• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kerja Praktik Manggala Rasendriya Saputra

N/A
N/A
mOnAkA

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Kerja Praktik Manggala Rasendriya Saputra"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KERJA PRAKTIK

PT. KILANG PERTAMINA INTERNASIONAL RU VI BALONGAN

ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA

MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESTMENT (RULA)

Disusun oleh:

Manggala Rasendriya Saputra 122210043

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2023

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

KERJA PRAKTIK

ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB

ASSESTMENT (RULA)

(PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan, Indramayu)

Oleh :

Manggala Rasendriya Saputra 122210043

Telah disetujui dan disahkan Pada tanggal : ...

Dosen Pembimbing

Ir. Dyah Rachmawati L., MT.

NIP 19651219 199103 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Industri

Universitas Pembangunan “Veteran” Yogyakarta

Dr. Sadi, S.T., M.T.

NIP 19710313 202121 1 002

(3)

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Manggala Rasendriya Saputra NPM : 122210043

Prodi : Teknik Industri FTI UPN “Veteran” Yogyakarta

Menyatakan bahwa karya ilmiah dengan judul “ANALISIS DAN USULAN PERBAIKAN POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESMENT (RULA)” adalah hasil karya saya dan bebas dari plagiarisme.

Apabila pernyataan ini terbukti tidak benar, saya bersedia untuk mempertanggungjawabkan secara pribadi tanpa melibatkan institusi dan menerima sanksi sesuai hukum yang berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta, 2024 Yang menyatakan

Manggala Rasendriya Saputra

NPM 122210043

(4)

SURAT KETERANGAN KP

(5)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik di PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan.

Penyusunan laporan magang ini merupakan pemenuhan persyaratan untuk kegiatan kerja praktik di jurusan Teknik Industri UPN “Veteran” Yogyakarta.

Dalam penulisan laporan ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini, diantaranya:

1. Ibu Ir. Dyah Rachmawati L., M.T., selaku dosen pembimbing kerja praktik.

2. Bapak Dr. Sadi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.

3. Bapak Aris Gunawan selaku pembimbing di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan.

4. Ayah, Ibu, dan keluarga dirumah yang selalu menurutkan doa serta dukungan di setiap waktu.

5. Seluruh pihak yang telah membantu saya dalam melaksanakan Kerja Praktik.

Saya menyadari terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini.

Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan Laporan Kerja Praktik ini terimakasih.

Yogyakarta, 19 Januari 2024

Penyusun

(6)

DAFTAR ISI

LAPORAN KERJA PRAKTIK PT. KILANG PERTAMINA

INTERNASIONAL RU VI BALONGAN ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KARYA ILMIAH ... iii

SURAT KETERANGAN KP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

LAPORAN UMUM BAB I GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 1

1.1 Sejarah dan Profil Perusahaan ... 1

1.2 Visi dan Misi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 2

1.3 Logo Perusahaan ... 3

1.3.1 Logo Perusahaan Pertamina ... 3

1.3.2 Logo PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 4

1.4 Lokasi Perusahaan ... 4

BAB II SISTEM PRODUKSI ... 6

2.1 Karakteristik Sistem Produksi ... 6

2.2 Bahan Baku ... 6

2.2.1 Bahan Baku Utama ... 6

2.2.2 Bahan baku penunjang ... 7

2.2.3 Bahan baku sistem utilitas ... 8

2.3 Unit Proses Produksi ... 8

2.4 Proses Produksi ... 11

2.5 Produk yang Dihasilkan ... 14

2.6 Fasilitas Penunjang Produksi ... 14

(7)

BAB III PENGENDALIAN KUALITAS ... 16

3.1 Pengendalian Kualitas Bahan Baku ... 16

3.2 Pengendalian Kualitas Proses Produksi ... 16

3.3 Pengendalian Kualitas Produk ... 17

BAB IV KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA, HIGIENIS DAN LIMBAH ... 18

4.1 Keselamatan kerja ... 18

4.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 18

4.1.2 Manajemen dan Program K3 ... 18

4.1.3 Surat Izin Kerja Aman (SIKA) ... 19

4.1.4 Alat Pelindung Diri (APD) ... 19

4.1.5 Job Safety Analysis (JSA) ... 19

4.1.6 Pengamatan Keselamatan Kerja Aman (PEKA) ... 19

4.1.7 Joint Safety Inspection (JSI) ... 19

4.1.8 Safety Walk and Talk (SWAT) ... 19

4.2 Higienis ... 20

4.3 Limbah ... 21

4.3.1 Pengelolaan Limbah Non-B3 ... 21

4.3.2 Pengelolaan Limbah B3 ... 21

4.3.3 Pengolahan Limbah Cair ... 22

4.3.4 Pengolahan Limbah Padat ... 22

4.3.5 Pengolahan Limbah Gas ... 22

BAB V ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAN ... 23

5.1 Struktur Organisasi ... 23

5.2 Deskripsi Tugas Jabatan ... 23

5.3 Manajemen Sumber Daya Manusia ... 26

5.3.1 Manajemen dan Pelatihan ... 26

5.3.2 Hari dan Jam Kerja... 27

5.3.3 Upah dan Fasilitias Kerja ... 27

BAB VI ... 28

DISTRIBUSI DAN PEMASARAN ... 28

6.1 Distribusi ... 28

(8)

6.2 Pemasaran ... 28

LAPORAN KHUSUS BAB I PENDAHULUAN ... 29

1.1 Latar Belakang ... 29

1.2 Perumusan Masalah ... 30

1.3 Batasan dan Asumsi Penelitian ... 30

1.4 Tujuan Penelitian ... 31

1.5 Manfaat Penelitian ... 31

BAB II LANDASAN TEORI ... 32

2.1 Ergonomi ... 32

2.1.1 Definisi Ergonomi ... 32

2.1.2 Tujuan Ergonomi ... 32

2.1.3 Penerapan Ilmu Ergonomi ... 33

2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) ... 33

2.2.1 Definisi MSDs ... 33

2.2.2 Jenis-jenis MSDs ... 33

2.2.3 Faktor Penyebab Terjadinya MSDs... 34

2.3 Ergonomi Postur Kerja ... 35

2.3.1 Definisi Postur Kerja ... 35

2.2.2 Pengaruh Postur Kerja Terhadap MSDs... 36

2.2.3 Metode Analisis Postur Kerja... 36

2.4 Rapid Upper Limb Assesment (RULA) ... 36

2.4.1 Definisi RULA ... 36

2.4.2 Kelebihan dan Kekurangan RULA ... 37

2.4.3 Prosedur Penilaian RULA ... 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1 Objek Penelitian ... 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 41

3.3.1 Data yang dibutuhkan ... 41

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 42

(9)

3.4 Pengolahan Data ... 42

3.5 Kerangka Penelitian ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Pengumpulan Data ... 45

4.2 Pengolahan Data ... 46

4.2.1 Penilaian RULA Postur Tubuh Aktual ... 46

4.2.2 Penilaian RULA Postur Tubuh Usulan ... 49

4.2.3 Perbandingan Nilai RULA Postur Tubuh Aktual dan Usulan ... 52

4.3 Analisis Hasil ... 53

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel A penilaian RULA ... 38

Tabel 2 Tabel B penilaian RULA ... 39

Tabel 3 Tabel C penilaian RULA ... 39

Tabel 4 action level ... 40

Tabel 5 Tabel A Penilaian RULA postur tubuh aktual ... 47

Tabel 6 Tabel B penilaian RULA postur tubuh aktual ... 48

Tabel 7 Tabel C penilaian RULA postur tubuh aktual ... 49

Tabel 8 Tabel A Penilaian RULA postur tubuh aktual ... 50

Tabel 9 Tabel B penilaian RULA postur tubuh aktual ... 51

Tabel 10 Tabel C penilaian RULA postur tubuh aktual ... 52

Tabel 11 Perbandingan pengukuran postur kerja aktual dan usulan ... 52

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 2

Gambar 2 Logo PT Kilang Pertamina Internasional ... 3

Gambar 3 Logo PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 4

Gambar 4 Lokasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 5

Gambar 5 Diagram alir unit proses produksi pada PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 9

