LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PETANIAN
PENGOPRASIAN MESIN PENEPUNG DISC MILL DI BALAI PENYULUHAN PERTANIAN (BPP) DESA SIDAREJA KECAMATAN SIDAREJA KABUPATEN
CILACAP
Disusun Oleh :
ANDREI KURNIAWAN NIM 07.16.20.026
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN 2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I
NAMA : Andrei Kurniawan
NIM : 07.16.20.026
PROGRAM STUDI : Teknologi Hasil Pertanian
JUDUL LAPORAN : Pengoprasian Mesin Penepung Disc Mill di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Desa
Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap.
Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II
Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agri.Comm Dr. Mona Nur Moulia, S. TP., M. Sc.
NIP. 19860421 200912 1 006 NIP. 19800419 200501 2 001
Mengetahui : Ketua Program Studi
Dr. Mona Nur Moulia, S. TP., M. Sc.
NIP. 19800419 200501 2 001
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang berjudul “ Pengoprasian Mesin Penepung Disc Mill Di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Desa Sidareja Kecamatan Sidareja Kabupaten Cilacap ”.
Penulis mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dan bimbingannya, penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Muharfiza, S. TP.,M. Si selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI).
2. Ibu Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia (PEPI).
3. Bapak Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agri.Comm selaku Dosen Pembimbing Internal I
4. Ibu Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc selaku Dosen Pembimbing Internal II 5. Bapak Bambang Maryoto, S.ST. selaku Pembimbing Eksternal
6. Bapak Lili Sumantri selaku Ketua Kelompok Tani Margasari
7. Semua pihak yang telah membantu selama proses penyusunan Laporan PKL I.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dari penyusunan kalimat, data, maupun tatacara penulisannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk menghasilkan laporan yang lebih baik di kemudian hari.
Cilacap, 01 Agustus 2022
Andrei Kurniawan
iv DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ...vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viiii
I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan ... 1
C. Manfaat ... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3
A. Mesin Penepung Disc Mill……….….………..3
B. Unjuk Kerja Mesin Disc Mill………..………4
C. Penerapan K3 dan Resiko Kecelakaan Kerja………9
III. METODE PELAKSANAAN ... 11
A. Waktu dan Tempat ... 11
B. Materi Kegiatan ... 11
C. Prosedur Pelaksanaan ... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….14
A. Gambaran dan Informasi Umum Lokasi PKL……….14
B. Hasil Kegiatan……….21
C. Pembahasan………..25
V. PENUTUP………33
A. Kesimpulan………..33
B. Saran………..………..…………33
DAFTAR PUSTAKA……….….….34 LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
halaman 1. Materi Kegiatan PKL I………..…………...11 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan PKL I………..…….12 3. Petugas Penyuluh di BPP Kecamatan Sidareja……….19 4. Luas Tanaman Padi dan Palawija di Kecamatan Sidareja tahun 2020……….20 5. Jumlah Mesin Penepung Di Kecamatan Sidareja………..21
vi
DAFTAR GAMBAR
halaman
1. Mesin Penepung Disc Mill……….…...………3
2. Rangka……….5
3. Puli………5
4. Motor Diesel………5
5. V-Belt………6
6. Ruang Penggiling………...7
7. Bearing……….7
8. Corong Pemasukan………8
9. Saringan………...8
10. Tampak Depan BPP Sidareja……….16
11. Tampak Belakang BPP Sidareja………16
12. Peta Kecamatan Sidareja………17
13. Denah BPP Sidareja……….………17
14. Stuktur Organisasi BPP Sidareja………19
15. Identifikasi Mesin Disc Mill Di Kecamatan Sidareja……….21
16. Mesin Disc Mill di Kelompok Tani Margasari……….21
17. Pemakaian APD……….………..21
18. Perendaman Beras………..22
19. Penyangraian Beras……….22
20. Pengoprasian Mesin Disc Mill…………..………..23
21. Pemasukan Bahan Baku……….23
22. Penepungan Bahan Baku………..….24
23. Hasil Penggilingan Bahan Baku……….24
24. Mematikan Motor Penggerak………..24
25. Hasil Penepungan Menggunakan Saringan 0.8………...25
26. Hasil Penepungan Menggunakan Saringan 0.5………..25
27. Hasil Penepungan Beras Di Rendam………..……….….26
28. Hasil Penepungan Beras Di Sangrai……….…26
29. Perbandingan Corong Pemasukan………27
30. Perbandingan Ruang Penggilingan………...27
31. Vaksinasi PMK Pada Hewan Ternak……….29
32. Pemanenan Padi………..29
33. Pengecekan Kadar Air Gabah………30
vii
34. Pembuatan Keripik Tempe………..30
35. Pengemasan Produk Olahan KWT………30
36. Menanam Sayuran Di Halaman BPP……….31
37. Kerja Bakti Di Lingkungan BPP………..31
38. Perawatan Mesin RMU………31
39. Merontokkan Gabah……….32
40. Monitoring Sawah……….32
viii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman 1. Jurnal Harian Kegiatan PKL I………35 2. Lembar Konsultasi PKL I………..40 3. Blanko Penilaian Laporan PKL I………..42
1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Beras termasuk suatu komoditi yang memiliki peranan yang strategis sebagai ketahanan pangan untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Selain dikonsumsi sebagai nasi, beras juga dikonsumsi dalam bentuk produk olahan tepung beras. Tepung beras merupakan tepung yang banyak dipergunakan di Indonesia karena rendah protein yang tidak mengandung gluten, mudah dicampur (dibuat komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk, dan lebih cepat dimasak sesuai tuntutan kehidupan modern yang serba praktis (Damarjati et al., 2000).
Beras yang digunakan dalam pembuatan tepung beras umumnya adalah beras patah dan beras menir. Pengolahan beras menjadi tepung beras dilakukan melalui proses penepungan. Kedua jenis beras tersebut memiliki nilai ekonomi yang rendah dan proses penepungan dapat meningkatkan nilai tambah komoditas.
Macam mesin penepung yang biasa digunakan untuk menepung, diantaranya adalah hammer mill, roller mill, dan disc mill. Hammer mill memiliki prinsip kerja mengubah ukuran bahan menjadi kecil menggunakan pukulan antara palu dan dinding, sedangkan roller mill menggunakan gaya tekan roller ke bahan, dan yang terakhir adalah disc mill dengan prinsip kerja menggunakan dua piringan yang berputar secara bersamaan dan berlawanan untuk mengecilkan ukuran bahan (Nugroho 2021).
Kegiatan PKL I di BPP Sidareja ditunjukan untuk mengetahui pengoprasian mesin penepung disc mill dalam produksi tepung beras di daerah Kecamatan Sidareja.
B. Tujuan
Tujuan dilakukannya PKL I adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan pengetahuan mengenai kinerja disc mill dalam produksi tepung beras.
2. Meningkatkan kemampuan praktik dalam menggunakan disc mill.
3. Meningkatkan pengetahuan mengenai peran kegiatan penyuluhan dalam pembangunan pertanian.
2 C. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam mengikuti kegiatan PKL I adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dalam bidang alat mesin pertanian di BPP Sidareja.
