• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PKM - IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PENGOPERASIAN BOILER DI PT INDONESIA POWER SURALAYA POWER GENERATION UNIT (SLA PGU) MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN PKM - IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA PADA PENGOPERASIAN BOILER DI PT INDONESIA POWER SURALAYA POWER GENERATION UNIT (SLA PGU) MENGGUNAKAN METODE JOB SAFETY ANALYSIS (JSA)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Maksud dan Tujuan

Ruang Lingkup Kegiatan

Metodologi

Sistematika Penulisan

Waktu dan Tempat Praktik Kerja

TINJAUAN PUSTAKA

  • Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
  • Bahaya
  • Risiko
  • Kecelakaan Kerja
    • Dampak Akibat Kecelakaan Kerja
    • Klasifikasi Jenis Cedera Akibat Kecelakaan Kerja
    • Pencegahan Kecelakaan Kerja
  • Job Safety Analysis (JSA)
    • Pelaksanaan Metode Job Safety Analysis (JSA)
    • Penilaian Risiko (Risk Assessment)
    • Upaya Pengendalian Risiko (Determining Control)

Bahaya ergonomis merupakan bahaya yang timbul akibat aktivitas yang berulang-ulang, berdiri/duduk dalam waktu lama dan posisi kerja mesin yang dapat menimbulkan kelelahan (Goetsch, 2015). Risiko adalah suatu keadaan yang tidak menentu yang mungkin dihadapi oleh seseorang atau suatu perusahaan konstruksi, sehingga dapat menimbulkan dampak buruk atau tidak sesuai dengan rencana, baik dari segi waktu maupun biaya (Kountur, 2004). Risiko K3 merupakan kombinasi antara kemungkinan terjadinya suatu insiden atau paparan dan tingkat keparahan cedera atau masalah kesehatan yang dapat diakibatkannya.

Kejadian alam yang tidak terduga seperti bencana alam merupakan suatu risiko yang dapat terjadi kapan saja dan pada siapa saja serta mempunyai bentuk dan kekuatan yang berbeda-beda. Risiko keamanan ini dapat menyebabkan data perusahaan dicuri atau diakses oleh pihak lain sehingga dapat merugikan perusahaan (Soehatman, 2010). Informasi yang dapat membantu menyelidiki bahaya dan praktik tidak aman pada setiap langkah pekerjaan adalah Material Safety Data Sheets (MSDS), pengalaman pekerja, laporan kecelakaan, laporan statistik pertolongan pertama, dan Basic Behavioral Safety (BBS) (Rausand, 2005).

Membuat kebijakan kerja atau prosedur operasi standar baru yang dapat mengurangi frekuensi atau paparan bahaya. Ada dua teknik yang dapat digunakan untuk melakukan analisis risiko, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Menurut AS/NZS 4360, kemungkinan atau probabilitas dinyatakan sebagai rentang risiko yang jarang terjadi hingga risiko yang dapat terjadi sewaktu-waktu.

Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mengendalikan risiko adalah dengan mengurangi peluang terjadinya (probability).

Tabel 2. 1 Skala Ukuran Kualitatif dari Likelihood
Tabel 2. 1 Skala Ukuran Kualitatif dari Likelihood

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

  • Sejarah Perusahaan PT Indonesia Power Suralaya PGU
  • Lokasi dan Lay Out PLTU Suralaya
  • Visi dan Misi PT Indonesia Power Suralaya
  • Struktur Organisasi PT Indonesia Power Suralaya PGU
  • Logo Perusahaan PT Indonesia Power Suralaya PGU
  • Gambaran Proses Kerja
    • Coal Handling System
    • Proses Produksi
    • Penanganan Barang Jadi

Selama proses pengoperasian boiler, pekerja memakai peralatan APD yang sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, terdapat SOP pengoperasian boiler dan disediakan kotak P3K di setiap ruang kendali. Saat menentukan nilai probabilitas, kami melihat seberapa sering dan berapa lama seorang karyawan terpapar pada potensi bahaya.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai probabilitas yang ditetapkan bergantung pada potensi bahaya dalam pengoperasian boiler. Pada saat tindakan kimia dan pengoperasian soot blower nilai probabilitasnya adalah 3 karena potensi bahaya dapat terjadi sewaktu-waktu. Nilai probabilitas 1 dapat menimbulkan potensi bahaya pada suatu waktu tertentu, sedangkan nilai probabilitas 2 dapat menimbulkan potensi bahaya pada suatu waktu.

