Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Gedung BPPT II Lantai 19, Jl. MH. Thamrin No. 8 Jakarta Pusat http://simlitabmas.ristekdikti.go.id/
PROTEKSI ISI LAPORAN AKHIR PENELITIAN
Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan pengelola administrasi penelitian
LAPORAN AKHIR PENELITIAN TAHUN TUNGGAL
ID Proposal: 2f0566f8-0c18-4c94-9cca-549fa536ee7f Laporan Akhir Penelitian: tahun ke-2 dari 2 tahun
1. IDENTITAS PENELITIAN A. JUDUL PENELITIAN
Potensi Biji Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus Lmk) dalam Mencegah Diabetes Gestasional dengan Analisis In Silico dan Uji Teratogen
B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU Bidang Fokus RIRN / Bidang
Unggulan Perguruan Tinggi Tema Topik (jika ada) Rumpun Bidang Ilmu
Farmasi -
Pengembangan Obat - Obatan Tradisional
Farmakologi dan Farmasi Klinik
C. KATEGORI, SKEMA, SBK, TARGET TKT DAN LAMA PENELITIAN Kategori (Kompetitif
Nasional/
Desentralisasi/
Penugasan)
Skema Penelitian
Strata (Dasar/
Terapan/
Pengembangan)
SBK (Dasar, Terapan, Pengembangan)
Target Akhir TKT
Lama Penelitian
(Tahun)
Penelitian Desentralisasi
Penelitian Dasar Unggulan Perguruan
Tinggi
SBK Riset Dasar SBK Riset Dasar 3 2
2. IDENTITAS PENGUSUL Nama, Peran Perguruan
Tinggi/ Institusi
Program Studi/
Bagian Bidang Tugas ID Sinta H-Index DWITIYANTI
Ketua Pengusul
Universitas Muhammadiyah
Prof Dr Hamka
Profesi
Apoteker 6012723 0
RIZKY ARCINTHYA RACHMANIA
M.Si Anggota Pengusul 2
Universitas Muhammadiyah
Prof Dr Hamka
Farmasi 6021513 1
KRIANA EFENDI S.Si, Apt, M.Farm
Anggota Pengusul 1
Universitas Muhammadiyah
Prof Dr Hamka
Farmasi 6156575 0
3. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)
Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor
Mitra Nama Mitra
4. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN Luaran Wajib
Tahun
Luaran Jenis Luaran
Status target capaian ( accepted, published, terdaftar
atau granted, atau status lainnya)
Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten, keterangan sejenis lainnya)
2 Publikasi Ilmiah Jurnal
Internasional accepted/published JAPS (Journal of Applied Pharmaceutical Science) Luaran Tambahan
Tahun
Luaran Jenis Luaran
Status target capaian (accepted, published, terdaftar atau granted,
atau status lainnya)
Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten, keterangan
sejenis lainnya)
2
Publikasi Ilmiah Jurnal
Internasional
accepted/published Biomedical and Pharmacology Journal (BPJ)
5. ANGGARAN
Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Edisi 12.
Total RAB 2 Tahun Rp. 188,217,000 Tahun 1 Total Rp. 0
Tahun 2 Total Rp. 188,217,000
Jenis Pembelanjaan Item Satuan Vol. Biaya
Satuan Total
Analisis Data HR Pengolah Data P
(penelitian) 3 1,500,000 4,500,000
Analisis Data Transport Lokal OK (kali) 4 250,000 1,000,000
Analisis Data HR Sekretariat/Administrasi
Peneliti OB 6 500,000 3,000,000
Analisis Data Biaya konsumsi rapat OH 12 65,000 780,000
Analisis Data Biaya analisis sampel Unit 155 100,000 15,500,000
Bahan ATK Paket 1 850,000 850,000
Bahan Bahan Penelitian (Habis
Pakai) Unit 1 80,942,000 80,942,000
Bahan Barang Persediaan Unit 1 4,050,000 4,050,000
Pelaporan, Luaran Wajib,
dan Luaran Tambahan Biaya seminar nasional Paket 2 4,000,000 8,000,000 Pelaporan, Luaran Wajib,
dan Luaran Tambahan
Biaya Publikasi artikel di
Jurnal Nasional Paket 2 1,000,000 2,000,000
Pelaporan, Luaran Wajib, Publikasi artikel di Jurnal Paket 2 15,000,000 30,000,000
Jenis Pembelanjaan Item Satuan Vol. Biaya
Satuan Total dan Luaran Tambahan Internasional
Pelaporan, Luaran Wajib, dan Luaran Tambahan
HR Sekretariat/Administrasi
Peneliti OB 3 500,000 1,500,000
Pelaporan, Luaran Wajib,
dan Luaran Tambahan Biaya seminar internasional Paket 3 6,000,000 18,000,000 Pelaporan, Luaran Wajib,
dan Luaran Tambahan
Uang harian rapat di luar
kantor OH 9 130,000 1,170,000
Pelaporan, Luaran Wajib, dan Luaran Tambahan
Uang harian rapat di dalam
kantor OH 12 100,000 1,200,000
Pelaporan, Luaran Wajib,
dan Luaran Tambahan Biaya konsumsi rapat OH 21 65,000 1,365,000 Pengumpulan Data HR Pembantu Peneliti OJ 4 1,000,000 4,000,000
Pengumpulan Data HR Sekretariat/Administrasi
Peneliti OB 4 500,000 2,000,000
Pengumpulan Data Transport OK (kali) 6 200,000 1,200,000
Pengumpulan Data Uang harian rapat di dalam
kantor OH 6 100,000 600,000
Pengumpulan Data Uang harian rapat di luar
kantor OH 6 130,000 780,000
Pengumpulan Data Biaya konsumsi OH 12 65,000 780,000
Sewa Peralatan Peralatan penelitian Unit 1 2,000,000 2,000,000 Sewa Peralatan Ruang penunjang penelitian Unit 1 2,000,000 2,000,000 Sewa Peralatan Transport penelitian OK (kali) 10 100,000 1,000,000
6. KEMAJUAN PENELITIAN
A. RINGKASAN: Tuliskan secara ringkas latar belakang penelitian, tujuan dan tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian.
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) merupakan diabetes yang terjadi pada wanita hamil
karena perubahan metabolisme karbohidrat oleh adanya hormon plasenta yang bersifat
resistensi terhadap insulin. Prevalensi diabetes gestasional bervariasi yaitu 1%-14%.
Penderita DMG akan mempunyai pengaruh bagi ibu dan janin yang dikandungnya.
Pengaruh
DMG pada ibu yaitu dapat menyebabkan hiperglikemia dan juga beberapa komplikasi seperti
retinopati, nefropati dan neuropati, sedangkan pada janin dapat terjadi gangguan pernafasan,
kelainan kongenital dan makrosomia. Kelainan kongenital merupakan penyebab penting dari
mortalitas perinatal. Obat tradisional telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat alternatif untuk pencegahan dan penyembuhan berbagai penyakit, selain itu efek samping
yang ditimbulkan juga lebih kecil. Tanaman nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) merupakan salah satu tanaman herbal yang potensial, dalam penggunaan obat herbal
perlu
diketahui keamanannya agar tidak menimbulkan efek berbahaya yang tidak diinginkan.
Penelitian ekstrak etanol biji buah nangka Artocarpus heterophyllus Lam. mempunyai kemampuan untuk mengurangi tingkat hiperglikemia mencit pada dosis 50 mg/kgBB.
Penelitian ekstrak etanol biji buah nangka Artocarpus heterophyllus Lam. mempunyai kemampuan untuk mengurangi kadar glukosa darah tikus diabetes yang telah diinduksi oleh
streptozotosin pada dosis 400 mg/kg BB. Untuk mengetahui keamanan dari ekstrak biji buah
nangka maka akan dilakukan uji Toksisitas. Tujuan utama dari uji toksisitas adalah untuk
menentukan no-observed-adverse-affect level (NOAEL) dan mengetahui lebih jauh karakteristik pengaruh toksik spesifik dari senyawa kimia pada organ atau jaringan seperti
hati dan ginjal. Uji toksisitas akut ini dirancang untuk menentukan dosis letal median (LD50)
suatu zat setelah terpapar dosis tunggal dalam waktu 24 jam sedangkan uji toksisitas sub akut
lama terpapar dosis selama satu bulan dan akan dilakukan pemeriksaan histopatologi organ
hati dan ginjal untuk mengetahui derajat kerusakan yang mungkin ditimbulkan setelah pemberian berulang ekstrak etanol 70% biji nangka serta efek teratogen yaitu efek kecacatan
fetus pada tikus bunting yang menderita DMG. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini
penting dilakukan untuk mengetahui keamanan dan pengaruh pemberian zat terhadap perkembangan janin serta mengetahui target organ sasaran efek toksik. Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah publikasi pada jurnal internasional terindeks Scopus.
