LAPORAN ANALISIS SWOT SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN TAHUN 2023
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah sistem manajemen lingkungan
Oleh:
AFLINA PUTRI P17333121003
DHIA GOZALAH P17333121018
GISCA APRIANA PUTRI P173331210 RIDHA NUR KHOLIZA P17333121051
UMMU SILMI H P17333121064
YESHI TRI
NURHARYATI P173331210
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN 2023
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan “Laporan Analisis Swot Sistem Manajemen Lingkungan Tahun 2023”. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas praktik mata kuliah Tanggap Darurat Lingkungan Kerja.
Dalam melaksanakan praktik ini, kami telah banyak mendapatkan bantuan baik moril, materil maupun tenaga dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, kami ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat kesehatan dan kelancaran selama Praktik Belajar Lapangan
2. Ibu Sri Slamet Mulyati, S.K.M., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
3. Ibu Nurul Hidayati, S.K.M., M.Kes selaku koordinator mata kuliah Sistem Manajemen Lingkungan
4. Bapak Dr. Erlanda Fikri, S.K.M., M.Kes selaku tim dosen mata kuliah Sistem Manajemen Lingkungan
5. Bapak Redi Yudha Irianto, S.K.M., M.K.M selaku tim dosen mata kuliah Sistem Manajemen Lingkungan
6. Kedua orang tua dan keluarga kami, atas do’a serta dukungan yang senantiasa diberikan
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa laporan ini belum dapat dikatakan sempurna dikarenakan keterbatasan kami baik pengetahuan, pengalaman, maupun kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mohon maaf dan senantiasa mengharapkan kritik dan saran demi kemajuan dan kebaikan kami di masa yang akan datang. Walaupun demikian kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bandung, 11 November 2023
Penulis
DAFTAR ISI
Isi
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...5
1.1 Latar Belakang...5
1.2 Rumusan Masalah...6
1.3 Tujuan...6
1.3.1 Tujuan Umum...6
1.3.2 Tujuan Khusus...6
1.4 Manfaat...6
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi...6
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti...6
1.4.3 Manfaat Rumah Sakit...6
BAB II DASAR TEORI...8
2.1 Pengertian rumah sakit...8
2.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit...8
2.1.2 Instalasi Gizi...10
2.2 Pengertian SML...10
2.3 Pengertian SWOT...11
2.4 Pengertian Makanan Minuman...13
2.5 Pengertian Hygiene Sanitasi...13
2.6 Pengertian HAACCP...14
2.7 Penjamah Makanan...14
2.8 Rectal Swab...15
2.9 Dampak Penjamah Positif Dalam Pemeriksaan rectal Swab...15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...16
3.1 Gambaran Umum RSUD Kota Bandung...16
3.1.1 Sejarah RSUD Bandung...16
3.1.2 Profil RSUD Kota Bandung...17
3.1.3 Kedudukan RSUD Kota Bandung...18
3.1.4 Tugas Pokok RSUD Kota Bandung...18
3.1.5 Fungsi RSUD Kota Bandung...18
3.1.5 Struktur Organisasi RSUD Kota Bandung ( Lampiran )...20
3.1.6 Struktur Organisasi Sanitasi Lingkungan RSUD Kota Bandung ( Lampiran...20
3.2 Hasil pemeriksaan rectal swab...20
3.3 Program SWOT SML...20
3.4 Inovasi atau Program yang buat diantara lain:...21
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...23
DAFTAR PUSTAKA...24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah salah satu dari konsepsi lingkungan sehat, dimana Rumah Sakit merupakan salah satu aspek yang menentukan derajat kesehatan masyarakat. Pada pernyataan tersebut Rumah Sakit tidak akan terlepas dari semua unit yang ada didalamnya baik sumber daya manusia, fasilitas yang ada, termasuk segala potensi pencemaran yang ada didalamnya. Dalam setiap proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, terlihat adanya faktor-faktor penting sebagai pendukung layanan itu sendiri, yang selalu berkaitan satu dengan yang lainnya.
Lingkungan rumah sakit dapat mengandung dampak negatif yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Dampak negatif tersebut salah satu aspeknya yaitu pada Hygiene sanitasi makanan, Hygiene sanitasi makanan dalam Peraturan Menteri Kesehatan disebut penyehatan makanan merupakan upaya untuk mengendalikan 4 faktor yaitu tempat, peralatan, penjamah makanan, dan makanan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau keracunan makanan.
