Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesehatan reproduksi dan PHBS anak jalanan di kota Kediri tahun 2018. Penelitian ini fokus pada kesehatan reproduksi dan PHBS anak jalanan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Rumusan Masalah
Anak-anak jalanan di Kota Kediri memiliki beberapa titik pengumpulan, meskipun Pemerintah Kota Kediri telah memfasilitasi tempat penampungan. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian lebih mendalam dengan judul “Studi Kualitatif Kesehatan Reproduksi dan PHBS Anak Jalanan di Kota Kediri Tahun 2018”.
Landasan Teori .1 Anak Jalanan
Kesehatan Reproduksi Anak Jalanan
Mereka tidak sadar dan menganggap bahwa perilaku seksualnya saat ini tidak berpengaruh terhadap dirinya (perceived suceptibility). Mereka juga meyakini bahwa perilaku seksualnya tidak berlebihan dan tidak memiliki risiko (perceived Severity) (Yeni dkk, 2011).
Materi Seputar Kesehatan Reproduksi A. Bagian alat reproduksi wanita terdiri dari
Sel telur yang matang atau telah dibuahi diarahkan ke rahim melalui saluran ini. Dari ribuan sel sperma yang ada di tuba falopi, hanya satu yang mampu menembus dinding sel telur.
HIV/AIDS
PHBS untuk anak jalanan
Anak jalanan biasanya berprofesi sebagai pengamen, pengemis, pedagang kaki lima, pembersih kaca mobil, pengatur lalu lintas, dan penyemir sepatu. Kehidupan anak jalanan yang kisruh, antara lain hidup di lingkungan yang jauh dari kata bersih, membuat anak jalanan rentan terhadap penyakit. Senada dengan Armai Arief (2002) yang menyatakan bahwa anak jalanan rentan jatuh sakit akibat terpaan beban pekerjaan dan minimnya makanan yang dikonsumsinya, dengan labilitas emosi dan mental anak jalanan yang ditunjang dengan perilakunya yang kotor, jorok, dan jorok. penampilan, kurangnya kebersihan diri dan lingkungan.
Anak jalanan memerlukan pengetahuan tentang PHBS, dengan mengetahui PHBS maka anak jalanan akan lebih menjaga kesehatannya, namun demikian pengetahuan yang dimiliki anak jalanan juga sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman, tingkat pendidikan, kepercayaan, fasilitas, pendapatan, sosial. . budaya, umur dan pekerjaan, serta tingkat pendidikan dapat memberikan pengetahuan pada seseorang, jika dikaji lebih dalam pengetahuan tentang PHBS masih sangat dangkal, tingkat pendidikan anak juga rendah. Kurangnya pendidikan dan pengetahuan anak jalanan menjadi salah satu penyebab kurangnya kepedulian mereka terhadap dirinya sendiri, begitu pula dalam hal makanan. Konsumsi makanan yang sedang dan tidak teratur menjadikan anak jalanan rentan terhadap penyakit dan penyakit. Salah satu dampak dari kurangnya asupan makanan pada anak jalanan adalah terbentuknya status gizi yang buruk. Menurut Kementerian Kesehatan (2007) yang menyatakan bahwa gizi buruk juga merupakan salah satu penyebab gizi buruk. merupakan masalah kesehatan bagi anak jalanan akibat pola makan yang tidak teratur.
Perilaku
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara atau kuesioner dimana subjek atau responden ditanya tentang isi materi yang ingin diukur. Kedalaman ilmu yang ingin kita ketahui atau ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan ilmu tersebut di atas. Secord dan Bacman mengemukakan bahwa terdapat keteraturan tertentu dalam perasaan (afeksi), pemikiran, dan kecenderungan tindakan seseorang (konasi) terhadap beberapa aspek lingkungan sekitarnya.
Berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap tersebut antara lain adalah pengalaman pribadi, budaya, orang terdekat, media massa, lembaga/lembaga pendidikan, lembaga keagamaan, serta faktor emosional dalam diri individu. Bentuk tingkah laku tidak hanya terlihat secara langsung, tetapi juga mencakup bentuk tingkah laku berupa pertanyaan/perkataan yang diucapkan seseorang. Perilaku menyimpang merupakan salah satu bagian dari perilaku, kita memahami bahwa perilaku menyimpang adalah segala tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan adanya upaya dari pihak yang berwenang dalam sistem tersebut untuk memperbaiki perilaku menyimpang tersebut.