Gambar 6 Struktur organisasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan ... 23

Gambar 7 mekanisme penyaluran produk ke pelanggan ... 29

Gambar 8 Kerangka penelitian... 44

Gambar 9 Postur tubuh aktual ... 45

Gambar 10 Postur tubuh usulan ... 45

Gambar 11 Pengukuran RULA potur tubuh aktual ... 46

Gambar 12 Pengukuran RULA potur tubuh usulan ... 49

(12)

ABSTRAK

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan merupakan kilang yang kegiatan utamanya mengelola minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM, non BBM, dan petrokimia. Penelitian ini menggunakan metode Rapid Upper Limb Assesment (RULA) yang bertujuan untuk melakukan dan menganalisis terhadap tubuh manusia bagian atas. Penelitian ini dilakukan di kantor departemen Supply Chain & Distribution (SCD). Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan nilai skor RULA sebesar 5 yang berada pada kategori sedang dan diperlukan investigasi dan perubahan segera. Skor RULA tersebut tergolong cukupt tinggi sehingga dapat menyebabkan cidera musculoskeletal disorder (MSDs), sehingga diperlukan perbaikan untuk memperbaiku postur kerja tersebut. Hasil dari penelitian ini adalah didapatkan usulan postur kerja yang lebih baik, usulan postur kerja yang direkomendasikan dapat mengurangi risiko terjadinya cedera tulang belakang.

Kata kunci: Postur Kerja, RULA, PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan

(13)

ABSTRACT

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan is a refinery whose main activity is to manage crue oil intu fuel, non-fuel and petrochemical products.

This research uses the Rapid Upper Limb Assessment (RULA) method which aims to perform and analyze the upper human body. This research was conducted at the Supply Chain & Distribution (SCD) department office. Based on the research conducted, the RULA score value of 5 is obtained which is in the medium category and requires immediate investigation and change. The RULA score is high enough to cause musculoskeletal disorder (MSDs) injuries, so improvements are needed to improve the work posture. The result of this research is a better work posture proposal, the recommended work posture proposal can reduce the risk of spinal cord injury.

Keywords: Work Posture, RULA, PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan

(14)

LAPORAN UMUM

(15)

BAB I

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

1.1 Sejarah dan Profil Perusahaan

PT. Pertamina (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfokus di bidang penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. PT Pertamina berdiri sejak 10 Desember 1957 dengan nama awal PT Perusahaan Minyak Nasional disingkat Permina. Pada tahun 1691 perusahaan mengganti Namanya menjadi PN Permina. Pada tahun 1968 namanya berubah menjadi PN Pertamina setelah merger dengan perusahaan PN Permin. Pada tahun 1971 PN Pertamina merubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) setelah Undang-undang No.8 Tahun 1971 dikeluarkan.

Pada 1 September 2021 terjadi penandatanganan dokumen hukum Legal End-State. Hal ini ditujukan untuk melakukan pemisahsan dan peralihan bisnis dalam rangka pembentukan Sub Holding Gas dan lima Sub Holding Lainnya. Sub Holding tersebut diantaranya adalah PT Pertamina Hulu Energi yang berfokus sebagai Sub Holding Upstream, PT Pertamina Kilang Internasional sebagai Sub Holding Refining dan Petrochemical, PT Pertamina Patra Niaga yang berperan sebagai Sub Holding Commercial & Trading, PT Pertamina Power Indonesia sebagai Sub Holding Power dan NRE Sub Holding, PT Gas Negara yang menjadi Sub Holding Gas, dan PT Pertamina International Shipping yang berfungsi sebagai Sub Holding Integrated Marine Logistic.

PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) merupakan Sub Holding Refining dan Petrochemical. PT KPI berfokus dalam pengolahan minyak menjadi produk minyak, gas bumi, dan produk petrokimia. Kegiatan pengolahan perrusahaan dilakukan di enam kilang, yaitu Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. PT KPI membawahi entitas Pertamina lainnya, yaitu PT Tuban Petrochemical Industries.

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan merupakan kilang yang kegiatan utamanya mengelola minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia. Bahan baku yang diolah di kilang RU VI adalah

(16)

minyak mentah duri dan minas yang berasal dari provinsi Riau. RU VI memiliki produk unggulan seperti Pertamax, Pertamax Plus, Solar, Pertamina DEX, LPG, dan Propylene. Gambar dari PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Gambar 1 PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan Sumber : Dokumentasi penulis (2024)

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan menjadi pusat produksi BBM untuk wilayah Indramayu dan sekitarnya. Unit RU VI Balongan juga mempunyai kewajiban dalam menjaga kestabilan pasokan BBM ke DKI Jakarta, Banten, serta Sebagian Jawa Barat dan sekitarnya. Unit RU VI Balongan memiliki kapasitas produksi sebanyak 150 MBSD atau 150.000 barel per harinya. Unit RU VI Balongan merupakan unit dengan nilai Nelson Complexit Index (NCI) terbesar diantara unit lainnya, dengan nilai Nelson Complexit Index sebesar 11.9.

1.2 Visi dan Misi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan Adapun dalam menjalankan kegiatan di perusahaan, PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan memiliki visi dan misi sebagai dasar dalam menentukan arah dan tujuan perusahaan bergerak. Visi dari PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan yaitu “ Menjadi Kilang Terkemuka di Asia tahun 2025”. Untuk mewujudkan visi tersebut, PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan memiliki misi, diantaranya :

(17)

1. Mengolah crude dan naphtha untuk memproduksi BBM, BBK, residu, non BBM, dan petrokimia secara tepat jumlah, mutu, waktu, dan berorientasi laba, serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

2. Mengoprasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien, dan berwawasan lingkungan.

3. Mengelola asset Refinery Unit VI secara professional yang didukung oleh sistem manajemen yang Tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan, dan prinsip saling menguntungkan.

1.3 Logo Perusahaan

1.3.1 Logo Perusahaan Pertamina

Identitas dari suatu perusahaan merupakan cerminan dari visi dan misi perusahaan yang digambarkan dalam bentuk logo perusahaan. Logo dari PT Kilang Pertamina Internasional dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 2 Logo PT Kilang Pertamina Internasional Sumber : www.pertamina.com (2024) Arti logo :

1. Logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan menggambarkan bentuk panas, dimaksudkan sebagai Pertamina yang bergerak maju dan progresif

2. Warna-warna biru, hijau, dan merah menggambarkan Langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis, dimana biru mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab, hijau mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan, dan merah mencerminkan keuletan, ketegasan, dan keberanian.

(18)

1.3.2 Logo PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan

Logo dari PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dilihat pada Gambar 1.3.

Gambar 3 Logo PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan Sumber : www.pertamina.com (2024)

Arti logo :

1. Lingkaran memiliki arti fokus ke bisnis inti dan sinergi

2. Gambar konstruksi regenerator dan reactor di unit RCC yang merupakan ciri khas yang dimiliki PT Kilang Pertamina Internasional RU VI.

3. Warna hijau memiliki arti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup.

4. Warna putih memiliki arti bersih, professional, proaktif, inovatid, dan dinamis dalam setipa tindakan.

5. Warna biru memiliki arti loyal kepada visi PT Kilang Pertamina Internasional.

6. Warna kuning berarti keagungan PT Kilang Pertamina Internasional RU VI.

1.4 Lokasi Perusahaan

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan berlokasi di Jalan Raya Balongan-Indramayu KM 9, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa barat, 45282. Wilayah operasi RU VI Balongan memili luas area 250 hektar, yang terdiri dari unit operasi, ruang pusat pengendali kilang, area tangka umpan dan produk, serta Gedung perkantoran. Lokasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dilihat pada Gambar 1.4.

(19)

Gambar 4 Lokasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan Sumber : https://maps.app.goo.gl/FWGDM9ezE7RjNZwDA

(20)

BAB II

SISTEM PRODUKSI

2.1 Karakteristik Sistem Produksi

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan merupakan perusahaan yang menghasilkan produk BBM dan non BBM. Proses produksi pada PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan menggunakan sistem Make to Stock (MTS). Pada proses produksi MTS, perusahaan akan melakukan produksi dengan ukuran yang didasarkan pada perkiraaan penjualan atau data historis permintaan.