Penyelenggaraan makanan merupakan kegiatan sistem yang terintegritas, terkait satu dengan lainnya. Penyelenggaraan makanan adalah program terpadu yang terdiri atas perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pengolahan bahan makanan dan penyajian atau penghidangan makanan dalam skala besar. Salah satu hal penting dalam penyelenggaraan makanan yaitu hygiene dan sanitasi.
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian (Permenkes RI, 2011). Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar. Penjamah makanan dalam melakukan pelayanan dan penanganan makanan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan Kepmenkes No. 942/Menkes/SK/VII/2003.
Penjamah makanan di rumah sakit memiliki peran penting dalam menyajikan makanan kepada pasien, dan kebersihan serta keamanan makanan sangatlah penting untuk mencegah penyebaran penyakit. Salmonella adalah jenis bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia, termasuk infeksi saluran pencernaan. Salmonella dapat menyebar melalui makanan yang terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Penyebab utama kontaminasi Salmonella pada makanan di rumah sakit dapat berasal dari beberapa faktor yaitu kurangnya kebersihan dalam
pengolahan makanan di rumah sakit yang menjadi faktor risiko terjadinya kontaminasi Salmonella. Hal yang perlu diperhatikan penjamah makanan untuk mencegah penularan penyakit dan atau kontaminasi mikroba patogen tersebut melalui makanan adalah tenaga penjamah makanan harus memiliki kesehatan yang baik.
Rectal swab adalah pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi patogen baik bakteri maupun kuman pada daerah rektum. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis kondisi medis yang memiliki hubungan erat dengan saluran atau sistem pencernaan (gastrointestinal). Rectal swab dilakukan dengan mengambil apusan pada daerah rektum (kurang lebih 2-3 cm di atas lubang anus). Kuman-kuman patogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari swab rektum.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung pada awalnya bernama Rumah Sakit Ujungberung adalah berasal dari Puskesmas Dengan Tempat Perawatan (DPT) sampai pada bulan April tahun 1993 berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung Kelas D, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor. 928 Tahun 1992. Di RSUD Kota Bandung terdapat beberapa penjamah yang positif Salmonella dan Shigella. Oleh karena itu, kami membuat Program Sistem Manajemen Lingkungan di RSUD Kota Bandung dengan harapan dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaaan rectal swab di RSUD Kota Bandung dan dapat mengurangi hasil positif bakteri pada penjamah.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana sitem manajemen lingkungan makanan minuman untuk permasalahan hasil rectal swab yang positif di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung menggunakan analisis SWOT?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui rancangan system manajemen lingkungan makanan minuman untuk permasalahan swab yang positif di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung menggunakan analisis SWOT.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui latar belakang terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
2. Untuk mengetahui program yang cocok untuk menangani terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
3. Untuk mengetahui alur rencana dari program yang akan dibuat untuk menangani terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung
4. Untuk mengetahui SWOT dari program yang akan dibuat untuk menangani terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung 1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi
Dapat menambah referensi mahasiswa Poltekkes Bandung untuk penelitian selanjutnya mengenai program menangani terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan.
1.4.2 Manfaat Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan analisis SWOT untuk program menangani terjadinya penyebab positifnya hasil rectal swab pada penjamah makanan.
1.4.3 Manfaat Rumah Sakit
Dengan adanya laporan ini dapat memberikan masukan kepada pihak Rumah Sakit untuk melakukan penilaian, peningkatan pengawasan, dan perbaikan kesehatan lingkungan secara berkesinambungan.
BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian rumah sakit
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan (Depkes RI 2004). Menurut Undang- Undang Negara Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif
Menurut American Hospital Association (1974) rumah sakit adalah suatu alat organisasi yang terdiri tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien
2.1.1 Klasifikasi Rumah Sakit
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit dibagi menjadi 2 yaitu Klasifikasi Rumah Sakit Umum dan Klasifikasi Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum terdiri atas, Rumah Sakit umum kelas A, B, C, dan D. Sedangkan Rumah Sakit Khusus terdiri atas, Rumah Sakit Khusus Kelas A, B, dan C.
2.1.1.1 Rumah Sakit Umum
Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Rumah Sakit umum menurut peraturan Menteri kesehatan RI No. 340/Menkes/Per/III/2010 berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan diklasifikasikan menjadi:
a. Rumah Sakit umum Kelas A
Rumah Sakit umum Kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
b. Rumah Sakit umum Kelas B
Rumah Sakit umum Kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) buah.
c. Rumah Sakit umum Kelas C
Rumah Sakit umum Kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
d. Rumah Sakit umum Kelas D
Rumah Sakit umum Kelas D merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 50 (lima puluh) buah.