Ciri-ciri penyimpangan ini adalah bersifat sementara atau sementara, tidak dilakukan secara berulang-ulang dan masih ditoleransi oleh masyarakat.
Perilaku Kesehatan Lingkungan
Faktor pendukung (faktor predisposisi), merupakan faktor yang meliputi pengetahuan dan sikap anak terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Dimana faktor tersebut menjadi pemicu atau pendahulu dari suatu perilaku yang menjadi dasar atau motivasi tindakan karena tradisi atau adat istiadat, kepercayaan, tingkat pendidikan dan tingkat sosial ekonomi. Faktor pemungkin adalah faktor pendorong perilaku yang memungkinkan terlaksananya suatu motivasi atau tindakan.
Faktor tersebut meliputi ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi anak, misalnya air bersih, sarana pembuangan sampah, toilet, ketersediaan makanan bergizi dan. Faktor penguat merupakan faktor yang menentukan apakah suatu tindakan kesehatan mendapat dukungan atau tidak. Faktor tersebut diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku wali atau orang tua anak yang merupakan sosok yang dipercaya atau diikuti oleh anak.
Misalnya babysitter memberi contoh dengan mencuci tangan sebelum makan, atau dengan selalu meminum air matang, hal ini akan menjadi penguat perilaku hidup bersih dan sehat anak.
Kerangka Teori
Tujuan Penelitian .1 Tujuan Umum
Manfaat Penelitian
Rancangan Penelitian
Partisipan
Teknik pengumpulan data
Pada saat pengumpulan data melalui wawancara yang dilakukan terhadap partisipan, peneliti mencatat seluruh hasil wawancara dan mencatat seluruh hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam.
Instrumen penelitian
Teknik analisa data
Sejalan dengan pendapat Kvale dalam Yatti, A, 2014, interaksi yang terjadi pada saat wawancara dalam wawancara penelitian kualitatif berarti terjadi pertukaran dan terciptalah saling ketergantungan yang bersifat sementara. Peneliti membaca kembali kata kunci yang diidentifikasi dan mencoba menemukan esensi atau makna kata kunci tersebut untuk membentuk kategori. Peneliti membaca seluruh kategori yang ada, membandingkan dan mencari persamaan diantara kategori-kategori tersebut, dan terakhir mengelompokkan kategori-kategori yang sejenis ke dalam subtema dan tema.
Peneliti menyusun tema-tema yang ditemukan dalam proses analisis data dan menuliskannya dalam uraian dalam bentuk hasil penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah gambaran tema yang diperoleh dari survei sesuai dengan kondisi yang dialami peserta. Peneliti menganalisis kembali data yang diperoleh pada saat validasi partisipan untuk menambah gambaran akhir laporan penelitian yang mendalam sehingga pembaca dapat memahami pengalaman partisipan.
Pengujian Kredibilitas Data
Lokasi dan waktu penelitian
Hasil
- Gambaran Karakteristik Partisipan
- Hasil Wawancara Mendalam dan Observasi .1 Kesehatan Reproduksi
- PHBS
Hasil penelitian menunjukkan seluruh peserta putus sekolah, bahkan 6 (enam) orang tidak tamat SD. Hanya 4 (empat) orang peserta yang tidak tamat SMA, dan sisanya 20 (dua puluh) peserta tidak tamat SMA. Pendidikan yang rendah membuat peserta sulit mendapatkan pekerjaan, sehingga sebagian besar peserta tidak mempunyai pekerjaan, dan sebagian kecil lagi mempunyai pekerjaan tidak tetap (buruh, supir bus, tukang parkir).
Partisipan pria yang menjalani gaya hidup seks bebas tanpa pamrih mungkin akan mengalami gangguan ringan pada alat kelaminnya, diawali dengan rasa panas saat buang air kecil. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak jalanan yang ingin hidup bebas dalam masyarakat dengan aturan-aturan yang mereka buat sendiri. Ciri-ciri informan triangulasi yang ikut serta dalam teknis pelaksanaan penelitian berjumlah 3 orang yang berperan sebagai pewawancara, penguji dan petugas observasi. Diketahui usia informan triangulasi antara 35 sampai 43 tahun dengan latar belakang pendidikan Magister Kebidanan dan Magister Pendidikan.