Penelitian ini berdasarkan TKT 3 Jenis Kesehatan yang melakukan pembuktian konsep
fungsi karakteristik secara analitis dan eksperimental serta penelitian yang akan dilakukan
secara in vivo pada hewan model
B. KATA KUNCI: Tuliskan maksimal 5 kata kunci.
Biji Buah Nangka, Artocarpus heterophyllus Lmk, Diabetes Gestasional, Uji Toksisitas, Teratogen
Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.
C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.
Pengisian poin C sampai dengan poin H mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.
Hasil Determinasi Tanaman Biji Buah Nangka
Determinasi tanaman dilakukan di “Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia”, Bidang Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor. Hasil dari Determinasi tersebut didapatkan bahwa simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Artocarpus heterophyllus Lam.
Hasil Ekstraksi Biji Buah Nangka
Tabel 3. Hasil Ekstrak dan Fraksi Biji Buah Nangka
No Jenis Hasil
1 Biji BuahNangka Segar 4 kg
2 Serbuk Biji Buah Nangka 1,700 kg 3 Ekstrak Kental Etanol 70% BBN 171,39 gram
4 Fraksi N-heksan BBN 2,4 gram
5 Fraksi Etil Asetat BBN 22,6 gram
6 Fraksi Etanol BBN 34,25 gram
7 Berat Fraksi Total 59,25 gram
Keterangan: BBN = Biji Buah Nangka
Langkah awal pada penelitian ini dilakukan determinasi terhadap biji buah nangka yang bertujuan untuk mendapatkan identitas yang benar dari tanaman yang akan diteliti, sehingga dapat
memberikan kepastian tentang kebenaran dari tanaman tersebut dan tidak terjadi kesalahan terhadap tanaman yang akan digunakan. Data daru hasil determinasi tanaman dapat diperoleh kepastian bahwa tanaman yang digunakan penelitian ini adalah simplisia biji buah nangka.
Biji buah nangka segar dibersihkan terlebih dahulu dengan cara dicuci dengan air mengalir, pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran yang berada pada biji buah nangka tersebut, setelah bersih ditiriskan dan dirajang halus kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari di lakukan dengan tujuan mengurangi kadar air. Setelah melalui proses pengeringan, simplisia biji buah nangka disortasi kering lalu diserbukkan menggunakan blender dan diayak menggunakan pengayak mesh 40. Dilakukan mesh 40 karena semakin tinggi nomor mesh artinya semakin banyak lubang, tanaman biji buah nangka menggunakan mesh ini yang artinya 1 inchi terdiri dari 40 lubang sehingga serat biji buah nangka dapat melewati lubang mesh tersebut.
C. HASIL PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan secara ringkas hasil pelaksanaan penelitian yang telah dicapai sesuai tahun pelaksanaan penelitian. Penyajian dapat berupa data, hasil analisis, dan capaian luaran (wajib dan atau tambahan). Seluruh hasil atau capaian yang dilaporkan harus berkaitan dengan tahapan pelaksanaan penelitian sebagaimana direncanakan pada proposal. Penyajian data dapat berupa gambar, tabel, grafik, dan sejenisnya, serta analisis didukung dengan sumber pustaka primer yang relevan dan terkini.
Penyerbukan dilakukan untuk memperluas permukaan simplisia sehingga pelarut mudah menyerap ke dalam simplisia dan senyawa aktif yang tertarik lebih sempurna. Tapi serbuk tidak boleh terlalu halus karena akan sulit dalam proses penyarian, ruang antar sel berkurang, karena ruang antar sel ialah jalan yang mudah ditembus menyebabkan dinding sel pecah terbentuk suspensi dan merusak zat aktif. Ekstraksi dalam penelitian ini menggunakan metode maserasi. Keuntungan cara penyarian dengan metode maserasi ialah kerusakan atau degradasi metabolit dapat diminimalisir karena proses perendamannya pada suhu kamar, tahan terhadap panas. Selain itu cara pengerjaan dan peralatan yang dibutuhkan sederhana dan mudah didapat (21). Mekanisme maserasi ialah cairan penyari dinding dan rongga sel yang mengandung zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif didalam dan diluar larutan yang terlarut didesak keluar sel.
Penyarian zatnya menggunakan etanol 70% (22). Etanol 70% dipilih dengan pertimbangan mengandung etanol 70% dan air 30%, air digunakan untuk memecah dinding sel yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan pada sel sehingga etanol akan masuk ke dalam sel dan zat aktif akan tertarik ke dalam pelarut. Selanjutnya simplisia biji buah nangka direndam selama 6 jam pertama sambil sesekali diaduk dan didiamkan selama 18 jam, pengadukan secara teratur dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel. Maserat yang didapat kemudian dipekatkan dengan menggunakan vaccum rotary evaporator pada suhu 500C. Pemekatan dimaksudkan untuk memperoleh ekstrak yang lebih pekat dengan tujuan agar konsentrasi senyawa lebih besar dan memudahkan penyimpanan.
Vaccum rotary evaporator adalah instrumen yang menggunakan prinsip destilasi (pemisahan) berdasarkan perbedaan titik didih. Penguapan dengan mengurangi tekanan akan menurunkan titik didih cairan penyari. Keuntungan menggunakan vacuum rotary evaporator adalah waktu penguapan berlangsung cepat, perolehan kembali cairan penyari, serta penguraian senyawa yang termolabil dapat dihindari (21). Prinsip vacuum rotary evaporator ialah menurunkan tekanan pada tekanan labu alas bulat sehingga pelarut dapat menguap lebih cepat dibawah titik didihnya sehingga tidak dapat merusak zat aktif dan simplisia. Pemisahan yang dilakukan dalam penelitian ini dengan cara ekstraksi cair-cair atau yang dikenal dengan fraksinasi. Tujuan fraksinasi untuk memisahkan golongan senyawa berdasarkan polaritasnya. Keuntungan pemisahan cara ini ialah alat yang digunakan cukup sederhana, yaitu corong pisah dan waktu pengerjaan yang relatif singkat.
Berdasarkan prinsip fraksinasi yaitu like dissolves like yang berarti senyawa polar akan menarik senyawa yang polar dan senyawa non polar akan menarik senyawa non polar, serta senyawa organik akan menarik senyawa organik (21).
Proses fraksinasi dilakukan dengan menggunakan alat corong pisah dan ketiga pelarut yang berbeda kepolarannya, yaitu n-heksan yang bersifat non polar, etil asetat yang bersifat semi polar dan etanol yang bersifat polar. Perbedaan tingkat kepolaran pelarut dimaksudkan supaya seluruh kandungan senyawa metabolit sekunder dalam simplisia dapat tersari dengan sempurna. Prinsip dari fraksinasi menggunakan corong pisah adalah memisahkan senyawa atau zat tertentu yang terkandung dalam sampel berdasarkan perbedaan berat jenis dan dua fase pelarut yang tidak saling bercampur (23).
Pemilihan pelarut yang digunakan dalam fraksinasi harus memenuhi beberapa persyaratan. Pertama pelarut harus aman dan tidak merusak lingkungan jika digunakan. Beberapa pelarut yang tidak aman digunakan seperti dietil eter (mudah terbakar), toluen (memiliki titik didih tinggi), benzen
(keamanan), dan pelarut klorida seperti diklorometana (berbahaya bagi lingkungan). Oleh karena itu, hanya ada beberapa pelarut saja yang digunakan seperti n-heksana, metil tertier butil eter dan etil asetat. Pelarut n-heksana merupakan pelarut non polar yang menarik senyawa metabolit sekunder yang bersifat non polar seperti lemak, sterol, kumarin dan beberapa terpenoid (24).
Pelarut etil asetat merupakan pelarut semi polar yang menarik senyawa metabolit sekunder yang bersifat polar dan non polar akan tetapi lebih cenderung melarutkan senyawa polar, contohnya senyawa alkaloid, senyawa fenol termasuk kumarin dan flavonoid, dan golongan asam lemak.
Pelarut air merupakan pelarut polar yang menarik senyawa yang bersifat polar, contohnya golongan karbohidrat, antosianin, glikosida, saponin dan tanin (25).
