Air

Modulus pembuang/drainase

D(n) = R(n)T + n(I-ET-P) – DS Qd = f x Dm x A

Dimana :

D(n) = Limpasan pembuang selama n hari (mm)

R(n)T = Curah hujan rancangan dengan kala ulang T tahun (mm)

→ Metode Gumbel, Log Pearson, dll I = Pemberian air irigasi (mm/hari) ET = Evapotranspirasi (mm/hari) P = Perkolasi (mm/hari)

DS = Daya tampung tambahan

n = jumlah hari rencana untuk perhitungan drainase Dm=

Modulus pembuang/drainage modul (l/dt/ha) Jika tidak ada data, maka

Dm bisa menggunakan 7 lt/dt/ha Qd = Debit drainase rencana (m3/dt)

A = Luasan daerah yang akan dibuang airnya (ha) f = Faktor pengurang drainase → Qd = 1,62 Dm A0,92

*Syarat perencanaan:

n = 3 hari T = 5 tahun

(17)

I = ET → I – ET = 0 DS = maksimum 50 mm

P = landai 0 mm/hari ; terjal 3 mm/hari

2) Factor Pengurangan Luas Areal yang Dibuang Airnya (f)

3) Lebar Tanggul

Lebar tanggul 1-1,5 m 4) Koefisien Kekasaran Stickler

Untuk tersier 30 dan kuarter 25 5) Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan adalah 0,4-1 m 6) Perbandingan b/h

Umumnya b/h = 1, namun untuk daerah yang sangat datar dapat dibuat b/h = 1-3

7) Lebar Saluran

Disarankan lebar minimum untuk tersier 0,5 m dan kuarter 0,3 m 8) Jari-jari Lengkung Saluran

Q < 5 = 3 x lebar dasar 5 < Q < 7,5 = 4 x lebar dasar 7,5 < Q < 10= 5 x lebar dasar 10 < Q < 15 = 6 x lebar dasar Q > 15 = 6 x lebar dasar

2.1.7 Bangunan Utama Irigasi

Bangunan utama merupakan semua bangunan yang direncanakan di sungai atau aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi. Biasanya dilengkapi kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur dan mengatur air yang masuk.

Bangunan utama (head work) dapat didefinisikan sebagai kompleks bangunan yang

direncanakan di sumber air, guna meninggikan muka air,

(18)

membelokkan/mengalirkan air atau menampung kelebihan air pada musim hujan ke jaringan saluran agar dapat dipakai guna keperluan irigasi. Bangunan utama terdiri dari bangunan-bangunan pengelak dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama, pintu bilas, kolam olak, dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir, pekerjaan sungai lainnya dan bangunan-bangunan pelengkap.

1. Klasifikasi Bangunan Utama

a. Bendung Tetap dan Bendung Gerak

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran 32 irigasi sampai di lahan pertanian (command area). Tubuh bendung (dinding penahan air) pada bendung gerak dilengkapi dengan pintu air guna mengalirkan aliran banjir dan ditutup jika aliran kecil.

Secara ideal, bangunan utama ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu :

1) Bangunan pelimpah guna mengalirkan air banjir melalui tubuh bendung;

2) Kolam olak dan peredam energi guna mengurangi energi ketinggian air banjir;

3) Pintu kuras berguna untuk menguras membersihkan kandungan lumpur di depan bangunan pengambilan;

4) Bangunan pengambilan utama dan pintu pengambilan guna mengalirkan air ke jaringan irigasi;

5) Saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan antara bangunan/pintu pengambilan dengan bangunan ukur;

6) Bangunan ukur guna mengukur debit yang masuk ke jaringan irigasi;

7) Kantong lumpur guna pengendapan lumpur yang masuk ke bangunan pengambilan;

8) Pintu bilas guna mengeluarkan kandungan lumpur ke sungai;

9) Sayap bendung guna stabilitas bendung; dan 10) Tanggul sungai guna menahan erosi.

b. Pengambilan Bebas

Pengambilan bebas merupakan bangunan yang dibuat pada

tepi sungai guna mengalirkan air ke dalam jaringan irigasi, tanpa

mengatur ketinggian muka air sungai. Bangunan ini digunakan

bila muka air sungai lebih tinggi dari daerah yang diairi. Secara

ideal bangunan ini terdiri dari:

(19)

1) Pengarah aliran guna mengarah aliran sungai ke bangunan pengambilan (untuk daerah yang mempunyai aliran sungai yang lurus);

2) Bangunan pengambilan dan pintu pengambilan guna mengalirkan air ke jaringan irigasi;

3) Saluran ukur merupakan saluran yang menghubungkan antara bangunan/ pintu pengambilan dengan bangunan ukur;

4) Bangunan ukur guna mengukur debit yang masuk ke jaringan irigasi.

c. Pengambilan dari Waduk

Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk adalah untuk mengatur aliran sungai sekaligus peninggian muka air. Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit listrik, pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.

d. Pengambilan Pompa

Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.

