• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KASUS “Perempuan 50 tahun dengan Benjolan di Pantat Kanan”

N/A
N/A
008-Salsabila Rahmadhanti

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN KASUS “Perempuan 50 tahun dengan Benjolan di Pantat Kanan” "

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

“Perempuan 50 tahun dengan Benjolan di Pantat Kanan”

Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang

Diajukan kepada :

dr. Ivo Devi Kristyani, Sp.B, M.Si.Med, FINACS

Disusun oleh : Salsabila Rahmadhanti

H3A022076

KEPANITERAAN KLINIK STASE ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG RS ROEMANI MUHAMMADIYAH

2024

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

Presentasi Laporan Kasus dengan Judul:

“Perempuan 50 tahun dengan Benjolan di Pantat Kanan”

Disusun untuk Ujian Kepaniteraan Klinik Stase Ilmu Bedah Rumah Sakit Roemani Semarang

Disusun Oleh:

Salsabila Rahmadhanti H3A022076

Telah disetujui oleh pembimbing:

Semarang, Februari 2024

dr. Ivo Devi Kristyanti, Sp.B, M.Si.Med, FINACS

(3)

BAB I

STATUS PEMERIKSAAN PASIEN

A. IDENTITAS

Nama : Ny. S

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 50 tahun

Status : Wiraswasta

Agama : Islam

Alamat : Sendangguwo, Semarang

Nomor RM : 64-XX-XX

Tanggal Masuk RS : 26 Januari 2024 Jaminan Kesehatan : BPJS Kesehatan

B. ANAMNESIS

Dilakukan anamnesis secara autoanamnesis pada tanggal 26 Januari 2024 pukul 10.00 WIB di Bangsal RS Roemani Muhammadiyah Semarang.

1. Keluhan Utama

Terdapat benjolan pada pantat kanan 2. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan benjolan di pantat, yang dirasakan sudah sejak tahun 2015.

Pada awalnya seperti benjolan kecil namun perlahan-lahan semakin membesar dan benjolan tersebut pecah pada tanggal 10 Januari 2024 lalu. Benjolan dirasakan tidak nyeri. Benjolan tersebut mengganggu aktivitas, dikarenakan perasaan tidak nyaman seperti mengganjal saat duduk. Pada waktu benjolan pecah, pasien mengatakan keluar cairan berwarna kecoklatan dan berbau khas yang tidak disertai rasa nyeri. Tidak ada yang memperberat dan memperingan keluhan. Pasien tidak mengeluhkan gatal, demam, mual, muntah, batuk dan pilek.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

a. Riwayat keluhan seperti ini : Disangkal

b. Riwayat hipertensi : Disangkal

c. Riwayat operasi sebelumnya : Disangkal d. Riwayat diabetes melitus : Disangkal e. Riwayat penyakit jantung : Disangkal

(4)

f. Riwayat alergi : Disangkal 4. Riwayat Penyakit Keluarga

a. Riwayat penyakit yang sama : Disangkal

b. Riwayat hipertensi : Disangkal

c. Riwayat diabetes mellitus : Disangkal d. Riwayat penyakit jantung : Disangkal

e. Riwayat alergi : Disangkal

5. Riwayat Pribadi Sosial Ekonomi

Pasien merupakan seorang wiraswasta. Biaya pengobatan dengan BPJS. Kesan ekonomi cukup.

C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : Cukup baik

2. Kesadaran : Composmentis, E4M6V5

3. Tanda Vital

a. Tekanan darah : 117/88 mmHg

b. Frek. Nadi : 80x/menit, reguler, kuat angkat c. Frek. Nafas : 20x/menit

d. Suhu : 36 ºC

e. SpO2 : 99%

4. Status Generalisata a. Kepala

Normocephal b. Mata

Pupil BCR, pupil isokor, refleks direct (+/+), ikterik(-), konjungtiva anemis(-)

c. Hidung

Nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), bleeding (-/-), jejas (-/-). Terdapat benjilan di panggal batang hidung.

