• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan bacaan buku : “Pengantar Ibadah Kristen”

N/A
N/A
Adrian Tibrena

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan bacaan buku : “Pengantar Ibadah Kristen”"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan bacaan buku : “Pengantar Ibadah Kristen”

LITURGI

Yang diajarkan oleh : Leniwan Darmawati Gea, M.Pd

Oleh : Feri Nim : 1081.19

Sekolah Tinggi Teologia “Abdi Tuhan Injili” (STT ATI) Anjongan, November 2020

(2)

Nama Buku : Pengantar Ibadah Kristen Penulis : James F. White

Penerbit : PT BPK Gunung Mulia, Jl. Kwitang 22-23, Jakarta 10420, cetakan ke-8:

2017

APA ARTI “IBADAH KRISTEN”?

Pertama, “ibadah” itu sendiri adalah suatu kata yang sangat sulit untuk dirumuskan.

Apa yang membedakan ibadah dari kegiatan-kegiatan manusia lainnya, khusunya dari kegiatan-kegiatan yang dianggap penting karena sering diulang kembali? Mengapa ibadah merupakan suatu tipe kegiatan yang berbeda dari pekerjaan-pekerjaan sehari-hari atau dari kegiatan yang bersifat kebiasaan lainnya? Lebih spesifik, bagaimana ibadah itu berbeda dari kegiatan-kegiatan yang diulang-ulang lainnya dalam komunitas Kristen itu sendiri?

Dan kedua, sekali kita telah membentuk pemikiran kita tentang apa yang kita artikan dengan “Ibadah”, bagaimana kita menentukan apa yang membuat ibadah tersebut “Kristen”?

kebudayaan kita penuh dengan berbagai tipe ibadah lainnya. Banyak praktik peribadahan yang jelas bukan Kristen. Apa tanda khas yang membuat suatu ibadah itu “Kristen”?

berkaitan dengan hal itu, apakah semua ibadah yang ditawarkan oleh komunitas Kristen itu selalu “Kristen”?

Dalam buku ini kita akan melihat apa yang dimaksud dengan “Ibadah Kristen”.

Penulis akan menggali tiga metode pengklarifikasian atas apa yang kita maksud dengan

“ibadah Kristen”. Pendekatan yang paling memadai adalah metode Fenomenologis. Metode inilah yang benar-benar menyatakan dan memperjelas apa yang biasanya dilakuka orang- orang Kristen kalau mereka berkumpul bersama untuk beribadah. Kedua, adalah membantu untuk mengali beberapa definisi dari abstraksi yang lebih luas, yang telah digunakan para pemikir Kristen dalam menyatakan apa yang mereka maksudkan dengan ibadah Kristen itu.

Metode ketiga akan memeriksa beberapa kata kunci yang paling sering dipilih oleh orang- orang Kristen (dalam berbagai bahasa) untuk menyatakan apa yang mereka alami sebagai ibadah. Ketiga, metode ini akan memaksa kita untuk merefleksikan apa yang kita maksudkan kalau kita berbicara tentang “ibadah Kristen”. Kemudian, sebelum kita menyetujui definisi- difinisi yang jelas, kita harus juga mempertimbangkan beberapa factor yang menyumbangkan, baik keanekaragaman maupun hal-hal yang selalu ada pada ibadah Kristen.

(3)

Fenomena Ibadah Kristen

Disini kita akan mengamati/melihat apa sebabnya orang-orang Kristen ketika mereka berkumpul bersama-sama. Perkumpulan orang Kristen adalah suatu bentuk persekutuan antar sesama yang akan disebut “ibadah Kristen”. Namun untuk kepentingan kita saat ini, satu hal yang dapat kita katakan mengenai ibadah Kristen adalah ibadah Kristen merupakan sejenis ibadah yang sangat kuat berlandaskan pada pengaturan waktu untuk membantu ibadah tersebut dalam memenuhi maksudnya. Ibadah Kristen akan berlangsung dengan sebuah bentuk dasar yang dipakainya, serta memberikan definisi sebaik mungkin.

Dalam ibadah orang Kristen ada yang namanya definisi-difinisi. Dimana ketentuan yang akan dilakukan mengaitkan sebuah bahasa yang digunakan orang-orang Kristen. Bahasa ialah kata kunci yang telah dipilih oleh komunitas orang Kristen, yang dipakai ketika berbicara tentang ibadahnya. Sering kata-kata itu dipilih sebagai alat terbaik dari antara yang buruk (tidak memadai), untuk mengekpresikan apa yang dialami oleh komunitas yang berkumpul itu dalam ibadak mereka.