Perusahaan melakukan produksi dengan membuat stok persediaan produk dan di simpan di dalam kilang, yang kemudian akan didistribusikan kepada SPBU. Pada proses produksi di PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan menjalankan proses produksi dengan batch.

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan memproduksi berbagai jenis produk, produk yang dihasilkan tidak hanya BBM tetapi perusahaan juga menghasilkan produk non BBM. Produk BBM yang diproduksi yaitu solar, Pertamax, Pertamax Turbo, dan Avtur. Produk non BBM yakni Liquefied Pertoleum Gas (LPG) dan Propylene. Propylene diproduksi dari pemanfaatan flare gas (offgas) sebagai bahan baku dengan olefin conversion technology (OCT).

2.2 Bahan Baku

Pada proses produksi di PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan menggunakan berbagai jenis bahan baku, jenis bahan baku yang digunakan diantaranya yaitu bahan baku utama, bahan baku penunjang, dan bahan baku sistem utilitas.

2.2.1 Bahan Baku Utama

Bahan baku utama yang diolah merupakan minyak mentah, minyak mentah yang diolah adalah minyak minas (light oil) dan minyak duri (heavy oil) yang berasal dari Dumai dan Riau. Adapun campuran yang digunakan adalah minyak JMCO (Jatibarang Mixed Crude Oil), nile blend, mudi (Gresik), banyu urip, dan azeri (Malaysia). Campuran minyak tersebut dilakukan karena kandungan minyak duri dan minsa yang sudah mulai terbatas.

(21)

2.2.2 Bahan baku penunjang

Bahan baku penunjang atau pendukung yang digunakan yaitu berupa bahan kimia, katalis, gas alam, dan resin. Gas alam digunakan sebagai bahan baku di hydrogen plant yang diperoleh dari Jatibarang. Bahan kimia yang digunakan diantaranya :

1. Monoethanol amine (C2H4OH)NH3, berfungsi untuk menyerap senyawa COS dan CS2 dan senyawa sulfur yang berada di fraksi C3.

2. Soda kausik (NaOH), berfungsi untuk menetralisasi dan menaikkan pH raw water, serta meregenerasi resin.

3. Anti oksidan (C14H24N2), berfungsi untuk mencegah adanya endapan pada produk naphta dan polygasoline.

4. Corrosion inhibitor, berfungsi untuk mencegah terjadinya korosi pada overhead line 11-C-101.

5. Demulsifier, berfungsi untuk menghindari emulsi dan memecah emulsi minyak sehingga dapat mempercepat pemisahan di desalter.

6. Anti foulant, berfungsi untuk menghindari fouling di preheating system.

7. Wetting agent, berfungsi untuk memecah minyak yang mengelilingi padatan padatan dan memindahkan padatan tersebut dari fasa minyak ke fasa cair sehingga mudah untuk dipisahkan.

8. Sodium nitrat (NaCO3), berfungsi untuk menetralisir senyawa klorida di permukaan tube heater.

9. Soda ash (Na2CO3), berfungsi untuk menetralisir senyawa klorida di permukaan tube heater.

10. Trisodium phosphate (Na3PO4), berfungsi untuk menghindari raw water dan mencegah terjadinya pembentukan kerak atau lumut.

11. Clorine (Cl2), berfungsi sebagai desinfektan pada raw water serta mencegaj pembentukan lumut atau kerak.

12. Sodium phospat monohydrat (NaH2PO4H2O), berfungsi untuk membantu penyerapan senyawa dasar nitrogen dan entraiment solvent.

13. LPG odorant, berfungsi untuk memberi bau sebagai pendeteksi kebocoran LPG.

(22)

2.2.3 Bahan baku sistem utilitas

Bahan baku utilitas adalah bahan baku yang digunakan di unit utilitas sebagai bahan baku penunjang proses. Bahan baku yang dibutuhkan pada proses utilitas diantaranya :

1. Air, yang digunakan merupakan air yang berasal dari Bendungan Salam Darma di Kabupaten subang. Air yang digunakan akan melalui proses treatment terlebih dahulu agar bebas dari kotoran dan mineral. Air berfungsi sebagai pendingin, pemasok Listrik umpan, pembangkit kukus, pemadam kebakaran, dan keperluan kantor maupun perumahan karyawan.

2. Udara, berfungsi sebagai udara tekan dan pembarakan serta penyedia nitrogen. Udara tekan akan digunakan untuk sistem control pabrik dan sebagai bahan penyedia nitrogen.

3. Listrik, didapatkan dari turbin yang menggerakan generator atau motor.

Generator digerakkan oleh steam atau air. Generator digunakan apabila terjadi kerusakan pada motor.

2.3 Unit Proses Produksi

Proses utama pada pengolahan minyak bumi di PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dibedakan menjadi tiga, yang pertama adalah Hydro Skimming Complex (HSC) yang terdiri dari Distillation Treating Unit (DTU) dan Naphtha Processing Unit (NPU). Yang kedua merupakan Distillation &

Hydrotreating Complex (DHC) yang terdiri dari Atmospheric Hydrotreating Unit (AHU) dan Hydrotreating Unit (HTU). Yang ketiga merupakan Residue Catalytic Craker Complex (RCCC) yang terdiri dari Residue Catalytic Cracer (RCC/RCU) dan Light End Unit (LEU). Gambar diagram alir unit proses produksi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(23)

Gambar 5 Diagram alir unit proses produksi pada PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan

Sumber : Powerpoint PT Pertamina (2024) a. Crude Destilation Unit (CDU)

CDU merupakan primary processing, CDU didesain untuk mengolah 125.000 BSPD (Barrel Stream Per Day). CDU memiliki komposisi desain crude untuk pengolahan adalah 80% Duri dan 20% Minas. CDU memisahkan minyak mentah menjadi produk melalui proses pemisahan fisik berdasarkan titik didih, proses tersebut dinamakan distilasi. Produk yang dihasilkan oleh CDU adalah Straight Run Naptha, Kerosine, Gasoil, dan Atmospheric Residue (AR).

b. AR Hydrodematilliazation

AR Hydrodematilliazation (ARHDM) adalah unit yang digunakan untuk mengolah Atmospheric Residue (AR) dari CDU yang mengandung metal (Ni, V) serta karbon (MCR) dalam jumlah yang tinggi. AR yang telah diolah akan menjadi Treated Residue (DMAR) yang mengandung metal (Ni, V) dan karbon (MCR) dalam jumlah yang lebih kecil. ARHDM dirancang untuk mengolah AR dengan kapasitas sebesar 58.000 BSPD.

c. Gas Oil Hydrotreater

Gas Oil Hydrotreater (GO-HTU) adalah unit yang berfungsi untuk mengolah gas oil yang tidak stabil dan korosif karena mengandung sulfur dan nitrogen menjadi gas oil yang sesuai dengan standar pasar.