d. Telinga

deformitas (-/-), mikrotia (-/-), darah (-/-), sekret (-/-) e. Mulut

Sianosis (-/-),bibir kering (-), f. Leher

Pembesaran kelenjar tiroid dan KGB (-)

(5)

g. Thorax

1) Paru-paru

a) Inspeksi : hemithorax dextra snistra simetris, penggunaan otot bantu pernafasan (-), retraksi (-)

b) Palpasi : Gerakan dada simetris, ICS tidak melebar/ menyempit, stem fremitus normal

c) Perkusi : Sonor seluruh lapang paru

d) Auskultasi : Suara dasar vesikuler, Ronkhi (-), Wheezing (-/-) 2) Jantung

a) Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat

b) Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm medial linea medioclavicularis sinistra kuat angkat, sternal lift (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), thrill (-) c) Perkusi : Batas kanan jantung ics V linea parasterna dekstra

Batas kiri jantung ics V 1-2 c media linea medioclavicularis sinistra

Batas pinggang jantung ics III linea parasternalis Sinistra

Batas atas jantung ics II linea parasternalis sinistra d) Auskultasi : S1, S2 reguler, murmur (-), gallop (-).

h. Abdomen

1) Inspeksi : Perut datar,massa(-) jejas (-), bekas operasi (-) 2) Auskultasi : Bising usus (+) normal, 10x/menit, bruit (-) 3) Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen.

4) Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba

i. Ekstremitas

superior inferior

Akral dingin -/- -/-

Edema -/- -/-

Sianosis -/- -/-

CRT <2 detik <2detik

(6)

5. Status Lokalis

Lokasi: Gluteus

a. Inspeksi : tampak massa, dengan puncta di sentral, warna sama dengan sekitar

b. Palpasi : teraba massa, ukuran 3x3x3, batas tegas, kistik, nyeri tekan (-),

mobile dari dasar, melekat pada kulit, suhu hangat sama dengan

sekitar.

D. DIAGNOSIS Diagnosis Kerja

Kista Epidermal Regio Gluteal Dextra E. INITIAL PLAN

a. Ip Tx:

- Tindakan operatif : ekstirpasi

- Medikamentosa post operatif : Analgesik Ibuprofen 400mg 3x1 - Rawat jalan

b. Ip Mx:

- Keluhan nyeri c. Ip Ex:

- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga penderita bahwa benjolan pada pantat tersebut yaitu kista epidermal. Kista epidermal merupakan

(7)

benjolan kista jinak yang terjadi karena tersumbatnya kelenjar minyak di kulit. Benjolan tersebut tidak berbahaya.

- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga penderita tentang tindakan yang akan dilakukan yaitu pengambilan benjolan yang dilakukan saat itu juga dan akan ada luka jahitan. Tindakan dilakukan dengan bius lokal atau bius ditempat sekitar benjolan.

- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga penderita bahwa terdapat resiko dari operasi seperti perdarahan, infeksi

- Menjelaskan kepada penderita dan keluarga penderita bahwa setelah dilakukan tindakan operatif luka akan dibalut kassa dan luka tidak boleh terkena air. Diberi juga obat anti nyeri dan diminum hanya saat penderita merasa nyeri.

F. PROGNOSIS

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Functionam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI KISTA EPIDERMAL

Kista adalah kumpulan cairan atau massa setengah cair dalam suatu kantong tipis. Kista epidermal sering disebut juga sebagai kista sebasea atau kista epidermal merupakan kista yang dibatasi oleh dinding atau kapsul yang berisi keratin dan terbentuk akibat adanya sumbatan pada muara kelenjar sebasea. Kelenjar sebasea memproduksi sebum yang fungsinya sebagai lubrikasi kulit dan mengurangi evaporasi air yang berlebihan pada kulit. Kista epidermal merupakan kista epitelial jinak. Predileksi dari kista epidermal dapat muncul di berbagai bagian tubuh yang mengandung kelenjar sebasea seperti pada daerah wajah, kepala, punggung. Kadang muncul kista multipel dalam berbagai ukuran seperti pada kepala atau skrotum. Kista epidermal tidak pernah ditemukan pada telapak tangan dan telapak kaki. 1,2

B. EPIDEMIOLOGI

Kista epidermal merupakan kista pada kulit yang paling umum terjadi.