2. Jenis Jenis Bangunan Utama a. Bendung Tetap

Bendung ini adalah bangunan yang dipergunakan untuk meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak tersier. Ditinjau dari bahan yang dipergunakan, maka bendung tetap dapat dibagi menjadi : Bendung tetap permanen (misalnya beronjong dari beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel);

Bendung tetap semi permanen (misalnya dari Beton, pasangan batu, beronjong dengan mantel); Bendung tetap tidak Permanen (misalnya dari kayu, tumpukan batu).

b. Bendung Gerak

Bendung ini terdiri dari tubuh bendung dengan ambang tetap

yang rendah dilengkapi dengan pintu-pintu yang dapat

digerakkan vertikal maupun radial. Tipe ini mempunyai fungsi

ganda, yaitu mengatur tinggi muka air di hulu bendung

(20)

kaitannya dengan muka air banjir dan meninggikan muka air sungai kaitannya dengan penyadapan air untuk berbagai keperluan. Operasional di lapangan dilakukan dengan membuka pintu seluruhnya pada saat banjir besar atau membuka pintu sebagian pada saat banjir sedang dan kecil. Pintu ditutup sepenuhnya pada saat saat kondisi normal, yaitu untuk kepentingan penyadapan air

c. Bendung Karet

Tubuh bending terbuat dari karet. Pondasi beton berbentuk plat beton sebagai dudukan tabung karet, serta dilengkapi satu ruang control dengan ebberapa perlengkapan mesin untuk mengontrol mengembang dan mengempisnya tabung karet.

Berfungsi meninggikan air dengan cara tubuh menggembungkan tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara mengempiskan tubuh bendung. Tubuh bendung 35 diisi oleh udara atau air. Terdapat instrument pengontrol udara atau air (manometer).

d. Bendung Gergaji

Bendung tetap yang dibangun melintang sungai guna meningkatkan muka air udik, menahan atau mengurangi laju muatan sedimen yang bergerak dari udik ke hilir, mempertahankan dan atau meninggikan dasar sungai, mengendalikan kemiringan dasar sungai di udik bendung atau untuk mengendalikan debit yang melimpah ke hilir. Pelimpah bendungan tipe gergaji berguna untuk melewatkan sebagian air yang berlebih dengan aman ke hilir.

e. Bendung Saringan Bawah

Bendung ini berupa bendung pelimpah yang dilengkapi dengan saluran penangkap dan saringan. Bendung ini meloloskan air lewat saringan dengan membuat bak penampung air berupa saluran penangkap melintang sungai dan mengalirkan airnya ke tepi sungai untuk dibawa ke jaringan irigasi.

Operasional di lapangan dilakukan dengan membiarkan sedimen dan batuan meloncat melewati bendung, sedang air diharapkan masuk ke saluran penangkap. Sedimen yang tinggi diendapkan pada saluran penangkap pasir yang secara periodik dibilas masuk sungai kembali.

f. Pompa

(21)

Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya memerlukan modal kecil tetapi biaya eksploitasinya mahal.

3. Bagian Bagian Bangunan Utama a. Bendung

Bagian dari bangunan utama yang benarbenar dibangun di dalam air. Fungsinya untuk membelokkan air ke jaringan irigasi dengan jalan menaikkan muka air atau dengan memperlebar pengambilan di dasar Sungai

b. Intake

Bangunan berupa pintu air untuk mengumpulkan air dengan cara membelokkan aliran air dari sungai ke bending.