2. Membentuk pola pikir mahasiswa dalam melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tata cara dan standar operasional kerja.
3. Terlatih untuk mengerjakan pekerjaan lapangan dan sekaligus melaksanakan serangkaian keterampilan yang dilakukan dengan Kelompok Tani di BPP Sidareja.
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Mesin Penepung Disc Mill
Penepung tipe piring (disc mill) merupakan suatu alat penepung yang berfungsi untuk menggiling bahan serealia menjadi tepung, namun lebih banyak digunakan untuk menepungkan bahan yang sedikit mengandung serat dan alat penepung ini memperkecil bahan dengan tekanan dan gesekan antara dua piringan yang satu berputar dan yang lainnya tetap (Sulharman 2016).
Mesin penepung yang sering digunakan oleh para petani adalah mesin penepung disc mill tipe FFC-23, yang dimana mesin dengan tipe ini memiliki kapasitas yang cukup besar dan hasil dari penepungan memiliki mutu yang baik, oleh karena itu penepungan menggunakan mesin disc mill tipe FFC-23 sangat efektif dan efisien digunakan (Haryadi, 2006). Berikut gambar dari mesin penepung disc mill :
Gambar 1. Mesin penepung Disc Mill (Sumber : PT Maksindo, 2021)
Disc mill dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu single disc mill, double disc mill, dan buhr mill. Pada single disc mill, bahan yang akan dihancurkan dilewatkan diantara dua cakram. Efek penyobekan didapatkan karena adanya pergerakan salah satu cakram, selain itu bahan juga mengalami gesekan lekukan pada cakram dan dinding alat. Pada double disc mill, kedua cakram berputar berlawanan arah sehingga akan didapatkan efek penyobekan terhadap bahan yang jauh lebih besar dibandingkan single disc mill. Sedangkan buhr mill merupakan tipe lama dari penggiling cakram (Haryadi 2006).
Prinsip kerja disc mill adalah berdasarkan gaya sobek dan gaya pukul.
Bahan yang akan dihancurkan berada diantara dinding penutup dan cakram berputar. Bahan akan mengalami gaya gesek karena adanya lekukan-lekukan
4
pada cakram dan dinding alat. Gaya pukul terbentuk karena ada logam-logam yang dipasang pada posisi yang bersesuaian (Nugroho, 2021).
Hasil gilingan dipengaruhi oleh kecepatan putar, kadar air biji, jenis biji yang digiling, laju pemasukan bahan serta kondisi dan jenis piringan penggiling.
Umumnya kecepatan putar penepung bergerigi adalah di bawah 1200 rpm (Brennan, dkk., 1990:43).
B. Unjuk Kerja Mesin Disc Mill
1) Komponen-komponen mesin Disc Mill
Komponen-komponen dari mesin penepung disc mill adalah sebagai berikut (Nugroho 2021) :
1. Rangka
Bahan rangka utama biasanya menggunakan besi siku ukuran, 40x40x4 mm dengan panjang rangka 600 mm, lebar 450 mm dan tinggi 500 mm. Bentuk rangka mendukung untuk dudukan motor bensin, corong pemasukan, corong pengeluaran dan ruang penggilingan. Gambar rangka dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Rangka (Sumber : Rohman, 2016) 2. Motor penggerak (Engine)
Motor penggerak ini dengan bahan bakar solar berfungsi sebagai alat penggerak utama untuk memutar bagian-bagian yang lain. Putaran yang dihasilkan oleh motor solar dihubungkan dengan sabuk akan memutar poros dan rotor secara bersamaan. Motor solar yang digunakan pada mesin pembuat tepung ini menggunakan daya 6,5 HP. Berikut gambar dari motor diesel :
5
Gambar 3. Motor Diesel Sumber : (PT. Maksindo, 2021) 3. Puli (Pulley)
Puli digunakan untuk mentransmisikan daya dan putaran poros yang satu ke poros yang lain dengan bantuan sabuk (belt). Kecepatan putaran merupakan perbandingan dari diameter puli penggerak ke diameter puli yang digerakan.
Gambar puli dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 4. Puli (Sumber : Rohman, 2016) 4. Belt (V-Belt)
Sabuk (belt) terbuat dari karet campuran dan mempunyai penampang trapesium yang ada pada bagian inti sabuk terbuat dari serat teteron. Jenis-jenis sabuk yang ada antara lain :
a) Sabuk Rata ( Flat Belt )
Jenis sabuk ini banyak digunakan pada pabrik dan bengkel-bengkel dimana daya yang ditransmisikan dalam jumlah sedang dari satu pully ke pully yang lainnya.
b) Sabuk V ( V-belt )
Jenis sabuk ini banyak digunakan pada pabrik dan bengkel-bengkel dimana daya yang ditransmisikan cukup besar dari satu pully ke pully yang lainnya.
c) Sabuk gigi
6
Bagian dari sabuk ini dilengkapi dengan gigi yang berjalan pada pully gigi seperti rantai. Bahan yang digunakan untuk jenis belt ini harus fleksibel dan tahan lama seperti karet. Berikut gambar dari V-belt :
Gambar 5. V-Belt (Sumber : Rohman, 2016) 5. Ruang Penggilingan
Ruang penggiling adalah tempat dimana bahan baku akan digiling menjadi tepung. Di ruang penggiling ini terdapat rotor dan stator. Rotor adalah bagian yang berputar yang terhubung dengan poros dan stator adalah bagian yang diam pada ruang penggilingan. Gambar ruang penggiling dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 6. Ruang penggiling (Sumber : Rohman, 2016) 6. Bantalan (Bearings)
Bantalan adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros, agar putaran dan gerakan bolak-balik dapat berlangsung secara halus, aman, dan berfungsi agar umur peralatan menjadi lebih lama. Berikut gambar dari bearing :
Gambar .7 Bearing (Sumber : Rohman 2016) 7. Corong Pemasukan (Hopper)
7
Corong pemasukan berfungsi untuk menampung sementara bahan yang akan diproses pada ruang penggilingan. Gambar corong pemasukan dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 8. Corong pemasukan (Sumber : Rohman, 2016) 8. Saringan (ayakan)
Ayakan berfungsi untuk menyaring tepung hasil penggilingan bahan. Pada umumnya tepung yang beredar dipasaran memiliki tingkat kehalusan mesh 60-80.
Namun, saringan yang tersedia pada alat ini yaitu mesh 20, 25, 80, 100 dan 120.
Gambar 9. Saringan (Sumber : Rohman, 2016)
2) Spesifikasi mesin
Spesifikasi mesin penepung disc mill :
Tipe : FFC-23
Kapasitas Pemasukan : 107 kg/jam Kapasitas Penepungan : 90 kg/jam Kapasitas bahan bakar : 5 liter
8 Konsumsi bahan bakar : 0,9 liter/jam Ratational speed : 5800 rpm Motor power : 5.5 PK
Dimensi : 80x50x100 cm
3) Pengoprasian mesin disc mill
Sebelum menghidupkan mesin diesel, pastikan mesin telah terisi bahan bakar, oli mesin dan air radiator. Berikut Langkah-langkah menghidupkan mesin diesel :
1. Menghidupkan sumber penggerak atau mesin diesel.
Geser tuas gas ke posisi star atau posisikan di tengah-tengah batas kecepatan, selanjutnya pegang tuas engkol dengan tangan kanan kemudian masukan poros engkol secara benar agar tidak meleset saat memutar tuas engkol, tekan choke secara penuh menggunakan tangan kiri, putar engkol searah dengan jarum jam secara perlahan hingga tekanan bahan bakar berbunyi tambahkan kecepatan putaran tuas engkol, setelah mesin hidup atur kecepatan putaran mesin dengan mengatur tuas gas sesuai kebutuhan.