Kejadian kista epidemal insidensi tinggi pada usia setelah pubertas, masa sebelum pubertas sangat jarang ditemukan. Lebih sering dialami oleh pria daripada wanita dengan rasio 2:1. Sekitar 1% dari kista epidermal tercatat bertransformasi menjadi ganas yaitu karsinoma sel skuamosa dan karsinoma sel basal.3

C. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT

Kulit merupakan organ yang terletak paling luar yang memiliki berat sekitar 16% dari tubuh. Pada dewasa beratnya berkisar 2,7-3,6 kg dengan luas 1,5-1,9m2.

Kulit sangat kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit yang elastis dan longgar terdapat di palpebra, bibir, dan preputium, kulit tebal dan tegang terdapat di telapak kaki dan tangan. Kulit yang tipis dan lembut terdapat di wajah, leher, badan, sedangkan kulit yang kasar terdapat di kepala.

Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama, yatu lapisan epidermis, lapisan dermis, dan lapisan subkutis.

(9)

Gambar 2. 1. Anatomi kulit 1. Lapisan Kulit

a. Epidermis

Tersusun atas epitel squamosa bertingkat keratinisasi, melanosit, sel Langerhans, dan sel merkel. Epidermis memiliki ketebalan yang bervariasi tergantung pada daerah tubuh. Pada daerah telapak kaki dan tangan mengandung lapisan tambahan yaitu stratum lucidum sehingga epidermis lebih tebal dibandingkan epidermis pada bagian tubuh lainnya.

Gambar 2. 2. Lapisan epidermis

(10)

1) Stratum corneum

Lapisan epidermis yang paling luar, terdiri 20-30 lapisan sel yang tersusun dari keratin dan horny scales yang terbuat dari keratinosit mati.

Keratinosit yang mati dapat mensekresi defensin yang berperan dalam pertahanan kekebalan tubuh pertama.

2) Stratum Lucidum

Lapisan yang berada di bawah lapisan korneum, memiliki 2-3 lapisan sel, sel-selnya mati dan padat sehingga tidak memiliki inti atau organel.

Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

3) Stratum Granulosum

Tersusun oleh 3-5 lapisan sel yang berbentuk seperti berlian dengan butiran keratohyalin basofilik dan butiran lamellar. Butiran keratohyalin mengandung prekursor keratin yang membentuk bundel, sedangkan butiran lamellar mengandung glikolipid yang menjaga antar sel saling menempel.Lapisan tersebut tampak jelas di telapak tangan dan kaki.

4) Stratum Spinosum

Stratum spinosum disebut juga dengan prickle cell layer yang terletak di bawah stratum granulosum, dengan 8-10 lapisan sel. Lapisan ini memiliki karakteristik desmosome yang menempel dengan keratinosit berbentuk polyhedral dengan nukleolus yang menonjol.

5) Stratum Basal

Merupakan lapisan terdalam dari epidermis yang mengandung melanosit, satu baris keratinosit, dan stem sel. Sel melanosit berbentuk bulat dengan sitoplasma bening, sedangkan stem sel berbentuk kuboid/kolumnar menghasilkan keratinosit yang nantinya akan bergerak ke atas untuk membuat lapisan baru.

b. Dermis

Lapisan jaringan ikat yang tebal tersusun dari kolagen dan elastin untuk kekuatan dan kelenturan kulit. Dermis dibagi menjadi dua lapisan yaitu papila dermal dan retikular dermal. Lapisan atas disebut papila dermal yang diisi dengan jaringan ikat tidak beraturan longgar, kapiler, pembuluh darah, fibroblas, makrofag, dan sel jaringan ikat longgar lainnya. Sedangkan lapisan bawah disebut retikular dermal mengandung banyak pembuluh

(11)

darah, pembuluh getah bening, saraf, dan banyak reseptor sensorik.

c. Hipodermis

Hipodermis atau fasia subkutan merupakan lapisan terdalam dari kulit dan berada tepat di bawah dermis. Lapisan ini mengandung jaringan adiposa yang berbentuk lobulus dan jaringan areolar longgar. Selain itu, juga terdapat folikel rambut, neuron sensorik, dan pembuluh darah. Hipodermis memiliki fungsi sebagai bantalan penahan benturan dan sebagai ruang tambahan penyimpanan lemak serta menghubungkan kulit dengan struktur dasar seperti otot.