- Pelayanan medik dan penunjang medik yang terdiri atas :
a. Pelayanan medik umum, pelayanan ini berupa pelayanan medik dasar.
b. Pelayanan medik spesialis, pelayanan ini berupa pelayanan spesialis dasar yang meliputi pelayanan penyakit dalam, anak, bedah, obstetri, ginekologi, dan pelayanan medis spesialis lainnya.
c. Pelayanan medik subspesialis, pelayanan ini berupa pelayanan medic subspesialis dasar dan pelayanan medic subspesialis lainnya.
- Pelayanan keperawatan dan Kebidanan, pelayanan ini meliputi asuhan keperawatan generalis dan/atau asuhan keperawatan spesialis, dan asuhan kebidanan.
- Pelayanan nonmedik, pelayanan ini terdiri atas pelayanan farmasi, pelayanan laundry/binatu, pengolahan makanan/gizi, pemeliharaan sarana dan prasarana dan alat kesehatan, informasi dan komunikasi, pemulasaran jenazah, dan pelayanan nonmedik lainnya
2.1.1.2 Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran.
Adapun klasifikasi jenjang rumah sakit khusus antara lain a. Rumah Sakit khusus kelas A
Rumah Sakit khusus Kelas A merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 100 (seratus) buah.
b. Rumah Sakit khusus kelas B
Rumah Sakit khusus Kelas B merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 75 (tujuh puluh lima) buah.
c. Rumah Sakit khusus kelas C
Rumah Sakit khusus Kelas C merupakan Rumah Sakit umum yang memiliki jumlah tempat tidur paling sedikit 25 (dua puluh lima) buah.
Rumah Sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Rumah sakit khusus juga dapat menyelenggarakan pelayanan lain seperti pelayanan rawat inap(paling banyak 40% dari seluruh jumlah tempat tidur), rawat jalan, dan kegawatdaruratan.
2.1.2 Instalasi Gizi
Instalasi Gizi merupakan salah satu pelayanan penunjang medis dalam hal penyelenggaraan makanan kepada pasien untuk mencapai status kesehatan yang optimal dan mampu menyediakan makanan bermutu baik. Makanan yang sehat dan aman penting untuk sumber nutrisi, tenaga, meningkatkan derajat kesehatan dan mendukung penyembuhan pasien. Pelaksanaan prinsip higiene dan sanitasi makanan di Instalasi Gizi harus mendapat perhatian khusus agar pasien yang menjalani perawatan terhindar dari makanan yang terkontaminasi. Kasus foodborne disease atau penyakit yang diakibatkan makanan masih menjadi masalah karena menyebabkan morbiditas bahkan mortalitas dan meningkat di negara berkembang dimana sekitar satu pertiga populasi terkena foodborne disease akibat mikroba setiap tahunnya. Penjamah makanan dapat menyebabkan kontaminasi pada makanan karena berkontak langsung dengan makanan.
Penjamah makanan dengan tingkat personal hygiene yang buruk berpotensi sebagai sumber infeksi mikroba patogen. Penjamah makanan yang carrier (pembawa kuman patogen) dan penjamah makanan yang terinfeksi enteropatogen berpotensi menularkan kepada masyarakat umum atau pasien di rumah sakit
2.2 Pengertian SML
Sistem Manajemen Lingkungan atau Environment Management System (EMS) merupakan bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang meliputi struktur organisasi, rencana kegiatan, tanggung jawab, latihan atau praktek, xxii prosedur, proses dan sumber daya untuk pengembangan, penerapan, evaluasi dan pemeliharaan kebijakan lingkungan. (ISO 14001, 1996)
Pada prinsipnya, ISO 14001 berisi syarat atau aturan komprehensif bagi suatu organisasi dalam mengembangkan sistem pengelolaan dampak lingkungan yang baik dan menyeimbangkan dengan kepentingan bisnis, sehingga upaya perbaikan kinerja yang dilakukan akan disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
Berbagai manfaat dapat diperoleh bila menerapkan ISO 14001, yang sekaligus dapat dianggap sebagai keuntungan dari manajemen lingkungan. Manfaat yang paling penting adalah perlindungan lingkungan. Dengan mengikuti persyaratan yang ada akan membantu pula dalam mematuhi peraturan perundang-undangan dan sistem manajemen yang efektif. Perbaikan lingkungan yang berkesinambungan mempunyai kesamaan konsep dengan manajemen lingkungan total. Hal tersebut menyajikan konsep xxiii bahwa sistem selalu bisa dikendalikan dan selalu ada cara yang lebih efektif dari segi biaya untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan lebih jauh selama ada indikator-indikator yang kreatif dalam perusahaan yang diperbolehkan menyatakan ide-ide mereka.