(24)

Proses pengolahan pada GO-HTU dibantuk dengan adanyak Katalis dan 19ydrogen. GO-HTU memiliki kapasitas produksi sebanyak 32.000 BSPD.

d. Residue Catalytic Cracker (RCC)

Residue Catalytic Cracker (RCC) adalah unit secondary processing dengan kapasitas produksi 83 BSPD. RCC di dedesain untuk mengolah DMAR dari ARHDM dan AR dari CDU dengan bantuan katalis. RCC menghasilkan produk yang memiliki ekonomi tinggi seperti LPG, Propylene, Polygasoline (mogas dengan RON 98), Naptha (RON 92), Light Cycle Oil (LCO) dan Decant Oil (DCO).

e. LPG Treater

LPG treater merupakan unit yang dirancang untuk membersihkan mixed RCC LPG. LPG treater memiliki kapasita sebesar 22.500 BSPD dan mengandung 30 ppm wt H2S dan 65 ppm wt merkaptan sulfur. LPG treater menghasilkan aliran produksi dengan kandungan maksimum H2S = 10 ppm wt.

f. Propylene Recovery Unit (RPU)

Propylene Recovery Unit (RPU) merupakan unit yang berfungsi untuk memisahkan dan memproses LPG dari UGP sebagai downstream RCC yang digunakan untuk mendapatkan produk propylene dengan tingkat kemurnian yang tinggi, dan akan digunakan untuk feed polypropylene unit.

g. Hydrogen Plant

Hydrogen plant merupakan unit yang dirancang untuk memproduksi 20ydrogen dengan tingkat kemurnian minimal 99,9% dan berjumlah 76 MMSCFD. Produk 20ydrogen yang telah di produksi akan di suplai ke ARHDM, GO-HTU, dan LCO-HTU sebagai make-up H2 proses hidrogenasi. Hydrogen plant memiliki kapasitas produksi sekitar 132.980 Nm3/H.

h. Platformer

Platformer merupakan unit yang dirancang untuk memproses heavy hydrotreated naphtha yang diterima dari unit proses NHDT. Tujuan unit

(25)

proses platforming adalah untuk menghasilkan aromatik dari naphtha dan parafin untuk digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, karena memiliki tingkatan oktan yang tinggi (>98). Platformer memiliki kapasitas produksi sebesar 29.000 BSPD.

i. Naphta Hydrotreating Unit (NTU)

Naphta Hydrotreating Unit (NTU) adalah unit yang dirancang untuk memproses atau mengolah naphta dari straight run naphtha. NTU juga berfungsi untuk pemurnian dan penghilangan campuran metal organic dan campuran olefin jenuh. NTU memiliki kapasitas produksi sebsar 52.000 BSPD.

j. Sour Water Stripper (SWS

Sour Water Stripper (SWS) merupakan unit yang dirancang untuk membersihkan air sisa proses (sour water) dari sisa minyak dan gas-gas yang ada (seperti NH3 dan H2S), sehingga air sisa proses tersebut menjadi bersih (stripped water) dan dapat dipakai kembali sebagai air proses.

2.4 Proses Produksi

Proses produksi pada RU VI Balongan dibagi berdasarkan jenis bahan baku yang digunakan. Proses produksi pada bahan baku utama minyak bumi diantaranya:

1. Proses separasi

Proses separasi disebut juga primary process atau pengolahan tingkat pertama. Tugas utama adalah memisahkan kompenen yang berada di crude oil menjadi fraksi secara fisika, berdasarkan pada titik didihnya tanpa ada perubahan struktur kimia.

2. Proses tranformasi

Proses transformasi disebut juga chemical conversation process. Proses ini adalah proses yang diperlukan sebagai proses lanjutan atau secondary process. Proses transformasi dilakukan untuk memperbaiki kualitas dari fraksi yang dipisahkan di proses separasi.

3. Proses treating

(26)

Proses treating merupakan secondary process. Tugas utama dari proses ini adalah menghilangkan atau mengubah impurities yang ada di dalam produk hasil proses separasi dan transformasi.

4. Proses blending

Proses blending juga termasuk secondary process. Tugas utama proses ini adalah untuk mencampurkan produk yang berkualitas melebihi kualitas pemasaran, sehingga didapat kualitas produk yang sesuai dengan permintaan.

Proses produksi pada bahan baku minyak dan gas bumi memiliki proses yang berbeda. Berdasarkan urutannya secara garis besar proses pengolahan pada bahan baku tersebut dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Proses fisika

Proses fisika merupakan proses proses pemisahan minyak mentah menjadi fraksi-fraksinya secara fisis. Proses fisika dibagi mejadi beberapa proses berdasarkan cara pemisahannya, yaitu :

a. Proses distalasi

Merupakan proses pemisahan minyak menjadi fraksinya bersadarkan perbedaan titik didihnya. Proses dilakukan dengan berbagai tekanan tergantung jenis fraksi yang akan dipisahkan.

Proses distalasi minyak mentah menggunakan tekanan atmosfer, distalasi residu dengan tekanan hampa (vacuum), dan gas menggunakan tekanan tinggi.

b. Proses ektraksi

Merupakan proses pemisahan fraksi minyak berdasarkan perbedaandaya lartunya. Proses ini menggunakan zat pembantu yaitu solvent.

c. Proses Absorpsi

Merupakan proses penyerapan kandungan senyawa yang tidak diperlukan yang terikan kedalan fraksi minyak yang berupa gas.

Proses ini menggunakan zat penyerap berupa zat cair.

(27)

d. Proses Adsorpsi

Merupakan proses penyerapan senyawa yang tidak diperlukan yang terdapat pada fraksi minyak yang berupa carian, pada proses ini dibantu oleh zat penyerap yang berupa zat cair.

2. Proses konversi

Proses konversi merupakan proses untuk memperbaiki sifat fraksi minyak yang dihasilkan dari proes primer dan proses ini dilakukan secara kimia. Proses ini dilakukan di dalam reaktor dengan bantuan katalis. Proses konversi terdiri dari empat proses diantaranya :

1. Proses cracking (perengkahan)

Merupakan proses pemotongan rantai hidrokarbon pada fraksi minyak bumi. Prose ini dilakukan cara catalytic cracking dan thermal cracking. Pada proses ini molekul hidrokarbon besar dipecah menjadi molekul hidrokarbon yang lebih kecil, sehingga memiliki titik didih yang rendah. Cara yang dilaksanakan diantaranya adlaah perengkahan termal, perengkahan katalitik, dan perengkahan dengan hidrogen.

2. Proses reforming (pembentukan)

Merupakan proses yang berupa perengkahan termal ringan dari nafta untuk mendapatkan produk yang lebih mudah menguap. Seperti olefin dengan oktan yang tinggi. Proses ini dapat juga berupa konversi katalitik komponen komponen nafta untuk menghasilkan aromatic dengan angka oktan yang lebih tinggi.

3. Proses treating (pemurnian)

Merupaka proses untuk memurnikan fraksi minyak bumi dari berbagai impurities yang dapat mempengaruhi sifat minyak tersebut, baik dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan.

4. Proses alkilasi (pembentukan gugusan alkil)

Merupakan proses penggabungan ikatan rantai hidrokarbon yang pendek menjadi ikatan rantai hidrokarbon yang lebih panjang dan bercabang sehingga menghasilkan fraksi minyak bumi yang baru dengan spesifikasi sesuai harapan dan mempunyai nilai tambah.

(28)

2.5 Produk yang Dihasilkan

PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan menghasilkan berbagai jenis produk. PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan tidak hanya menghasilkan produk BBM, tetapi perusahaan juga memproduksi non BBM, BBK, dan produk lain. Secara keseluruhan terdapat 5 macan jenis produk yang dihasilkan oleh PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan, diantaranya :

1. Bahan bakar minyak (BBM)

Produk bahan bakar minyak yang diproduksi seperti solar, pertamax, pertamax turbo, dan avtur. Adapun pertamax turbo yang dihasilkan oleh PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan merupakan pertamax turbo dengan RON 98 yang sudah berstandar emisi Euro IV.

Produk ini merupakan produk racikan khusus yang diproduksi oleh PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan.

2. Non-bahan bakar minyak (NBBM)

Produk non BBM yakni Liquefied Pertoleum Gas (LPG) dan Propylene.

Propylene diproduksi dari pemanfaatan flare gas (offgas) sebagai bahan baku dengan olefin conversion technology (OCT). Produk Propylene merupakan produk ramah lingkungan.

3. BBK

BBK merupakan bahan bakar minyak non-subsidi seperti pertamax dan pertamax turbo.

4. Produk lain

Produk lain yang dihasilkan adalah decant oil dan High Octane Mogas Component (HOMC). HOMC merupakan produk setengah jadi yang digunakan kembali untuk melakukan proses produksi produk lainnya.

Decant oil merupakan bahan baku yang digunakan sebagai bahan bakar turbin atau boiler.

