• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS BESAR SI-3132 DRAINASE

N/A
N/A
I2I2IOO93@AHMAD FAISAL RAMADHAN

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN TUGAS BESAR SI-3132 DRAINASE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

SI-3132 DRAINASE

Diajukan sebagai salah satu syarat kelulusan Mata Kuliah Drainase

Disusun Oleh Kelompok 12:

Pandapotan Maruli Tua Simanjuntak (121210085)

Rizki Adithya Wibowo (121210088)

Apriliyanis Wardhani (121210108)

KELOMPOK KEAHLIAN REKAYASA SUMBER DAYA AIR PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTRUKTUR

DAN KEWILAYAHAN

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA

2023

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Drainase dapat diartikan sebagai pembuangan massa air secara alami atau buatan dari permukaan atau bawah permukaan dari suatu tempat. Pembuangan ini dapat dilakukan dengan mengalirkan, menguras, membuang, atau mengalihkan air.

Drainase adalah fasilitas umum yang mana dirancang sebagai sistem, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota khususnya di bidang infrastruktur. Kemajuan sebuah kota dapat dinilai dari kondisi sistem drainasenya. Kota dengan sistem drainase yang baik dan tertata akan tampak indah, bisa terhindar dari banjir, dan maju. Sebaliknya, kota dengan sistem drainase yang buruk akan dinilai kotor, jorok, kumuh, dan terbelakang.

Bila suatu daerah semakin maju, maka daerah tersebut akan semakin kekurangan akan lahan kosong untuk meresapkan air secara alami karena permukaan tanah tertutup oleh beton dan aspal, hal ini akan menambah kelebihan air yang akan menyebabkan daerah tersebut tergenang oleh air. Dalam merencanakan saluran drainase harus memperhatikan tata guna lahan daerah tangkapan air (catchment area) saluran drainase yang bertujuan menjaga ruas jalan agar tetap kering walaupun terjadi genangan air, sehingga air yang ada di permukaan jalan tetap terkontrol dan tidak mengganggu pengguna yang melintasi jalan.

Dari permasalahan di atas maka dibutuhkan suatu sistem drainase yang baik dan sesuai dengan standar perencanaan sehingga dapat mengantisipasi kemungkinan- kemungkinan yang terjadi seperti genangan air atau banjir, yang mana akibat dari genangan air tersebut dapat menimbulkan kerusakan dari fungsi jalan, menyebabkan penyakit dan akan membuat daerah sekitarnya akan kelihatan kumuh. Selain karena permasalahan lahan genangan dan banjir ini juga disebabkan oleh sikap masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan

(3)

penyempitan dan pendangkalan pada saluran yang mengakibatkan tidak bisa mengalirkan kelebihan air dalam saluran yang membuatnya tidak lancar.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada tugas besar Drainase ini sebagai berikut:

1. Bagaimana cara menganalisis dan mengetahui distribusi curah hujan dengan metode Thiessen dan aljabar?

2. Bagaimana cara menganalisis dan menghitung frekuensi untuk data curah hujan?

3. Bagaimana menghitung intensitas curah hujan serta debit rencana?

4. Bagaimana cara merencanakan drainase sesuai dengan standar yang berlaku?

5. Bagaimana perhitungan dengan analisis hidraulika?

1.3. Manfaat

Adapun tujuan dari tugas besar Drainase kali ini sebagai berikut:

1. Dapat mengolah peta kontur, peta tata guna lahan, dan data administrasi jalan.

2. Dapat menganalisis serta menghitung distribusi curah hujan dengan metode Thiessen dan aljabar.

3. Mampu menghitung debit rencana.

4. Mampu merencanakan drainase sesuai dengan standar yang berlaku.

5. Dapat melakukan perhitungan dengan analisis hidraulika.

1.4. Batasan Masalah

Adapun ruang lingkup tugas besar Drainase kali ini yaitu hanya sebatas membahas analisis hidrologi, analisis hidraulika, serta membuat Detail Engineering Design (DED), yang mana gambar DED terlampir adalah long section, cross section, detail saluran, dan box culvert (apabila diperlukan).

(4)

1.5. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan tugas besar Drainase ini sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, serta sistematika penulisan pada laporan ini.