(Kuhre, 1996) Keuntungan ekonomi dapat diperoleh dari penerapan Sistem Manajemen Lingkungan. Keuntungan ini sebaiknya diidentifikasi agar dapat menunjukkan kepada pihak terkait, khususnya pemegang saham, nilai perusahaan yang memiliki manajemen lingkungan yang baik. Keuntungannya ini memberikan pula peluang perusahaan untuk mengaitkan tujuan dan sasaran lingkungan dengan hasil financial tertentu dan dengan demikian menjamin bahwa sumber daya akan dapat diperoleh dimana sumber daya ini memberikan keuntungan paling baik secara finansial maupun lingkungan.
2.3 Pengertian SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (Strength), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat) yang terjadi dalam proyek atau di sebuah usaha bisnis, atau mengevaluasi lini-lini produk sendiri maupun pesaing. Untuk melakukan analisis, ditentukan tujuan usaha atau mengidentifikasi objek yang akan dianalisis. Kekuatan dan kelemahan dikelompokkan ke dalam faktor internal, sedangkan peluang dan ancaman diidentifikasi sebagai faktor eksternal.
Menurut Pearce dan Robinson SWOT adalah singkatan dari kekuatan (Strength) dan kelemahan (weakness) intern perusahaan serta peluang (Opportunities) dan ancaman (threat) dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi faktor- faktor dan strategi yang menggambarkan kecocokan paling baik
diantara mereka. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan dan peluang meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila Freddy Rangkuty, Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis, 19. 14 diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang sangat besar atas rancangan suatu strategik yang berhasil.
Analisa ini secara logis dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan berkaitan dengan visi dan misi perusahaan serta tujuan perusahaan.
Sehingga analisis SWOT dapat digunakan sebagai alat efektif untuk menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhi perusahaan, sebagai proses pengambilan keputusan untuk menentukan strategi.
Faktor Faktor Analisis SWOT 1. Kekuatan (Strength)
Kekuatan merupakan sumber daya/kapabilitas yang dikendalikan oleh perusahaan atau tersedia bagi suatu perusahaan yang membuat perusahaan relatif lebih unggul dibanding dengan pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan yang dilayaninya. Kekuatan muncul dari sumber daya dan kompetensi yang tersedia bagi perusahaan. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dan pemasok dan faktor- faktor lain. Faktor- faktor kekuatan yang dimiliki perusahaan atau organisasi adalah kompetensi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilikan keunggulan komparatif 2 Pearce Robinson, Manajemen Strategik Formulasi, Implementasi dan Pengendalian, 229. 15 oleh unit usaha di pasaran. Dikatakan demikian karena satuan bisnis memiliki sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan merupakan keterbatasan/kekurangan dalam satu atau lebih sumber daya/ kapabilitas suatu perusahaan relatif terhadap pesaingnya, yang menjadi hambatan dalam memenuhi kebutuhan pelanggan secara efektif. Dalam praktek keterbatasan dan kelemahan -kelemahan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminati oleh konsumen atau calon pengguna dan tingkat
perolehan keuntungan yang kurang memadai. Kekuatan dan kelemahan internal merupakan aktivitas terkontrol suatu organisasi yang mampu dijalankan dengan sangat baik atau buruk.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan.
Kecenderungan utama merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi atas segmen pasar yang sebelumnya terlewatkan, perubahan dalam kondisi persaingan/regulasi, perubahan teknologi, dan membaiknya hubungan dengan pembeli/pemasok dapat menjadi peluang bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman merupakan penghalang utama bagi perusahaan dalam mencapai posisi saat ini atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lamban, meningkatnya kekuatan tawar menawar dari pembeli/pemasok utama, perubahan teknologi, dan direvisinya atau pembaharuan peraturan, dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan perusahaan. Faktor kekuatan dan kelemahan dalam suatu perusahaan, sedang peluang dan ancaman merupakan faktor- faktor lingkungan yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan.