2.6 Fasilitas Penunjang Produksi

Fasilitas yang terdapat pada PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dalam menunjang proses produksi diantaranya storage tank/ storage facilities dan lifting facilities. Storage tank/ storage facilities merupakan fasilitas

(29)

berupa tanki yang digunakan untuk proses penyimpanan bahan baku, produk setengah jadi, dan produk jadi. Terdapat tiga tanki yang digunakan diantaranya :

1. Tanki bahan baku

Tanki bahan baku menyimpan bahan baku berupa crude yang menggunakan tanki 42-T-101 A/B/V/D/E/F/G, 102 A/B serta naptha yang menggunakan tanki 42-t-107 A/B/C/D.

2. Tanki intermediate (produk setengah jadi)

Tanki intermediate atau tanki produk setengah jadi digunakan untuk menyimpan produk setengah jadi seperti residue, naphta, dan untr. Go.

3. Tanki finished product (produk jadi)

Tanki finished product atau tanki produk jadi digunakan untuk menyimpan produk jadi seperti gasoline, solar, kerosine, decant, LPG, dan propylene.

Lifting facilities merupakan fasilitas yang digunakan untuk mengangkut atau menyalurkan bahan baku, produk setengah jadi, maupun produk jadi. Terdapat tiga jenis lifting facilities yang digunakan oleh PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan, yaitu diantaranya single pipe morring (SPM) yang digunakan untuk mengangkut crude, naphta, LPG, pertamax, dan lain lain. Truk yang digunakan untuk mengangkut LPG dan pertamina dex. Dan Pipline yang digunakan untuk menyalurkan Produk BBM dan non BBM.

(30)

BAB III

PENGENDALIAN KUALITAS

3.1 Pengendalian Kualitas Bahan Baku

RU VI Balongan menerapkan pengendalian kualitas bahan baku yang bertujuan agar produk yang dihasilkan tidak mengalami kecacatan dan memiliki kualitas mutu yang baik. Proses pengendalian kualitas bahan baku yang dilakukan oleh RU VI Balongan adalah dengan mengendalikan kandungan air pada setiap penerimaan minyak mentah, pengendalian yang dilakukan adalah dengan mengoprasikan automatic inlince sampler. Penggunaan automatic inlince sampler bertujuan untuk melakukan pengendalian secara sistematis dan terpantau terhadap kandungan air pada minyak mentah yang diterima oleh pertamina. Cara lain yang dilakukan oleh RU VI Balongan agar kualitas bahan baku tetap terjaga adalah dengan memastikan bahwa minyak mentah memiliki certificate of quality.

3.2 Pengendalian Kualitas Proses Produksi

Pengendalian kualitas proses produksi memeliki peran penting dalam menghasilkan kualitas produk yang sesuai standar. Pengendalian pada proses produksi dilakukan pada bagian laboratorium. Pada bagian laboratorium memegang data-data tentang raw material dan produk yang akan diperoleh. Dengan adanya data-data yang telah diberikan, maka proses produksi akan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Bagian laboratorium yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah seksi Chemical and Gases, bagian ini memiliki tugas antara lain:

1. Mengadakan blending terhadap fuel oil yang dihasilkan, agar menghasilkan angka oktan yang besar dengan proses blending yang singkat tanpa adanya tambahan zat kimia lain.

2. Mengadakan penelitian terhadap lindungan lingkungan yaitu dengan pembersihar air buangan.

3. Mengadakan evaluasi crude minas dan crude duri yang dipakai sebagai raw material.

4. Mendukung kelancaran operasional semua unit proses, ITP, dan utilitas termasuk percobaan katalis.

(31)

5. Melakukan analisa bahan baku, stream/finish product, serta chemical dengan menggunakan metode test.

6. Mengadakan analisa sampling dan Analisa contoh air serta chemical secara kimiawi dan instrument, agar didapatkan hasil akurat.

7. Mengadakan analisis gas masuk dan gas keluar dari masing-masing alat.

8. Melakukan analisa sampel gas dari kilang dan utilitas serta produk gas yang berupa LPG dan propylene.

9. Melakukan analisa sampling non rutin shift sample stream gas, LPG, propylene, fuel gas, dan hidrogen.

10. Melakukan sampling dan analisis secara chromatography sampel non rutin dari kilang dan offsite.

3.3 Pengendalian Kualitas Produk

Pengendalian kualitas produk yang dilakukan adalah betujuan untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen industri. RU VI Balongan selalu melakukan kegiatan quality control pada tiap produknya agar memiliki kualitas yang baik dan sesuai standar. Kegiatan yang dilakukan dalam pengendalian kualitas produk adalah dengan pengujian. Pengujian yang dilakukan bertujuan untuk memastikan produk yang disuplai kepada konsumen sesuai dengan spesifikasi dan standar. Proses pengujian dilakukan secara berkala, proses ini dilakukan di setiap tahapan seperti tahap penyimpanan, distribusi, dan pada proses bongkar BBM di SPBU.

(32)

BAB IV

KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA, HIGIENIS DAN LIMBAH

4.1 Keselamatan kerja

4.1.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur (Flippo, 2012). Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting dalam rangka perlindungan dunia kerja. Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) yaitu suatu upaya dalam mengurangi resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada hakikatnya tidak bisa dipisahkan antara Keselamatan dengan Kesehatan (Suwardi, 2018).

Bagi RU VI Balongan K3 merupakan salah satu hal utama dalam beroprasi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang dilakukan oleh RU VI Balongan adalah dengan mengadakan suatu kebijakan untuk memprioritaskan keselamatan kerja dalam semua kegiatan, sehingga kondisi tempat kerja menjadi aman dan sehat sehingga zero accident dapat tercapai. Adapaun kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan pemberian program dan pelatihan, Surat Izin Kerja Aman (SIKA), Alat Pelindung Diri (APD), Job Healty Safety Environmental Analysis (PEKA), Joint Safety Inspection (JSI), dan Safety Walk and Talk (SWAT).

4.1.2 Manajemen dan Program K3

Upaya dilakukan oleh RU VI Balongan dalam meningkatkan dan meminimasi kecelakaan kerja adalah dengan mengimplementasikan sistem manajemen terintegrasi yaitu ISO 9001, ISO14001, OHSAS 18001, manajemen keselamatan kerja, dan sistem manajemen pengamanan. Kegiatan lain yang dilakukan oleh RU VI Balongan dalam melaksanan dan meningkatkan keselamatan kerja adalah dengan mengadakan program keselamatan kerja. Program yang dilakukan berupa program 3P (Paham apa yang dilakukan, Paham risikonya, dan Paham mitigasinya, CSMS (Contractor Safety Management System), safe work practice, program kompetensi risiko individu, perbaikan sistem manajemen mutu dan K3 berbasis ISRSB dan program pelatihan K3 bagi pekerja. Implementasi K3

(33)

di sekitar kilang yaitu dengan memberikan pelatihan bagi para mitra, dan. Salah satu kegiatan pelatihan yang diberikan kepada mitra adalah pelatihan pemadam kebarakan dengan menggunakan APAR (Alat Pemadam Api Ringan).

4.1.3 Surat Izin Kerja Aman (SIKA)

SIKA merupakan surat izin yang dibuat untuk melakukan dan melaksanakan suatu pekerjaan. SIKA berisi tentang langkah-langkah yang harus diikuti oleh pengawas pelaksanan pekerjaan atau pekerja. SIKA terdapat dua jenis yaitu SIKA panas dan SIKA dingin. SIKA panas diperlukan untuk pekerjaan yang menimbulkan sumber penyalaan, sedangkan SIKA dingin tidak menimbulkan penyalaan tetapi ada potensi bahaya secara langsung maupun tidak langsung.

4.1.4 Alat Pelindung Diri (APD)

APD disediakan bagi pekerja yang akan memasuki area kilang. Berbeda dengan pegawai kantor yang memakai pakaian sopan, pegawai area kilang diwajibkan untuk memakai APD. APD yang disediakan diantaranya helm protector, coverall, safety shoes, safety gloves, ear plug, dan ear muff.

4.1.5 Job Safety Analysis (JSA)

JSA adalah langkah yang dilakukan perusahaan didalam penyelesaian pekerjaan. JSA mengidentifikasi setiap langkah pekerjaan dan potensi bahaya yang ditimbulkan,serta mengembangkan cara pencegahan untuk meminimasi kemungkinan timbulnya efek dari bahaya tersebut. JSA membahas tindakan tidak aman (unsafe act) dan kondisi tidak aman (unsafe condition).