2. BAB II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini berisi tentang teori-teori dasar yang digunakan..

3. BAB III METODOLOGI

Metodologi berisi data-data yang digunakan dalam pengerjaan tugas besar ini, seperti lokasi, peta topografi, dan diagram alir.

4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini berisi perhitungan yang dihasilkan dari pengerjaan tugas besar ini disertai dengan analisis yang diperoleh.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian ini berisi kesimpulan serta saran terkait pengerjaan tugas besar ini.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Drainase

Kata drainase sebagai kata benda adalah susunan atau sistem saluran untuk mengalirkan aliran permukaan akibat hujan. Drainase berasal dari kata “drainage

yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari bagaimana usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu agar tidak terjadi penggenangan air. Dalam bidang ilmu teknik sipil, drainase adalah suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan air yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu kawasan atau lahan, sehingga fungsi kawasan atau lahan tidak terganggu (Burhanudin, 2011).

2.2. Jenis-Jenis Saluran Drainase

Jenis - jenis drainase dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Drainase Menurut Sejarah Terbentuknya

Drainase dapat ditinjau berdasarkan menurut sejarah terbentuknya, dapat dikelompokkan menjadi:

a.

Drainase alamiah (natural drainage)

Drainase yang terbentuk secara alami dan tidak terdapat bangunan- bangunan penunjang, saluran ini terbentuk oleh gerusan air yang bergerak karena gravitasi yang lambat laun membentuk jalan air yang permanen seperti sungai. Daerah-daerah dengan drainase alamiah yang relatif bagus akan membutuhkan perlindungan yang lebih sedikit daripada daerah- daerah rendah yang tertindak sebagai kolam penampung bagi aliran dari daerah anak-anak sungai yang luas.

b. Drainase buatan (artificial drainage)

(6)

Drainase yang dibuat dengan maksud dan tujuan tertentu sehingga memerlukan bangunan-bangunan khusus seperti selokan pasangan batu, gorong-gorong, dan pipa-pipa.

Gambar 2.1. Drainase Buatan 2. Drainase Menurut Letak Bangunannya

Jenis drainase ini ditinjau berdasarkan dari tata letak bangunannya dan dapat dikelompokkan menjadi:

a.

Drainase permukaan tanah (surface drainage)

Saluran drainase yang berada di atas permukaan tanah yang berfungsi untuk mengalirkan air limpasan permukaan. Analisis alirannya merupakan analisis open channel flow (aliran saluran terbuka).

b.

Drainase bawah permukaan tanah (Subsurface Drainage)

Saluran drainase yang bertujuan untuk mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah (pipa-pipa) dikarenakan alasanalasan tertentu. Ini karena alasan tuntutan artistik, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran dipermukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, dan taman.

3. Drainase Menurut Konstruksinya

Jenis drainase ini ditinjau berdasarkan dari konstruksinya dan dapat dikelompokkan menjadi:

a.

Saluran terbuka

Saluran yang lebih cocok untuk drainase air hujan yang terletak di daerah yang mempunyai luasan yang cukup, ataupun untuk drainase air non-hujan yang tidak membahayakan kesehatan atau mengganggu lingkungan.

(7)

Gambar 2.2. Saluran Terbuka

b.

Saluran tertutup

Saluran yang pada umumnya sering di pakai untuk aliran air kotor (air yang mengganggu kesehatan atau lingkungan) atau untuk saluran yang terletak di tengah kota.

Gambar 2.3. Saluran Tertutup 4. Drainase menurut sistem buangannya

Pada sistem pengumpulan air buangan sesuai dengan fungsinya maka pemilihan sistem buangan dibedakan menjadi:

a. Sistem terpisah (separate system)

Dimana air kotor dan air hujan dilayani oleh sistem saluran masing-masing secara terpisah.

b. Sistem tercampur (combined system)

Dimana air kotor dan air hujan disalurkan melalui satu saluran yang sama.

c. Sistem kombinasi (pscudo separate system)

Yaitu perpaduan antara saluran air buangan dan saluran air hujan dimana pada waktu musim hujan air buangan dan air hujan tercampur dalam saluran air buangan, sedangkan air hujan berfungsi sebagai pengenceran penggelontor .kedua saluran ini tidak bersatu tetapi dihubungkan dengan sistem perpipaaan interceptor.