Pertimbangan utama dalam merencanakan adalah debit rencana pengelakan sedimen.

c. Pembilas

Pembilas berada tepat di hulu intake untuk mencegah masuknya sedimen kasar ke jaringan irigasi. Dirancang pada bendung yang dibangun di sungai dengan volume angkutan muata sedimen relative besar. Pintu pembilas diletakkan segaris dengan sumbu bendung. Bangunan diletakkan di sisi luar tubuh bendung dekat dinding pangkal atau di luar dinding pangkal.

d. Kantong Lumpur

Kantong lumpur berfungsi untuk mengendapkan sedimen yang lebih besar dari pasir halus. Biasanya ditempatkan persis di sebelah hilir intake. Terdapat pembersihan secara berkala dengan memanfaatkan aliran yang deras untuk menghanyutkan Kembali sedimen ke Sungai

e. Peredam Energi

Peredam energi adalah struktur bangunan di hilir tubuh

bendung dimana di kanan dan kirinya dibatasi dinding pangkal

bendung dilanjutkan dengan dinding sayap hilir. Fungsinya

untuk meredam energi akibat pembendungan agar air di hilir

bendung tidak menimbulkan penggerusan setempat yang

membahayakan struktur.

(22)

4. Pemilihan Lokasi Bangunan Utama a. Topografi

Mempertimbangkan elevasi sawah tertinggi yang akan diairi.

Tinggi bendung tidak terlalu tinggi. Apabila bendung ada di palung sungai, tingginya tidak lebih dari 7 m. Untuk penggalian trase saluran induk dibatasi 8 m Intake diletakkan di saluran yang lurus atau tikungan luar aliran.

b. Hidrolik Sungai

Ditempatkan pada sungai yang lurus. Dipilih aliran air sejajar, sedikit turbulen. Kecenderungan gerusan dan endapan tebing relative sedikit. Potensi dan distribusi angkutan sedimen berfungsi menghindari lokasi dimana perubahan kemiringan sungai mendadak terjadi.

c. Tingkat Kesulitan Saluran Induk

Untuk mendapatkan ketinggian bendung dan luas layanan yang lebih luas, lokasi bendung digeser ke hulu. Akibatnya saluran induk melewati tebing terjal dengan gaian cukup tinggi. Untuk galian dibatasi 8 m dan timbunan dibatasi 6 m.

d. Tanah Pondasi

Bendung ditempatkan di tanah yang stabil dengan mempertimbangkan potensi gempa dan gerusan arus

e. Biaya dan Lain Lain

Harus mempertimbangkan biaya yang dibutuhkan serta kemungkinann pengembangan daerah kedepannya, perubahan morfologi sungai, dan ketinggian tanggul banjir.

5. Rekomendasi Lokasi Bangunan Utama a. Dipilih lembah sempit dan tidak terlalu dalam

b. Dipilih dasar sungai yang mempunyai daya dukung kuat, tidak ada sesar aktif, tidak ada erosi, dan dasar sungai hilir bendung tahan terhadap gerusan

c. Dipilih sungai yang lurus

d. Hindari perubahan kemiringan sungai mendadak dan belokan tajam e. Lokasi induk dekat bendung, tidak terlalu sulit dan tidak mahal f. Tersedia ruangan untuk bangunan pelengkap, terutama untuk kolam

pengendap dan saluran penguras dengan panjang 300 – 500 m, dan lebar 40 – 60 m

g. Tinggi bendung dibatasi 6- 7 m

h. Pencapaian ke lokasi mudah i. Biaya pembangunan efisien

(23)

2.1.8 Bangunan Pengukur dan Pengatur

Bangunan pengukur debit digunakan untuk mengukur debit yang akan melalui saluran. Sedangkan bangunan pengatur muka air digunakan untuk mengatur debit yang akan melalui saluran (pintu air). Bangunan ini ditempatkan di pengambilan, bangunan bagi/sadap/bagi sadap, dan boks bagi tersier/kuarter. Lebar pintu air di petak tersier dan kuarter maksimum 0.6 m. Jika lebih besar harus dibagi menjadi dua pintu atau lebih. Pada satu bangunan digunakan satu jenis pintu yang sama

BAB III

ANAILISIS DAN PERHITUNGAN

3.1 Kebutihan Air Tanaman

3.1.1 Pengaturan Pola Tanam Eksisting

Di bawah ini terdapat data pola tanam eksisting yang diatur dalam kurun waktu 12 bulan untuk rencana petak sawah di Desa Sendangbumen Kecamatan Berbek Kabupaten Nganjuk.

Pengatuarn Pola Tanam Eksisting

padi 4 bulan

pengolahan lahan 0.5 bulan

jagung 3 bulan

pengolahan lahan 0.5 bulan

kacang 4 bulan

12 bulan

3.1.2 Perhitungan Evapotranspirasi Metode Blaney Criddle (BC)

1. Mencari Data Temperatur

Sesuai data di daerah Sendangbumen, Kabupaten Nganjuk yang telah didapatkan dan dengan ketetapan menggunakan temperature dengan satuan Celcius ( oC) yaitu + 0,5oC, maka didapat data temperature sebagai berikut.

