Pendahuluan
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
- Bagi BPJS Kesehatan Kantor Cabang Malang
- Bagi Peneliti
- Bagi Institusi Pendidikan
Tinjauan pustaka
Sistem Jaminan Sosial Nasional
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No: 40 Tahun 2014, sistem jaminan sosial nasional adalah tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial yang dilakukan oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Melalui prinsip gotong royong tersebut, jaminan sosial dapat mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pengelolaan dana perwalian tidak bertujuan mencari keuntungan (non-profit) bagi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, namun tujuan utama penyelenggaraan jaminan sosial adalah memenuhi kepentingan peserta semaksimal mungkin.
Peserta harus mengetahui bahwa iuran yang dibayarkan jelas ditujukan untuk keberlangsungan sistem jaminan sosial nasional dan kepentingan peserta. Prinsip ini menjelaskan bahwa sistem jaminan sosial nasional diselenggarakan melalui pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan bertanggung jawab. Hasil pengelolaan SZS digunakan sepenuhnya untuk pengembangan program dan untuk kepentingan terbaik peserta.
Prinsip ini berarti bahwa hasil pengelolaan dana jaminan sosial berupa dividen atau pembagian keuntungan kepada pemegang saham dikembalikan untuk kepentingan peserta jaminan sosial.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
10 untuk menjamin peserta menerima uang tunai jika pensiun, mengalami cacat total tetap atau meninggal dunia. Asuransi kematian diberikan dengan tujuan untuk memberikan manfaat kematian yang akan dibayarkan kepada ahli waris peserta yang meninggal dunia. Selain tugas yang diberikan kepada BPJS Kesehatan, terdapat kewenangan yang dimiliki BPJS Kesehatan sehubungan dengan fungsinya dalam menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
Menyiapkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka panjang, dengan memperhatikan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan aset dan tingkat pengembalian yang memadai. Mengawasi dan memeriksa pemenuhan kewajiban peserta dan pemberi kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan nasional di bidang jaminan sosial. Sepakati dengan pihak faskes mengenai besaran pembayaran faskes yang mengacu pada standar tarif yang ditetapkan pemerintah.
Melaporkan Pemberi Kerja kepada instansi yang berwenang atas kegagalan membayar Iuran atau memenuhi kewajiban lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Iuran JKN
13 Iuran JKN bagi peserta PPU menggunakan persentase dari gaji pekerja yang bersangkutan, yaitu 5% dengan rincian, 4% dibayar oleh pemberi kerja dan 1% oleh pekerja sendiri yang dipotong dari gaji dibawa pulang yang bersangkutan. Bagi peserta JKN PPU badan usaha, batasan gaji maksimal yang menjadi dasar penghitungan besaran iuran adalah Rp. Sedangkan batasan upah minimum yang menjadi dasar penghitungan besaran iuran peserta jaminan kesehatan PPU badan usaha adalah Upah Minimum Regional tempat kerja yang bersangkutan.
Iuran JKN bagi peserta PPU, baik direksi PPU negara maupun badan usaha PPU, tidak hanya dapat menanggung jaminan kesehatan pekerja yang bersangkutan, namun iurannya juga dapat mencakup anggota keluarga, antara lain istri/suami sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah. dan anak angkat, paling banyak 4 (empat) orang yang sah. Pegawai yang tidak tercakup dalam huruf a tidak menerima gaji atau upah. Contoh peserta JKN PBPU adalah: pedagang, nelayan, tukang ojek, penyanyi, dll. Bagi peserta polis asuransi kesehatan PBPU dan BP, pembayaran premi harus dilakukan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya.
Apabila peserta belum membayar sampai tanggal 10, maka jaminan peserta dihentikan sementara sampai yang bersangkutan melunasi tunggakannya.
Ability to Pay (ATP)
- Definis ATP
- Pengukuran ATP
- Langkah Menghitung ATP
15 sumber non-rutin untuk membayar produk atau layanan yang mereka butuhkan. Memperkirakan ATP masyarakat terhadap iuran asuransi kesehatan bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan masyarakat untuk membeli produk tersebut. ATP ini merupakan faktor penting dalam pengembangan sistem asuransi kesehatan dan menjadi pertimbangan utama dalam menentukan besaran iuran atau premi.