Sebanyak 60 gram ekstrak kental biji buah nangka dilakukan proses fraksinasi diperoleh hasil fraksi etanol kental sebanyak 34,25 gram, fraksi etil asetat diperoleh hasil fraksi kental seebanyak 22,6 gram sedangkan pada fraksi n-heksan diperoleh hasil fraksi kental sebanyak 2,4 gram. Penelitian ini menggunakan 3 variasi fraksi yaitu fraksi n-heksan yang bersifat non polar, fraksi etil asetat yang bersifat semipolar dan fraksi etanol yang bersifat polar. Pemisahan cara ini mengikuti hukum koefisien distribusi atau koefisien partisi yang merupakan tetapan keseimbangan. Hasil pemisahan atau fraksinasi yang didapat berupa fraksi n-heksan, etil asetat dan etanol yang akan diuji aktivitas penurunan kadar gula darah. Pemilihan ketiga fraksi tersebut untuk mengetahui fraksi yang bersifat non polar dan polar apakah sama dengan semipolar yang juga beraktivitas menurunkan kadar gula darah.
Hasil Pemeriksaan Karakteristik Fraksi Biji Buah Nangka
Karakteristik dari fraksi biji buah nangka maka dilakukan uji organoleptik dengan hasil sebagai berikut.
Tabel 4. Hasil Karakteristik Fraksi Biji Buah Nangka
No Jenis Uji Organoleptik
Bau Rasa Warna
1 Serbuk Biji Buah Nangka Khas Khas Cokelat Muda 2 Fraksi N- Heksan BBN Khas Khas Hijau Kecoklatan 3 Fraksi Etil Asetat BBN Khas Khas Cokelat Muda
4 Fraksi Etanol BBN Khas Khas Cokelat
Keterangan: BBN = Biji Buah Nangka
Uji organoleptik dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari fraksi Biji Buah Nangka meliputi bau, rasa, dan warna. Dari hasil uji organoleptik yang telah dilakukan, fraksi Biji Buah Nangka memiliki bau yang khas serta bentuk yang kental, memiliki rasa yang pahit dan berwarna cokelat.
Tabel 5. Hasil Penapisan Fitokimia Fraksi Biji Buah Nangka
No. Kandungan Kimia Fraksi N-heksan Fraksi Etil Asetat Fraksi Etanol
1. Alkaloid + + +
2. Flavonoid - + +
3. Tanin - + +
4. Steroid + - -
5. Saponin - + +
Keterangan: (+) = ada senyawa (-) = tidak ada senyawa
Kualitas fraksi biji buah nangka dilakukan beberapa pengujian seperti uji identifikasi kandungan senyawa. Pemeriksaan kandungan kimia dilakukan untuk mengetahui senyawa aktif yang
mempunyai aktivitas biologis yang terdapat pada tumbuhan. Hasil skrining fitokimia terhadap fraksi biji buah nangka menunjukkan zat aktif yang terkandung adalah alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan saponin. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam pelarut polar seperti, etanol dan air (26).
Identifikasi alkaloid pada fraksi biji buah nangka menunjukan hasil yang positif alkaloid pada uji Mayer dengan terbentuknya endapan putih. Endapan putih tersebut adalah kompleks kalium- alkaloid. Pada pembuatan Mayer, larutan merkurium (II) klorida ditambah dengan kalium iodida akan bereaksi membentuk endapan merah merkurium (II) iodida. HCl disini untuk meningkatkan kelarutan alkaloid, kerena alkaloid akan bereaksi dengan asam kuat membentuk garam yang mudah dilarutkan. Alkaloid merupakan basa nitrogen dalam bentuk cincin heterosiklik yang umumnya hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa psedo- dan alkaloid larut dalam air (27).
Identifikasi flavonoid menunjukan hasil warna merah yang menunjukan positif adanya flavonoid.
Magnesium dan asam klorida bereaksi membentuk gelembung gas H2, sedangkan logam Mg dan HCl pekat berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terjadi perubahan warna menjadi merah. Flavanoid merupakan sekelompok fenol yang paling banyak ditemukan di alam. Sebagian besar flavonoid alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat satu gula. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid larut dalam etanol (28).
Identifikasi tanin menunjukan hasil warna hijau kehitaman yang menunjukan positif adanya tanin.
Gelatin bertujuan untuk mengendapkan garam tersebut, karena jika ikatan tanin dan gelatin
semakin kuat endapan akan terbentuk. Golongan tanin merupakan senyawa fenolik yang larut dalam etanol dan pelarut polar (29).
Saponin merupakan glikosida triterpen yang memiliki sifat cenderung polar karena ikatan
glikosidanya. Saponin merupakan senyawa yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob, sehingga pada saat dikocok gugus hidrofil akan berikatan dengan air sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara, sehingga membentuk buih. Kemudian dilakukan penambahan HCl 2N yang bertujuan untuk menambah kepolaran sehingga gugus hidrofil akan berikatan lebih stabil dan buih yang terbentuk menjadi lebih stabil (30).
Hasil penapisan fitokimia Fraksi N-Heksan Biji Buah Nangka menunjukkan positif pada alkaloid dan tanin kecuali pada flavonoid, steroid dan saponin mendapatkan hasil negatif. Hasil penapisan fitokimia Fraksi Etil Asetat Biji Buah Nangka menunjukkan positif pada alkaloid, tanin, flavonoid dan saponin kecuali steroid mendapatkan hasil negatif. Hasil penapisan fitokimia Fraksi Etanol Biji Buah Nangka menunjukkan positif pada alkaloid, tanin, flavonoid dan saponin kecuali steroid
mendapatkan hasil negatif.
Tabel 6. Hasil Susut Pengeringan Fraksi Biji Buah Nangka
No Jenis Hasil 1. Susut Pengeringan Fraksi N-Heksan BBN 18,81%
2.
3.
Susut Pengeringan Fraksi Etil Asetat BBN Susut Pengeringan Fraksi Etanol BBN
19,80 % 18 % Keterangan: BBN = Biji Buah Nangka
Penetapan Susut Pengeringan dilakukan untuk mengetahui besarnya senyawa yang hilang pada proses pengeringan. Persyaratan susut pengeringan menurut parameter standar yang berlaku adalah <10% (22). Hasil susut pengeringan menunjukkan bahwa fraksi biji buah nangka tidak memenuhi persyaratan, yaitu >10%.
Hasil Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih betina dan tikus putih jantan galur Sqrague dawley berusia 2-3 bulan dan bobot badan 200-250 gram. Penelitian menggunakan 28 ekor tikus putih betina yang dibagi menjadi 7 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 4 ekor tikus dan 8 ekor tikus putih jantan dengan nomor surat izin 018/SKPHP/IX/2018 yang diperoleh dari Pusat Budidaya Tikus Putih Untuk Penelitian Bersertifikat Karanganyar Jawa Tengah.
Perlakuan tikus diaklimatisasi terlebih dahulu dikandang hewan selama 7 hari agar hewan percobaan dapat beradapatasi dengan lingkungan yang baru dan untuk mencukupkan bobot hewan percobaan diberiminum dan pakan standar secukupnya. Hasil persetujuan komite etik dengan nomor
persetujuan etik (Ethical Approval) 02/18.05/003.
Hasil Uji Aktivitas Fraksi Biji Buah Nangka Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Diabetes Gestasional
Pengamatan dilakukan terhadap masa estrus tikus, saat memasuki masa estrus ditandai dengan vagina terbuka, lembab dan terjadi pembengkakan didaerah vagina. Tikus bunting ditandai dengan adanya vaginal plug atau sumbatan vagina yang ditetapkan sebagai hari ke-0 kehamilan.
Setelah tikus dinyatakan bunting, tikus diinduksi terlebih dahulu dengan streptozotosin (STZ) agar tikus mengalami hiperglikemia. STZ masuk kesel β pankreas melalui glucose transporter (GLUT2).
Streptozotosin merusak sel β pankreas sehingga menghambat produksi insulin dan terjadinya nekrosis pada sel β pankreas (31,32). Sebelum tikus diberikan sediaan uji, padahari ke-15 setelah diinduksi dilakukan pengecekkan kadar gula darah sewaktu terhadap tikus untuk memastikan bahwa tikus tersebut sudah dalam kondisi hiperglikemia. Tikus tersebut sudah mengalami hiperglikemia karena kadar gula darah sewaktu sudah dikatakan hiperglikemia jika >200 mg/dL.