BAHASA WAKTU

Penanggalan atau kalender adalah dasar sebagian besar ibadah Kristen kecuali bagi ritus-ritus perjalanan kehidupan atau peralihan yang tidak rutin. Sentralitas waktu dalam ibadah Kristen mengatakan kepada kita sesuatu yang luar biasa, baik tentang kekristenan itu sendiri maupun tentang ibadah Kristen. Sentralitas waktu mengungkapkan bahwa kekristenan adalah agama yang memperhitungkan waktu secara serius. Waktu juga merupakan bahasa komunikasi dalam kehidupan kita sehari-hari. Waktu adalah bentuk komunikasi yang digunakan dengan arti-arti yang secara signifikan berbeda dalam berbagai kebudayaan yang berbeda. Ciri kita memanfaatkan waktu merupakan indikasi baik akan pertimbangan kita tentang hal yang paling penting dalam kehidupan ini. Hal yang sama berlaku pula bagi gereja.

Gereja memperlihatkan apa yang paling penting bagi kehidupannya sendiri dengan cara gereja mengelola waktu. Hari minggu adalah hari ibadah bagi orang-orang Kristen tetapi belum berarti hari istirahat. Minggu telah semakin terbentuk menjadi struktur waktu ibadah gereja perdana. Hari minggu telah menonjol dari hari-hari lain sebagai perayaan peringatan kebaktian secara mingguan. Dalam gereja perdana, hari minggu juga memperingati penderitaan dan kematian Tuhan. Namun, diatas semua yang lain, hari itu adalah hari yang didalamnya juruselamat mati dari kematian.

(4)

BAHASA RUANG

Tidak mengejutkan kalau agama yang ajaran fundamentalnya adalah inkarnasi harus memperhitungkan ruang secara serius dalam ibadahnya. Komunitas Kristen manapun membutuhkan tempat untuk menyembah yang berinkarnasi itu. Tempat dapat dimana saja tetapi harus merupakan tempat yang direncanakan sedemikian rupa sehingga tubuh Kristus (jemaat) itu mengetahui dimana untuk berkumpul. Para misionaris awal dikepulauan Inggris secara sederhana memasang sebuah salib pada sebatang tiang untuk menentukan tempat guna beribadah. Akhirnya, tempat-tempat seperti itu dipasang atab dan dinding serta ruang-ruang itu dinaungi demi kenyamanan dan kelegaan orang-orang yang beribadah. Seni mengatur ruang itu kita sebut “arsitektur”. Sekarang, kita terbiasa dengan penggunaan arsitektur Kristen sehingga, dalam banyak bahasa, kata “gereja” merujuk ke bangunan, sama seperti merunjuk ke persekutuan orang-orang percaya.

DOA UMUM HARIAN

Pengetahuan kita tentang ibadah harian orang-orang Kristen perdana sangat sedikit.

Tampaknya, sejumlah kebiasaan Yahudi dalam menetapkan doa-doa tertentu pada waktu- waktu yang tetap mempunyai daya tarik kuat. Jumlah yang tepat selama satu hari untuk berdoa menjadi perhatian banyak penulis Kristen perdana meskipun Clement dari Aleksandria merasa bahwa orang Kristen yang benar “berdoa sepanjang seluruh kehidupannya”. Orang harus melihat doa umum harian berdasarkan totalitas kehidupan Kristen untuk melihat hal signifikan dan khas tentangnya. Doa umum harian mempunyai focus berbeda dan lebih bersifat pribadi, yaitu tanggapan kita dalam memuji Allah di tengah- tengah kehidupan sehari-hari. Doa ini tidak hanya merupakan tanggapan terhadap firman dan sakramen-sakramen tetapi terhadap keseluruhan pengalaman sehari-hari, matahari yang merekah, pertengkaran dalam keluarga,kebosanan kerja. Jadi, doa adalah bagian utuh ucapan- ucapan kita kepada Allah.

(5)

PELAYANAN FIRMAN

Kita memulai diskusi kita tentang pelayanan firman dengan sekilas memandang ibadah sinagoge Yahudi. Ibadah sinagoge Yahudi dan mentalitasnya mendasari pelayanan firman Kristen. Dengan demikian, ibadah menjadi sarana mengajar dan menyampaikan ingatan-ingatan persekutuan dari suatu umat yang dengannya Allah telah membuat perjanjian. Yang mendasar bagi pelayanan firman adalah mendengarkan dan menaggapi firman Allah, yang disampaikan dan diekpresikan melalui ucapan manusia. Yang paling utama, Allah berbicara kepada kita melalui pembacaan dan khotbah, dibacakan dan dikhotbahkan oleh manusia. Penjelasan yang sangat bagus tentang pelayanan firman itu adalah “ibadah Alkitab”. Pembacaan kitab suci; apakah dilakukan secara selektif ataupun berurutan; bersifat mendasar. Menyampaikan ingatan-ingatan persekutuan yang diceritakan didalam KItab Suci bersifat penting bagi ibadah ini.