2. Kelenjar Kulit

a. Kelenjar keringat (ekrine)

Terdapat pada hampir seluruh kulit, kecuali telinga dan bibir. Kelenjar- kelenjar ini membentuk suatu larutan hipotonik yang jernih dan encer dan mengandung banyak urea dan laktat yang berfungsi untuk mempertahankan suhu tubuh.

b. Kelenjar sebasea

Kelenjar ini disebut juga sebagai kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar.

Kelenjar sebasea merupakan struktur lobular yang terdiri dari sel-sel yang berisi lemak yang terletak di setiap folikel rambut. Substansi berminyak yang disebut sebum yang disalurkan menuju saluran sentral dan dikeluarkan melalui saluran- saluran pilosebasea folikel-folikel rambut. Substansi kelenjar sebasea tersebut keluar disebabkan oleh kontraksi musculus erector pili. Musculus erector pili merupakan otot polos yang melekat pada pertengahan selubung jaringan ikat, ujung lainnya berakhir pada stratum papillare dermis, dengan arah miring ke atas.

Gambar 2. 3.

Kelenjar sebasea

(12)

c. Kelenjar apokrin

Kelenjar ini terutama ditemukan di daerah aksila, kulit genital, sekitar putting susu dan di daerah perianal. Saluran apokrin mengosongkan sekresinya ke dalam folikel rambut di atas muara saluran sebasea. Sekresi apokrin tidak meberikan fungsi apapun bagi manusia, tetapi kelenjar ini yang menimbulkan bau apabila sekresinya mengalami dekomposisi oleh bakteri.

3. Fungsi kulit a. Termoregulasi

Saat suhu tubuh meningkat, tubuh merespon dengan vasodilatasi pembuluh darah untuk meningkatkan aliran darah sehingga pembuangan panas berjalan maksimal. Sedangkan kelenjar keringat mensekresi keringat yang banyak untuk menghilangkan panas melalui proses penguapan keringat

b. Penyembuhan luka

Saat kulit terluka akibat trauma, sistem integumen berperan dalam penyembuhan luka untuk menutup luka terbuka melalui proses hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling

c. Proteksi

Kulit memiliki bantalan lemak, ketebalan dan serabut penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan luar tubuh

d. Absrobsi

Penyerapan dapat dilakukan melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar.

e. Eksresi

Untuk mengeluarkan zat tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat dan amonia

f. Persepsi

Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subcutan.

g. Pembentukan pigmen

Kulit mengandung sel melanosit yang terdiri dari melanosomes yang akan memberikan warna pada kulit.

h. Pembentukan vitamin D

Kulit mengubah 7 dihidroksil kolesterol menjadi vitamin D dengan bantuan sinar matahari.4

(13)

D. ETIOLOGI

Kista epidermal adalah kista berisi cairan yang berasal dari infundibulum folikular dan terletak tepat di bawah permukaan kulit. Ciri khas dari kista epidermal yaitu dapat mencapai hingga permukaan kulit melalui lubang berisi keratin yang disebut punctum. Punctum ini merupakan tanda klinis yang menunjukkan hubungan antara permukaan kista dan lapisan kista. Kista epidermal dapat juga timbul dari folikel pilosebasea yang tertutup, dari implantasi sel epidermis di dalam dermis setelah trauma dan bisa juga dari adanya sel epidermis yang terjebak pada masa fusi embrional. Beberapa faktor yang dapat menyebalan proliferasi abnormal dari sel yaitu:

1. Peningkatan produksi sebum

Hormon Androgen yang secara nyata meningkat produksinya dapat menyebabkan pembesaran dan peningkatan aktifitas kelenjar sebaseus. Produksi sebum yang meningkatakan disertai peningkatan unsur komedogenik dan inflamatorik.