(24)

NO MONTH T (⁰C) Asli T (⁰C) Pakai

1 JANUARY 23.5 25

2 FEBRUARY 23.51 25.01

3 MARCH 23.72 25.22

4 APRIL 23.32 24.82

5 MAY 23.52 25.02

6 JUNE 23.8 25.3

7 JULY 22.95 24.45

8 AUGUST 22.44 23.94

9 SEPTEMBER 22.35 23.85 10 OCTOBER 22.61 24.11 11 NOVEMBER 22.45 23.95 12 DECEMBER 22.97 24.47

2. Perhitungan Evapotranspirasi Metode BC

Setelah diperoleh data temperature dan juga data letak lintang sebelumnya maka selanjtnya dari kedua data di atas dapat diperoleh data hasil evapotranspirasi dengan menggunakan metode BC sebagai berikut.

 Contoh Perhitungan

Data Bulan Januari periode 1 ET0 = K x P (0,475 x t x + 8,13)

= 1,970 x 0,28 (0,475 x 23,5 + 8,13)

= 10,413 mm/hari

3. Curah Hujan Andalan Metode Basic Year

Curah hujan harian berdasarkan data yang telah ditambah 3 pada Bulan Mei, Tahun 2014 di daerah Sendangbumen, Kabupaten Nganjuk maka didapat data seperti berikut.

4. Curah Hujan Efektif

Berdasarkan data sebelumnya dihitung curah hujan mulai dari tahun 20120– 2017 dan didapat data sebagai berikut.

I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II

97 119 92 112 127 270 216 141 162 18 8 141 0 0 0 0 3 0 0 77 203 249 84 178

8.818182 9.153846 13.14286 16 14.11111 27 14.4 8.8125 27 9 8 0 0 0 0 0 3 0 0 7 16.91667 19.15385 14 16.18182

8.818182 9.153846 13.14286 16 14.11111 27 14.4 8.8125 27 6.75 6 0 0 0 0 0 2.1 0 0 4.9 11.84167 13.40769 9.8 11.32727

JUN

JAN FEB MAR APR MEI JUL AGST SEPT OKT NOV DES

(25)

Tahun Jumlah

2015 1505

2012 1597

2011 2156

2018 2164

2019 2243

2014 2387

2013 2433

2016 2610

2017 2612

2010 3831

Selanjutnya dari data curah hujan tahunan tersebut diurutkan dari data yang terkecil untuk memperoleh R80 (data urutan ke 3).

Dari data di atas diperoleh data curah hujan yang ke 3 atau R80 adalah curah hujan pada tahun 2011 dengan jumlah curah hujan sebesar 2156 mm/tahun.

5. Kebutuhan Air Irigasi

Dari data di atas maka diperoleh data kebutuhan air irigasi sebagai berikut.

 Contoh perhitungan k’ Januari Periode 1:

K = (13,454 x 15)/250 K = 0,807

Berdasarkan data dibawah ini diperoleh kebutuhan air di sawah maksimum 1,136 lt/dt/ha dan kebutuhan air di saluran pengambilan maksimum adalah 1,753 lt/dt/ha.

3.2 Perhitungan dan Jadwal Rotasi 3.2.1 Perhitungan Debit Aliran

QA = NFR x AA

(26)

=1,753 x 50,45

= 88,43 Lt/Sec

QB = NFR x AB

= 1,753 x 50,49

=88,50 Lt/Sec

QC = NFR x AC

= 1,753 x 73,79

= 129,359

3.2.2 Jadwal Rotasi

1. Periode 1

Saluran a dibuka sementatra saluran b ditutup Periode distribusi air = (Aa/A) x 168 jam

= (100,937/174,73) x 168

= 97,04 jam ~ 4 hari 2. Periode 2

Saluran a dan b dibuka

Periode distribusi air = (Ab/A) x 168 jam

= (73,793/174,73) x 168

= 70,9 jam ~ 3 hari

3.3 Dimensi Saluran

3.3.1 Elevasi Saluran

Dari gambar layout saluran dapat diperoleh data interpolasi sebagai berikut :

Arah saluran Upstream ELV Downstream ELV

BS A ke BS B 87,28 100

BS B ke BS C 100 87,5

BS C ke BS D 87,5 75

(27)