4.1.6 Pengamatan Keselamatan Kerja Aman (PEKA)

PEKA merupakan penemuan tindakan yang tidak aman dan kondisi yang tidak aman yang langsung di intervensi dan dapat dinyatakan closed.

4.1.7 Joint Safety Inspection (JSI)

JSI dilakukan untuk menemukan unsafe condition yang memerlukan tindak lanjut dan tidak dapat langusng dinyatakan closed.

4.1.8 Safety Walk and Talk (SWAT)

SWAT dilakukan di dalam kilan yang dilakukan oleh tim manajemen. Pada saat SWAT dilakukan tindakan penyampaian seperti pesan-pesan pencegahan kecelakaan, pengendalian risiko, dan sosialisasi tentang praktek cara kerja aman kepada para pekerja yang ada di area tersebut.

(34)

4.2 Higienis

Higiena merupakan suatu kondisi atau upaya dalam menjaga kesehatan dan pencegahan terhadap penyebaran wabah penyakit. Higiena kesehatan mencakup serangkaian tindakan yang berhubungan dengan upaya pencegahan di bidang kesehatan. Adapun kelengkapan higiena yang berada di RU VI Balongan diantaranya :

1. Toilet

Pada area kilang, telah disediakan toilet yang dikhususkan bagi para perkerja area kilang. Toilet pada area kilang disedaikan di setiap unitnya, yang terletak di area shelter. Pada area kantor toilet disediakan di setiap kantor departemen. Setiap pagi dan sore, area kantor selalu dibersihkan oleh petugas kebersihan.

2. Tempat sampah

Pada bagian kantor, tempat sampah tersedia di setiap ruangan dan hanya beberapa titik di area kilang. Dan tempat sampah juga di sediakan di area pejalan kaki.

3. Wastafel

Wastafel selalu disediakan di area toilet. Wastafel digunakan untuk mencuci tangan pada saat telah menggunakan toilet.

4. Handsanitizer

Handsanitizer selalu disediakan di setiap meja yang berada di kantor.

Handsanitizer juga disediakan pada area sebelum memasuki kilang, yaitu pada area DCU.

5. Kebersihan lantai

Pada area kantor lantai selalu dibersihkan setiap pagi sebelum para pekerja datang, dan sore pada saat pekerja telah pulang.

6. Sarung tangan

Sarung tangan digunakan untuk memasuki area kilang. Penggunaan sarung tangan pada area kilang dikarenakan para pekerja akan berinteraksi langsung dengan proses produksi. Proses produksi banyak mengandung bahan kimia, sehingga penggunaan sarung tangan adalah untuk menghindari paparan bahan kimia.

(35)

4.3 Limbah

Limbah adalah bahan atau zat buangan yang diperolah dari proses produksi pada tahap awal yang telah dilakukan. Limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat berdampak negatif kepada lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi harus dikelola terlebih dahulu untuk mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Terdapat beberapa macam limbah yang dihasilkan oleh RU VI Balongan dalam proses produksinya.

4.3.1 Pengelolaan Limbah Non-B3

Limbah non-B3 yang terdapat di RU VI Balongan dibagi menjadi 2 jenis yaitu limbah organik dan limbah non-organik. Sampah organik meliputi rumput dan dedaunan, sedangkan sampah non organik seperti palet bekas, fill pack bekas, drum plastik bekas, dan drum logam bekas. Pengelolaan limbah dilakukan dengan 3 cara yaitu diangkut ke TPA, dimanfaatkan, dan diolah. Pengelolaan dengan cara diangkut ke TPA adalah limbah seperti rumput, dedaunan, sampah campuran dan pallet bekas. Pengelolaan dengan cara dimanfaatkan yaitu limbah berupa fill pack, pallet, drum plastic, dan drum logam. Pengelolaan dengan cara diolah yaitu untuk limbah jenis kompos. Upaya lain yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengurangi limbah non-B3 diantaranya menerapkan e-payment pertanggungjawaban perjalanan dinas, menerapkan surat menyurat dengan e- correspondence system, dan menggunakan aplikasi software web management of change (MOC) untuk sistem manajemen perubahan

4.3.2 Pengelolaan Limbah B3

Bentuk limbah B3 yang dihasilkan oleh RU VI Balongan diantarnaya kemasan bekas B3, spent catalyst ARHDM, lumpur, spent catalyst, dan catridge dan toner. Pengelolaan untuk setiap bentuk limbah berbeda beda, kemasan bekas B3 diolah dengan melakukan penggantian kemasan drum menjadi isotank refill.

Spent catalyst ARHDM diolah dengan memperpanjang umur pemakaian katalis reaktor ARHDM. Lumpur diolah dengan melakukan pengurang melalui modifikasi pada nozzle mudwash desalter. Spent catalyst dioleh dengan melakukan perpanjangan umur katalis dan pemasangan catalyst trapper di nozzle injeksi katalis RCC. Catridge dan toner diolah dengan melakukan pengurangan melalu integrasi sistem e-correspondece dan sistem online. Sebelum diserahkan ke pihak ketiga,

(36)

limbah B3 di simpan terlebih dahulu. RU VI Balongan menyiapkan beberapa fasilitas diantaranya pengemasan, penyimpanan, dan pengelolaan limbah B3. RU VI Balongan bekerja sama dengan pihak ketiga yaitu PT Pasadena Metric Indonesia pada program pemanfaatan limbah B3 dominan spent catalys ARHDM (AHU).

4.3.3 Pengolahan Limbah Cair

Pengolahan limbah cair pada RU VI Balongan dilakukan dengan pembangunan sewage dan effluent water treatment. Unit yang bertugas dalam menangani pengolahan limbah adalah unit sewage dan effluent water treatment.

Unit ini dirancang untuk memproses pembuangan di seluruh kegiatan proses dan area tanki. Kapasitas unit ini adalah 600 m3/jam, dan kecepatan effluent adalah 180 mm/hari.

4.3.4 Pengolahan Limbah Padat

Limbah padat yang dihasilkan adalah katalis sisa dan sludge. Slude merupakan limbah yang dihasilkan dari pengolahan limbah di ETF. Slude mengandung lumpur, pasir, air, dan hidrokarbon fraksi berat yang tidak dapat di recovery ke dalam proses. Sludge yang dihasilkan akan dibakar di ruang pembakaran di incinerator, sedangkan lumpur dan pasir yang tidak terbakar akan digunakan untuk landfill atau dibuang di area tertentu.

4.3.5 Pengolahan Limbah Gas

Limbah gas yang dihasilkan setelah proses produksi mengandung sulfur, sehingga akan berbahaya bagi lingkungan sekitar apabila tidak di treat terlebih dahulu. Limbah gas dihasilkan dari unit amine treatment dan diolah di unit sulfur recovery. Pengolahan tersebut menghasilkan sisa, dan sisa tersebut akan dibakan di incinerator (Untuk gas H2S, CO, dan flare atau gas hidrokarbon).

(37)

BAB V

ORGANISASI DAN MANAJEMEN PERUSAHAN

5.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Sr. Vide President Refining Operation

General Manager Refinery Unit VI

Secretary

Senior Manager.

Operation &

Manufacturing

Manager Production I Manajer Turn Around

Manager Production II Manager Maintenance Planninig & Support

Manager Refinery Planning &

Optimization

Manager Maintenance Execution

Manager Engineering

& Development Manager Reliability

Manager Procurement Manager HSE

Manager OPI Manager General

Affair

Manager Reliability

Manager HSE

Manager General Affair Manager Reliability

Manager HSE

Manager General Affair Manager General

Affair

Gambar 6 Struktur organisasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan Sumber : Buku Pnduan RPO (2016)

5.2 Deskripsi Tugas Jabatan

PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan memiliki struktur organisasi yang menjelaskan hubungan kerja antara bagian satu dengan bagian lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Struktur organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggungjawab masing-masing yaitu sebagai berikut :

1. General Manager

Tugas utama dari general manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di RU VI Balongan yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengelolaan operasi kilang,

(38)

kehandalan kilang, SCD, procurement, pengembangan kilang, dan kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan di RU VI.