(8)

2.3. Pola Jaringan Drainase

Jaringan drainase adalah saluran-saluran drainase yang saling berhubungan membentuk suatu jaringan saluran drainase dan pola tersebut dibedakan menjadi:

1. Jaringan drainase siku

Dibuat di daerah yang mempunyai topografi sedikit lebih tinggi dari sungai.

Sungai sebagai saluran pembuang akhir berada akhir berada di tengah kota.

Gambar 2.4. Pola Drainase Jaringan Siku 2. Jaringan drainase paralel

Jaringan yang memiliki saluran utama sejajar dengan saluran cabangnya.

Biasanya memiliki jumlah cabang yang cukup banyak dan pendek-pendek.

Apabila terjadi perkembangan kota, saluran akan menyesuaikan.

Gambar 2.5. Jaringan Drainase Paralel 3. Jaringan drainase grid iron

Jaringan ini diperuntukkan untuk daerah pinggir kota dengan skema pengumpulan pada drainase cabang sebelum masuk kedalam saluran utama.

(9)

Gambar 2.6. Jaringan Drainase Grid Iron 4. Jaringan drainase radial

Jaringan ini memiliki pola menyebarkan aliran pada pusat saluran menuju luar ke berbagai arah.

Gambar 2.7. Jaringan Drainase Radial 5. Jaringan drainase alami

Sama seperti jaringan drainase siku, hanya saja pada pola alamiah ini beban sungainya lebih besar. Dimana sungai sebagai saluran utama berada di tengah kota namun jaringan saluran cabang tidak selalu berbentuk siku terhadap saluran utama.

Gambar 2.8. Jaringan Drainase Alamiah

(10)

6. Jaringan drainase jarring-jaring

Jaringan ini mempunyai saluran-saluran pembuangan mengikuti arah jalan raya. Jaringan ini sangat cocok untuk daerah dengan topografi datar.

Gambar 2.9. Jaringan Drainase Jaring – Jaring

a.

Saluran utama merupakan saluran yang berfungsi sebagai pembawa air buangan dari suatu daerah ke lokasi pembuangan tanpa harus membahayakan daerah yang dilaluinya.

b.

Saluran cabang merupakan saluran yang berfungsi sebagai pengumpul debit yang diperolah dari saluran drainase yang lebih kecil dan akhirnya dibuang ke saluran utama[ CITATION Sat20 \l 1033 ].

2.4. Curah Hujan Wilayah

Curah hujan (mm) merupakan ketinggian air hujan yang jatuh pada tempat yang datar dengan asumsi tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) mm adalah air hujan setinggi 1 (satu) mm yang jatuh (tertampung) pada tempat yang datar seluas 1 m2 dengan asumsi tidak ada yang menguap, mengalir dan meresap. Curah hujan 1 (satu) milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar, tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Satuan curah hujan selalu dinyatakan dalam satuan milimeter atau inchi namun untuk di Indonesia satuan curah hujan yang digunakan adalah dalam satuan milimeter (mm). Kepulauan Maritim Indonesia yang berada di wilayah tropis memiliki curah hujan tahunan yang tinggi, curah hujan semakin tinggi di daerah pegunungan. Curah hujan yang tinggi di wilayah tropik pada umumnya dihasilkan dari proses konveksi dan pembentukan awan hujan panas. Pada dasarnya curah

(11)

atas, atmosfer harus dalam kondisi tidak stabil. Kondisi tidak stabil terjadi jika udara yang naik lembab dan lapse rate udara lingkungannya berada antara lapse rate adiabatik kering dan lapse rate adiabatik jenuh[ CITATION Mul14 \l 1033 ].

2.5. Analisis Hidrologi

Data hidrologi merupakan kumpulan keterangan atau fakta mengenai fenomena hidrologi. Data hidrologi merupakan bahan informasi yang sangat penting dalam pelaksanaan inventarisasi potensi sumber-sumber air, pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber air yang tepat dan rehabilitasi sumber-sumber alam seperti air, tanah dan hutan yang telah rusak. Fenomena hidrologi seperti besarnya: curah hujan, temperatur, penguapan, lama penyinaran matahari, kecepatan angin, debit sungai, tinggi muka air sungai, kecepatan aliran dan konsentrasi sedimen sungai akan selalu berubah menurut waktu. Dengan demikian suatu nilai dari sebuah data hidrologi itu hanya dapat terjadi lagi pada waktu yang berlainan sesuai dengan fenomena pada saat pengukuran nilai itu dilaksanakan.