Analisis SWOT merupakan instrumen yang ampuh dalam melakukan analisis strategi, keampuhan tersebut terletak pada kemampuan para 5 Sedarmayanti, Manajemen Strategi (Bandung: PT Refika Aditama, 2014), 109. 17 penentu strategi perusahaan untuk memaksimalkan peranan faktor kekuatan dan pemanfaatan peluang sehingga berperan sebagai alat untuk meminimalisasi kelemahan yang terdapat dalam tubuh perusahaan dan menekan dampak ancaman yang timbul dan harus dihadapi
2.4 Pengertian Makanan Minuman
Makanan dan minuman adalah zat yang dikonsumsi oleh manusia untuk mendapatkan nutrisi dan energi. Makanan dan minuman dapat berasal dari tanaman, hewan, atau bahan lain yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Makanan dan minuman dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan manusia, baik secara positif maupun negatif.
Makanan dan minuman juga memiliki citarasa khas yang berbeda-beda sesuai dengan budaya dan selera masyarakat.
2.5 Pengertian Hygiene Sanitasi
Hygiene adalah serangkaian praktik yang dilakukan untuk menjaga kebersihan diri sendiri.
Hygiene mencakup mencuci tangan, mandi, menggosok gigi, memotong rambut/kuku, dan perawatan kesehatan diri lainnya. Sanitasi adalah serangkaian praktik yang dilakukan untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Sanitasi mencakup membersihkan dan mendesinfeksi permukaan, menjaga kualitas air dan udara, pengolahan limbah, dan membuang sampah dengan benar. Menurut para ahli, hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi terhadap makanan, baik yang berasal dari bahan makanan, orang, tempat dan peralatan agar aman dikonsumsi.
Menurut para ahli, hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Upaya ini meliputi kebersihan produk makanan, individu, air, limbah, dan alat perlengkapan. Tujuannya adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dan minuman yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
2.6 Pengertian HAACCP
HACCP adalah singkatan dari Hazard Analysis and Critical Control Point. HACCP adalah metode sistematis berbasis sains yang digunakan untuk mengidentifikasi adanya potensi bahaya tertentu beserta pengendaliannya guna menjamin keamanan dari sebuah produk pangan. Sistem ini bertujuan untuk menjamin bahwa produk pangan tersebut sudah aman saat dikonsumsi.
Dalam penerapan sistemnya, HACCP meneliti bahan atau materi yang bisa mengancam atau merugikan keselamatan manusia. Analisis bahaya dilihat dari bahan baku yang digunakan, proses produksi atau pengolahan, manufaktur, penanganan, dan pemanfaatan bahan pangan lainnya. HACCP merupakan suatu piranti (sistem) yang digunakan untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan.
2.7 Penjamah Makanan
Penjamah makanan adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pembersihan, pengolahan, pengangkutan sampai penyajian (Permenkes RI, 2011). Dalam proses pengolahan makanan, peran dari penjamah makanan sangatlah besar. Penjamah makanan dalam melakukan pelayanan dan penanganan makanan harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan Kepmenkes No. 942/Menkes/SK/VII/2003, antara lain (Kementerian Kesehatan RI, 2003) :
1. Tidak menderita penyakit menular misalkan: batuk, pilek, influenza, diare, penyakit perut sejenisnya
2. Menutup luka (pada luka terbuka/bisul atau luka lainnya) 3. Menjaga kebersihan tangan, rambut, kuku, dan pakaian 4. Memakai celemek dan tutup kepala
5. Mencuci tangan setiap kali hendak menangani makanan
6. Menjamah makanan harus memakai alat/perlengkapan atau dengan sarung tangan
7. Tidak sambil merokok, menggaruk anggota badan (telinga, hidung, mulut atau bagian lainnya)
8. Tidak batuk atau bersin di hadapan makanan yang disajikan tanpa menutup mulut dan hidung.
Penjamah makanan yang menangani bahan makanan bisa saja menyebabkan kontaminasi mikrobiologis. Mikroorganisme yang hidup di dalam maupun pada tubuh manusia dapat menjadi penyebab penyakit yang ditularkan melalui makanan bisa terdapat pada kulit, hidung, mulut, saluran pencernaan, rambut, kuku, dan tangan. Selain itu, penjamah makanan juga dapat bertindak sebagai pembawa penyakit infeksi seperti, demam typhoid, hepatitis A, diare dan lain sebagainya (Sugiyono, 2010).