3.3.2 Menghitung Dimensi Saluran

Dari data elevasi yang telah di dapat maka selanjutnya menghitung dimensi saluran dengan data dibawah ini :

Existing Slope Roughness Coeffi cient

Sexis n b (m) h (m) m T (m) D (m) A (m2) P (m) R (m)

[9] [10] [11] [12] [13] [14] [15] [16] [17] [18]

-0.564580559 0.017 0.85 0.74 0.80 2.03 0.52 1.06 2.74 0.39

0.09192 0.017 0.90 0.78 0.80 2.15 0.55 1.19 2.90 0.41

0.09400 0.017 1.00 0.87 0.80 2.39 0.61 1.47 3.22 0.46

Calculation Dimension

Depth of Excavation

(m)

Depth of Drop (m)

Slope Design

Upstream Point Downstream Point Sdes

[19] [20] [21] [22] [23]

87.28 87.25 12.75 0.00153

87.25 87.19 0.31 0.04%

87.19 87.15 12.15 0.00034

Design of Soil Elevation

Type Channel

Material Qplan (m3/sec) Ls (m)

Upstream Downstream Upstream Point Downstream Point

[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8]

BS A BS B Concrete 0.31 22.53 87.28 100.00

BS B BS C Concrete 0.22 135.9895 100.00 87.5

BS C BS D Concrete 0.13 132.974 87.5 75

Channel Existing Soil Elevation

(28)

Velocity (m/sec)

Q of channel (m3/sec)

Discharge Difference

(m3/sec)

Fr

Maximum Minimum Q V Fr

[24] [25] [26] [27] [28] [29] [30] [31] [32]

1.22 1.29 0.99 3.00 0.61 0.54 Appropriate Appropriate Appropriate 0.65 0.77 0.55 3.00 0.61 0.28 Appropriate Appropriate Appropriate 0.64 0.94 0.81 3.00 0.61 0.26 Appropriate Appropriate Appropriate

Permissible Velocity

(m/sec) Control

Free Board (m)

Embankment Width (m)

Culvert/

Gutter/

Siphon

Drop Tap Tap and

Divisor Divisor

[33] [34] [35] [36] [37] [38] [39]

0.25 2.00

0.26 2.00

0.29 3.00 9.00

Number of Buildings

Water Level Bed Channel Embankment Water Level Bed Channel Embankment

[40] [41] [42] [43] [44] [45]

100.84 100.00 101.08 113.62 112.79 113.87

89.06 88.28 89.32 89.42 88.64 89.68

76.87 75.00 77.15 89.06 87.19 89.35

Downstream Elevation Upstream Elevation

3.4 Perencanaan Perhitungan Bendung 3.4.1 Perhitungan Lengkung Bendung

Dari data dibawah ini didapatkan lebar bending adala 3,66 m , tinggi bendung 12,79 m.

Jarak (m) E1 KE E2

1.5 1 1 5.500 0.03 2.205 4.084 3.327 0.540 125.222 123.551 131.158

b (m) h (m) m

Q

depenable n A (m2) P (m) T (m) R (m) E1 (m) E2 (m)

(29)

Width of Pilar (m) Number Of Pilar

0.0127 2.495 5.500 3.660 0.366 3.294 1 1

pilar Q (m3/sec) B (m) B Flushing (m) B net (m)

I (m) V (m/sec)

Upstream Down stream

1.518 2.989 0.318 1.20 0.010 0.100 113.62 100.84 12.79

elevation (m)

Heigh of weir (m) Hi (m) Be (m) V1^2/2g hd (m) kp ka

3.4.2 Persamaan Lengkung OGEE Type 4

1. Curve Equation

X 1.770 = 1.873 x hd0.770 x y Find Y equation

X 1.770 = 1.873 x hd0.770 x y X 1.770 = 1.873 x 1.20.770 x y X 1.770 = 1.873 x 1.20.770 x y X 1.770 = 1.873 x 1.15072x y X 1.770 = 1.873 x 1.15072x y X 1.770 = 2.1553 x y

y = 0.464 X 1.770 Find Y derivation

Y' = 1.770 x 0.464 x X0.770 Y' = 0.821 x X0.770

if Y' = 1, Then Y' = 0.821 x X0.770 1 = 0.821 x X0.770 X0.770 = 1.218

X = 1.2919

x ^ 1.77

X 1.292

Calculate Y for X = 1.292 y = 0.464 X 1.770

y = 0.464 1.205 1.770

= 0.73012

(30)