Secara umum analisis hidrologi merupakan satu bagian analisis awal dalam perancangan bangunan-bangunan hidraulik. Pengertian yang terkandung di dalamnya adalah bahwa informasi dan besaran-besaran yang diperoleh dalam analisis hidrologi merupakan masukan penting dalam analisis selanjutnya.

Bangunan hidraulik dalam bidang teknik sipil dapat berupa gorong-gorong, bendung, bangunan pelimpah, tanggul penahan banjir, dan sebagainya. Ukuran dan karakter bangunan-bangunan tersebut sangat tergantung dari tujuan pembangunan dan informasi yang diperoleh dari analisis hidrologi. Sebelum informasi yang jelas tentang sifat-sifat dan besaran hidrologi diketahui, hampir tidak mungkin dilakukan analisis untuk menetapkan berbagai sifat dan besaran hidrauliknya. Demikian juga pada dasarnya bangunanbangunan tersebut harus dirancang berdasarkan suatu standar perancangan yang benar sehingga diharapkan akan dapat menghasilkan rancangan yang memuaskan.

(12)

Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut:

1. Menentukan Daerah Aliran Sungai (DAS) beserta luasnya.

2. Menentukan luas pengaruh daerah stasiun-stasiun hujan.

3. Menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata DAS dari data curah hujan yang ada.

4. Menganalisis curah hujan rencana dengan periode ulang T tahun.

5. Menghitung debit banjir rencana berdasarkan besarnya curah hujan rencana diatas pada periode ulang T tahun.

6. Membandingkan antara debit air yang tersedia dengan kapasitas penampang.

2.6. Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang jatuh terjauh pada permukaan tanah dalam Daerah Tangkapan Air (DTA) ke saluran terdekat (to) dan ditambah waktu untuk mengalir sampai di suatu titik di saluran drainase yang ditinjau (td). Selain itu, waktu konsentrasi juga dapat diartikan jumlah waktu pengaliran di permukaan yang diperlukan air untuk mencapai debit maksimum dari titik saluran yang terjauh sampai titik yang ditinjau. Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus Kirpich atau lainnya.

2.7. Intensitas Hujan

Untuk dapat menentukan debit banjir rencana, perlu diperoleh harga satuan Intensitas Hujan. Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan yang dinyatakan dalam tingginya intsensitas hujan atau volume hujan tiap satuan waktu, yang terjadi pada satu kurun waktu air hujan terkonsentrasi (Wesli, 2008).

Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya (Juleha, 2016).

Intensitas curah hujan yang tinggi umumnya berlangsung dengan durasi pendek sedangkan hujan yang meliputi daerah luas biasanya intensitasnya rendah, namun dapat berlangsung dengan durasi yang panjang. Untuk menghitung intensitas curah hujan, dapat digunakan beberapa rumus empiris sebagai berikut (Soemarto, 1999):

(13)

I = R24

24

(

24t

)

23 (2.1.)

Keterangan:

I = Intensitas hujan (mm/jam)

R24 = Curah hujan maksimum harian (mm)

T = Lamanya hujan (jam)

2.8. Tata Guna Lahan

Tata guna lahan adalah sebuah pemanfaatan lahan dan penataan lahan yang dilakukan sesuai dengan kodisi eksisting alam. Perencanaan Tata Guna lahan pada hakekatnya adalah pemanfaatan lahan yang ditujukan untuk suatu permukaan tertentu. Permasalahan yang mungkin timbul dalam perencanaan suatu lahan adalah masalah kesesuaian/kecocokan lahan terhadap suatu peruntukan tertentu.

Hal yang terpenting dalam suatu perencanaan tata guna lahan adalah usulan rencana lokasi serta tujuan peruntukannya. Tata guna lahan dapat berupa:

1. Kawasan Pemukiman

Kawasan permukiman ini ditandai dengan adanya perumahan yang disertai prasana dan sarana serta infrastrukutur yang memadai. Kawasan permukiman ini secara sosial mempunyai norma dalam bermasyarakat.

Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).

2. Kawasan Perumahan

Kawasan perumahan hanya didominasi oleh bangunan-bangunan perumahan dalam suatu wilayah tanpa didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-15% (datar hingga landai).

3. Kawasan Perkebunan

Perkebunan ini ditandai dengan dibudidayakannya jenis tanaman yang bisa menghasilkan materi dalam bentuk uang. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).

4. Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian ditandai oleh adanya jenis budidaya satu tanaman saja.

Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (landai).

(14)

5. Kawasan Ruang Terbuka Hijau

Kawasan terbuka hijau ini dapat berupa taman yang hanya ditanami oleh tumbuhan yang rendah dan jenisnya sedikit. Namun dapat juga berupa hutan yang didominasi oleh berbagai jenis macam tumbuhan. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 15-25% (agak curam).

6. Kawasan Perdagangan

Kawasan perdagangan ini biasanya ditandai dengan adanya bangunan pertokoan yang menjual berbagai macam barang. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 0-8% (datar).

7. Kawasan Industri

Kawasan industri ditandai dengan adanya proses produksi baik dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar. Kawasan ini sesuai pada tingkat kelerengan 8-15% (hingga landai).

8. Kawasan Perairan

Kawasan perairan ini ditandai oleh adanya aktifitas perairan, seperti budidaya ikan, pertambakan, irigasi, dan sumber air bagi wilayah dan sekitarnya.

2.9. Debit Banjir Rencana

Debit rencana adalah besarnya debit pada periode ulang tertentu yang diperkirakan akan melalui bangunan air yang telah direncanakan. Untuk menentukan debit rencana atau laju aliran puncak biasanya digunakan metode rasional. Persamaan dari metode rasional ini adalah sebagai berikut:

Q = 0,278.C.I.A (2.2) Keterangan:

Q = Debit (m3/detik) C = Koefisien aliran

I = Intensitas curah hujan (mm/jam) A = Luas daerah aliran (Km2)

(15)

2.10. Analisis Hidrolika

Analisis ini dimaksudkan untuk mendapatkan dimensi hidrolis dari saluran drainase dan untuk mengetahui debit kapasitas pada saluran eksisting maupaun saluran yang akan direncanakan. Rumus yang akan digunakan untuk menghitung debit kapasitas adalah dengan menggunakan rumus manning, yaitu :

Q = 1

n A R2/3S1/2 (2.3)

Keterangan:

Q = Debit aliran (m3/detik) P = Keliling basah (m) R = Jari – jari hidrolis (m) A = Luas penampang basah (m2) n = Koefisien kekasaran Manning S = Kemiringan dasar saluran V = Kecepatan rata-rata (m/det) 2.11. Bentuk Saluran Drainase

Dalam perencanaan drainase, dimensi saluran harus direncanakan agar memperoleh tampang yang ekonomis.

1. Saluran Berbentuk Trapesium

Penampang berbentuk trapesium umumnya dipakai untuk debit yang besar dan untuk mengalirkan air hujan, limbah domestik dan irigasi. Saluran ini memerlukan cukup ruang.

(16)

Gambar 2.10. Saluran Berbentuk Trapesium

Untuk penampang berbentuk trapesium luas penampang basah (A), keliling basah (P), Jari-jari hidrolis (R) dihitung dengan persamaan:

A = (b+ mh)h (2.4) P = b + (2.h

m2+1 ) (2.5) R = A

P (2.6) Keterangan :

A = Luas penampang basah saluran (m) P = Keliling basah saluran (m)

R = Jari-jari hidrolis (m) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi muka air rencana (m) m = Kemiringan talud (m) = 1 : m 2. Saluran Berbentuk Segi Empat

Bentuk penampang empat persegi panjang dipakai untuk menampung dan mengalirkan limpasan air dengan debit-debit yang besar, untuk membuat saluran seperti ini biasanya dibuat pada daerah yang memiliki luasan kecil, hanya didukung oleh konstruksi yang kokoh dan digunakan untuk saluran air hujan, air rumah tangga, dan lain - lain. Sifat alirannya terus – menerus dengan fluktuasi yang kecil.