Triangulasi teori dilakukan dengan mengacu pada hasil penelitian tentang kesehatan reproduksi dan perilaku hidup sehat.
Pembahasan
Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Ada sebagian peserta yang mendapatkan informasi yang benar mengenai kesehatan reproduksi yaitu dari tenaga kesehatan yang berkompeten, namun masih ada peserta yang mendapat gambaran pengetahuannya yang kurang tepat karena didapat dari temannya, bahkan ada pula yang belum pernah mendapat gambaran dan tidak mendapat gambaran. apapun tentang kesehatan reproduksi. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi yang tepat akan memandu peserta untuk merawat, memelihara dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya dengan baik sesuai fungsinya. Fenomena bagaimana perempuan hanya menginginkan hubungan seksual dengan laki-laki yang dicintainya mungkin merujuk pada gagasan represif “era Victoria” di mana perempuan yang baik menurut feminis budaya radikal adalah perempuan yang hanya melakukan hubungan seksual dengan laki-laki. Pria yang dicintainya atau mempunyai hubungan tertentu dengannya (Tong, 2008).
Pandangan bahwa perempuan baik-baik hanya berhubungan seks dengan laki-laki yang dicintainya justru menjadikan laki-laki menjadi “predator seksual” dengan dalih penyayang, hal ini bisa terjadi jika pengetahuannya tentang kesehatan reproduksi tidak tepat.
Praktik Kesehatan Reproduksi
SIMPULAN
Pengetahuan kesehatan reproduksi pada anak jalanan teridentifikasi dalam satu tema yaitu bagaimana mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, dimana informasi tersebut diperoleh dari tenaga kesehatan, teman dan ada pula yang belum mendapatkannya sama sekali. Dalam praktik kesehatan reproduksi anak jalanan dapat diidentifikasi sebuah tema yaitu cara pemenuhan hasrat seksual anak jalanan yang terbagi menjadi dua subtema yang meliputi cara pemenuhan hasrat seksual saat sendirian dengan melakukan masturbasi dan saat bersama pasangan. secara genital. Pengetahuan tentang PHBS pada anak jalanan teridentifikasi pada satu tema yaitu cara memperoleh informasi tentang PHBS, dimana informasi tersebut diperoleh dari orang tua, tenaga kesehatan, media massa dan ada pula yang belum mendapatkannya sama sekali.
Praktik PHBS pada anak jalanan mengidentifikasi satu tema yang mencakup tujuh subtema, yaitu kebiasaan mandi, mencuci rambut, menyikat gigi, membersihkan alat kelamin, mencuci tangan, kebersihan menstruasi, dan fasilitas toilet.
Saran
Sosialisasi kepada pengawas Kelompok Belajar Suket Teki agar seluruh anak jalanan dapat menjaga kesehatan reproduksi dan kebersihan diri.
Pengalaman Penelitian dalam 5 tahun terakhir
2 2011 Perbedaan lama persalinan kala II fisiologis ibu dengan posisi setengah duduk dan miring ke kiri di RSIA Citra Keluarga Kota Kediri. Mengenai produksi ASI pada ibu nifas di wilayah kerja BPM Puskesmas Sukorame Kota Kediri. Dengan ini saya menyatakan bahwa proposal penelitian saya berjudul: Kajian Kualitatif Kesehatan Reproduksi dan PHBS Anak Jalanan di Kota Kediri Tahun 2018.
Saya, Indah Rahmaningtyas, dosen Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, Program Studi DIII Kebidanan Kediri, akan melakukan penelitian dengan judul STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) ANAK JALANAN DI KOTA KEDIRI TAHUN 2018. Tujuan dari penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang kesehatan reproduksi dan PHBS anak jalanan di Kota Kediri Tahun 2018. Setelah mendapat penjelasan dari Indah Rahmaningtyas, S.Kp., M.Kes, dosen Politeknik Kesehatan Kernenkes Malang, Jurusan Kebidanan, D-III Program Studi Kebidanan Kediri yang akan melakukan penelitian STUDI KUALITATIF KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) ANAK JALANAN DI KOTA KEDIRI TAHUN 2018, maka dengan senang hati saya dapat mengikuti penelitian ini.
Saya memahami bahwa penelitian ini akan digunakan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Identitas
Data Umum