Tahapan kerja proses pengoperasian boiler mempunyai skor yang bervariasi tergantung tahapan pekerjaan yang dilakukan. Proses pengoperasian boiler memerlukan pengendalian teknik dengan melakukan pemeriksaan alat dan mesin sebelum digunakan, yang merupakan tindakan yang dianjurkan untuk kebutuhan alat, mesin dan teknisi. Pengendalian Alat Pelindung Diri (APD) berupa alat pelindung diri (APD) yang digunakan pekerja untuk melindungi diri dari potensi bahaya yang mungkin terjadi.

Pada tahapan proses pengoperasian boiler diperoleh berbagai nilai tingkat risiko seperti terlihat pada Tabel 4.7 berikut ini. Hasil penilaian risiko pada setiap tahapan proses pengoperasian boiler diperoleh dengan menggunakan metode Job Safety Analysis (JSA). 8 Rata-rata Nilai Resiko Proses Pengoperasian Boiler Nama Proses Rata-rata Nilai Resiko Tingkat Resiko.

Nilai rata-rata risiko diperoleh dari nilai risiko seluruh tahapan pekerjaan pada proses pengoperasian boiler yang kemudian dihitung rata-ratanya. Dari hasil analisa identifikasi potensi bahaya dengan metode Job Safety Analysis (JSA) pada pengoperasian boiler PGU SLA PT Indonesia Power dapat disimpulkan bahwa. Untuk mencegah terjadinya bahaya pada tahap pengoperasian boiler, dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan, mesin dan pipa yang akan digunakan untuk mencegah terjadinya malfungsi atau tidak memenuhi kriteria penggunaan, pemasangan rambu keselamatan di area berbahaya, dan penggunaan PBT lengkap dan di area berbahaya. sesuai dengan ketentuan spesifikasi pekerjaan.

Gambar 3. 1 Peta Lokasi PT Indonesia Power Suralaya PGU
Gambar 3. 1 Peta Lokasi PT Indonesia Power Suralaya PGU

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Pengoperasian Boiler

Unit Pembangkit Listrik PT Indonesia Power Suralaya (SLA PGU) mempunyai 7 unit boiler dengan kapasitas 400 KW pada unit 1-4 dan kapasitas 600 KW pada unit 5-7. Ketujuh unit boiler tersebut menggunakan MFO (Marine Fuel Oil) yang disalurkan melalui tongkang dan dipompa ke tangki bahan bakar minyak. Proses unit boiler di PGU SLA PT Indonesia Power sebanyak dua shift dengan satu shift sebanyak 24 orang pada unit 1-4 sebanyak 4 shift dan satu shift sebanyak 18 orang pada unit 5-7 sebanyak 4 shift.

Dari uraian tahapan pekerjaan yang tertera pada tabel 4.1 belum terdapat informasi waktu maupun informasi kondisi eksisting seperti suhu pada area kerja dan data kebisingan. Informasi mengenai kondisi yang ada sangatlah penting karena akan mempengaruhi kinerja para pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang dilakukan dan juga bagi masyarakat yang berada di area kerja.

Menentukan Potensi Bahaya Proses Pengoperasian Boiler

Kebisingan dapat diakibatkan oleh aktivitas seperti pengoperasian peralatan boiler, pengoperasian Force Draft Fan/Gas Recirculation Fan, dan pengisian air boiler. Kebisingan yang terus menerus dengan intensitas tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan pendengaran dan menurunnya produktivitas tenaga kerja (Rambe, 2003). Hasil pengukuran intensitas kebisingan di PGU SLA PT Indonesia Power menunjukkan antara 80-100 dBA dalam waktu 8 jam kerja.

Suhu yang panas dapat menyebabkan dehidrasi karena bekerja di lingkungan yang panas menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak keringat. Pekerja tidak selalu terpapar suhu udara ini karena terdapat ruang kendali ber-AC yang dapat memantau seluruh aktivitas boiler dan pekerja tidak harus selalu berada di dekat kunci kontak. Bahaya tekanan tinggi dapat menimbulkan ledakan sehingga proses produksi terhenti dan dapat mengancam keselamatan pekerja.

PGU SLA Indonesia Power merupakan bahan bakar MFO (Marine Fuel Oil) yang tidak mudah terbakar sehingga apabila terjadi kebakaran dapat dikendalikan dengan cepat dan tidak menimbulkan korban jiwa. PT Indonesia Power SLA PGU menyediakan APD berupa helm safety untuk menghindari bahaya tabrakan. Cairan NaOH merupakan bahan kimia yang bersifat basa kuat dan digunakan pada boiler untuk pemeliharaan internal.

Resiko yang dapat ditimbulkan dari bahaya terjatuh dan tergelincir dari ketinggian berupa cedera pada anggota badan dan dapat mengancam keselamatan pekerja.