2. Masukkan bahan baku yang akan di tepung (beras) kedalam corong input mesin.
Memasukan bahan yaitu beras yang akan ditepungkan melalui corong input mesin (hopper) secara bertahap hingga bahan habis. Dengan keadaan beras bersih dan sudah siap untuk ditepungkan.
3. Kemudian bahan baku akan digiling oleh mesin.
Bahan (beras) yang sudah masuk kedalam mesin akan diperkecil dengan tekanan dan gesekan antara dua piringan yang satu berputar dan yang lainnya tetap, hal ini yang menyebabkan bahan menjadi berukuran kecil bahkan menjadi halus seperti tepung sesuai ukuran saringan (mesh) yang digunakan.
4. Tepung hasil gilingan akan keluar pada corong peneluaran mesin.
Beras yang sudah melalui proses pengecilan ukuran dan melewati saringan (mesh) akan keluar melalui corong pengeluaran (output) dan tepung yang dihasilkan dapat untuk digunakan atau dikemas dan dipasarkan.
4) Kapasitas dan Efisiensi Penepungan
9
Kapasitas efektif alat dapat diartikan sebagai kemampuan dari suatu alat dan mesin dalam menghasilkan suatu output ataupun produk (kg) per satuan waktu (jam). Sedangkan kapasitas penepungan adalah berat tepung yang diperoleh (kg) per satuan waktu (jam). Menurut penelitian Rangkuti dkk (2012), yang menyatakan bahwa semakin besar ukuran puli yang digunakan pada motor penggerak, maka semakin cepat motor penggerak berputar sehingga kapasitas mesin penepung yang diperoleh semakin besar.
C. Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Resiko-resiko Kecelakaan Kerja
Berikut resiko-resiko yang dapat terjadi pada kegiatan penepungan beras serta cara mencegah terjadinya kecelakaan kerja (Nugroho, 2021) Sebagai berikut.
1. Kebisingan
Kebisingan termasuk kepada faktor bahaya fisik, kebisingan terjadi karena putaran dan getaran yang ditimbulkan oleh pergerak atau percepatan mesin yang terus menerus atau konstan baik internal maupun eksternal. Sumber kebisingan berasal dari mesin atau peralatan yang berada diluar ruangan. Pengaruh kebisingan terhadaap tenaga kerja berupa gangguan fisiologis, gangguan psikologis, ganguan komunikasi dan gangguan pendengaran (ketulian). Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan alangkah baiknya operator menggunakan alat pelindung diri berupa sumbat telinga (ear plug) atau tutup telinga (ear muff).
2. Penerangan
Penerangan merupakan faktor fisik yang juga berpengaruh terhadap Kesehatan khususnya mata. Untuk penerangan yang baik harus sesuai dengan standar. Bila penerangan yang ada kurang dari standar maka akan menyebabkan gangguan penglihatan. Penerangan bisa menggunakan dua cara yaitu menggunakan sinar matahari untuk penerangan alami dan untuk penerangan buatan menggunakan sinar lampu listrik.
3. Debu
Debu termasuk faktor bahaya kimia, dimana debu dihasilkan dari sisa proses produksi tepung beras dan lingkungan yang kurang bersih. Debu yang berhamburan dimungkinkan dapat terhirup oleh tenaga kerja yang bekerja di ruangan tersebut dan dapat mengakibatkan gangguan pada pernapasan serta iritasi pada mata. Untuk mengurangi terjadinya resiko tersebut alangkah baiknya
10
tenaga kerja menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan kacamata pelindung.
11
III. METODE PELAKSANAAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik Kerja Lapangan I dilaksanakan pada tanggal 11 Juli sampai dengan 05 Agustus 2022 di BPP Kecamatan Sidareja, Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah.
B. Materi Kegiatan
Tabel 1. Materi Kegiatan PKL I
No Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Hasil kegiatan
1 Keadaan dan
informasi umum BPP, serta organisasi dan manajemen sumber daya manusia
a. Sejarah dan perkembangan b. Profil BPP
c. Posisi dan denah d. Struktur organisasi e. Personalia dan
tenaga kerja
f. Tata kerja pegawai (jam kerja, shift)
Gambaran dan informasi BPP Sidareja
2 Jumlah dan jenis alsintan yang ada di BPP Sidareja
Mengidentifikasi jenis alsintan yang dimiliki oleh BPP Sidareja
Informasi data jumlah dan jenis alsintan
3 Proses optimalisasi pemanfaatan alsintan dilapangan
a. Mengidentifikasi potensi lahan yang bisa ditanam
b. Mengidentifikasi penerapan alsintan di Kecamatan Sidareja
Optimalisasi
pemanfaatan alsintan dilapangan
4 Menganalisis teknis dan mengoprasikan mesin disc mill
Melakukan analisis terhadap komponen- komponen, fungsi, dan prinsip kerja serta mengoprasikan mesin
Hasil analisis teknis dan pengalaman pengoprasian mesin disc mill
12
sesuai dengan SOP yang terstandar
5 Melaporkan hasil analisis teknis dan pengoprasian mesin
Membuat laporan hasil analisis teknis dan pengoprasian mesin
Laporan hasil analisis
teknis dan
pengoprasian mesin 6 Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM)
a. Pengawalan dalam pelaksanaan
kegiatan pertanian b. Melaksanakan
kegiatan sosial masyarakat
Laporan kegiatan PKM dan dokumentasi kegiatan
C. Prosedur Pelaksanaan
Kegiatan PKL I yang akan dilakukan disesuaikan dengan aktivitas kegiatan kerja di BPP Sidareja dan Kelompok Tani Margasari di desa Patimuan. Tahap pelaksanaan yang dilakukan terdapat pada Tabel 2 berikut ini:
Tabel 2. Jadwal pelaksanaan kegiatan PKL I
NO KEGIATAN PELAKSANAAN
1 Pengenalan profil dan wilayah kerja BPP
Sidareja 11 - 14 Juli 2022
2 Pelaksanaan kegiatan di lapangan yaitu mengidentifikasi alsintan yang berada di BPP Sidareja
15 – 18 Juli 2022
3 Pelaksanaan kegiatan di lapangan yaitu mengidentifikasi komponen-komponen mesin beserta fungsinya dan prinsip kerja dari mesin Disc Mill
19 – 24 Juli 2022
4 Pelaksanaan kegiatan di lapangan yaitu mengoprasikan mesin Disc Mill sesuai dengan SOP yang terstandar dan menerapkan prinsip
25 – 31 Juli 2022
13
K3 dalam mengoperasikan alsintan serta menyiapkan bahan
5 Penyusunan laporan PKL I 01 – 05 Agustus 2022
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran dan Informasi Umum Lokasi PKL
1. Sejarah dan Perkembangan BPP
Pembentukan Balai Penyuluhan bertujuan untuk menjalankan fungsi-fungsi penyuluhan pertanian di tingkat kecamatan. Keeradaan balai penyuluhan pertanian sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Seiring perkembangannya, kelembagaan Balai Penyuluhan di Kecamatan sidareja mengalami beberapa perubahan.