2. Curve Coordinate

X Y

0.000 0.000

0.200 0.027

0.400 0.092

0.600 0.188

0.800 0.313

1.000 0.464

1.292 0.730

3. Calculate R

R1 = 0.45 x hd

= 0.54

R2 = 0.119 x hd

= 0.1428

BAB IV KESIMPULAN

Tahapan pada perencanaan irigasi diantaranya adalah perencanaan layout yang dimulai dengan pengumpulan data, menentukan batas petak, menentukan lokasi dari petak, membagi petak menjadi petak kuarter, menentukan bangunan sadap dan tata letak saluran serta menempatkan boks-boks dan terakhir memberi penamaan pada saluran, bangunan, dan petak.

Kebutuhan air irigasi terpengaruh dengan beberapa faktor diantaranya yaitu, jenis tanaman, iklim cuaca, cara pemberian air, dan kondisi bangunan saluran. Iklim cuaca disini hujan, letak geografis, suhu udara, dan kelembaban udara termasuk ke dalamnya

Pada tahapan perhitungan dan membuat jadwal rotasi dimulai dengan menentukan bentuk sistem rotasi atau kelompok rotasi. Dari kelompok rotasi tersebut ada beberapa macam kelompok rotasi, yang perlu diperhatikan dalam membuat jadwal rotasi adalah debit andalan yang ada di sungai dan NFR.

Dimensi irigasi terdiri dari saluran pembawa dan pembuang. Saluran pembawa dan

pembuang memiliki 4 jenis yaitu saluran primer, sekunder, teriser dan kuarter. Tahapan

perhitungan saluran pembawa sendiri yaitu dengan menggunakan metode perhitungan yaitu

menggunakan metode manning, penampang hidrolis yang digunakan sesuai dengan yang akan

dibangun menggunakan saluran dengan bentuk trapesium, kemiringan dasar saluran, kecepatan

(31)

ijin yang diijinkan 0,61 – 0,91 m/dt, tinggi jagaan dan lengkung saluran, tebal minimum pasangan, kemiringan talud, lebar tanggul, jari-jari lengkung, elevasi muka air.

Dalam tahapan merencanakan bendung setelah merencanakan dimensi bending kemudian dilanjutkan pemilihan lokasi, menentukan ambang lebarnya dan menentukan bangunan pengatur muka aiR

Dari perencanaan jaringan irigasi tersebut akan menghasilkan beberapa gambar diantaranya yaitu, gambar peta lokasi jaringan irigasi, skema primer dan skema bangunan, skema tersier, gambar kelompok rotasi, gambar potongan memanjang dan melintang, potongan lengkung OGEE type 4, dan denah gambar.

DAFTAR PUSTAKA

eprints.itenas.ac.id pertanian.uma.ac.id

Materi mata kuliah Irigasi (Power Point) LMS Polinema Semester 5 3 MRK 5

(32)

LAMPIRAN

(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Referensi

Dokumen terkait

Pembra (2013) melakukan penelitian penelitian pengaruh variasi kemiringan tubuh hilir bendung dan penempatan baffle blocks pada kolam olak tipe solid roller bucket

penelitian ini penulis akan meneliti pengaruh tipe pelimpah bertangga terhadap panjang pusaran air, kehilangan energi serta kecepatan aliran pada kolam olak..

Judul Tugas Akhir : Pengaruh Penempatan Baffle Blocks Tipe Cekung Setengah Lingkaran dan Parabolik Pada Bendung dengan Kolam Olak Tipe Solid Roller Bucket Terhadap

daripada saat akan melewati tubuh bendung, karena air yang melewatinya mengalami penerjunan dan langsung menghantam ruang kolam olak yang berada di bawahnya, sehingga

survey geologi, bahan bangunan, topografi, saluran pengelak, check dam, pondasi bendungan, tubuh bendungan, spillway, kolam olak, stabilitas bendungan.. Peninjauan

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh debit dan variasi kemiringan pada hulu bendung serta penggunaan kolam olak slotted roller bucket terhadap energi

Pembra (2013) melakukan penelitian penelitian pengaruh variasi kemiringan tubuh hilir bendung dan penempatan baffle blocks pada kolam olak tipe solid roller bucket

Dari hasil perencanaan bangunan pelimpah ini diperoleh besar debit banjir rancangan yang merupakan penjumlahan debit total dari debit banjir rencana DAS Sampean Lama