Pemberian fraksi biji buah nangka fraksi N-Heksan, fraksi Etil Asetat dan fraksi Etanol mampu menurunan kadar glukosa darah. Pengujian statistik terhadap kadar glukosa darah akhir kelompok uji, diperoleh hasil uji normalitas dengan nilai P = 0,200 > α (0,05) artinya data terdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas diperoleh nilai P = 0,175 > α (0,05) sehingga data bervariasi homogen.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa menggunakan ANOVA satu arah. Hasil uji ANOVA satu arah terhadap penurunan kadar glukosa darahakhir diperoleh nilai P = 0,000 < α (0,05), hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna pada setiap kelompok perlakuan.
Gambar 4. Grafik Rerata Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus
Keterangan :
I = Kelompok Normal
II = Kelompok Fraksi N-Heksan Biji Nangka III = Kelompok Fraksi Etil Asetat Biji Nangka IV = Kelompok Fraksi Etanol Biji Buah Nangka V = Kelompok Positif Metformin
VI = Kelompok Insulin
Data kemudiaan dilanjutkan dengan uji Tukey untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai penurunan kadar glukosa darah akhir yang bermakna antara masing-masing kelompok. Tabel Tukey diperoleh data bahwa hasil pengukuran menunjukkan P < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan nilai penurunan kadar glukosa darah yang bermakna antara kelompok kontrol positif dengan kelompok fraksi N-heksan namun tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok fraksi Etanol dan fraksi Etil Asetat hal ini menunjukan bahwa biji buah nangka fraksi Etil Asetat dan fraksi Etanol memiliki aktivitas lebih besar dibandingkan dengan fraksi N-heksan.
Tabel 7. Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus
No Kelompok Penurunan kadar glukosa darah 1
2
Normal
Fraksi N-Heksan
2,5 % 23,15 % 3 Fraksi Etil Asetat 45,25 % 4 Fraksi Etanol 48,91 %
2,5 ±1,88
23,15 ± 2,78
45,25 ± 4,1048,91 ± 2,70
59,91 ± 5,05
81,05 ± 7,73
0 20 40 60 80 100
I II III IV V VI
Rerata % Penurunan Kadar Glukosa Darah
Kelompok
Rerata % Penurunan Kadar Glukosa Darah
5 6
Metformin Insulin
59,91 % 81,05 %
Hasil data pengambilan darah awal dan akhir kadar glukosa darah yang diolah secara statistik adalah kelompok negatif, kelompok positif, kelompok fraksi N-heksan, fraksi Etil Asetat dan fraksi Etanol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok fraksi biji buah nangka dengan variasi pelarut (non polar, semi polar dan polar) mempunyai aktivitas yang dapat menurunkan kadar
glukosa darah. Persentase penurunan kadar glukosa darah fraksi N-heksan sebesar 23,15%, fraksi Etil Asetat sebesar 45,25%, fraksi Etanol sebesar 48,91%, metformin sebesar 59,91% dan Insulin sebesar 81,05%.
Kemampuan fraksi etanol tersebut dalam menurunkan kadar gula darah tikus dikarenakan adanya senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam biji buah nangka, yaitu senyawa-senyawa kimia golongan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin. Kandungan flavonoid diduga berperan secara signifikan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan yang dapat menetralkan radikal bebas dan mampu menurunkan kadar gula darah dan mengatasi kelelahan yang diakibatkan oleh kadar gula darah yang tak seimbang. Flavonoid dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan kemampuannya sebagai zat antioksidan dan bersifat protektif terhadap kerusakan sel ß pankreas sebagai penghasil insulin serta dapat meningkatkan sensitivitas insulin (33).
Berdasarkan penelitian sebelumnya pemberian ekstrak biji buah nangka pada dosis 400 mg/kgBB memiliki efek menurunkan kadar gula darah. Berdasarkan uraian tesebut, dapat dikatakan bahwa pemberian fraksi etanol lebih efektif dikarenakan fraksi etanol dengan dosis 228,35 mg/kgBB signifikan atau sebanding dengan kelompok fraksi etil asetat dengan dosis 150,66 mg/kgBB
menunjukkan efek menurunkan kadar gula darah yang baik. Pada penelitian ini dengan fraksi Etanol biji buah nangka mampu menurunkan kadar glukosa darah pada tikus diabetes pada kondisi
kehamilan sebesar 48,92% (34).
Uji Toksisitas Orientasi Dosis
Hasil orientasi dosis uji toksisitas akut dari ekstrak etanol biji nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.) dapat dilihat pada tabel.
Tabel 8. Orientasi Dosis Ekstrak Etanol Biji Nangka
Kelompok Dosis pada orientasi (mg/kgBB) Jumlah Kematian
Orientasi 1 250 Tidak ada
Orientasi 2 500 Tidak ada
Orientasi 3 1000 Tidak ada
Orientasi 4 2000 Tidak ada
Keterangan : Hewan coba yang digunakan pada orientasi dosis berjumlah 8 ekor ( 4 ekor mencit betina dan 4 ekor mencit jantan). Pengamatan dilakukan selama 3x24 jam.
Tabel 9. Hasil Rata-rata Persentase Peningkatan Berat Badan Mencit
No Kelompok Persentase Rata-rata Peningkatan Berat Badan Mencit
1 Kontrol Normal Na CMC 27,37%
2 Dosis 1000 mg/kgBB 29,35%
3 Dosis 2000 mg/kgBB 31,47%
Gambar 5. Grafik Persentase Rata-rata Peningkatan Berat Badan Mencit Tabel 10. Hasil Rata-rata Kadar SGPT Mencit
No Kelompok Rata-rata Kadar SGPT
1 Kontrol Normal Na CMC 4,60
2 Dosis 1000 mg/kgBB 5,90
3 Dosis 2000 mg/kgBB 7,70
Gambar 6. Grafik Hasil Rata-rata SGPT Mencit
25%
26%
27%
28%
29%
30%
31%
32%
Kontrol Normal Na CMC
Dosis 1000 mg/kgBB
Dosis 2000 mg/kgBB
P er se n tas e rata -r ata
Kelompok
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kontrol Normal Na CMC
Dosis 1000 mg/KgBB
Dosis 2000 mg/KgBB
K ad ar
Kelompok
Tabel 11. Hasil Rata-rata Kadar SGOT Mencit
No Kelompok Rata-rata Kadar SGOT
1 Kontrol Normal Na CMC 32,60
2 Dosis 1000 mg/kgBB 33,80
3 Dosis 2000 mg/kgBB 36,70
Gambar 7. Grafik Hasil Rata-rata SGOT Mencit
Uji toksisitas akut ekstrak etanol 70% biji nangka ini dilakukan terhadap hewan coba mencit (Mus musculus) yang berumur 2 - 3 bulan dengan berat badan 20 – 30 gram yang diperoleh dari IPB.
Mencit dipilih karena hewan ini memiliki sistem pencernaan yang lengkap sama dengan manusia, mudah didapat, relatif murah, mudah ditangani dan terdapat banyak data toksikologi tentang jenis hewan ini. Mencit jantan dan betina dipilih karena sesuai dengan persyaratan dari BPOM dalam melakukan pengujian toksisitas sekaligus melihat perbedaan sensitifitas ketoksikan antara mencit jantan dan betina.
Penentuan LD50 pada uji toksisitas dilakukan dengan uji orientasi dosis terlebih dahulu. Orientasi dosis ini bertujuan untuk memperoleh kematian sekitar 10% dan 90% hewan coba. Dosis orientasi diperoleh dari hasil kali antara dosis efektif ekstrak etanol biji nangka pada mencit sebagai
penurunan hiperglikemi dengan suatu faktor tertentu (5x dari dosis efektifitas). Sebelum diberi perlakuan, mencit diaklimatisasi selama 7 hari. Tujuannya agar mencit dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selama diaklimatisasi mencit tetap diberi makan dan minum secukupnya setiap hari. Sebelum mencit diberikan zat uji, mencit dipuasakan selama 12 jam tujuannya adalah untuk pengosongan lambung sehingga absorbsi obat menjadi lebih baik.
Dosis efektif ekstrak etanol biji nangka pada mencit sebagai penurunan hiperglikemi adalah 50 mg/KgBB, maka dosis orientasi pada mencit adalah 250 mg/KgBB, 500 mg/KgBB, 1000 mg/KgBB dan 2000 mg/KgBB. Mencit yang digunakan pada orientasi dosis terdiri dari 4 mencit jantan dan 4 mencit betina dalam keadaan sehat dan normal, yang diamati selama 24 jam. Mati dalam waktu < 3 hari berarti mati karena faktor dosis, sedangkan mati dalam rentang > 3 hari berarti mati karena kerusakan organ (11). Menurut Lu dan Lavelle jika pada dosis 2000mg/KgBB tidak menimbulkan
30 31 32 33 34 35 36 37 38
Kontrol Normal Na CMC
Dosis 1000 mg/KgBB
Dosis 2000 mg/KgBB
K ad ar
Kelompok
kematian pada hewan uji dianggap bahwa semua toksisitas akut yang berbahaya dapat disingkirkan dan LD50 tidak perlu ditentukan.
