BAB I PENDAHULUAN
2.1 Ergonomi
2.1.1 Definisi Ergonomi
Ergonomi adalah cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi-informasi mengenal sifat, kemampuan, dan keterbatasan manusia untuk merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja dengan baik, sehingga pekerja dapat bekerja dengan efektif, nyaman dan aman (Sutalaksana, 1979). Pada dasarnya ergonomi mempelajari berbagai aspek dan karakteristik manusia seperti kemampuan, kelebihan, dan keterbatasan yang berada di lingkungan kerja. Adanya ergonomi adalah untuk menciptakan kualitas kerja yang terbaik dengan memperhatikan aspek kesehatan, keselamatan dan kenyamanan pekerja.
2.1.2 Tujuan Ergonomi
Ergonomi digunakan untuk menciptakan kondisi kerja yang optimal, kondisi kerja yang optimal yaitu beban dan karakteristik pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan individu pengguna (Iridiastadi, 2015). Tujuan ergonomi dibagi menjadi dua. Pertama adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas pekerjaan, hal tersebut juga termasuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi adanya human error pada saat bekerja. Kedua adalah meningkatkan keselamatan kerja, mengurangi kelelahan, mengurangi ketegangan mental, dan meningkatkan kenyamanan saat bekerja. Menurut Tarwaka (2004), tujuan penerapan ilmu ergonomi di dunia kerja adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraaan fisik dan mental melalui upaya pencegahan dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, serta mengupayakan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan jaminan sosial.
3. Menciptakan keseimbangan antara aspek teknis, ekonomis, dan budaya di setiap sistem kerja, sehingga kualitas kerja dapat tercapai.
2.1.3 Penerapan Ilmu Ergonomi
Ilmu ergonomi merupakan satu kesatuan antara informasi-informasi mengenai batas kemampuan manusia, karakteristik, dan perilaku manusia.
Informasi tersebut berfungsi sebagai dasar pembuatan prosedur dan desain lingkungan kerja. Penerapan ilmu ergonomi pada lingkungan kerja diantaranya posisi kerja, proses kerja, tata letak tempat kerja, dan pengangkatan beban.
2.2 Musculoskeletal Disorders (MSDs) 2.2.1 Definisi MSDs
Musculoskeletal terdiri dari kata Musculo (otot) dan sketal (tulang). Fungsi utama dari sistem musculoskeletal adalah untuk mendukung sistem gerak tubuh manusia (Nurmianto, 2004). Musculoskeletal disorder adalah suatu kondisi yang menyebabkan munculnya rasa nyeri dan tidak nyaman pada otot, tulang, sendi, yang dapat bersifat akut/kronik apabila terjadi dalam waktu yang lama.
Musculoskeletal disorder dapat terjadi walaupun tingkat gaya yang dikeluarkan kecil. Gangguan pada musculoskeletal adalah sekumpulan dari konsisi yang berpengaruh terhadap fungsi jaringan halus pada sistem musculoskeletal yang mencakup daerah syaraf dan otot (Bernard, 1997).
MSDs merupakan ganguan yang menyerang otot, tendon, dan syaraf yang terjadi dikarenakan oleh aktivitas yang dilakukan secara berulang atau repetitive dan diikuti oleh posisi postur tubuh yang janggal atau tidak ideal. Adapaun penyebab terjadinya MSDs diantaranya penggunaan tenaga secara berulang, gerakan yang sangat cepat, beban kerja yang tinggi, tekanan postur tubuh yang tidak ideal, getaran dan rendahnya temperature di lingkungan sekitar.
2.2.2 Jenis-jenis MSDs
Postur kerja yang tidak ideal merupakan faktor utama adanya kejadian MSDs. Postur yang tidak ideal dapat memberikan tekanan atau gaya yang berlebihan untuk menjaga keseimbangan posisi tubuh tertentu. Postur janggal akan meningkatkan risiko terjadinya MSDs bila dikombinasikan dengan faktor lain seperti durasi, frekuensi, intesitas, repetitive, dan adanya faktor stessor dari lingkungan. Jenis jenis MSDs yang diakibatkan oleh postur kerja yang janggal diantaranya :
1. Low back pain syndrome (LBP), yaitu rasa sakit yang terletak pada bagian tulang belakang, pantat dan kaki bagian atas yang terjadi dikarenakan penipisan interverbal disk atau berkurangan cairan pada disk. Faktor penyebabnya adalah pekerjaan manual dengan beban berat, postru ekstream, gaya yang berlebiham, dbeban objek berat, adanya getaran, dan repetisi kegiatan banyak.
2. Carpal tunnel syndrome (CTS), yaitu tendon pada carpal tunnel membengkak karena penggunaannya yang cepat dan berulang pada jari dan tangan (Humantech, 1995). Faktor penyebab jenis MSDs ini adalah manual material handling, jumlah repetisi, postur tubuh tidak ideal, adanya getara, gaya yang dikeluarkan besar, dan frekuensi pekerjaan.
3. Hand-arm vibration syndrome (HAVS), yaitu MSDs yang terjadi pada pembuluh darah dan syaraf jari yang disebabkan oleh getaran alat atau bagian permukaan benda yang bergetar dan menyebar langsung ke tangan.
4. Peripheral neuropathi, yaitu jenis MSDs yang terjadi pada ketidakmampuan dalam menerima sensasi. Salah satu faktor penyebab terjadinya peripheral neuropathi adalah adanya suhu yang ekstream.
5. Peripheral nerve entrapment syndrome, yaitu jenis MSDs yang terjadi pada tangan atau kaki seperti syaraf sensori, motoric, dan autonomic.
6. Tendinitis dan tenosynovitis, yaitu jenis MSDs yang menyebabkan pekerja mengalami peradangan. Perbedaannya adlaah tendinitis terjadi di area tendon, sedangkan tenosynovitis terjadi pada area synovium atau pelindung tendon.
2.2.3 Faktor Penyebab Terjadinya MSDs
Dalam setiap pekerjaan terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya suatu cidera ataupun penyakit akibat kerja. Risiko ergonomi mengkategotikan faktro risiko ergonomi kedalam empat faktor kelompok risiko, diantaranya yaitu :
1. Postur kerja
Postur kerja adalah berbagai posisi dari anaggota tubuh pekerja selama melakukan kegiatan pekejraannya. Postur kerja yang salah dapat
mengakibatkan posisi kerja yang tidak natural, sehingga dapat menyebabkan MSDs.
2. Frekuensi
Postur tubuh yang salah dengan frekuensi pekerjaan yang sering dapat mengakibatkan tubuh kekurangan suplai darah. Kekurangan suplai darah dapat menyebabkan penumpukan asam laktat dan trauma mekanis.
3. Durasi
Durasi merupakan jumlah waktu terpanjang pada suatu pekerjaan.
Secara umum, semakin besar waktu atau durasi yang dilakukan pekerja terhadap pekerjaannya maka semakin besar pula tingkat risikonya.
4. Beban
Beban meupakan sebuah usaha yang dibutuhkan untuk melakukan gerakan. Pekerjaan yang menuntut penggunaan tenaga yang besar secara umum akan memberikan beban kepada otot, tendon, dan sendi.
2.3 Ergonomi Postur Kerja