(17)

Gambar 2.11. Saluran Berbentuk Segi Empat

Untuk penampang berbentuk persegi panjang luas penampang basah (A), keliling basah (P), Jari-jari hidrolis (R) dihitung dengan persamaan:

A = b.h (2.7)

P = 2h+b (2.8) R = A

P (2.9) Keterangan :

A = Luas penampang basah saluran (m) P = Keliling basah saluran (m)

R = Jari-jari hidrolis (m) b = Lebar dasar saluran (m) h = Tinggi muka air rencana (m) 3. Saluran Berbentuk Penampang Segitiga

Saluran ini jarang untuk ditemui karena digunakan pada lahan yang cukup terbatas. Berfungsi untuk menampung dan mengalirkan limpasan air hujan untuk debit yang kecil

Gambar 2.12. Saluran Berbentuk Segitiga

Untuk penampang berbentuk segitiga luas penampang basah (A), keliling basah (P), Jari-jari hidrolis (R) dihitung dengan persamaan:

(18)

A = 1

2 a.t (2.10)

P = s + s + s (2.11)

R = A

P (2.12)

Keterangan :

A = Luas penampang basah saluran (m) P = Keliling basah saluran (m)

R = Jari-jari hidrolis (m) a = Lebar dasar saluran (m) t = Tinggi muka air rencana (m) s = Panjang sisi saluran (m) 4. Saluran Berbentuk Setengah Lingkaran

Berfungsi untuk menyalurkan limpasan air hujan untuk debit yang kecil.

Bentuk saluran ini umumnya digunakan untuk saluran-saluran rumah penduduk dan pada sisi jalan perumahan yang padat[ CITATION Kri17 \l 1033 ].

Gambar 2.13. Saluran Berbentuk Setengah Lingkaran

Untuk penampang berbentuk setengah lingkaran luas penampang basah (A), keliling basah (P), Jari-jari hidrolis (R) dihitung dengan persamaan:

A = 1

2 π r2 (2.13)

P = π r (2.14)

R = r

2 (2.15)

Keterangan :

(19)

P = Keliling basah saluran (m) R = Jari-jari hidrolis (m) r = Jari-jari lingkaran (m)

π = Rasio ketetapan lingkaran ( 22

7 atau 3,14) 2.12. Dimensi Saluran

Dimensi saluran adalah tempat untuk mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang dialirkan harus sama atau lebih besar dari debit rencana. Untuk mencegah muka air ke tepi (meluap) maka diperlukan adanya tinggi jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari puncak saluran ke permukaan air pada kondisi debit rencana.

Referensi

Dokumen terkait

■ Waktu drainase adalah waktu yang diperlukan oleh titik air hujan yang mengalir dari satu titik ke titik lain dalam saluran drainase yang diamati1. ■ Waktu konsentrasi adalah

Tetapi layaknya pada saluran terbuka untuk mengalirkan air buangan yang relative tidak berbau , seperti air hujan maupun air permukaan ( rembesan system irigasi, mata air, dll

Sistem drainase mayor yaitu sistem saluran/badan air yang menampung dan mengalirkan air dari suatu daerah tangkapan air hujan (Catchment Area).Pada umumnya sistem drainase mayor

Saluran di kanan kiri jalan berfungsi menerima limpasan air hujan dari permukaan jalan. Untuk keamanan dianggap seluruh limpasan diterima oleh kedua saluran tersebut.

Analisis Limpasan Permukaan Dan Pemaksimalan Resapan Air Hujan Di Daerah Tangkapan Air DTA Sungai Besar Kota Banjarbaru Untuk Pencegahan Banjir.. Jurnal Fisika

2.24 Keterangan: I = Iintensitas Hujan R24 = Curah hujan harian maksimum 9mm0 Tc = waktu konsentrasi jam 2.6 Debit Limpasan Limpasan permukaan suface runoff yang merupakan air

Waktu konsentrasi dapat dihitung dengan rumus : Tc = To-Tf Keterangan : Tc = Waktu konsentrasi jam To = Waktu yang diperlukan waktu hujan yang mengalir dari permukaan hingga mencapai

Jika pada Metode Normal Ratio yang digunakan adalah jumlah curah hujan dalam 1 tahun, pada metode ini variabel yang digunakan adalah jarak stasiun terdekat dengan stasiun yang akan