Orientasi dosis ini tidak didapatkan kematian, maka penentuan dosis menjadi 1000mg/KgBB dan 2000mg/KgBB. Kemudian dilakukan pengamatan sampai hari ke-14. Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku gejala klinis, berat badan dan pengukuran kadar SGOT dan SGPT di hari ke-15.
Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku gejala klinis dan berat badan selama 14 hari dengan tujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi terhadap kelompok perlakuan setelah pemberian zat uji dengan kelompok kontrol normal. Pada kelompok perlakuan normal setelah pemberian Na CMC 0,5% hewan uji terlihat lemas, diam dan mulai melakukan pergerakan, namun pada hari ke-2 hewan uji kembali normal sampai hari ke-14. Pengamatan menunjukkan kenaikan berat badan serta pergerakan yang aktif.
Dosis 1000mg/KgBB hewan uji baik yang jantan dan yang betina pada hari pertama terlihat lemas, nafas cepat, garuk-garuk hidung, diam dan kurang nafsu makan. Pada hari ke-2 hewan uji kembali normal sampai hari ke-14. Pengamatan menunjukkan kenaikan berat badan serta pergerakan yang aktif. Dosis 2000mg/KgBB hewan uji baik yang jantan dan yang betina pada hari pertama terlihat lemas, nafas cepat, garuk-garuk hidung, diam dan kurang nafsu makan. Pada hari ke-2 hewan uji kembali normal sampai hari ke-14. Pengamatan menunjukkan kenaikan berat badan serta pergerakan yang aktif.
Data peningkatan berat badan mencit dianalisis menggunakan SPSS dengan memasukkan nilai rata-rata persentase peningkatan berat badan. Data persentase peningkatan berat bedan diuji secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah, maka sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas Kolmogorov-Smimov dan uji homogenitas. Uji normalitas menghasilkan nilai signifikansi 0,115 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal. Uji homogenitas menghasilkan nilai signifikansi dari persentase peningkatan berat badan mencit 0,114 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi homogen. Setelah itu dilanjutkan dengan analisis menggunakan ANOVA satu arah, berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA satu arah
didapatkan nilai signifikansi dari data tersebut sebesar 0,276 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap peningkatan berat badan mencit.
Hasil pengukuran SGOT dan SGPT pada mencit menunjukkan hasil yang normal. Dari hasil pengukuran kadar SGOT dan SGPT pada hari ke-15 dianalisis menggunakan SPSS dengan
memasukkan nilai kadar SGOT dan SGPT mencit. Data SGOT dan SGPT diuji secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah, maka sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji normalitas Kolmogorov-Smimov dan uji homogenitas. Uji normalitas SGOT menghasilkan nilai signifikansi 0,079
> α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal. Uji homogenitas
menghasilkan nilai signifikansi dari kadar SGOT mencit 0,661 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi homogen. Uji dilanjutkan dengan analisis menggunakan ANOVA satu arah, berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA satu arah didapatkan nilai signifikansi dari data tersebut sebesar 0,188 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kadar SGOT mencit.
Uji normalitas SGPT menghasilkan nilai signifikansi 0,086 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi normal. Uji homogenitas menghasilkan nilai signifikansi dari kadar SGPT mencit 0,227 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa data tersebut terdistribusi homogen.
Setelah itu dilanjutkan dengan analisis menggunakan ANOVA satu arah, berdasarkan hasil analisis menggunakan ANOVA satu arah didapatkan nilai signifikansi dari data tersebut sebesar 0,158 > α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kadar
SGPT mencit. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% biji nangka tidak menimbulkan kerusakan pada sel hati.
Uji Toksisitas Subakut Hasil Uji Toksisitas Subakut
Penelitian ini menggunakan 40 ekor mencit Strain Deutschland. DY (DDY) yang terdiri dari jantan dan betina yang dibagi atas 4 kelompok. Terdiri atas 1 kelompok normal dan 3 kelompok uji. Masing- masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina. Hasil pemberian ekstrak etanol 70% biji nangka selama 30 hari dengan dosis menunjukan tidak ada kematian.
Pengamatan Gejala Toksik Pada Hewan Uji
Pengamatan gejala toksik meliputi perubahan tingkah laku, gejala klinis, dan penurunan berat badan. Perubahan tingkah laku hewan uji yang diamati berupa gerakan refleks. Gejala klinis yang diamati meliputi bulu rontok, diare dan salivasi. Dari hasil pengamatan selama 4 minggu tingkah laku hewan uji tampak perilaku seperti mencakar, gerak refleks, garuk-garuk.
Tabel 12. Gejala Toksik Hewan Uji
Kelompok Pengamatan Gejala Toksik Keterangan
Normal
Dosis I
Dosis II
Dosis III
Gejala Klinik
Perubahan Tingkah Laku
Gejala Klinik
Perubahan Tingkah Laku
Gejala Klinik
Perubahan Tingkah Laku
Gejala Klinik
Perubahan Tingkah Laku
Tidak timbul diare, bulu tidak rontok, tidak adanya perubahan warna pada feses dan urine.
Tidak ada perubahan pada tingkah laku
Tidak timbul diare, bulu tidak rontok, tidak adanya perubahan warna pada feses dan urine.
Tidak ada perubahan pada tingkah laku
Tidak timbul diare, bulu tidak rontok, tidak adanya perubahan warna pada feses dan urine.
Tidak ada perubahan pada tingkah laku
Tidak timbul diare, bulu tidak rontok, tidak adanya perubahan warna pada feses dan urine.
Tidak ada perubahan pada tingkah laku
Pemeriksaan SGOT dan SGPT
Hasil data yang diperoleh merupakan kadar serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) antara kelompok normal dengan kelompok uji. Pengukuran dilakukan pada hari ke-31. Nilai kadar SGOT sebagai berikut :
Tabel 13. Hasil Pemeriksaan Kadar SGOT (UI/L)
Hewan Uji
Kelompok Normal
Dosis 250 mg/kgBB
Dosis 500 mg/kgBB
Dosis 1000 mg/kgBB
1 24.00 27.00 27.00 27.00
2 33.00 33.00 41.00 32.00
3 29.00 30.00 41.00 40.00
4 27.00 28.00 24.00 35.00
5 27.00 29.00 28.00 30.00
6 24.00 28.00 33.00 33.00
7 27.00 31.00 30.00 30.00
8 29.00 32.00 31.00 35.00
9 30.00 31.00 33.00 32.00
10 32.00 30.00 32.00 31.00
Rata-rata 28.20 29.90 32.00 32.50
SD 3.01 1.92 5.52 3.57
Hasil data yang diperoleh merupakan kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) antara kelompok normal dengan kelompok uji. Hasil dapat dilihat pada tabel 14.
Tabel 14. Hasil Pemeriksaan Kadar SGPT (UI/L)
Hewan Uji
Kelompok Normal
Dosis 250 mg/kgBB
Dosis 500 mg/kgBB
Dosis 1000 mg/kgBB
1 9.00 8.00 9.00 10.00
2 9.00 10.00 12.00 12.00
3 10.00 12.00 18.00 15.00
4 14.00 8.00 10.00 12.00
5 12.00 14.00 17.00 18.00
6 4.00 4.00 5.00 6.00
7 5.00 5.00 6.00 6.00
8 4.00 4.00 5.00 6.00
9 7.00 8.00 7.00 9.00
10 4.00 6.00 7.00 7.00
Rata-Rata 7.70 7.80 9.50 9.90
SD 3.69 3.49 4.84 4.41
Pengujian toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi.
Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberikan informasi mengenai derajat bahaya suatu sediaan jika terjadi pemaparan pada manusia. Pada penelitian ini bahan uji yang digunakan adalah biji nangka yang diperoleh dari daerah Bogor. Sebelum dilakukan pengujian biji nangka terlebih dahulu dilakukan determinasi untuk mengidentifikasi keaslian jenis tanaman. Determinasi dilakukan di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitiaan Biologi LIPI Bogor. Pada determinasi didapatkan hasil bahwa biji nangka yang digunakan adalah benar Artocarpus heterophyllus Lamk.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi, pemilihan metode maserasi dikarenakan metode ini mudah dan sederhana. Ektraksi adalah penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cairan. Tahap pertama yang dilakukan yaitu dengan merendam serbuk simplisia dengan cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan adalah cairan etanol 70%, karena etanol lebih selektif terhadap kapang dan jamur sehingga akan sulit tumbuh, tidak toksik dan absorbsinya baik. Pemisahan maserasi dengan menggunakan kain flannel dengan tujuan agar tidak ada serbuk yang masuk ke dalam maserat tersebut. Hasil penyaringan yang didapat kemudian dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator agar terjadi
pemisahan antara zat aktif dan pelarut yang digunakan berdasarkan perbedaan titik didih. Proses pemekatan menggunakan suhu ±500C agar tidak mempengaruhi kualitas zat aktif. Kemudian dipekatkan kembali diatas penangas air sampai terbentuk ekstrak kental.