Sebelum tahun 1985 Wilayah Kecamatan Sidareja termasuk kedalam Wilayah Kerja Dinas Pertanian Rakyat Kabupaten Cilacap. Pada Tahun 1985 Satpel Bimas Kabupaten Cilacap mendirikan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sidareja dengan Wilayah Kerja 10 desa. BPP Sidareja pada waktu itu dipimpin oleh seorang Kepala BPP yang Bernama Rahmat, BSC. Sekaligus sebagai penyuluh pertanian Madya sebagai Programmer dan dibantu oleh PPM Supervisor yaitu Dasiman Rifai.
Tahun 1987 Struktur organisasi BPP Mengalami perubahan, BPP Sidareja dipimpin oleh seorang Kapala Balai (Dasiman Rifai) dan dilengkapi dengan Penyuluh Pertanian Urusan Programa (PPUP) Tanaman Pangan dan dibantu oleh supervisor (Sutarman). Pada tahun 1992 pemerintah menghapus BPP dan penyuluh dibagi-bagi kepada Dinas-dinas lingkup pertanian. Kondisi ini berjalan sampai pada tahun 1998.
Melalui surat keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian No 54 tahun 1996 tentang Pedoman Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaannya dan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian No 76 tahun 1996 tentang pembentukan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) serta surat keputusan Bupati KDH Tk II Cilacap No.
39 tahun 1996 tgl 31 Desember 1996 tentang pembentukan orgaisasi dan Tata hubungan kerja Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kabupaten Dati II Cilacap, maka di Kabupaten Cilacap tahun 1997 terbentuk BIPP di Kabupaten Cilacap dan pada tahun 1998 terbentuk BPP di masing-masing kecamatan termasuk di Kecamatan Sidareja. BPP dipimpin oleh seorang Koordinator Penyuluh dari tahun 1998-2002. Penyuluh pertanian Kembali dalam satu atap di BIPP dan untuk tingkat Kecamatan berada di BPP.
Pada tahun 2002 di undangkan Undang-undang No 22 tahun 2002, tentang Otonomi Daerah. Perkembangannya bagi Kelembagaan penyluhan BIPP dilembr
15
dan fungsinya ditangani oleh Dinas-dinas lingkup pertanian. Penyuluh BIPP dilembur dan fungsinya ditangani oleh Dinas-dinas lingkup pertanian. Penyuluh berada di dinas-dinas. Ditingkat kecamatan tidak ada Balai Penyuluhan. Komdisi ini berjalan sampai pada tahun 2009.
Tahun 2006 Pemerintah mengeluarkan Undang-undang SP3K No. 16 Tahun 2006. Atas dasar UU tersebut perjuangan penyuluh se Kabupaten Cilacap didukung oleh para legislatif dan eksekutif Kabupaten Cilacap, maka pada tahun 2008 disahkan PERDA pembentukan SKPD Kabupaten Cilacap termasuk di dalamnya adalah Badan Pelaksana Penyuluhan pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) dan 4 (empat) Unit Pelaksana Teknik Balai Penyuluhan.
Kepada UPT yang statusnya pegawai structural dengan eselon IV a, dibantu oleh Kasubag TU dengan eselon IV b.
Tepatnya pada tanggal 8 Maret 2010 Gedung Balai Penyuluhan Sidareja yang beralamat di Jl. Pertabatan No.1 Komplek Cibenon Desa Sidareja Kecamatan sidareja diresmikan sebagai Balai Penyuluhan Model (BP Model) oleh gubernur Jawa Tengah Bapak H. Bibit Waluyo dengan status Gedung milik sendiri. Saat ini bangunan BPP Kecamatan Sidareja masih dalam kondisi baik dan terawat.
2. Profil BPP Sidareja a. Keadaan BPP Sidareja
BPP kecamatan Sidareja berada pada -7°29’23’’ BT dan 108°47’49’’ LS pada ketinggian tempat 5,5 m dpl. Kecamatan Sidareja Sebagian besar adalah berupa daratan meliputi desa Margasari, Tinggarjaya, Tegalsari, Gunungreja, Sidareja, Sidamulya, dan Sudagaran dengan ketinggian tempat mulai dari 1-8 m dpl. Sedangkan desa Kunci, Penyarang dan Karanggedang adalah berupa perbukitan dengan ketinggian antara 8-14 m dpl.
Iklim di kecamatan Sidareja termasuk dalam tipe iklim C hal ini berdasarkan perhitungan bulan basah dan bulan kering yaitu 6 bulan basah dan 6 bulan kering, dengan rata-rata curah hujan 2.180 mm/tahun. Jenis tanah yang ada di wilayah Kecamatan Sidareja adalah Aluvial Kelabu Tua dengan batuan induk endapan Lempung dan fisiologis mulai dataran sampai pegunungan. Penggunaan tanah di bagian pegunungan di dominasi oleh PERHUTANI dengan tanaman produksi Pinus, Karet dan Jati.
16
Gambar 10. Tampak Depan BPP Sidareja
Gambar 11. Tampak Belakang BPP Sidareja
3. Visi dan Misi
Visi dan misi BPP Kecamatan Sidareja sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Cilacap yaitu :
1) Visi
BPP Sidareja sebagai wadah bagi penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha dalam pengembangan diri menuju SDM yang mandiri, tangguh dan kreatif di bidang pertanian.
2) Misi
a) Mengembangkan penyuluhan berbasis inovasi teknologi.
b) Mengembangkan perilaku mandiri, tangguh dan kreatif para penyuluh dan pelaku utama/pelaku usaha.
c) Pemberdayaan masyarakat pelaku utama dan pelaku usaha yang bertumpu pada potensi lokal.
d) Peningkatan produksi berkelanjutan.