2. Kerusakan folikel rambut

Tiap rambut ini tumbuh dari folikel rambut, yakni kantung kecil dari modifikasi kulit dermis. Folikel ini rusak akibat luka seperti abrasi maupun luka operasi sehingga dapat tertutup oleh sel- sel permukaan.

3. Rupturnya kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea yang terletak di atas folikel rambut ini mensekresi sebum, yang berfungsi sebagai lubrikan kulit dan melindungi tangkai rambut.

Kelenjar ini mudah ruptur pada kondisi inflamasi kulit, terutama acne.

4. Tersumbatnya kelenjar sebasea, bengkaknya folikel rambut, dan produksi testorteron yang berlebihan.

Penyumbatan dimulai di infrainfundibulum, yang lapisan granulosumnya lebih tebal dengan glikogen yang lebih banyak. Proses keratinisasi ini dirangsang oleh androgen, sebum, asam lemak bebas dan skualen yang bersifat komedogenik. Masa keratin yang terjadi ternyata berbeda dengan keratin epidermis. Masa keratin folikel sebasea lebih padat dan lebih lekat, sehingga lebih sulit terlepas satu dengan yang lainnya, mengakibatkan proses

(14)

penyumbatan lebih mudah terjadi. Proses penyumbatan akan lebih cepat bila ada bakteri atau ada proses inflamasi. Aliran sebum akan terhalang oleh hiperkeratinisasi folikel sebasea, maka akan terbentuk mikrokomedo yang merupakan tahap awal terjadinya sumbatan sehingga menyebabkan acne yang merupakan tahap awal terjadinya kista epidermal.5,6,7

(15)

E. PATOFISIOLOGI

Kista yang terinfeksi atau mengalami inflamasi dapat berkembang jadi abses.

Proses inflamasi yang berkepanjangan dapat mengakibatkan squamous cell carcinoma, basal cell carcinoma dan metastatic carcinoma yang lain, walaupun kejadiannya jarang. Pada pasien biasanya ditandai dengan lesi ulkus necrotizing. Lesi dengan komplikasi seperti ini harus mendapat penatalaksaan segera. Pada perjalanan klinisnya, kista epidermal berukuran besar jarang terlihat pada praktek sehari-hari.

Kista kecil dapat menjadi besar dalam beberapa tahun, dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata 0,5 cm per tahun. Karena tidak terdapat gejala, kista ini jarang mendapat perhatian dari pasien dan merupakan faktor risiko terjadinya kista epidermal yang berukuran besar. Kista epidermoid banyak berisi keratin dan lipid,

Etiologi

Hormon androgen menstimulasi kelenjar sebasea

Kelenjar sebasea membesar dan mensekresi sebum Sebum naik hingga puncak folikel

Keluar ke epidermis

Duktus polisebaseus tersumbat sebum

Lesi obstruktif

Dilatasi folikel sebasea Penipisan dinding folikuler

isi folikuler keluar dan mengiritasi dermis

Lesi baru

Resiko infeksi Papul eritem, kista inflamatorik, pustul

(16)

dan bau yang khas banyak berhungan dengan kista yang berisi jaringan lemak, infeksi bakteri dan decomposition. Ruptur yang spontan dapat mengeluarkan bahan yang lembut, berwarna kunig ke lapisan dermis. Respon ninflamasi ( reaksi benda asing), dapat memproduksi material purulen. Pembentukan skar pada kista membuat pengangkatan menjadi sulit.8

F. MANIFESTASI KLINIS

1. Dapat dijumpai di kulit yang mengandung kelenjar sebasea terutama pada wajah, leher, punggung, dada, kulit kepala, skrotum. kecuali pada telapak tangan dan telapak kaki.