Ekstrak biji nangka yang diperoleh kemudian dilakukan uji penapisan fitokimia, pemeriksaan organoleptis, dan susut pengeringan. Hasil penapisan fitokimia menunjukan ektrak biji nangka mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid. Hewan uji pada penelitian ini menggunakan mencit karena mudah didapat, mudah memeliharanya. Hewan uji yang digunakan terdiri dari dua jenis kelamin, yaitu jantan dan betina. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbedaan efek toksik yang ditimbulkan pada kedua jenis kelamin tersebut. Pengaruh hormonal dapat memodifikasi respon toksik tersebut sehingga efek toksik yang ditimbulkan dapat berbeda antara hewan jantan dan betina.
Hewan uji yang digunakan sebanyak 40 ekor mencit dengan dibagi menjadi 4 kelompok yang terdiri atas 1 kelompok normal dan 3 kelompok uji dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB. Sebelum dilakukan perlakuan hewan uji di aklimatisasi selama 7 hari untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baru dan mendapatkan bobot yang sesuai. Selama proses aklimatisasi mencit tetap diberi makan dan minum secukupnya setiap hari. Sebelum perlakuan hewan uji dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam untuk pengosongan lambung agar ekstrak etanol biji nangka dapat terabsorbsi dengan baik, pada penelitian ini hewan uji akan diberikan ekstrak etanol biji nangka selama 30 hari.
Pengamatan gejala toksik pada hewan uji meliputi gejala klinis, perubahan tingkah laku dan perubahan pada berat badan. Perubahan tingkah laku yang diamati meliputi perilaku berkeliling tanpa arah, mencakar dan gerakan berputar-putar. Perubahan gejala klinis meliputi perubahan warna feses, bulu rontok, dan diare. Dari pengamatan tersebut hewan uji tidak mengalami
perubahan tingkah laku dan gejala klinis. Hal itu menunjukan bahwa pemberian ekstrak biji nangka tidak memberikan pengaruh terhadap gejala toksik.
Hewan uji yang telah diberikan ekstrak etanol biji nangka selama 30 hari akan dilakukan pembedahan pada hari ke 31. Sebelum dilakukan pembedahan hewan uji dibius dengan menggunakan ketamin melalui rute IM. Darah diambil melalui mata setelah itu dilakukan
pembedahan untuk mengambil organ hati. Darah yang diambil untuk dijadikan serum dimasukan kedalam tabung edta agar tidak terjadi pembekuan darah, kemudian darah tersebut di sentrifuge dengan kecepatan 4500 rpm selama 15 menit. Serum tersebut diambil untuk pengukuran kadar SGOT dan SGPT menggunakan spektrofotometer klinikal dengan penambahan pereaksi atau reagen SGOT dan SGPT.
Berdasarkan pengukuran kadar SGOT dan SGPT didapatkan hasil data kadar SGOT dan SGPT. Hasil kadar SGOT dan SGPT dilakukan uji statistik. Uji statistik yang pertama dilakukan dengan uji
normalitas menggunakan menggunakan Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan data yang didapat hasil uji normalitas untuk kadar SGOT (α=0,628) dan SGPT (α= 689). Hasil anova satu arah antara
kelompok uji dan kelompok normal menunjukkan nilai signifikan (α) lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak etanol biji nangka dalam jangka waktu yang lama tidak mempengaruhi kadar SGOT dan SGPT.
Pemeriksaan Kadar Kreatinin
Hasil data yang diperoleh merupakan kadar kreatinin antara kelompok normal dengan kelompok uji.
Pengukuran dilakukan pada hari ke-30. Nilai kadar kreatinin dapat dilihat di tabel 15.
Tabel 15. Hasil Pemeriksaan Kadar Kreatinin (mg/dl) Hewan
Kelompok Normal
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
1 0.27 0.35 0.65 0.52
2 0.35 0.36 0.35 0.59
3 0,36 0.38 0.65 0.27
4 0.39 0.39 0.65 0.39
5 0.46 0.46 0.55 0.58
6 0.52 0.59 0.67 0.35
7 0.55 0.27 0.55 0.66
8 0.54 0.64 0.36 0.54
9 0.56 0.65 0.55 0.56
10 0.58 0.67 0.33 0.66
Rata-rata 0.47 0.48 0.53 0.51
SD 0.11 0.15 0.13 0.13
Hasil Pengamatan Histopatologi
Pengamatan preparat histologi hati yang diamati menggunakan mikroskop pada pembesaran 10x40 dengan membandingkan kelompok normal dengan kelompok uji. Gambaran histopatologi hati terdapat pada lampiran .
Tabel 16. Pengamatan Histopatologi Hati
Perlakuan Pengamatan Histopatologi
Kelompok normal Jaringan terlihat normal, struktur sel-sel hati teratur ke vena sentralis, tidak ditemukan adanya gejala patologi
Kelompok uji Jaringan terlihat normal, struktur sel hati teratur ke vena sentralis, tidak ditemukan adanya gejala patologi.
Tabel 17. Pengamatan Hispatologi Ginjal Mencit
Perlakuan Pengamatan Hispatologi Kelompok Normal Jaringan terlihat normal, struktur
glomelurus terlihat normal, dan tidak di temukan gejala patologi.
Kelompok Uji Jaringan terlihat normal, struktur glomelurus terlihat normal, dan tidak di temukan gejala patologi.
Pengamatan secara mikroskopik dilakukan dengan membandingkan preparat hati antara kelompok normal dengan kelompok uji. Hasil pengamatan histologi hati berdasarkan derajat kerusakan dilakukan dengan membandingkan gambaran histologi hati normal dan kelompok uji. Hasil
pengamatan pada kelompok normal menunjukkan gambaran hepatosit normal yang tersusun secara radial pada lobulus hati.
Pemilihan organ ginjal dikarenakan fungsi utama ginjal adalah mengeluarkan hasil metabolisme dan mengeksresi xenobiotik dan metabolitnya. Urin adalah jalur utama eksresi sebagian besar toksikan.
Akibatnya ginjal mempunyai volume aliran darah yang tinggi, mengkonsentrasi toksikan pada filtrat, membawa toksikan melalui sel tubulus dan mengaktifkan toksikan tertentu (35).
Pengukuran Diameter Vena Sentralis
Pengukuran histologi hati dengan melakukan pengukuran diameter vena sentralis antara kelompok normal dengan kelompok uji. Berikut adalah rata-rata diameter vena sentralis.
Tabel 18. Hasil Pengukuran Diameter Vena Sentralis (𝝁𝒎) Hewan Uji
Kelompok Normal
Dosis 250 mg/kgBB
Dosis 500 mg/kgBB
Dosis 1000 mg/kgBB
1 28.60 28.50 31.89 37.12
2 36.51 20.83 37.35 37.80
3 37.12 37.12 34.71 31.85
4 28.17 28.26 28.84 27.53
5 32.66 32.68 32.77 34.71
6 31.14 34.38 33.92 31.68
Rata-rata 32.37 30.30 33.25 33.45
SD 3.82 5.76 2.86 3.86
Pada vena sentralis tidak terdapat jaringan yang rusak, ini menunjukkan bahwa histologi hati normal.
Dari hasil yang telah dilakukan meliputi perubahan perilaku, gejala klinis dan histologi organ antara kelompok normal dan kelompok uji tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Maka dapat dikatakan bahwa biji nangka tidak toksik.
PengUkuran Diameter Glomelurus
Pengukuran histologi ginjal dengan melakukan pengukuran diameter glomelurus antara kelompok normal dengan kelompok uji. Berikut adalah rata - rata diameter glomerulus .