2.8 Rectal Swab
Rectal swab adalah pemeriksaan laboratorium untuk identifikasi patogen baik bakteri maupun kuman pada daerah rektum. Pemeriksaan ini berguna untuk mendiagnosis kondisi medis yang memiliki hubungan erat dengan saluran atau sistem pencernaan (gastrointestinal). Rectal swab dilakukan dengan mengambil apusan pada daerah rektum (kurang lebih 2-3 cm di atas lubang anus). Kuman-kuman patogen penyebab gastroenteritis dapat diisolasi dari swab rektum.
Dampak: keracunan makanan menular ke makanan. Gejala : demam, diare, dan kram perut selama 4-7 hari.
2.9 Dampak Penjamah Positif Dalam Pemeriksaan rectal Swab
Salmonella dan E. coli adalah bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan.
Penjamah makanan yang terjangkit bakteri ini dapat menularkan bakteri tersebut ke makanan yang disajikan. Infeksi Salmonella pada manusia bisa terjadi akibat mengonsumsi makanan atau air yang telah terkontaminasi tinja yang terinfeksi bakteri ini. Seseorang yang terinfeksi bakteri Salmonella dapat mengalami gejala berupa demam, diare, dan kram perut selama 4–7 hari.
Bakteri E. coli biasanya hidup di dalam usus besar dan dapat menyebabkan infeksi saluran kemih. Beberapa makanan yang umumnya bisa terkontaminasi dengan bakteri salmonella adalah sebagai berikut: feses bisa masuk ke dalam daging dan unggas mentah selama proses pemotongan. Sedangkan, makanan laut bisa terkontaminasi salmonella dari air yang terkontaminasi.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Gambaran Umum RSUD Kota Bandung 3.1.1 Sejarah RSUD Bandung
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung pada awalnya bernama Rumah Sakit Ujungberung adalah berasal dari Puskesmas dengan Tempat Perawatan (DPT) sampai pada bulan April tahun 1993 berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung Kelas D, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor. 928 Tahun 1992.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung terus berkembang disertai dengan hadirnya dokter-dokter spesialis yang tadinya hanya dua orang dokter spesialis yaitu dokter spesialis anak dan dokter spesialis kandungan kemudian seiring kedatangan dua orang dokter spesialis dalam dan spesialis bedah, serta datang dokter dokter spesialis lainnya sehingga Rumah Sakit ujungberung dianggap memenuhi persyaratan untuk ditingkatkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Ujungberung kelas C. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1373/Menkes/SK/XII/98.
Pada tahun 2000 tepatnya pada bulan Desember berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 tahun 2000, tentang status Kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tadinya kelembagaan sebagai UPT DKK menjadi Lembaga Teknis Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Tahun 2007 berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI Nomor:YM.01.10/III/1148/2007 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung mendapatkan Sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi Penuh untuk 5 (lima) Standar Pelayanan meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan dan Rekam medis.
Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor 16 Tahun 2007 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung, dan satu satunya rumah sakit umum milik Pemerintah Daerah Kota Bandung selain dua rumah sakit khusus yaitu Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut (RSKGM).
Tahun 2010 Terjadi perubahan Pengelolaan Keuangan rumah sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 445/Kep- 868-RSUD/2010 Tentang Penetapan RSUD Kota Bandung untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD. RSUD Kota Bandung tahun 2012, setelah mendapat akreditasi penuh tingkat dasar tahun 2007, kembali mendapatkan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi Penuh untuk 12 Pelayanan meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, K3RS, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Perinatal Resiko Tinggi, sesuai dengan Surat Keputusan KARS/398/II/2012 tanggal 14 Februari tahun 2012.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung terus meningkatkan kualitas pelayanan terhadap masyarakat kota Bandung dan sekitarnya sehingga RSUD Kota bandung telah mendapat sertifikat ISO 9001:2000/SNI 19-9001-2001 dengan Penerapan Sistem Mutu pada pelayanan kesehatan di Poliklinik THT, Poliklinik Mata dan Poliklinik Gigi dan Mulut disertai Instalasi dan Unit Penunjangnya Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bandung dalam meningkatkan dan secara konsisten tetap menjaga mutu kualitas pelayanan kesehatan dengan menerapkan sistem mutu ISO 9001- 2008 kembali RSUD Kota Bandung tersertifikasi SNI ISO 9001:2008 dengan sertifikat Quality System Certificate No. QMS/410 tahun 2012 khususnya pada Poliklinik Mata, Poliklinik THT dan Poliklinik Gigi dan Mulut disertai Instalasi dan Unit Penunjangnya.