Menurut Susilowati (2001) dalam (Karimah, 2015), kemampuan membayar pelayanan kesehatan dapat diukur berdasarkan total biaya yang dikeluarkan untuk kebutuhan konsumsi selain kebutuhan pokok. Dalam hal ini meliputi minuman atau makanan jadi, minuman beralkohol, tembakau, rokok, sirih, dan biaya pesta yang diukur setiap tahunnya. Kemampuan membayar berkaitan dengan tingkat pendapatan dan biaya layanan lain yang dibutuhkan masyarakat untuk hidup.
Menurut Russell (1996), ATP merupakan suatu pertimbangan dalam membelanjakan pendapatan atau pengeluaran untuk membeli barang atau jasa lain. Ada beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menghitung ATP berdasarkan Departemen Kesehatan (2000), kemampuan membayar masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan rumus sebagai berikut. Sepuluh persen dari pendapatan yang dapat dibelanjakan adalah pendapatan yang dapat digunakan setelah dibelanjakan untuk pengeluaran makanan (penting).
Dalam penelitian ini, ATP individu untuk asuransi kesehatan diidentifikasi menggunakan metode anggaran keluarga. Hal ini mengasumsikan bahwa pendapatan yang diperoleh kepala keluarga dibagikan kepada seluruh keluarga, dengan pembagian atas beberapa kepentingan, yaitu kepentingan berupa pengeluaran rumah tangga yang terbagi menjadi pengeluaran makanan, pengeluaran non-makanan, dan pengeluaran tidak penting. Sumber Daya listrik. . Oleh karena itu, untuk menghitung nilai ATP premi asuransi kesehatan diperoleh dari selisih total pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.
Dalam menentukan rumus ATP pada penelitian ini digunakan program komputer analisis statistik yang selanjutnya dilakukan uji regresi linier berganda, model persamaan ATP diperoleh dari selisih pendapatan dan pengeluaran. Model persamaan ATP di atas kemudian digunakan untuk menghitung besaran ATP riil pekerja informal untuk membayar iuran asuransi kesehatan.
Willingness to Pay (WTP)
- Definisi WTP
- Metode WTP
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh nilai maksimum dari kemauan membayar (WTP) responden terhadap suatu proyek. Responden diberi kebebasan untuk menunjukkan nilai uang (rupiah yang bersedia mereka bayarkan) untuk suatu proyek perbaikan. Nilai lelang diperoleh dengan teknik ini dengan menanyakan apakah responden bersedia membayar sejumlah nilai perkiraan tertentu dari nilai yang telah ditentukan sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan teknik pertanyaan terbuka dan kartu pembayaran, yaitu meminta responden menyatakan kesediaannya untuk membayar iuran JKN dalam mata uang rupiah. Setelah itu, hasilnya akan dikaitkan dengan kisaran nilai iuran iuran JKN yang ditetapkan dalam rupiah dengan kategori Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan meregresi WTP sebagai variabel terikat dengan beberapa variabel bebas.
Tahap terakhir dalam metode CV adalah mengagregasi rata-rata lelang yang diperoleh pada tahap ketiga. Salah satu cara untuk mengkonversinya adalah dengan mengalikan mean sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N).
Hubungan ATP dan WTP
Kerangka Konsep
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian
Total pendapatan maksimum, total pendapatan minimum dan rata-rata total pendapatan pekerja informal di kota Malang dapat dilihat pada Tabel 5.4 di bawah ini. Total pengeluaran maksimum, minimum dan rata-rata pekerja informal di kota Malang dapat dilihat pada Tabel 5.6 di bawah ini. Total pengeluaran makanan pokok maksimum, minimum dan rata-rata pekerja informal di kota Malang dapat dilihat pada Tabel 5.7 di bawah ini.