Tabel 4. 2 Penentuan Potensi Bahaya Proses Pengoperasian Boiler  Nama Proses  Tahapan Proses  Potensi Bahaya  Dampak
Tabel 4. 2 Penentuan Potensi Bahaya Proses Pengoperasian Boiler Nama Proses Tahapan Proses Potensi Bahaya Dampak

Menentukan Nilai Likelihood Proses Pengoperasian Boiler

Hal ini dapat terjadi pada saat-saat tertentu jika pekerja kekurangan cairan tubuh lebih banyak dari yang dikonsumsinya. Luka bakar 1 Dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu jika pekerja bersentuhan langsung dengan pipa uap air panas. Pengoperasian penarikan listrik. Terkadang hal ini terjadi jika pekerja dalam keadaan lelah atau tidak dalam kondisi yang baik untuk bekerja.

Luka Bakar 3 Dapat terjadi sewaktu-waktu apabila pekerja bersentuhan langsung dengan uap air yang bocor. Pencatatan parameter bahaya mekanis. Hal ini bisa terjadi pada saat-saat tertentu ketika karyawan sedang lelah atau tidak dalam kondisi prima untuk bekerja. Terkadang hal ini terjadi ketika karyawan sedang lelah atau tidak dalam kondisi prima untuk bekerja.

Tabel 4. 3 Penentuan Nilai Likelihood Proses Pengoperasian Boiler
Tabel 4. 3 Penentuan Nilai Likelihood Proses Pengoperasian Boiler

Menentukan Nilai Konsekuensi Proses Pengoperasian Boiler

Cedera berat, menimbulkan kerugian karena berkurangnya kapasitas produksi, dampaknya mempengaruhi namun tidak membahayakan lingkungan sekitar Bahaya mekanis.

Tabel 4. 4 Penentuan Nilai Konsekuensi Proses Pengoperasian Boiler
Tabel 4. 4 Penentuan Nilai Konsekuensi Proses Pengoperasian Boiler

Menentukan Nilai Risiko Proses Pengoperasian Boiler

Menentukan Tindakan Rekomendasi Proses Pengoperasian Boiler

Rata – Rata Nilai Risiko Dari Proses Pengoperasian Boiler

Unit Pembangkit Listrik Indonesia Power Suralaya (SLA PGU) mempunyai 9 tahapan operasional yaitu pembakaran boiler, pengoperasian peralatan boiler, pengoperasian force draft fan/gas recirculation fan, pengoperasian pompa bahan bakar, pengisian air boiler, pengoperasian burner, pengoperasian kimia, soot blower operasi dan pencatatan parameter. Kami berharap dapat memberikan gambaran waktu dan kondisi yang ada, seperti suhu di area kerja dan data kebisingan selama tahapan pekerjaan. Penilaian risiko pengelasan ruang terbatas di departemen pembuatan kapal PT Dok dan Perkapalan Surabaya.

Analisis sistem keselamatan dan manajemen risiko pada PLTU steam boiler Unit 5 Pembangkitan Paiton, PT. Identifikasi dan analisa risiko kecelakaan kerja dengan metode JSA (job safety analysis) pada departemen SMOOTHMILL PT.Ebako Nusantara. Penilaian risiko dan manajemen risiko pada pengoperasian pesawat uap di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Gedangan.

Metode Analisis Keselamatan Kerja untuk Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Praktek Perancangan Teknik Industri II. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko K3 pada operasi pemeliharaan dan perbaikan menggunakan metode HIRARC (Hazard Identification and Risk Assessment Risk Control) di PT. Hubungan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dengan produktivitas kerja karyawan (Studi Kasus: Bagian Pengolahan Ptpn VIII Gunung Mas, Bogor).

Identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di unit PT Coal Milltonasa IV. Amerika Serikat: The McGraw-Hill Companies, Inc. Penilaian risiko operasional pengemasan di Unit Mortar PT Sinar Indogreen Kencana.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Saran

Gambar

Gambar 1. 1 Metodologi Praktik Kerja Mulai
Tabel 2. 1 Skala Ukuran Kualitatif dari Likelihood
Tabel 2. 4 Risk Matrix  Konsekuensi
Tabel 2. 3 Skala Tingkatan Risiko
+7

Referensi

Dokumen terkait

The organic layers were combined, washed with brine, dried over Na2SO4, and evaporated to an oil, which was purified by flash chromatography 1% EtOAc in hexanes, then 10% EtOAc in

\\ onli'll loegf!tlchrf!ven, roll daArlHUI kl\1l ' de adeeling Sllr.ompong geheerF-c\' hebbende ~iek'" kID.. illiJl: !'Ch'Oclding, di.; mCII undt'r BloolU