2. Senior Manager Operation & Manufacturing

Tugas utama senior manager operation & manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan kilang, penilaian kondisi peralatan, pengadaan barang, pengadaan bahan baku, intermedia dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE.

3. Manager Production-I

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE.

4. Manager Production-II

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE

5. Manager Refinery Planning & Optimization

Tugas utama adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, serta melakukan evaluasi perencanaan, pengembangan bahan baku, dan produk kilang, kemampuan kilang serta kondisi pasar.

6. Manager Maintenance Execution

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan asset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan transportation, rigging, heavy equipment, dan scaffolding, optimalisasi

(39)

aset pengelolaan mutu tools workshop, serta pembenaran aksi saat operasi kilang untuk memastikan peralatan kilang siap beroprasi.

7. Manager Maintenance Planning & Support

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, serta mengevaluasi kegiatan pemeliharaan, perencanaan strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan kehandalan, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan kelayakan operasional.

8. Manager Reliability

Tugas utama adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang dengan penetapan strategi pemeliharaan kilang. Adapun tugas lain seperti pengembangan teknolgi, penilaian kondisi kilang, pemeliharaan kilang, serta pengadaan barang dan jasa pada aktivitas kilang.

9. Manager Turn-Around

Tugas utama adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turn-around, over-haul equipment mulai dari tahap persiapan/ perencanaan, pelaksanaan, hingga post yang sesuai dengan best practice.

10. Manager Engineering & Development

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja operasi kilang apabila terdapat modifikasi unit baru. Adapun tugas lain adalah pengembangan teknolgi kilang, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, dan pengelolaan anggaran investasi.

11. Manager HSE

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan aspek HSE yang meliputi penysusnan, sosialiasi dan rekomendasi kebijakan, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko, peningkatan budaya, implementasi operasional program HSE, serta penyediaan peralatan dan fasilitas.

(40)

12. Manager Procurement

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement. Adapun tugas lain seperti pengadaan barang dan jasa, vendor management, penerimaan barnag dan jasa, distribusi, warehouse management, perjanjian kerjasama pengadaan jasa, serta facility support.

13. Manager General Affairs

Tugas utama adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan stakeholder, hubungan pelanggan, kredibilitas perusahaan, komunikasi eksternal dan internal. Adapun tugas lain adalah dokumentasi dan literatur perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security, operasional program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security, juga security regulation compliance.

5.3 Manajemen Sumber Daya Manusia 5.3.1 Manajemen dan Pelatihan

Pekerja merupakan salah satu aset penting di perusahaan, oleh karena itu manajemen sumber daya manusia harus dikelola dengan baik. Terdapat tiga status kepegawaian di RU VI Balongan yaitu pekerja waktu tidak tertentu (PWTT) atau pekerja tetap, pekerja waktu tertentu (PWT) atau pekerja kontrak, dan outsorching.

RU VI Balongan mengkoordinasikan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi dengan melakukan pengembangan dan pengendalian secara rutin. RU VI Balongan berkomitmen dalam mengembangkan kompetensi para pekerjanya dengan menyelenggarakan pelatihan. Terdapat 5 jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya mandatory HSE, mandatory leadership, PMPK, sertifikasi, technical, dan workshop.

Selain pelatihan, perusahaan juga melakukan transfer knowledge melalui forum knowledge management. Forum knowledge management bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas perusahan dan melestarikan aset perusahaan berupa pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman operasional yang dimiliki individual para pemimpin dan pekerja. RU VI Balongan juga menyiapkan Operator Training

(41)

Simulator (OTS), yaitu perangkat yang digunakan untuk menguji kompetensi operator dalam mengoprasikan sebuah unit operasi di berbagai kondisi, termasuk kondisi operasi yang jarang dijumpai selama melakukan tugasnya sebagai operator.

Evaluasi kinerja dilakukan secara berkala berdasarkan standar yang telah ditetapkan, yang dimana 100% dari total PWTT menerima evaluasi kinerja.

5.3.2 Hari dan Jam Kerja

RU VI Balongan menetapkan hari kerja perusahaan sebanyak 5 hari kerja di mana hari Senin sampai Jum’at selama 9 jam kerja dengan 2 jam istirahat. Jam kerja pada bagian kantor dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan jam kerja selesai pukul 16.00 WIB. Terdapat jam istirahat selama 2 jam per hari, dimana pekerja dapat beristirahat jam 11.30 WIB hingga jam 14.30 WIB. Sedangkan pada bagian kilang terdapat 3 shift kerja yaitu shift pagi (08.00 WIB sampai 16.00 WIB), shift sore (16.00 WIB sampai 24.00 WIB), shift malam (24.00 WIB sampai 08.00 WIB).

5.3.3 Upah dan Fasilitias Kerja

Sitstem upah pada RU VI Balongan dibedakan berdasarkan status kepegawaian. Fasilitas yang diterima oleh pegawai PWTT dan PWT juga berbeda.

pada status kepegawaian PWTT menerima gaji pokok, asuransi jiwa, tunjangan kesehatan, tunjangan hari tua, tunjangan disabilitas dan invaliditas, tunjangan kelahiran, tunjangan kecelakaan kerja, tunjangan pensiun, tunjangan lembut, tunjangan hari raya, rumah dinas, dan kendaraan dinas. Berbeda dengan PWT yang dimana PWT tidak menerima fasilitas yang sama dengan PWTT. Fasilitas yang tidak didapatkan oleh PWTT diantaranya asuransi jiwa, tunjangan disabilitas dan invaliditas, tunjangan kelahiran, tunjangan pensiun, rumah dinas, dan kendaraan dinas.

(42)

BAB VI

DISTRIBUSI DAN PEMASARAN

6.1 Distribusi

Distribusi adalah kegiatan menyalurkan suatu produk dari produsen ke konsumen sehingga produk tersebut tersebar luas. Produk yang sudah jadi dan sudah sesuai dengan permintaan kemudian akan didistribusikan langsung menuju ke konsumen. RU VI Balongan telah melakukan komitmen untuk memberikan layanan yang terbaik kepada pelanggan, baik dari segi informasi produk, pengiriman, dan penanganan keluhan. Kegiatan distribusi produk di RU VI Balongan ke pelanggan dikelola dengan benar, sehingga keterlambatan dapat dihindari. Penyaluran produk dilakukan dengan beberapa media transportasi seperti perkapalan, perpipaan, dan truk. Produk yang diangkut dengan media kapal diantaranya seperti pertamax, pertamax turbo, LPG, dan decant oil. Produk yang didistribusikan dengan menggunakan pipa diantaranya pertamax, pertamax turbo, solar, pertadex, avtur, dan LPG. Media distribusi truk hanya digunakan untuk mendistribusikan LPG.

6.2 Pemasaran

RU VI Balongan melakukan pemasaran produk di sektor dalam negeri dan luar negeri. Hingga saat ini RU VI Balongan melakukan pemasaran produknya keluar negeri atau export sekitar 6% dan sisanya 94% dipasarkan di dalam negeri.

RU VI Balongan melakukan export produk berupa decant oil ke negara Singapura.

Produk yang dipasarkan di dalam negeri 84% nya didistribusikan di daerah DKI dan Jawa Barat dan sisanya 12% yaitu didistribusikan ke daerah lain. Produk seperti pertamax, pertamax turbo, solar, dan pertadex akan didistribusikan ke depot fuel Cikampek, Plumpung, Tanjung Priok, dan Tanjung Gerem. Adapun produk yang didistribusikan ke daerah lain yaitu produk decant oil yang didistribusikan ke RU V di Balikpapan. Gambar mekanisme penyaluran produk ke pelanggan dapat dilihat pada Gambar 7.