2. Lesi berupa nodul berbentuk kubah berdinding tipis dengan diameter bervariasi, dapat tunggal atau multipel, pada perabaan didapatkan permukaan licin, berbatas tegas, konsistensi keras hingga lunak halus, bebas dari dasar dan dapat digerakkan tetapi melekat pada dermis atasnya.

3. Pertumbuhan kista lambat kista kecil dapat menjadi besar dalam beberapa tahun, dengan kecepatan pertumbuhan rata-rata 0,5 cm per tahun.

4. Ciri khas kista epidermal yaitu terdapat puncak dari muara yang tersumbat berwarna lebih gelap yang disebut puncta.

5. Kista yang terinfeksi atau mengalami inflamasi dapat berkembang jadi abses, yang ditandai dengan bau yang menyengat dan pada kulit di sekitar kista tampak eritema, nyeri pada perabaan, terdapat pus didalamnya dan pada manipulasi tampak pengeluaran bahan berwana putih keju dengan bau yang busuk.

6. Biasanya asimtomatik kecuali pada kista yang terinfeksi atau mengalami inflamasi dapat berkembang menjadi abses dengan manifestasi :

a. kemerahan atau eritema b. tenderness

c. nyeri tekan

d. teraba hangat pada massa dan daerah sekitarnya

e. terdapat material bewarna putih keabu-abuan sepeti keju dan berbau asam khas cairan dari kista epidermal

5. Secara umum kista epidermal terdiri dari : a. jaringan fibrosa dan cairan

b. substansi lemak atau keratin c. terdapat puncta

(17)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi pada kista epidermal dimana dinding kista tersusun dari epidermis dengan struktur struktur yang sama dengan epidermis pada permukaan kulit dengan startum granulosum yang jelas. Lumen kista berisi bahan keratin yang tersusun berlapis-lapis. Pada kista yang terinfeksi pemeriksaan kultur kuman aerob dan anaerob adalah prosedur standar untuk memperoleh pengobatan yang tepat.8

Gambar 2. 4. Lamellated keratin (panah merah), lapisan granular (panah biru), epitel skuamosa berlapis (panah hijau)

(18)

Gambar 2. 5. Lamellated keratin (panah merah), epitel skuamosa berlapis (panah hijau)

2. Ultrasonografi

Pada ultrasonografi kista epidermal memiliki tipikal yang sama dengan karakteristik kista yang lain yaitu gambaran kistik solid, berbentuk bulat oval, berbatas tegas, tampak gambaran punctum ke daerah subepidermal.

Gambar 2. 6. Ultrasonografi kista epidermal, hipoekoik dengan punctum ke daerah subepidermal

3. CT Scan

CT scan berguna dalam mengkonfirmasi diagnosis kista epidermal yang berukuran besar. CT scan menunjukkan massa kepadatan heterogen yang terenkapsulasi dengan baik. Kista epidermal yang tidak pecah ditunjukkan sebagai massa densitas cairan noninfiltrating dengan dinding sklerotik yang tipis.7

(19)

H. DIAGNOSIS BANDING

I. TATALAKSANA

Tidak memerlukan terapi medikamentosa. Kista epidermal dapat regresi spontan. Apabila tumbuh membesar dan menganggu maka dilakukan ekstirpasi kista.

Pada kista epidermal yang terinfeksi dan terdapat abses maka dilakukan eksisi dan drainaise abses kemudian diberikan pengobatan tambahan dengan NSAID dan antibiotik selama 2 minggu atau sampai tanda infeksi menghilang. Setelah itu dapat dilakukan pembedahan ektirpasi. Jika lesi sudah menjadi ulkus necrotizing maka harus mendapat penatalaksanaan segera.

Prinsip penatalaksanaan kista epidermal dilakukan dengan pengangkatan seluruh bagian kista hingga ke kapsulnya secara utuh. Bila kapsul atau dinding kista tertinggal saat ekstirpasi, kista dapat kambuh.

Beberapa Teknik operasi yang digunakan untuk terapi kista epidermal antara lain : 1. Traditional wide excision atau total insisi. Teknik ini membuang seluruh kista,

mencegah rekurensi, namun meninggalkan bekas luka yang paling besar.