3.1.2 Profil RSUD Kota Bandung 1. VISI
“Terwujudnya Pelayanan Rumah Sakit yang PRIMA (Profesional, Responsif, Integritas, Measurable, Akuntabel)”
2. MISI
- Mewujudkan pelayanan kesehatan berkualitas, terakreditas dan mengutamakan mutu dan keselamatan pasien.
- Mewujudkan kualitas sumberdaya pelayanan kesehatan dan integrasi pendidikan. 3) Terselenggaranya tata kelola rumah sakit yang profesional dan mandiri.
3. MOTTO
“Sehat Bersama Umum”
3.1.3 Kedudukan RSUD Kota Bandung
Kedudukan RSUD sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung No.16 tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1) Rumah Sakit Umum Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung di bidang pelayanan kesehatan.
2) Rumah Sakit Umum Daerah dipimpin oleh seorang Kepala dengan sebutan Direktur yang secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dan secara teknis operasional dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.
3.1.4 Tugas Pokok RSUD Kota Bandung
Tugas Pokok RSUD Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.16 tahun 2007 adalah melaksanakan upaya kesehatan di bidang pelayanan umum, upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
3.1.5 Fungsi RSUD Kota Bandung 1) Menyelenggarakan pelayanan umum;
2) Melaksanakan tugas teknis operasional bidang pelayanan umum yang meliputi keuangan, pelayanan medis dan keperawatan, penunjang medis serta program dan pemasaran;
3) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya Pelayanan RSUD Kota Bandung
1) Pelayanan Rawat Jalan/Poliklinik : 1. Spesialis Penyakit Dalam 2. Spesialis Anak
3. Spesialis Bedah Anak
4. Spesialis Kandungan & Kebidanan 5. Spesialis Bedah Umum
6. Spesialis Bedah Mulut 7. Spesialis Orthopedi 8. Spesialis Syaraf
9. Spesialis Bedah Syaraf
10. Spesialis THT 11. Spesialis Mata
12. Spesialis Kulit & Kelamin 13. Spesialis Orthodonti 14. Spesialis Jantung
15. Spesialis Urologi/Perkemihan 16. Spesialis Kesehatan Jiwa 17. Poliklinik EEG
18. Poli Akupuntur 19. Klinik Umum
20. Klinik Gigi Dan Mulut
21. Klinik VCT & CST (HIV/AIDS) 22. Pelayanan Konsultasi Gizi 23. Pelayanan DOTS
24. Pelayanan Konseling/Informasi Obat (PIO) 2) Pelayanan Rawat Inap :
1. Ruang Perawatan VVIP,VIP, Kelas I (Anggrek A) 2. Ruang Perawatan Kelas I dan Kelas II (Anggrek B) 3. Ruang perawatan Mawar
4. Ruang Perawatan Sakura 5. Ruang perawatan Aster
6. Ruang Perawatan Flamboyan 80
7. Ruang Perawatan Melati 8. Ruang Perawatan Tulip 3) Pelayanan Penunjang Diagnostik :
1. Instalasi Radiologi 2. Instalasi Pathologi Klinik 3. Instalasi Pathologi Klinik 4) Pelayanan Lain :
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 2. Instalasi Farmasi
3. Instalasi Care Unit (ICU)
4. Instalasi Kamar Bedah Sentral 5. Instalasi Rehabilitasi Medik 6. Instalasi Gizi
7. Instalasi Laundry
8. Instalasi MCU (Medical Check Up) 9. Unit Hemodialisa (Cuci Darah)
10. Neonatal Intensive Care Unit (NICU) 11. Perinatal Intensive Care Unit (PICU) 12. KESLING
13. IPSRS 14. Diklat 15. Bank Darah 16. CSSD
17. Instalasi Kamar Jenazah 18. Ambulance
3.1.5 Struktur Organisasi RSUD Kota Bandung ( Lampiran )
3.1.6 Struktur Organisasi Sanitasi Lingkungan RSUD Kota Bandung ( Lampiran ) 3.2 Hasil pemeriksaan rectal swab
Tabel 1.1 Hasil Pengujian Kualitas Penjamah
No Nama Responden Parameter Baku Mutu Hasil Pengujian 1. Ibu Yeti (Responden 1) Salmonella Negatif Positif
Shigella Negatif Positif 2. Ibu Nova
(Responden 2)
Salmonella Negatif Positif Shigella Negatif Positif Sumber : Data Sekunder Maret 2022
3.3 Program SWOT SML
Dalam kasus penjamah makanan yang positif terkena bakteri salmonella dan shigella. menjadi perhatian atau pertimbangan khusus. dibuatkan inovasi baru untuk mencegah terjadinya hal sama. kesehatan penjamah makanan sangat berpengaruh terhadap makanan yang akan di berikan kepada pasien di rumah sakit.