Total pengeluaran makanan non esensial maksimum, minimum dan rata-rata bagi Pekerja Informal di Kota Malang dapat dilihat pada tabel 5.8 di bawah ini. Total pengeluaran non-makanan maksimum, minimum dan rata-rata Pekerja Informal di Kota Malang dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini. Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan aplikasi pengolah data di komputer, kemampuan membayar iuran JKN bagi pekerja informal di Kota Malang disajikan pada tabel 5.11 berikut ini secara maksimal, minimum dan rata-rata.
Sebaran responden berdasarkan kemampuan membayar iuran JKN disajikan pada Tabel 5.12 dan Gambar 5.2 di bawah ini. Besaran WTP iuran JKN bagi pekerja informal di Kota Malang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Berdasarkan tabel 5.14 di atas diketahui kesediaan membayar iuran JKN bagi pekerja informal di kota Malang paling banyak sebesar Rp.
Berdasarkan penjelasan di atas terlihat bahwa rata-rata kemampuan membayar iuran JKN responden pekerja informal di Kota Malang adalah sebesar Rp. 131.661, sedangkan rata-rata kemauan membayar iuran JKN pada responden pekerja informal di Kota Malang sebesar Rp. Dilihat dari angka tersebut maka dapat dikatakan bahwa rata-rata kemampuan membayar iuran JKN pada responden pekerja informal di Kota Malang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kemauan membayar iuran JKN.
Rata-rata besarnya kemampuan membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi pekerja informal di kota Malang sebesar Rp. Estimasi kesediaan membayar iuran Jaminan Kesehatan Nasional bagi pekerja informal di kota Malang rata-rata sebesar Rp.
Metode penelitian
Design Penelitian
Populasi dan Sampel
Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Teknik Pengumpulan Data
Definisi Operasional Variabel
Kesediaan membayar iuran JKN bagi pekerja informal di Kota Malang diperoleh dari wawancara untuk mengetahui seberapa besar iuran yang bersedia dibayar oleh pekerja informal di Kota Malang.
Hasil dan luaran yang dicapai
Gambaran Umum Tempat Penelitian
Hasil penelitian yang akan dibahas dalam laporan akhir ini adalah: total dan rata-rata pendapatan pekerja informal di kota Malang, total dan rata-rata pengeluaran pekerja informal di kota Malang, total dan rata-rata pengeluaran untuk makanan, makanan non-esensial dan non-makanan. , besaran iuran JKN ATP dan iuran JKN WTP pada pekerja informal di kota Malang. Dalam penelitian ini perhitungan ATP atau kemampuan membayar iuran JKN bagi pekerja informal di Kota Malang menggunakan batasan yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang menyatakan bahwa kemampuan membayar setara dengan 5 dapat digunakan. % dari pengeluaran non-makanan untuk menghitung ATP.
Anmalisis Univariat
Hasil Penelitian
Rencana Tahapan Berikutnya
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Responden dalam penelitian ini dianggap sebagai pengendara pilihan karena kemampuan membayarnya lebih tinggi dibandingkan kemauannya membayar iuran JKN.
Saran
Data besaran ATP dapat digunakan pemerintah sebagai bahan masukan dalam menentukan iuran rencana tarif JKN terpadu di masa mendatang. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2011) 'Pedoman Penetapan Iuran JPKM', v. 2016) “Analisis ATP (Ability to Pay) dan WTP (Willingness to Pay) Dalam Keputusan Penetapan Kelas Iuran Jaminan Kesehatan Bagi Pengemudi Angkutan Umum di Kota Semarang. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 64 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Presiden No. 82 Tahun 2018 tentang jaminan kesehatan.
2015) 'Kemampuan dan Kesediaan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Pekerja Kerajinan di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember', Tesis Universitas Jember, hal. 2015) 'Kemampuan Membayar Iuran Jaminan Kesehatan Nasional Nelayan di Kabupaten Jember', e- Jurnal Literatur Kesehatan, 3(1), hal. https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2518. 2014) 'Kesediaan Membayar Asuransi Kesehatan Sosial di Iran', Jurnal Ilmu Kesehatan Global. 2017) 'ANALISIS KEMAMPUAN DAN KEINGINAN MEMBAYAR Iuran TERHADAP PENCAPAIAN UHC JKN DI KOTA BENGKULU', Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.