Tabel 19. Pengukuran Diameter Glomelurus (µm) Pengukuran
Jarak antara Glomelurus dengan Kapsul Bowman Pengukuran histologi ginjal dengan melakukan pengukuran jarak antar glomelurus dengan kapsul bowman antara kelompok
normal dengan kelompok uji. Berikut adalah rata – rata jarak antar glomelurus dengan kapsul bowman
Tabel 20. Hasil Jarak antara Glomelurus dengan Kapsul Bowman(µm)
Hewan
Kelompok Normal
Kelompok
1 Kelompok 2
Kelompok 3
1 27.54 28.09 28.59 34.88
2 34.88 34.06 35.44 38.38
3 35.44 35.86 35.56 39.87
4 34.88 39.87 38.38 39.87
5 35.56 40.18 40.18 41.25
6 38.38 40.98 41.75 42.57
Rata-rata 34.45 36.50 36.65 39.47
SD 3.63 4.94 4.67 2.66
Hewan Kelompok Normal
Kelompok 1
Kelompok 2
Kelompok 3
1 5.16 7.04 7.04 8.34
Glomerulus digunakan dalam pengukuran karena glomerulus berfungsi sebagai alat filtrasi utama.
Pemeriksaan ini dilakukan melalui pengukuran diameter glomerulus dan jarak ruang antara glomerulus dengan kapsul bowman. Jika terjadi kerusakan pada glomerulus, maka akan terlihat adanya perubahan pada diameter glomerulus akibat sel - selnya lisis dan mati. Bila terjadi
pengerutan maka diameter glomerulus akan mengecil dan jarak ruang antara glomerulus dan kapsul bowman akan membesar jika dibandingkan dengan kontrol normal.
Diameter glomelurus dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah (one way) pada kelompok uji untuk dibandingkan dengan kelompok normal. Data diameter glomelurus sebelumnya diuji normalitasnya menggunakan uji Kolmogorov-Smimov. Hasil uji normalitas (α = 0,292) menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data diameter glomelurus terdistribusi normal. Hasil Anova satu arah (one way) menunjukkan nilai signifikan (α) lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan penggunaan ekstrak biji nangka dalam jangka waktu 30 hari tidak mempengaruhi diameter glomelurus.
Hasil pengukuran mikroskopik terdapat jarak ruang antara glomelurus dengan kapsul bowman dapat diliat pada (tabel 19). Data jarak ruang antara glomelurus dengan kapsul bowman dianalisis dengan menggunakan uji Anova satu arah (one way) pada kelompok uji untuk dibandingkan dengan kelompok normal. Data jarak ruang antara kapsul bowman sebelumnya diuji normalitas
menggunakan uji Kolmogovo-Smimov. Hasil uji normalitas (α = 0,506) menunjukkan nilai yang lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data jarak ruang antara kapsul bowman
terdistribusi normal. Hasil Anova satu arah (one way) dari kelompok uji menunjukkan nilai signifikasi (α) lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan penggunaan ekstrak etanol biji nangka. dalam jangka waktu yang lama tidak mempengaruhi jarak ruang antara glomelurus dengan kapsul bowman.
Dari hasil pengamatan toksisitas subakut pengamatan secara mikroskopik ginjal pada pengukuran diameter glomelurus dan jarak ruang antara glomelurus dengan kapsul bowman menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dari kelompok normal dengan kelompok dosis uji, sehingga dapat
disimpulkan penggunaan ekstrak biji nangka dalam jangka waktu 30 hari tidak mempengaruhi histologi ginjal.
UJI TERATOGEN Indikator kecacatan
Terdapat beberapa parameter kecacatan pada fetus yang tertera pada Tabel 1, di antaranya tidak adanya tempurung kepala atau tidak adanya kelopak mata. Tromboemboli (penyumbatan pembuluh darah) juga dapat dikatakan sebagai parameter kecacatan yang mengindikasikan adanya efek teratogenik pada fetus. Selain itu, berat badan dan panjang badan fetus, jumlah fetus hidup, dan jumlah fetus mati juga digunakan sebagai parameter kecacatan. Fetus yang mengalami malformasi umumnya lebih kecil dibandingkan fetus normal.
2 7.04 7.04 7.04 8.42
3 8.34 8.42 9.6 9.79
4 7.04 7.04 7.09 8.34
5 8.34 8.42 8.34 9.79
6 9.6 9.6 9.68 10.34
Rata-rata 7.59 7.93 8.13 9.17
SD 1.53 1.06 1.27 1.03
Tabel 21. Indikator Kecacatan Fetus
No. Parameter Indikator Kecacatan
1 Kepala Tidak adanya tempurung kepala
2 Mata Tidak ada kelopak mata
3 Telinga Tidak ada daun telinga
4 Jari kaki depan dan belakang Jumlah kurang dari normal dan tidak terbentuk sempurna
5 Ekor Tidak terbentuk sempurna
6 Langit-langit mulut Bolong
Hasil Uji Teratogenitas Ekstrak Etanol 70% Biji Nangka Terhadap Fetus Tikus
Hasil dari penelitian perkembangan fetus tikus dengan pemberian ekstrak etanol 70% biji nangka dilakukan pada masa organogenesis yaitu hari ke-6 sampai hari ke-15 kehamilan. Hasil pengamatan berupa janin tikus yang dilihat secara morfologi dan fiksasi dilakukan selama 14 hari pengamatan (Tabel 22), selain itu jumlah fetus hidup, berat badan dan panjang badan fetus juga diamati.
Tabel 22. Pengamatan Kelainan Fisik Fetus Secara Makroskopis
Kelompok Perlakuan
Induk Mencit ke-
Kelainan pada
Kepala Daun Telinga
Kelopak Mata
Jari kaki Depan- Belakang
Ekor Langit-
langit Tromboemboli
Kontrol Normal
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Kontrol Negatif
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Kontrol Positif
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Dosis 1
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Dosis 2
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Dosis 3
1 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 2 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 3 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada 4 Normal Normal Normal Normal Normal Normal Tidak ada
Hasil pengamatan terhadap kecacatan pada kepala, daun telinga, kelopak mata, jari kaki depan- belakang, dan ekor menunjukkan pemberian ekstrak etanol 70% biji nangka tidak menimbulkan kecacatan. Pengamatan dilakukan dengan membandingkan kelompok normal dengan kelompok perlakuan.
Tabel 23. Pengamatan Jumlah Fetus
Kelompok Perlakuan
Induk Tikus
Jumlah Fetus Jumlah Total Fetus
Fetus Hidup
Fetus Mati
Berat (gram) Uterus
Kanan
Uterus Kiri
Kontrol Normal
1 5 5 10 10 0 2,09
2 3 7 10 10 0 2,09
3 5 5 10 10 0 2,06
4 6 5 11 11 0 2,03
Total 19 22 41 41 0
Kontrol Negatif
1 4 4 8 8 0 2,07
2 3 6 9 9 0 2,05
3 5 6 11 11 0 2,05
4 7 3 10 10 0 2,07
Total 19 19 38 38 0
Kontrol Positif
1 5 5 10 10 0 2,10
2 3 6 9 9 0 2,12
3 5 3 8 8 0 2,12
4 6 2 8 8 0 2,12
Total 19 16 35 35 0
Dosis 1
1 4 4 8 8 0 2,05
2 6 4 10 10 0 2,04
3 6 3 9 9 0 2,05
4 3 6 9 9 0 2,05
Total 19 17 36 36 0
Dosis 2
1 3 5 8 8 0 2,15
2 5 4 9 9 0 2,15
3 7 3 9 9 0 2,13
4 3 5 8 8 0 2,16
Total 18 17 34 34 0
Dosis 3
1 5 4 9 9 0 2,20
2 4 3 7 7 0 2,22
3 4 3 7 7 0 2,22
4 3 5 8 8 0 2,22
Total 16 15 31 31 0 0
Dari masing-masing kelompok tidak ditemukan adanya fetus mati pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.