(43)

Gambar 7 mekanisme penyaluran produk ke pelanggan Sumber: Sustainability Report RU VI Balongan (2017)

(44)

LAPORAN KHUSUS

(45)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berkembangnya bidang usaha khususnya di ranah industri secara tidak langsung memberi tuntutan untuk setiap badan usaha terkait bisa menandingi pihak kompetitornya. kualitas individu atau kelompok individu dalam meningkatkan manajemen perusahaan untuk memproduksi barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan masyarakat, merupakan konsep sumber daya manusia. Manusia memiliki peran yang signifikan di perusahaan, bersama dengan modal, mesin, informasi, dan faktor lainnya, sehingga pengelolaan manusia yang efektif dan efisien sangat penting.

Penggunaan manusia sebagai tenaga kerja dalam waktu yang lama harus didukung dengan metode kerja yang ideal dan stasiun kerja yang sesuai dengan postur tubuh pekerja, sehingga tidak terjadi cedera pada para pekerja. Kebanyakan pekerja biasanya mengabaikan metode analisis postur kerja, padahal analisis postur kerja memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang kegiatan dalam bekerja. Dalam merancang stasiun kerja harus mempertimbangkan postur tubuh dari pekerja. Stasiun kerja yang dirancang harus membaut pekerja memiliki postur tubuh yang ergonomis saat melakukan pekerjaan. Postur kerja yang tidak ergonomis dapat menyebabkan pekerja bekerja dalam posisi potur tubuh yang tidak alami. Pekerja yang melakukan pekerjaan yang lama tanpa didukung oleh postur tubuh yang alami dapat menyebabkan cidera musculoskeletal disorders (MSDs).

MSDs merupakan cedera atau gangguan yang dapat mempengaruhi pergerakan tubuh manusia atau sistem muskuloskeletal, seperti otot, ligamen, dan lain-lain.

PT. Pertamina (Persero) adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berfokus di bidang penambangan minyak dan gas bumi di Indonesia. PT.

Pertamina (Persero) memiliki anak perusahaan yaitu PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI). PT KPI berfokus dalam pengolahan minyak menjadi produk minyak, gas bumi, dan produk petrokimia. Kegiatan pengolahan dilakukan di enam kilang, yaitu Refinery Unit (RU) II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V Balikpapan, RU VI Balongan, dan RU VII Kasim. PT Kilang Pertamina

(46)

Internasional RU VI Balongan merupakan kilang yang kegiatan utamanya mengelola minyak mentah (Crude Oil) menjadi produk-produk BBM, Non BBM, dan Petrokimia. Departemen supply chain and distribution (SCD) merupakan satu dari sekian banyak departemen dari perusahaan ini.

Departement SCD memiliki tugas utama untuk mengarahkan, memonitor, mengkoordinasikan, dan mengevaluasi operasi penerimaan dan penyaluran crude, penyimpanan dan penyiapan BBM dan NBBM kebutuhan operasi kilang. Pada kantor bagian department SCD ditemukan pekerja yang masih bekerja dengan postur kerja yang tidak ideal. Jam kerja pada departemen SCD dimulai dari pukul 07:00 dan selesai pukul 16:00 dengan ketersediaan waktu istirahat 2 jam. Bekerja dalam waktu yang lama dengan keadaan yang tidak ideal dapat menyebabkan cidera pada pekerja, seperti MSDs. Pekerja yang mengalami cidera dapat menyebabkan banyak kerugian bagi perusahaan, karena pekerja tidak bisa bekerja dengan maksimal dalam melakukan pekerjaannya.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahanya adalah Bagaimana tingkat risiko cedera yang dialami oleh pekerja di departemen SCD pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dan solusi perbaikan yang dapat diberikan untuk mengurangi tingkat risiko cidera yang diterima pekerja.

1.3 Batasan dan Asumsi Penelitian

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian hanya dilakukan di bagian kantor SCD pada PT.

PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan.

2. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas memberikan usulan perbaikan berupa desain postur tubuh perbaikan saat bekerja.

Asumsi dalam penelitian ini adalah :

1. Performansi kerja dan postur tubuh pekerja selalu dalam kondisi yang sama, atau dalam kondisi stabil.

(47)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi tingkat risiko cidera tulang belakang berdasarkan metode RULA dan memberikan solusi perbaikan untuk mengurangi risiko terjadinya cidera otot pada saat bekerja di departemen SCD pada PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut : 1. Manfaat bagi pebneliti adalah :

a. Memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan secara luas

b. Memperoleh pengetahuan aktual dan dapat mempraktikan pengetahuan metode RULA dalam menangani risiko cedera otot (musculoskeletal disorders).

2. Manfaat bagi perusahaan adalah :

a. Memberikan usulan perbaikan dalam penanganan risiko cedera otot (musculoskeletal disorders) pada pekerja departemen SCD di PT.

PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan.

b. Meminimalisisr dan mencegah agar pekerja tidak mengalami cedera, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dalam bekerja.

(48)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ergonomi

2.1.1 Definisi Ergonomi

Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dengan baik, sehingga pekerja dapat bekerja dengan efektif, nyaman dan aman (Sutalaksana, 1979). Pada dasarnya ergonomi mempelajari berbagai aspek dan karakteristik manusia seperti kemampuan, kelebihan, dan keterbatasan yang berada di lingkungan kerja. Adanya ergonomi adalah untuk menciptakan kualitas kerja yang terbaik dengan memperhatikan aspek kesehatan, keselamatan dan kenyamanan pekerja.

2.1.2 Tujuan Ergonomi

Ergonomi digunakan untuk menciptakan kondisi kerja yang optimal, kondisi kerja yang optimal yaitu beban dan karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan individu pengguna (Iridiastadi, 2015). Tujuan ergonomi dibagi menjadi dua. Pertama adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan, hal tersebut juga termasuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi adanya human error pada saat bekerja. Kedua adalah meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan, mengurangi ketegangan mental, dan meningkatkan kenyamanan saat bekerja. Menurut Tarwaka (2004), tujuan penerapan ilmu ergonomi di dunia kerja adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kesejahteraaan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, serta mengupayakan kepuasan kerja.

2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan jaminan sosial.

3. Menciptakan keseimbangan antara aspek teknis, ekonomis, dan budaya di setiap sistem kerja, sehingga kualitas kerja dapat tercapai.

Gambar

Gambar 1 PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan  Sumber : Dokumentasi penulis (2024)
Gambar 3 Logo PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan  Sumber : www.pertamina.com (2024)
Gambar 4 Lokasi PT Kilang Pertamina Internasional RU VI Balongan  Sumber : https://maps.app.goo.gl/FWGDM9ezE7RjNZwDA
Gambar 5 Diagram alir unit proses produksi pada PT Kilang Pertamina  Internasional RU VI Balongan
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISA POSTUR KERJA UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS MENGGUNAKAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT (RULA).. (Studi Kasus pada C.V

Data yang diperoleh diatas kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA) dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) maka di dapat hasil berupa

Dadang dengan menggunakan kuesioner NBM (Nordic Body Map) untuk mengetahui tingkat keluhan dan metode RULA (Rapid Upper Limb Assessment) untuk mengetahui tingkat cedera

Analisis yang dapat dilakukan dengan metode Nordic Body Map dan Rapid upper Limb Assessment (RULA), didukung dengan kondisi pengrajin saat bekerja pasti merasakan keluhan sakit

Pengaplikasian ilmu ergonomi dapat dilakukan dalam kasus-kasus tersebut bisa menggunakan metode RULA ( Rapid Upper Limb Assessment ) yang menilai postur, gaya, dan

Perlu adanya analisis dengan tujuan mengetahui postur kerja operator melalui metode RULA Rapid Upper Limb Assessment dan REBA Rapid Entire Body Assessment yang akan di jadikan sebagai

BAB V Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari kegiatan praktik kerja lapangan yang diikuti oleh Mahasiswa STIE IBS di Bank Negara Indonesia dan saran yang penulis harapkan dapat membantu

“ANALISA POSTUR KERJA DENGAN METODE RAPID UPPER LIMB ASSESSMENT RULA PADA OPARATOR MESIN EXTRUDER DI STASIUN KERJA EXTRUDING PADA PT XYZ.” 111: 49–57.. Ergonomi Untuk Keselamatan,