4. Posisi dan Denah BPP Sidareja
Kecamatan Sidareja terletak dibagian Barat Kabupaten Cilacap dengan jarak ke kabupaten ± 24,8 kilometer. Wilayah Kecamatan Sidareja secara administratif memiliki batas wilayah sebagai berikut:
1) Sebelah Barat : Kecamatan Cipari
2) Sebelah Utara : Kecamatan Karangpucung 3) Sebelah Timur : Kecamatan Gandrungmangu
17 4) Sebelah Selatan : Kecamatan Kedungreja
Gambar 12. Peta Kecamatan Sidareja
Gambar 13. Denah BPP Sidareja 5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana pendukung kegiatan penyuluhan di BPP Kecamatan Sidareja, antara lain:
1) Mebel
a) Meja rapat persegi Panjang b) Meja komputer
c) Kursi kerja
d) Rak buku perpustakaan e) Rak serba guna
f) Lemari arsip g) Peralatan makan h) Peralatan dapur 2). Pusat informasi
a) Komputer dan printer b) Wifi
c) Media cetak 3). Alat Bantu Penyuluhan
a) Microphone
18 b) Projector atau infocus
c) TV
d) Whiteboard 4) Peralatan Administrasi
a) Mesin TIK b) Kalkulator c) Rak buku 5) Alat Transportasi
a) Roda 2
6) Perlengkapan dan Peralatan Teknis Penyuluhan a) Soil Test Taster (PUTS)
b) Timbangan c) Kertas koran 7) Fasilitas
a) Ruang koordinator penyuluh b) Ruang penyuluh
c) Ruang rapat d) Mushola e) Dapur f) Toilet g) Gudang
6. Kelembagaan Penyuluh Pertanian 1) Personalia dan Tenaga Kerja
Jumlah Penyululuh Pertanian yang ada di wilayah BPP Kecamatan Sidareja adalah sebanyak 5 orang terdiri dari Penyuluh Pertanian Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 5 orang . Sedangkan Penyuluh Pertanian Swadaya (PPS) sebanyak 10 orang. Untuk lebih jelasnya jumlah aparatur pertanian di wilayah BPP Kecamatan Sidareja dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
19
Tabel 3. Petugas Penyuluh di BPP Kecamatan Sidareja
No Nama dan NIP Pendidikan Umur
(Tahun) Tempat Tugas
1. Bambang Maryoto, S.ST
NIP. 19840312 200502 2 003 S1 36
Koordinator Penyuluh
Desa Tinggarjaya 2. Yudi Iswahyudi, S.TP
NIP. 1980041020211002 S1 42 Desa Kunci
Desa Penyarang 3. Eti Solikhatun YK, SP
NIP. 19820729 201706 2 003 S1 40
Desa Sidareja Desa Sidamulya Desa Sudagaran 4. Suryati
NIP. 19850626 201706 2 004 SLTA 37 Desa Gunungreja Desa Tegalsari 5. Natasha Choirunnisa P, SP
NIP. 19990126 202202 2 001 S1 23 Desa
Karanggedang 6. Rifka Jauharu Rahmah, A.md.P
NIP. 20000914 202202 2 001 D3 22 Desa Margasari
2) Struktur Organisasi BPP
Gambar 14. Stuktur Organisasi BPP Sidareja
20 3) Potensi Lahan di Kecamatan Sidareja
Komoditas Utama spesifik lokasi di Wilayah BPP Sidareja terdiri dari sektor Tanaman Pangan. Komoditi Tanaman Pangan terdiri dari Padi Sawah, Jagung, Kacang Ijo, Mentimun dan Kacang Panjang.
Tabel 4. Luas Tanaman Padi dan Palawija di Kecamatan Sidareja tahun 2020 Kecamatan Padi Jagung KetelaPohon Ketela Rambat Kacang Tanah Kedelai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tegalsari 306 10 12 2 8 -
Margasari 458 20 15 5 9 9 -
Tinggarjaya 484 20 11 5 2 -
Gunungreja 558 20 13 4 8 -
Sidareja 454 - 5 - - 20
Sidamulya 506 - 6 - - -
Sudagaran 541 20 2 - - -
Kunci 123 - 2 - - 30
Karanggedang 617 - 14 - - -
Penyarang 323 - 10 - - -
Jumlah 4 369 90.0 90 16 10 50
Tahun 2019 7 178 69 80 19 10 317
Tahun 2018 7 178 69 80 19 10 317
Tahun 2017 9 446 - 121 15 22 37
21 B. Hasil Kegiatan
1. Identifikasi Mesin penepung disc mill di Kecamatan Sidareja
Identifikasi mesin penepung di wilayah Kecamatan Sidareja dilakukan dengan cara survei secara lansung ke lapangan menemui Ketua Gapoktan dan Kelompok Tani yang tersebar di sepuluh Desa Binaan dibawah naungan BPP Sidareja.
Gambar 15. Identifikasi Mesin Disc Mill di Kecamatan Sidareja
Hasil identifikasi mesin penepung di Kecamatan Sidareja dari sepuluh Desa ditemukan berbagai tipe mesin dan kapasitas mesin yang beragam. Untuk tipe mesin tersendiri di Kecamatan Sidareja ditemukan tiga tipe mesin yaitu tipe FFC- 15, FFC-23, dan FFC-37.
Mesin penepung tipe FFC-15 merupakan mesin penepung yang menggunakan motor penggerak dinamo tenaga listrik, mesin dengan tipe ini biasanya digunakan oleh para petani khusus untuk menepungkan beras. Mesin dengan tipe FFC-23 merupakan mesin penepung yang menggunakan motor penggerak bensin, yang biasanya digunakan untuk menepungkan bahan baku serealia, simplisia atau rempah-rempah lainnya. Untuk mesin dengan tipe FFC-37 biasanya digunakan untuk menepungkan gaplek atau singkong yang dimana mesin ini menggunakan diesel sebagai motor penggeraknya.
Berikut tabel persebaran mesin penepung disc mill di Kecamatan Sidareja : Tabel 5. Jumlah mesin penepung di Kecamatan Sidareja
No Nama Desa Jumlah
1 Desa Sidareja 4 Unit
2 Desa Sudagaran 2 Unit
3 Desa Sidamulya 3 Unit
4 Desa Tegalsari 2 Unit
5 Desa Gunungreja 4 Unit
6 Desa Tinggarjaya 2 Unit
7 Desa Margasari 2 Unit
22
8 Desa Kunci 3 Unit
9 Desa Penyarang 2 Unit
10 Desa Karanggedang 2 Unit
Total 26 Unit
Mesin penepung di Kecamatan Sidareja sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk menepungkan bahan baku seperti serealia dan rempah-rempah. Akan tetapi para petani atau operator yang mengoprasikannya belum menerapkan standar operasional dengan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD).
2. Spesifikasi mesin disc mill
Gambar 16. Mesin Disc Mill di Kelompok Tani Margasari
Tipe : FFC-23
Motor Penggerak (Engine) : Honda GX200 (6.5 HP) Kapasitas Penepungan : 50 kg/jam
Kapasistas Bahan Bakar : 3,1 liter (Bensin) Konsumsi Bahan Bakar : 0.6 liter/jam Ratational Speed : 1800 rpm
V-Belt : A-48
Kapasitas Oli : 0.5 liter (SAE 20W-50) Kapasitas Mesin : 196 cc
Dimensi : 100X30X100 cm
3. Cara Mengoprasikan Mesin Disc Mill a) Menyiapkan Alat dan bahan
Alat dan bahan yang perlu disiapkan dalam pengoprasian mesin penepung disc mill adalah seperti menyiapkan dan menggunakan alat pelindung diri (APD) terlebih dahulu bagi operator yang dimana APD akan mengurangi resiko kecelakaan kerja.
23
Gambar 17. Pemakaian APD
APD yang dipakai pada saat pengoprasian mesin penepung adalah masker dan sarung tangan. Masker untuk menutupi area wajah dan sekitarnya dari debu- debu atau hasil penepungan yang terbang terbawa angin, sedangkan sarung tangan untuk menjaga area tangan agar tidak terluka pada saat pengoprasian (penarikan penggerek motor bensin) atau benda asing lainnya yang terdapat pada mesin.