INISIASI KRISTEN

Perubahan-perubahan dalam praktik inisiasi yang terjadi dewasa ini hanya merupakan bab-bab terakhir dari suatu sejarah perkembangan panjang. Kepercayaan Yahudi bahwa yang material dapat mempengaruhi yang spiritual adalah sentral sakramen-sakramen ini.

Pendahulu inisiasi yang paling mencolok dalam agama Yahudi adalah penyunatan, tindakan berupa tanda yang menepatkan kaum laki-laki dalam hubungan perjanjian antara Israel dan Allah. Perjanjian baru menjadi saksi bahwa inisiasi bersifat menarik dan kompleks. Inisiasi juga mencakup kelahiran baru. Sangat erat terkait pada persatuan dengan Kristus dalam kematian dan kebangkitan serta ke penggabungan tubuh baru, gereja, gambaran tentang kelahiran baru muncul dalam percakapan Yesus dengan Nicodemus:”…jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk kedalam kerajaan Allah” (Yoh. 3:5).

Kesaksian terpenting dalam laporan-laporan Perjanjian Baru ialah bahwa inisiasi jauh lebih mendalam ketimbang penafsiran tunggal apapun tentangnya.

EKARISTI

(6)

Ekaristi adalah struktur paling khas ibadah Kristen. Ekaristi juga merupakan bentuk yang paling luas digunakan orang-orang Kristen, dirayakan secara harian dan mingguan dalam ribuan jemaat dan komunitas diseluruh dunia. Sama seperti inisiasi, orang-orang Kristen telah memahami ekaristi dalam berbagai cara. Memang, mengurangi pengalaman ekaristi orang-orag Kristen kedalam penafsiran tunggal akan menghilangkan banyak kekuatan ekaristi meskipun reduksionisme sedemikian itu sulit ditolak. Ekaristi sebagai tempat karya Roh Kudus tidak disebut secara eksplisit dalam Kitab Suci namun muncul dalam literatur Kristen mula-mula. Karya Roh Kudus itu diekpresikan oleh Hippolytus, yang, dalam doa ekaristinya, mengundang Bapa mengirim Roh Kudus pada persembahan korban gereja kudus dan mengisi mereka yang berkumpul supaya menguatkan iman mereka dalam kebenaran.

PERJALANAN DAN PERALIHAN

Perjalanan melalui kehidupan ini, bagi semua orang Kristen, melibatkan pelanggaran- pelanggaran melawan apa yang kita kenal sebagai kehendak Allah. Menurut definisi, semua orang Kristen adalah orang-orang berdosa, dan mereka mengetahuinya. Ibadah Kristen memberikan cara-cara untuk menghadapi aspek kondisi kita, khususnya ketika beban dosa menjadi tidak dapat ditolerir lagi. Bagi orang-orang Kristen, tidak ada peralihan yang murni pribadi, tetapi lebih merupakan pusat perhatian yang didalamnya keseluruhan komunitas Kristen ikut berbagi.

Pelayanan Kepada Orang Sakit

Pelayanan gereja kepada orang sakit melibatkan berbagai tindakan kultus selama berabad-abad. Semua ini mencakup mulai dari doa sederhana disisi tempat tidur sampai pada pelayanan ibadah penyembuhan yang bersifat publik. Bagian paling mencolok dari bagian tersebut tentu saja adalah pengaitan penyembuhan fisik dengan pengampunan dosa.

Pernikahan Kristen

Meskipun Perjanjian Baru sering menggambarkan pernikahan, tetapi tidak mengatakan apa pun kepada kita tentang pernikahan Kristen. Kita mengetahui cerita tentang pesta pernikahan Yahudi yang dihadiri Yesus di Kana (Yoh. 2:1-11), ketik terjadi

“Kemuliaan-Nya”, tetapi semua yang kita pelajari adalah bahwa hal itu bukan peristiwa syahdu dan tenang-tenang saja. Dua bagian Perjanjian Baru menjadi menonjol dalam

(7)

pemikiran gereja tentang pernikahan: kata-kata Yesus yang berkaitan dengan pernikahan yang tidak dapat dibatalkan (Mat. 19:9 dan 5:32) serta Efesus 5:22-23.

Referensi

Dokumen terkait