2. Eksisi minimal. Teknik ini membuang semua kista dengan luka minimal.

3. Punch biopsy excision, hampir mirip dengan eksisi minimal. Dilakukan eksisi elips luas dari kista sebasea. Teknik ini lebih membutuhkan waktu yang lebih

Kista Epidermal Lipoma Kista ganglion

Definisi sumbatan pada muara kelenjar

sebasea

tumor jinak lemak kista yang berasal dari selaput sarung sinovial / sarung tendo

Kapsul kapsul + tipis kapsul + kapsul tipis / fibrosa

Batas tegas tidak tegas tegas

Mobilitas Mobile

bebas dari dasar, melekat pada dermis

mobile imobile

Konsistensi padat lunak kenyal agak keras

Isi sebum jaringan lemak isi mucin

Punctae + - -

Predileksi daerah yang mengandung kelenjar

sebasea

bagian tubuh mana pun, tetapi umumnya benjolan muncul di area punggung, paha,

leher, lengan, perut, atau bahu.

Sekitar sendi, letak subkutis

Terapi Ekstirpasi Ekstirpasi Ekstirpasi

(20)

sedikit dan menawarkan hasil kosmetik yang lebih baik.6

Gambar 2. 7. Ektirpasi Kista Epidermal

J. KOMPLIKASI

Kista epidermal dapat terinfeksi, ruptur, dan terbentuk abses. Infeksi dapat disebabkan Staphylococcus aureus, Streptococcus grup A, dan E.coli. kista aterom jarang terjadi malignansi, hanya beberapa kasus yang dapat berkembang menjadi karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa.3

K. PROGNOSIS

Kista epidermal merupakan kista epithelial jinak. Setelah dilakukan pembedaha akan menunjukkan prognosis yang baik dan tidak mengalami rekurensi.

Rekurensi terjadi apabila kapsul kista masih tertinggal sehingga keratin ataupun sebum dapat mengisi kembali ruang kapsul yang kosong.

Pada kista epidermal terinfeksi atau mengalami inflamasi yang dapat berkembang menjadi abses dengan jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan karsinoma sel basal atau karsinoma sel skuamosa walaupun kejadiannya sangat jarang.9

(21)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidrajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-De Jong: Sistem Organ Dan Tindak Bedahnya (1), Ed. 4, Vol. 2. Vol. 53, Egc. 2013. 734–739 p.

2. Dikko B, Hospital T, Dikko B, Hospital T. Sebaceous Cyst of the face : A Report of Five Cases Treated in A Teaching Hospital in. 6(1):26–9.

3. Scharf. PMZR. Epidermoid Cyst. Natl Libr Med. 2022;(29763149).

4. Hani Yousef; Mandy Alhajj; Sandeep Sharma. Anatomy, Skin (Integument), Epidermis. 2021.

5. Tahir Muhammad. Pathogenesis of acne vulgaris: simplified. J Pakistan Assoc Dermatologists. 2010.

6. Dewi MH, Wardhana M. Kista epidermal yang awalnya dicurigai neurofibroma tipe-1 yang dilakukan tindakan bedah eksisi. Medicina (B Aires). 2020;50(3):509–15.

7. Hoang VT, Trinh CT, Nguyen CH, Chansomphou V, Chansomphou V, Tran TTT.

Overview of epidermoid cyst. Eur J Radiol Open [Internet]. 2019;6(August):291–301.

Available from: https://doi.org/10.1016/j.ejro.2019.08.003

8. Dewi Made H, Wardhana M. Bedah Eksisi pada Kista Epidermal yang Awalnya Dicurigai Neurofibroma Tipe-1. Medicina. 2019; 50 (3)

9. Gebujun, Huang qi GC. One-Stage Excision of Inflamed Sebaceous Cyst Versus the Conventional Method. Dep Gen Surgery, Shanghai. 2010;4(48):116–8.

(22)

Referensi

Dokumen terkait