Bahan selanjutnya adalah beras beserta wadahnya, beras yang digunakan dalam penepungan ini adalah beras inpari dengan dua perlakuan beras yaitu di rendam menggunakan air dan di sangrai dengan bobot masing-masing sebanyak 1kg.
Beras yang di rendam dicuci terlebih dahulu hingga bersih dan di rendam dengan air bersih selama 1jam, selanjutnya ditiriskan selama 30menit dan disiram kembali sebelum ditepungkan agar keadaan beras tetap basah.
Gambar 18. Perendaman beras
Beras yang di sangrai sebelumnya sudah dibersihkan atau dicuci bersih menggunakan air, selanjutnya di tiriskan hingga kering atau tidak terlalu banyak mengandung air, selanjutnya beras di sangrai diatas kompor selama 30menit di api yang kecil dengan di orak-arik agar beras tidak hangus.
Gambar 19. Penyangraian beras
24
Mesin penepung disc mill juga perlu disiapkan mulai dari bahan bakar (bensin) harus terisi full di dalam tangki bahan bakar, oli yang digunakan masih bagus dan layak untuk digunakan, saringan dipasangkan dalam ruang penggiling serta bagian-bagian lainnya harus dalam keadaan siap untuk di operasikan.
b) Cara pengoprasian
1) Menghidupkan motor penggerak
Mesin penepung sudah siap di operasikan dan bahan-bahan sudah lengkap serta sudah mengunakan APD secara benar, langkah selanjutnya yaitu menghidupkan motor penggerak dengan cara putar saklar pada engine dari off ke- on, geser juck kearah belakang, selanjutnya naikkan rpm mesin mencapai 700- 1000 rpm, dan tarik tuas untuk menghidupkan motor penggerak, Ketika mesin sudah menyala naikkan kembali rpm mencapai 1400-1600 rpm.
Gambar 20. Pengoprasian mesin disc mill 2) Memasukan bahan baku
Bahan baku yang sudah disiapkan yaitu beras dimasukan kedalam corong pemasukan (hooper). Dan di dalam corong pemasukan bahan akan ditampung terlebih dahulu sebelum digiling di dalam ruang penggiling.
Gambar 21. Pemasukan bahan baku 3) Bahan akan di giling di ruang penggiling
Bahan baku yang sudah di tampung di dalam corong pemasukan selanjutnya akan digiling di dalam ruang penggiling yang dimana sekat atau penutup lubang perantara antara corong pemasukan dan ruang penggiling dibuka terlebih dahulu, sehingga bahan baku akan masuk ke dalam ruang penggiling secara teratur.
25
Gambar 22. Penepungan bahan baku 4) Hasil gilingan akan keluar melalui corong pengeluaran
Bahan baku yang sudah di giling akan keluar melalui corong pengeluaran (output) yang disambungkan dengan kain berukuran 1meter, berbahan kain katun yang bertujuan untuk mengamankan hasil penggilingan atau penepungan tidak berceceran dan tidak berterbangan, sehingga hasil dari penggilingan tersebut akan langsung meluncur kedalam wadah.
Gambar 23. Hasil penggilingan bahan baku 5) Mematikan motor penggerak
Bahan baku yang akan digilingkan sudah semua, selanjutnya mematikan motor penggerak dengan cara menurunkan rpm mesin hingga mati, dan selanjutnya menggeserkan juck kearah depan serta memutarkan saklar dari on ke off.
Gambar 24. Mematikan motor penggerak C. Pembahasan
1) Perbandingan hasil dari penepungan menggunakan dua ukuran saringan (mesh).
Proses penepungan beras menggunakan saringan (mesh) ukuran 0.8 menghasilkan tepung beras yang dalam waktu penggilingan cendrung lebih cepat karena hanya satu kali proses penepungan, tepung yang dihasilkan halus seperti
26
tepung pada umumnya atau pada tepung-tepung yang beredar di masyarakat, tekstur tepung ringan dan sedikit kering karena pada penepungan menggunakan saringan 0.8 bahan baku yang digiling tidak mengalami penekanan di dalam ruang penggling yang cukup besar atau kuat sehingga tepung yang dihasilkan tidak basah dan padat.
Gambar 25. Hasil penepungan menggunakan saringan 0.8
Proses penepungan beras menggunakan saringan (mesh) ukuran 0.5 menghasilkan tepung beras yang dalam waktu penggilingan lebih lama karena membutuhkan dua kali penggilingan, yang pertama menggunakan saringan ukuran 0.8 dan digiling kembali menggunkan saringan ukuran 0.5 sehingga waktu yang dibutuhkan sedikit lama, pastinya tepung yang dihasilkan sangat halus dan lembut, tekstur tepung lumayan padat dan sedikit lembab hal ini disebabkan bahan baku mengalami perlakuan penggilingan yang cukup besar sehingga tepung yang dihasilkan sedikit padat dan lembab.
Gambar 26. Hasil penepungan menggunakan saringan 0.5 2) Perbandingan perlakuan beras
Pada proses penepungan ini menggunakan dua jenis perlakuan beras yang berbeda yaitu beras yang secara di rendam menggunakan air dan beras di sangrai.
Cara perendaman beras mulai dari beras dicuci hingga bersih, selanjutnya direndam menggunakan air bersih selama 1jam, setelah 1jam tiriskan beras selama 30menit dan siram Kembali menggunakan air bersih sebelum dilakukannya proses penepungan.
Untuk hasil penepungan beras dengan perlakuan secara di rendam menghasilkan tepung beras dengan tekstur tepung cendrung basah, tepung yang
27
dihasilkan halus dan lembut, serta banyak olahan makanan yang menggunakan tepung beras yang di rendam contohnya seperti papais, kue kering dan campuran adonan gorengan.
Gambar 27. Hasil penepungan beras di rendam
Cara penyangraian beras, beras diawali dengan carab eras dicuci hingga bersih, selanjutnya ditiriskan hingga kering atau sedikit mengandung air dan dirasa sudah cukup kering selanjutnya disangrai diatas kompor dengan api kecil dan di orak-arik agar tidak hangus selama 30menit.
Hasil dari penepungan beras yang disangrai menghasilkan tepung beras yang bertekstur tepung yang cukup kering, tepung yang dihasilkan halus kasar seperti gula pasir, akan tetapi sedikit dibutuhkan untuk pengolahan makanan yang dimana digunakan untuk pembuatan olahan makanan sagon.
Gambar 28. Hasil penepungan beras di sangrai 3) Perbandingan mesin
Mesin penepung disc mill memang sangat berguna bagi kegiatan pascapanen, akan tetapi mesin penepung produksi pabrik kurang efektif dan efisien digunakan bagi para petani bahkan pelaku usaha penepungan, dikarenakan kapasitas penepungan yang cukup sedikit yaitu antara 1-2kg dan di dalam ruang penggiling bantalan pemukul tidak merata sehingga sering ditemukan beras yang masih dalam keadaan utuh didalam ruang penggiling.