D. STATUS LUARAN: Tuliskan jenis, identitas dan status ketercapaian setiap luaran wajib dan luaran tambahan (jika ada) yang dijanjikan pada tahun pelaksanaan penelitian. Jenis luaran dapat berupa publikasi, perolehan kekayaan intelektual, hasil pengujian atau luaran lainnya yang telah dijanjikan pada proposal. Uraian status luaran harus didukung dengan bukti kemajuan ketercapaian luaran sesuai dengan luaran yang dijanjikan. Lengkapi isian jenis luaran yang dijanjikan serta mengunggah bukti dokumen ketercapaian luaran wajib dan luaran tambahan melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian luaran
Luaran wajib pertama yang dihasilkan adalah satu artikel yang sudah diterima pada jurnal Open Access Macedonian Journal of Medical Science (OAMJMS), jurnal ini merupakan jurnal internasional bereputasi yang terindeks scopus, (ISSN 1857-9655), Publisher Open Access Macedonian Journal of Medical Science, dengan H indeks 11, Q3 dengan SJR 0,24. Luaran wajib kedua yang dihasilkan adalah satu artikel yang sudah disubmit pada jurnal Journal of Pharmaceutical Sciences and Research (JPSR), jurnal ini merupakan jurnal internasional bereputasi yang terindeks scopus, (ISSN
09751459), Publisher PharmaInfo Publications, dengan H indeks 20, Q3 dengan SJR 0,16. Luaran tambahannya adalah mengikuti seminar The Asian Federation for Pharmaceutical Sciences (AFPS) 2019 di Patra Jasa Resort and Villas, Bali pada 23-27 Oktober 2019, yang diselenggarakan oleh Fakultas farmasi Universitas Indonesia. Luaran tambahan kedua yang dihasilkan adalah satu artikel yang masih dalam bentuk draft pada jurnal Pharmacognosy Journal, jurnal ini merupakan jurnal internasional bereputasi yang terindeks scopus, (ISSN 09753575), Publisher Pharmacognosy Network Worldwide, dengan H indeks 14, Q3 dengan SJR 0,25.
E. PERAN MITRA: Tuliskan realisasi kerjasama dan kontribusi Mitra baik in-kind maupun in-cash (jika ada). Bukti pendukung realisasi kerjasama dan realisasi kontribusi mitra dilaporkan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Bukti dokumen realisasi kerjasama dengan Mitra diunggah melalui Simlitabmas mengikuti format sebagaimana terlihat pada bagian isian mitra
………
………
………
………
………
F. KENDALA PELAKSANAAN PENELITIAN: Tuliskan kesulitan atau hambatan yang dihadapi selama melakukan penelitian dan mencapai luaran yang dijanjikan, termasuk penjelasan jika pelaksanaan penelitian dan luaran penelitian tidak sesuai dengan yang direncanakan atau dijanjikan.
Kesulitan memperoleh zat penginduksi diabetes yaitu streptozotocin karena harus di impor
G. RENCANA TINDAK LANJUT PENELITIAN: Tuliskan dan uraikan rencana tindaklanjut penelitian selanjutnya dengan melihat hasil penelitian yang telah diperoleh. Jika ada target yang belum diselesaikan pada akhir tahun pelaksanaan penelitian, pada bagian ini dapat dituliskan rencana penyelesaian target yang belum tercapai tersebut.
Pembuatan formulasi sediaan fitofarmaka yang terstandar dari ekstrak biji nangka
H. DAFTAR PUSTAKA: Penyusunan Daftar Pustaka berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan. Hanya pustaka yang disitasi pada laporan akhir yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. Buchanan, A. Thomas dan Anny H. Xiang., 2005. Gestasional Diabetes Melitus, University of Sothern California Keck School Of Medicine, Los Angles, California, USA.
2. ADA. 2009. Standars Of Medical in Diabetes. Diabetes Care vol 32
3. Brudenell, M. & Marjorie, D., 1996, Diabetes pada kehamilan, diterjemahkan oleh Maulany, R. F., EGC, Jakarta.
4. Moura LB, Silva CB, Rondon NJ, Silva LM, Andrade SF, Miguel OG, Dias JFG, Miguel MD. 2018. Acute and subacute (28 days) toxicity, hemolytic and cytotoxic effect of Artocarpus heterophyllus seed extracts. Toxicology Reports. Brazil.
5. Osmani OH, Sekar DS, Kumar KLS, Sahu RK, Roy A. 2009. In Vivo Antidiabetic Potential of Artocarpus Heterophyllus Plants Seeds in Streptozotosin-Induced-Diabetic Rats. Biomedical &
Pharmacology Journal. 2(2) : 339-343.
6. Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 646-660.
7. Lu. Frank C. 1995. Toksikologi Dasar: Asas Organ Sasaran dan Penelitian Risiko. Edisi 2. Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta. Hlm. 85-93,206-232.
8. Plantamor. 2018. “Informasi Spesies: Artocarpus Heterophyllus Lam” [online]
(http://www.plantamor.com) diakses pada tangga 18 Februari 2018: Jam 14.00
9. Shanmugapriya KPS, Saravana H, Payal SP, Mohammed W, Binnie. 2011. Antioxidant activity, total phenolic and flavonoid contents of Artocarpus heterophyllus and Manilkara zapota seeds and its reduction potential. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. 3 (5): 256- 260.
10. Depkes RI. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm. 6, 10, 16
11. Priyanto. 2009. Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian Resiko. Depok. Leskonfi.
Hlm. 151-157
12. Price, Sylvia A, Lorraine MW. 2005. Patofosioologi, Konsep Klinis Proses-proses Penyaki, Edisi 6, vol 1. Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hlm. 472-475
13. Kumar V, Cotran dan Robbins. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 7. Jakarta.
14. Kemenkes RI. 2011. PEDOMAN INTERPRETASI DATA KLINIK. Jakarta. Hlm 58-59
15. Kusumawati D. 2016. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hlm 7
16. Almahdy A. 2012. Teratologi Eksperimental. Andalas University Press. Padang.
17. Hutahean S. 2002. Prinsip-prinsip Uji Toksikologi Perkembangan. Andalas University Press.
Padang.
18. Erniati Y. 2009. Efek Teratogen Ekstrak Air Daun Talok (Muntingia calabura L.) Terhadap
Pertumbuhan dan Perkembangan Fetus Mencit (Mus musculus L.). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
19. Badan POM RI. 2014. Pedoman Uji Toksisitas Nonklinik Secara In Vivo. Jakarta: Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2014.
20. Sudiana I Ketut. 2004. Teknologi Ilmu Jaringan dan Imunohistokimia. Surabaya. Sagung Seto 21. Hanani E. 2015. Analisis Fitokimia. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Hlm1.
22. Depkes RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstra Tumbuhan Obat. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm : 3, 11-12, 14, 17.
23. Otsuka, H., 2006, Purification by Solvent Extraction Using Partition Coefficient, In: Sarker, S., Latief, Z., & Gray, A., Edisi 2, 269- 270, Natural Product Isolation, New Jersey, Humana Press 24. Markham, K.R., 1988,Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata,
15, Penerbit ITB, Bandung.
25. Wiryowidagdo, S. 2007. Kimia & Farmakologi Bahan Alam. Jakarta: EGC
26. Sjahid, L.R. 2008. Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Dewandaru (Eugenia uniflora L.).
Universitas Muhammadiyah Surakarta
27. Marliana, D.S., Venty, S., dan Suyono. (2005). Skrining Fitokimia dan Analisis Kromatografi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol. Jurnal Biofarmasi. 3(1): 29
28. Prashant. 2011, Phytochemical Screening and Extraction Internationale Pharmaceutica Sciencia, 1(1): 1-9
29. Maharani, N. D. 2013. Senyawa Fenolik Dan Terpenoid Daun Jati (Tectona grandis (L.) Finn.) dan Akasia (Acacia mangium Willd.) pada Umur Daun Berbeda. Universitas Gadjah Mada. Tesis 30. Kumalasari. 2011. “Aktivitas Antifungi Ekstrak Etanol Batang Binahong (Anredera cordifolia
(Tenore) Steen) Terhadap Candida albicans Serta Skrining Fitokimia”. Jurnal Ilmiah Kefarmasian 1(2): 60.
31. Firdaus., Rimbawan., Anna, S., dan Roosita, K., 2016. Model Tikus yang Diinduksi Streptozotocin- sukrosa untuk Pendekatan Penelitian Diabetes Melitus Gestasional. Jurnal. Vol. 12 No. 1. Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat IPB, Bogor.
32. Goud BJ, Dwarakanath, Swamy CB. 2015. Streptozotocin-A Diabetogenic Agent in Animal Models.
IJPPR. Hlm. 253-269
33. Kaneto H, Kajimoto Y, Miyagawa J, Matsuoka T, Fujitani Y, Umayahara Y, Hanafusa T, Matsuzawa Y, Yamasaki Y, Hori N. 1999. Beneficial Effect of Antioxidant in Diabetes: Possible Protection of Pancreatic β Cell Againt Glucose Toxicity. Diabetes. 48:2398-2406.
34. Septiani R. 2018. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Biji Buah Nangka (Artocarpus heterophyllus Lamk.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Diabetes Gestasional Yang Diinduksi Streptozotocin (STZ). Skripsi. Fakultas Farmasi UHAMKA, Jakarta. Hlm. 29
35. Lu, F.C. 1995. Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko (Terjemahan) Edisi II. VI. Press. Jakarta