3.4 Inovasi atau Program yang buat diantara lain:
1. Pemeriksaan Higiene dan Uji Rectal Penjamah makanan yang dilakukan secara serentak dalam kurun waktu 1 bulan namun di hari yang berbeda
Analisis swot:
a. Kekuatan (Strength)
1. Memperoleh hasil dengan waktu yang sama dan cepat
2. Pemeriksaan serentak dapat meningkatkan efisiensi dalam proses pemeriksaan dan pengujian kualitas penjamah makanan, menghemat waktu dan sumber daya manusia.
3. Dengan pemeriksaan serentak, masalah dalam rantai pasokan makanan dapat diidentifikasi dan diatasi dengan lebih cepat, mengurangi risiko wabah penyakit.
b. Kelemahan (Weakness)
1. tingginya biaya yang dibutuhkan dalam waktu yang sama 2. dengan dilakukan serentak akan banyak pegawai yang
3. Tidak bisa menentukan waktu karena bekerja sama dengan pihak ke 3 c. Peluang (Opportunity)
1. Inovasi pemeriksaan kualitas penjamah makanan dapat meningkatkan tingkat keamanan pangan, yang akan meningkatkan kepercayaan konsumen.
2. Dalam banyak negara, regulasi keamanan pangan semakin ketat. Inovasi ini dapat membantu organisasi memperketat peraturan dengan lebih baik.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung pada awalnya bernama Rumah Sakit Ujungberung adalah berasal dari Puskesmas dengan Tempat Perawatan (DPT) sampai pada bulan April tahun 1993 berubah menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung Kelas D, berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Bandung Nomor.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ujungberung terus berkembang disertai dengan hadirnya dokter-dokter spesialis yang tadinya hanya dua orang dokter spesialis yaitu dokter spesialis anak dan dokter spesialis kandungan kemudian seiring kedatangan dua orang dokter spesialis dalam dan spesialis bedah, serta datang dokter dokter spesialis lainnya sehingga Rumah Sakit ujungberung dianggap memenuhi persyaratan untuk ditingkatkan kelasnya menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Ujungberung kelas C.
Pada tahun 2000 tepatnya pada bulan Desember berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 10 tahun 2000, tentang status Kelembagaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tadinya kelembagaan sebagai UPT DKK menjadi Lembaga Teknis Daerah yang bertanggung jawab langsung kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.
Tahun 2010 Terjadi perubahan Pengelolaan Keuangan rumah sakit menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) berdasarkan Keputusan Walikota Bandung Nomor : 445/Kep-868-RSUD/2010 Tentang Penetapan RSUD Kota Bandung untuk Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD. RSUD Kota Bandung tahun 2012, setelah mendapat akreditasi penuh tingkat dasar tahun 2007, kembali mendapatkan sertifikat Akreditasi Rumah Sakit dengan Status Akreditasi Penuh untuk 12 Pelayanan meliputi : Administrasi Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Rekam Medis, Farmasi, K3RS, Radiologi, Laboratorium, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Perinatal Resiko Tinggi, sesuai dengan Surat Keputusan KARS/398/II/2012 tanggal 14 Februari tahun 2012.
Kedudukan RSUD sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Bandung No.16 tahun 2007 adalah sebagai berikut :
1) Rumah Sakit Umum Daerah adalah Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung di bidang pelayanan kesehatan.
2) Rumah Sakit Umum Daerah dipimpin oleh seorang Kepala dengan sebutan Direktur yang secara teknis fungsional bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah dan secara teknis operasional dikoordinasikan dengan Dinas Kesehatan.Tugas Pokok RSUD Kota Bandung berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung No.16 tahun 2007 adalah melaksanakan upaya kesehatan di bidang pelayanan umum, upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan, pemulihan yang dilaksanakan secara serasi terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya rujukan.
4.2 Saran
Semoga Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bandung tetap mempertahankan yang baiknya dan segera mengganti atau memperbaiki yang seharusnya di perbaiki, dan diharapkan pembaca dapat memahami yang telah disampaikan.
DAFTAR PUSTAKA