Oleh karena itu petani di kelompok tani Margasari memodifikasi mesin penepung menjadi lebih efektif dan efisien digunakan dengan cara mengganti corong pemasukan dengan kapasitas 4-5kg karena untuk memudahkan proses penepungan dan menampung bahan baku cukup banyak.
28
Gambar 29. Perbandingan corong pemasukan
Kelompok tani Margasari juga memodifikasi pada bagian ruang penggiling dengan menambahkan bantalan agar pada proses penepungan bahan baku yang digiling lebih cepat hancur maupun halus sehingga lebih efisien terhadap waktu penepungan.
Gambar 30. Perbandingan ruang penggilingan
4) Kerusakan-kerusakan yang biasanya terjadi pada saat pengoprasian Kerusakan yang sering dialami oleh para operator atau petani pada saat pengoprasian mesin penepung disc mill biasanya pada saringan (mesh) yang tersumbat, hal ini disebabkan oleh bahan baku yang dimasukan terlalu banyak sehingga terjadi penumpukan bahan di dalam ruang penggiling,
5) Perawatan mesin penepung disc mill
a) Membersihkan bagian mesin setelah digunakan khususnya pada bagian ruang penggiling, corong pemasukan, saringan dan corong pengeluaran.
Karena akan sangat berpengaruh kepada kualitas hasil penepungannya.
Bagian tersebut dibersihkan mengguankan sikat, lap (kain) ataupun air mengalir hingga bagian mesin tersebut bersih.
b) Memonitor motor penggerak (engine) dengan mengganti oli secara berkala dan tangki bahan bakar serta kekokohan kerangka dan v-belt.
29 6) Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM)
Pengabdian kepada masyarakat adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk membantu masyarakat dalam beberapa aktifitas tertentu.
a. Vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
Penyakit PMK adalah penyakit infeksi virus yang bersifat akut dan sangat menular. Penyakit ini menyerang semua hewan berkuku belah atau genap, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba termasuk juga hewan liar seperti gajah, rusa dan sebagainya. Oleh karena itu Dinas peternakan Bersama POSKESWAN di Kecamatan Sidareja melakukan penyuntikan vaksin PMK untuk hewan ternak di Kecamatan Sidareja dengan terjun secara langsung menemui peternak di desa- desa.
Gambar 31. Vaksinasi PMK pada hewan ternak b. Pemanenan padi
Pemanenan padi di wilayah BPP Sidareja dilakukan dengan cara manual yaitu menggunakan sabit, hal ini di sebabkan tanah atau lahan di sawah daerah ini memiliki kedalaman yang cukup dalam sehingga tidak memungkinkan menggunakan combine.
Sistem yang digunakan dalam pemanenan padi ini menggunakan sistem potong bawah dikarenakan cara perontokannya akan menggunakan alat manual (gebot) atau menggunakan perontok sederhana.
Gambar 32. Pemanenan padi
c. Penelitian susut hasil penen padi
Penelitian ini diselenggarakan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap yang dilakukan di lahan sawah bagian belakang BPP Sidareja. Penelitian ini dilakukan
30
dengan tujuan untuk mengetahui seberapa banyak padi atau gabah yang terbuang pada proses pemanenan dan perontokan.
Gambar 33. Pengecekan kadar air gabah d. Mengunjungi Kelompok Wanita Tani (KWT) “Juwita”
KWT “Juwita” berlokasi di Desa Cinangsi, KWT ini selain membuat berbgai tempe seperti tempe mendoan dan tempe plastik tapi juga mengolah berbagai produk olahan seperti keripik tempe, keripik talas, sale pisang, tepung mocaf dan tepung jagung. Produk olahan yang dibuat biasanya pesanan dari berbagai provinsi se-Indonesia dan dipasarkan di wilayah Kabupaten Cilacap.
Gambar 34. Pembuatan keripik tempe
Gambar 35. Pengemasan produk olahan KWT e. Pengabdian di lingkungan BPP
Lingkungan BPP Kecamatan Sidareja memiliki lahan di bagian depan dan belakang BPP. Untuk lahan bagian belakang dipergunakan untuk lahan pertanian komoditas padi yaitu sawah. Untuk lahan bagian depan selain untuk kolam ikan dipergunakan untuk lahan hortikultura dengan menanam berbagai jenis sayur- sayuran.
31
Gambar 36. Menanam sayuran di halaman BPP
Kerja bakti di lingkungan BPP Kecamatan Sidareja dilakukan sebanyak satu bulan sekali, kegiatan kerja bakti ini meliputi kegiatan bersih-bersih halaman BPP dan mengecat pagar BPP.
Gambar 37. Kerja bakti di lingkungan BPP f. Mengunjungi tempat penggilingan gabah
Tempat penggilingan gabah (heleran) bertempat di Desa Sidareja, tempat ini beroperasi setiap harinya. Terdapat mesin husker dan polisher yang masih terawatt, perawatan mesin dilakukan setiap satu kali dalam seminggu.
Gambar 38. Perawatan mesin RMU g. Merontokan gabah
Musim panen di wilayah Kecamatan Sidareja cukup merata, oleh karena itu kebanyakan petani membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang cukup banyak. Saya diberi kesempatan untuk membatu petani secara langsung dalam merontokan padi menggunakan mesin perontok sederhana.
32
Gambar 39. Merontokan gabah h. Monitoring sawah
Lahan sawah di wilayah Kecamatan Sidareja banyak yang etrkena hawa wereng, oleh karena itu para petani melakukan monitoring secara rutin dan apabila dampak hama cukup besar para petani akan melakukan penyemprotan serentak.
Gambar 40. Monitoring sawah
33
V. PENUTUP A. Kesimpulan
1) Prinsip kerja mesin disc mill adalah mengecilkan bahan dengan cara memukul (hammer).
2) Petani atau operator kurang sadar dalam resiko keselamatan kerja (tidak menggunakan APD).
3) Modifikasi mesin disc mill lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan proses penepungan.
B. Saran
1) Memodifikasi mesin di bagian hooper dan ruang penggiling agar pengoprasian lebih efektif dan efisien.
2) Mensosialisasikan kepada petani atau operator terhadap pentingnya menggunakan APD pada saat pengoprasian mesin.
3) Perawatan mesin dilakukan dengan teratur dan sesuai dengan standar operasional atau buku panduan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Brennan, Butters, Cowell, dan Lilley. 1990. Food Engineering Operations 3th Edition. London: Elsevier Publishing Co.
Damarjati, D.S., S. Widojati, J. Wargiono, dan S. Purba. 2000. Potensi dan Pendayagunaan Sumber Daya Bahan Pangan Lokal Serealia, Umbi- umbian, dan Kacang-kacangan untuk Penganekaragaman Pangan.
Makalah pada Lokakarya Pengembangan.
Firdaus, Muhammad. Dkk (2007). Swasembada Beras Dari Masa Ke Masa. Bogor : IPB Press.
Haryadi 2006. Teknologi Pengolahan Beras. Gadah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kusumah, 2018. Keteknikan Pertanian. Yogyakarta : UGM Perss.
Muchtadi T. dan F. Ayustaningwarno. 2010. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Bandung: Alfabeta
Nugroho A. 2021. Jenis-jenis Mesin Penepung Serealia Di Indonesia. Tegal : Politeknik Harapan Bangsa.
Sulharman 2016. Jurnal Riset Teknologi Industri. Yogyakarta : litbang.kemenperin.go.id
Tarwaka, 2008. Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta : Harapan Perss.
35 LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal harian kegiatan Praktik Kerja Lapangan I
JURNAL HARIAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022 Nama : Andrei Kurniawan
NIM : 07.16.20.026
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian Lokasi PKL I : BPP Kecamatan Sidareja
No. Hari
Tanggal Kegiatan Foto Kegiatan
Paraf Pembimbing
Eksternal
Keterangan 1 Senin, 11 Juli
2022
1. Pengenalan profil dan wilayah kerja BPP Sidareja
2. Memperbaharui data alat mesin pertanian (alsintan) di Kecamatan Sidareja 2 Selasa, 12 Juli
2022
Membantu Dinas Peternakan (POSKESWAN) untuk vaksinasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak sapi 3 Rabu, 13 Juli
2022
Mendata alat mesin pertanian di Kecamatan
Sidareja sekaligus membuat denah BPP Sidareja 4 Kamis, 14 Juli
2022
Memonitoring tanaman padi di sawah yang terkena hama wereng
36 5 Jum’at, 15 Juli
2022
1. Mengunjungi tempat penggilingan gabah yang berada di Desa Sidareja 2. Ikut serta
dalam perawatan mesin penggilingan gabah (RMU) 6 Sabtu, 16 Juli
2022
Melakukan perontokan padi menggunakan perontok sederhana di wilayah BPP.
7 Minggu, 17 Juli 2022
Mengunjungi kelompok tani untuk mengetahui alsintan
8 Senin, 18 Juli 2022
1. Memanen padi dengan cara manual di sawah wilayah BPP Sidareja 2. Mengikuti
penelitian susut hasil dari Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap 9 Selasa, 19 Juli
2022
Melakukan penanaman sayuran di halaman BPP Sidareja 10 Rabu, 20 Juli
2022
Mengunjungi kelompok tani sri lestari untuk mengetahui alsintan
37 11 Kamis, 21 Juli
2022
Melakukan pengoprasian mesin penepung disc mill yang berada di kelompok tani masrgasari, Desa Margasari
12 Jum’at, 22 Juli 2022
Mengunjungi KWT
“Juwita” untuk membantu dalam pembuatan keripik tempe
13 Sabtu, 23 Juli 2022
Melakukan diskusi dengan ketua Kelompok Tani Margasari terkait kinerja mesin penepung 14 Minggu, 24
Juli 2022
Menyicil pembuatan laporan PKL-I
15 Senin, 25 Juli 2022
Melakukan diskusi dengan anggota Kelompok Tani Margasari terkait perawatan mesin penepung
16 Selasa, 26 Juli 2022
Melakukan kerja bakti yang dilaksanakan di lingkungan BPP Sidareja
38 17 Rabu, 27 Juli
2022
Melakukan
konsultasi laporan dan jurnal harian dengan penyuluh yang berada di BPP Sidareja 18 Kamis, 28 Juli
2022
Mengikuti kegiatan monitoring dan evaluasi yang diberikan oleh Bapak Wadir I PEPI
19 Jum’at, 29 Juli 2022
Menyicil pembuatan laporan PKL-I
20 Sabtu, 30 Juli 2022
Mengunjungi KWT
“Juwita” untuk membantu dalam pengemasan produk olahan yang sudah dibuat 21 Minggu, 31
Juli 2022
Membuat bahan tayang hasil PKL-I untuk di
persentasikan di depan penyuluh yang berada di BPP Sidareja 22 Senin, 01
Agustus 2022
Melakukan persentasi hasil PKL di BPP Sidareja yang diawasi oleh penyuluh yang berada di BPP 23 Selasa, 02
Agustus 2022
Memperbaiki laporan yang sudah di revisi oleh Pembimbing Eksternal
24 Rabu, 03 Agustus 2022
Melanjutkan pembuatan laporan PKL-I
39 25 Kamis, 04
Agustus 2022
Melanjutkan pembuatan laporan PKL-I
26 Jum’at, 05 Agustus 2022
Pemberian cinderamata dan kenang-kenangan
Cilacap, 01 Agustus 2022 Yang membuat
( Andrei Kurniawan )
40 Lampiran 2. Lembar Konsultasi PKL I
LEMBAR KONSULTASI PKL I
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Nama : Andrei Kurniawan NIM : 07.16.20.026
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian Lokasi PKL-I : BPP Kecamatan Sidareja
Pembimbing Internal : 1. Shaf Rijal Ahmad, S.TP., M.Agri.Comm 2. Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc Pembimbing Eksternal : Bambang Maryoto, S. ST
No. Tanggal Materi Konsultasi Koreksi Pembimbing Paraf Pembimbing 1 20 Juni 2022 Konsultasi mengenai judul
Proposal dan Laporan PKL I
Menyesuaikan dengan ketersediaan alsintan yang berada di lokasi PKL I yaitu BPP Kecamatan Sidareja 2 05 Juli 2022 Persiapan PKL I Memberikan
pengarahan terkait kegiatan PKL I selama di lapangan
3 06 Juli 2022 Revisi hasil Proposal yang telah dibuat
1. Perbaikan pada latar belakang, tujuan dan pembahasan harus saling berkaitan dan memiliki kalimat penghubung antara paragraph satu dan paragraph
berikutnya.
2. Menyertakan gambar pada proposal dan laporan diwajibkan mencantumkan sumber dari gamber tersebut.
4 07 Juli 2022 Perbaikan Proposal PKL I 1. Kalimat atau singkatan yang sudah diberikan penjelasan jangan dituliskan Kembali atau tidak terdapat pengulangan pada
41
kalimat atau singkatan.
2. Merapihkan margin sesuai dengan ketentuan dan menggunakan layout
“0”.
5 27 Juli 2022 Pembuatan laporan dan bahan tayang PKL I serta pengisian jurnal harian.
Pembuatan laporan disesuaikan dengan format ketentuan pedoman PKL I, pembuatan bahan tayang menampilkan inti dari setiap pembahasan atau jangan terlalu Panjang, dan pengisian jurnal harian sesuai pedoman PKL I serta sertakan foto
dokumentasi pada kegiatan setap harinya.
Cilacap, 04 Agustus 2022 Yang membuat
(Andrei Kurniawan)
42 Lampiran 3. Blanko Penilaian Laporan PKL I
PENILAIAN LAPORAN PKL I
POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2021/2022
Nama : Andrei Kurniawan NIM : 07.16.20.026
Program Studi : Teknologi Hasil Pertanian Lokasi PKL I : BPP Kecamatan Sidareja No. Nama Pembimbing
Nilai Laporan PKL I
Nilai Jadi (100%) Isi Materi
(40%)
Sistematika (20%)
Kelengkapan (20%)
Tampilan (20%)
Tangerang,………..2022 Dosen Pembimbing………
(……….) NIP.